Anda di halaman 1dari 1

Biografi Abu Abbas As-Saffah

Nasabnya

Abu Abbas bin Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin
Hasyim, ibunya Raithah binti Abidullah bin Abdullah Harishiyyah Arabiah.

Sang Khalifah Pertama lahir di Hamimah pada Rajab tahun 104 H. Sejak kecil ia hidup dan belajar
bersama para ulama, terutama ayahnya, Muhammad Ali. Darinyalah ia belajar seluk beluk
dakwah juga menyiarkan kekhalifahan Abbasiyah. Sepeninggal sang ayah, ia belajar berdakwah
dari saudaranya Ibrahim (yang dijuluki imam) sampai ia ditangkap oleh khalifah terakhir dinasti
Umayyah, Marwan bin Muhammad.

kemudian dakwah tersebut diteruskan oleh Abu Abdullah Saffah bersama saudaranya Abu Jakfar
yang kemudian menjadi khalifah kedua Dinasti Abbasiyyah. Sebenarnya Abu Jakfar lebih tua
delapan tahun dari Abu Abbas. Ayahanda mereka berdua mendahulukan sang adik
karena nasab Arabnya yang murni. Abu Jakfar sendiri, ibunya berasal dari suku Barbariyyah dan
bernama Salamah. Pembaiatan Khalifah Abu Abbas dilakukan pada Rabi’ul Awwal tahun 132 H di
kota Kuffah

Laqab Abu Abbas


Ia di-laqab-i dengan As-Saffah dikarenakan banyaknya pertumpahan darah pada awal
kekuasaannya. Walau demikian, Ibnu Qutaibah dalam kitabnya “Imamah wa Sijasah”dan
sebagian sejarawan berpendapat bahwa Saffah tidak ditujukan padanya akan tetapi kepada
pamannya, Abdullah bin Ali. Sebagian ahli sejarah lain berpendapat Saffah berarti banyak
memberikan bantuan atau sumbangan, dan ada juga yang berpendapat Saffah berarti fasih
lisannya.

Manuskrip sejarah yang terkenal dan menjadi pegangan (rujukan) seperti: Thabari, Yakqubi,
Dinuri, dan Jahsyiari, tidak memberikan nasab "Saffah" kepada khalifah pertama. Mereka hanya
menyebutkan Amirul Mukminin Abu Abbas, laqab Saffah baru muncul dalam kitab sejarah yang
ditulis pada abad ke-4 H, seperti kitab Akhani Abi Farj Asbahani.

Politik abu abbas

Pada awal kekhalifahannya, Abu Abbas lebih memfokuskan struktur dan jabatan Amir di setiap
wilayah. Meninggalnya khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul Malik menjadi salah satu tanda
kelemahan dinasti Ummayah. Hal ini dimanfaatkan Abu Abbas untuk melakukan
pemberontakan.

Tepat pada saat selesainya pembaiatan, kabar tersebut sampai di telinga Marwan. Maka dia
langsung berangkat dengan pasukan besarnya untuk memadamkan pemberontakan. Abu Abbas
memerintahkan pamannya, Abdullah bin Ali untuk memerangi khalifah terakhir dinasti Umayyah,
Marwan bin Muhammad.

Terjadilah perang antara kedua kubu ini di Zabul Mausul. Pasukan Umayyah mengalami
kekalahan telak. Marwan sendiri melarikan diri ke Mesir. Namun demikian salah seorang
panglima perang Abbasiyah, Shalih bin Ali mengikutinya dan berhasil membunuhnya di kota
Busir, Fayyum pada 27 Zulhijjah 132 H. Dengan kemenangan Abbasiyah ini, maka berakhirlah
dinasti Umayyah.

Sebelum meninggal Abu Abbas mengangkat saudaranya, Abu Jakfar Mansur sebagai putra
mahkota. Abu Abbas meninggal disebabkan sakit cacar di kota Anbar, yang kala itu menjadi ibu
kota negara. Dia dimakamkan di istananya pada 13 Zulhijjah 136 H.

Anda mungkin juga menyukai