(Studi Kasus Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta Barat)
Oleh:
Widhya Ningsih
NIM : 104082002672
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS PENGARUH SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN
(Studi Kasus Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta Barat)
Skripsi
Oleh:
Widhya Ningsih
NIM: 104082002672
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
Hari ini Jumat tanggal 2 bulan Mei tahun dua ribu delapan telah dilakukan ujian
Komprehensif atas nama Widhya Ningsih NIM : 104082002672 dengan judul Skripsi
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA Amilin SE, Ak., Msi
Ketua Sekretaris
I. IDENTITAS PRIBADI
II. PENDIDIKAN
1. Ayah : Soepardjo
2. Tempat &Tanggal Lahir : Yogyakarta, 13 Februari 1960
3. Alamat : Jl. Kalimangso No. 70 RT 004/01
Kelurahan Jurang Mangu Timur Kecamatan
Pondok Aren. Tangerang, 15222
4. Telepon : (021) 73888112
5. Ibu : Karni
6. Tempat &Tanggal Lahir : Wonogiri, 1 Maret 1964
7. Alamat : Jl. Kalimangso No. 70 RT 004/01
Kelurahan Jurang Mangu Timur Kecamatan
Pondok Aren. Tangerang, 15222
8. Telepon : (021) 73888112
9. Anak Ke dari : 1 dari 1
ABSTRAK
Widhya Ningsih NIM: 104082002672 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, judul skripsi
“Analisis Pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Monetary Asset di Bank
Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Kasus Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada
Kanwil DJP Jakarta Barat)”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Surat Teguran, Surat
Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank terhadap pencairan tunggakan pajak.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode statistik linier berganda, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset di
bank terhadap pencairan tunggakan pajak.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Surat Teguran, Surat Paksa, dan
penyitaan monetary asset di bank tidak berpengaruh terhadap pencairan tunggakan
pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat, karena hasil uji F statistik menunjukan bahwa F
hitung lebih kecil dari F tabelnya yaitu sebesar 2,129<3,49, dan nilai signifikansi
menunjukan probabilitas lebih besar dari 0,05. Hal ini memberi pengertian bahwa
secara simultan variabel independen dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap
variabel dependennya. Begitupula dengan hasil uji t, yang menunjukkan bahwa t
hitung<t tabel yaitu 0,521<2,145 untuk Surat Teguran, -2,047<2,145 untuk Surat
Paksa, dan -2,166<2,145 untuk penyitaaan monetary asset di bank, sehingga hasil
penelitian ini menerima Ho dan menolak Ha, yang memberi pengertian bahwa secara
parsial (individual) Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank
tidak berpengaruh pada pencairan tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat.
Kata Kunci : Surat Teguran, Surat Paksa, penyitaan monetary asset di bank,
pencairantunggakan pajak
ABSTRACT
Key Words : Exhortation Letter, Force Letter, monetary asset confiscation on the
bank, liquefaction of delinquent tax
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puja dan puji syukur tercurah Kepada Sang Maha Pencipta, Sang Maha
Agung, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, Sumber Ilmu Pengetahuan, Sumber
Segala Kebenaran, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta bagi
umat-Nya dan penggenggam seluruh isi bumi, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas
hidayah, berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Monetary
Asset Di Bank (Studi Kasus Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta
Barat)”, sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Shalawat serta salam tercurah teruntuk Baginda Mulia Nabi Besar Muhammad
S.A.W yang telah menuntun umatnya dari zaman yang tiada pencahayaan ke zaman
yang penuh dengan cahaya kebenaran. Penyusunan skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian syarat dinyatakan lulus dan pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa dukungan, arahan, bimbingan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Orang tua tercinta Tn. Soepardjo dan Ny. Karni yang telah mencurahkan segenap
waktu, perhatian, kebersamaan, dukungan, motivasi yang sangat berarti bagi
penulis dan melalui jerih payah perjuangannya selama ini dengan banyak
mencucurkan keringat dan menguras tenaganya, serta melalui gema doa yang tiada
pernah henti kepada Sang Illahi Robbi, untuk sebuah pengharapan agar buah
hatinya menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat, amien.
2. Bapak Dr.Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Afif
Sulfa SE, Ak., Msi selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk selalu memberikan arahan, bimbingan, bantuan, dan
dukungan yang luar biasa bagi penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak M. Faisal Badroen., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Selaku PUDEK Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang telah menyempatkan waktunya untuk menguji dan meluluskan penulis
dalam ujian komprehensif.
5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan
Bapak Amilin, SE, Ak., MSi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan yang telah
menyempatkan waktunya untuk menguji dan meluluskan penulis dalam ujian
komprehensif.
6. Bapak Heppy Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku dosen tersupel dan perhatian
kepada anak-anak didiknya yang selalu memberikan bimbingan, arahan, bantuan,
dukungan yang luar biasa selama penulis menjalani pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Om Erik, Ibu Ani, Ibu Chas, dan Ibu Imelda yang selalu memberikan bantuan,
arahan, bimbingan, dan dukungan yang luar biasa selama penyusunan skripsi ini.
8. Kakak-kakakku tercinta Mba Ugi & Mas Koko, Mas Soni, dan Mba Ni, serta adik
sepupuku yang cantik dan pintar Dini dan Nia atas doa dan dukungannya selama
ini.
9. Mas Riant atas waktu, perhatian, curahan kasih sayang, dukungan moril yang luar
biasa, serta doa tulusnya selama ini yang sangat berarti bagi penulis, semoga semua
itu dapat terus terjalin.
10. Sahabat setiaku Ida Farida, Eri, Yanita, Dewi, Andri Stan, Seto Stan, Aris, Adi,
Dwe, Elin, Jun, Rahma, Rahil, Fina, Susi&Adit, atas waktu, dukungan, doa,
perhatian, persahabatan dan kebersamaannya selama ini semoga dapat terus terjalin.
11. Sahabat-sahabatku di akuntansi B, Pipit, Nica, Yani, Iyok, Desi, Mba Eka, Ayu
Tea, Ochi, Dika, Dwin, Rama, Raihan, Doni, Taufik, Mahdi, Elo, Aat, Agin,
Nanda, atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini semoga dapat terus
terjalin.
12. Mas-masku yang ada di depan rumah Mas Wanto, Mas Haris, dan Mas Tedy atas
dukungan dan bantuan equipmentnya.
13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat keterbatasan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk masukan dan pengetahuan bagi penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT.................................................................................................................. vi
ABSTRAK................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xv
A. Tinjauan Pustaka………………………............................................ 9
a. Pengertian Pajak……………………………………………… 9
b. Fungsi Pajak………………………………………………….. 10
d. Utang Pajak…..………………………………………………. 13
e. Penghapusan Piutang Pajak………………………………….. 15
2. Penagihan Pajak…………………………………………………. 16
i. Objek Sita…………………………………………………….. 26
Lelang………………………………………………………… 27
B. Penelitian Sebelumnya……………...…............................................ 33
C. Kerangka Pemikiran………………………………………………... 35
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………… 36
2. Metode Dokumentasi……………………………………………. 39
3. Metode Survei…………………………………………………... 39
1. Variabel Independen…………………………………………….. 40
2. Variabel Dependen……………………………………………… 40
E. Metode Analisis……………………………………………………. 42
a. Uji Normalitas………………………………………………... 42
b. Uji Multikolinearitas…………………………………………. 43
c. Uji Autokorelasi……………………………………………… 43
d. Uji Heteroskedastisitas……………………………………….. 44
c. Uji F Statistik………………………………………………… 46
d. Uji t Statistik…………………………………………………. 47
4. Uraian tugas……………………………………………………... 55
a. Sumber Daya Seksi Penagihan dan Uraian Tugas Seksi
a. Surat Teguran………………………………………………… 61
b. Surat Paksa…………………………………………………… 62
Barat…………………………………………………………….. 78
1) Keistimewaan Pemblokiran……………………………… 81
2) Kendala Pemblokiran…………………………………….. 83
c. Penyitaan Monetary Asset di Bank dan Hasil Penyitaan
1) Uji Normalitas……………………………………………. 90
2) Uji Multikolonieritas…………...…………...……………. 90
3) Uji Autokorelasi………………………………………….. 92
4) Uji Heteroskedastisitas…………………………………… 93
A. Simpulan…………………………………………………………….. 105
B. Implikasi…………………………………………………………….. 107
C. Saran………………………………………………………………… 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... 111
DAFTAR TABEL
3.1 Ini…… 41
4.1 Penelitian……………………………………
Keputusan Durbin- 60
4.2 Watson…………………………………………
2007......................................................................... 69
4.6 2007................... 91
4.9 2007....................................... 98
Tunggakan..........
Data
Penelitian..................................................................................
Hasil Uji
Multikolinieritas................................................................
Hasil Uji
Autokorelasi......................................................................
Model Summarry
b…………………………………………………
Anova
b…………………………………………………………….
Coeffisien
a………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka 35
4.1 Pemikiran.......................................................................... 53
4.3 Barat................................. 90
Bank…………………………...
Data………………………………………….
Hasil Uji
Heteroskedastisitas………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN
2 Barat.................................... 113
4 .........................................................................
5 12.........................................................
7 2007......................................................................... 124
9 Jakarta 127
10 Barat......................................................................................
11 Paksa……………………………………….. 131
Penyitaan.................
Sita..........................................................
Stiker
Sita..........................................................................................
Bank..............................................................................................
05/PJ.04/2007............................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
minyak dan gas alam beberapa tahun terakhir. Tren ini makin menguat terutama
setelah krisis ekonomi pada tahun 1998 yang ditandai dengan terus meningkatnya
proporsi total penerimaan pajak terhadap total APBN dan saat ini pemerintah
menetapkan nilai rencana penerimaan pajak tahun 2008 sebesar Rp. 583,7 triliyun
pajak pada RAPBN tahun 2007 sebesar Rp. 489,9 triliyun (Artikel: Ancaman
negara dari sektor pajak yang lebih besar adalah pembaharuan peraturan, kebijakan,
adalah perubahan dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System
yaitu pada reformasi perpajakan tahun 1983. Dalam Official Assessment System
aparatur perpajakan menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan undang-undang perpajakan, sebaliknya pada Self Assessment System
pajak diupayakan agar terus meningkat, satu sisi penerimaan negara terus
Oleh karena itu biaya untuk menghasilkan penerimaan negara seyogyanya seefektif
mungkin. Hal tersebut menjadikan tugas penerima pajak semakin berat baik dengan
adalah pencairan tunggakan pajak. Agar pencairan tunggakan pajak dapat dicapai
sesuai dengan target yang ditetapkan Kantor Pusat per Kanwil maka upaya
terfokus, terukur, konsisten, serta sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Selain itu, peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
jika dalam kenyataan dijumpai adanya tunggakan pajak, terlebih lagi bila dari
pajak antara lain melalui penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat
Pajak. Selama ini penyitaan dilakukan terhadap objek sita berupa harta gerak dan
harta tak bergerak. Pelaksanaan penyitaan dilaksanakan secara hati-hati mengenai
objek sita yang potensial untuk dapat dicairkan dan status kepemilikan harus
diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Hal ini untuk
saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
pajak di bank dengan tujuan akhir melakukan pemindah bukuan saldo rekening
penangung pajak yang diblokir ke kas negara untuk pembayaran tunggakan pajak,
penanggung pajak di bank tidak perlu ditindak lanjuti dengan pelaksanaan lelang
atau penjualan yang memerlukan prosedur yang rumit, dan memerlukan biaya
salah satu KPP yang telah melaksanakan penyitaan monetary asset di bank yaitu
pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima. Tekhnik yang
terhadap pencairan tunggakan pajak. Penelitian ini dilaksanakan pada KPP Pratama
Jakarta Tanah Abang Satu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah
pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa dan penyitaan monetary asset milik
yang dilakukan oleh Purwantoro (2005). Adapun perbedaan penelitian yang akan
dilakukan penulis dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Purwantoro (2005)
Tabel. 1.1
Perbedaan Penelitian Sebelumnya dan Penelitian Saat Ini
pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank
proses pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan
pajak di Kanwil DJP Jakarta Barat yang terdiri dari KPP yang tersebar di wilayah
Jakarta Barat yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Teguran,
Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank, dengan perumusan masalah
sebagai berikut:
Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank yang dilakukan oleh Kantor
2. Apakah pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan
signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat?
yang signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta
Barat?
yang signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta
Barat?
5. Apakah pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan monetary asset di bank
1. Tujuan Penelitian
dilaksanakan oleh KPP yang berada dibawah Kantor Wilayah DJP Jakarta
Barat.
2. Manfaat Penelitian
terutama tentang penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan
penyitaan aset moneter milik Penanggung Pajak yang terdapat di bank dan
Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pajak
pembayar pajak
4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat
dan
b. Fungsi Pajak
Pada awalnya hanya dikenal dua fungsi pajak yaitu: fungsi budgeter
undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pemerintah untuk investasi pemerintah (Ilyas dan Burton, 2004: 8). Fungsi
ini juga tercermin dalam asas efficiency atau asas financial, yaitu
(Ilyas dan Burton, 2004: 9). Hal ini dapat dilihat dalam sektor swasta, sesuai
manusia (Ilyas dan Burton, 2004: 9). Fungsi ini sering dikaitkan dengan hak
terhadap pemerintah.
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Adapun ciri-ciri dari
fiskus.
oleh fiskus.
system yaitu :
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
terutang oleh Wajib Pajak. Adapun ciri-ciri dari with holding system
yaitu, wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
d. Utang Pajak
1) Ajaran Material
akan secara aktif menentukan apakah dirinya dikenai pajak atau tidak
2) Ajaran Formal
apakah seseorang dikenai pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang
2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, bahwa yang dimaksud
dengan utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
Setiap perikatan termasuk pula utang pajak, pada suatu waktu akan
Ketetapan Pajak atau surat sejenis sebelum tangal jatuh tempo. Akan tetapi
telah jatuh tempo masih banyak Wajib Pajak yang tidak atau belum
tidak dapat ditagih lagi. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
4) WP tidak dapat ditemukan lagi karena pindah alamat dan tidak memberi
dua, yakni:
1) Perlawanan Pasif
2) Perlawanan aktif
2. Penagihan Pajak
yang belum dipenuhi oleh Wajib Pajak setelah lewat batas waktu (jatuh tempo)
mempunyai kepastian hukum baik bagi Wajib Pajak itu sendiri maupun pihak
Fiskus. Proses penagihan pajak tersebut efektif apabila ada peningkatan realisasi
Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
yaitu:
1) Utang pajak, yaitu besarnya utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib
penagihan pajak.
pelaksanaan lelang.
ayat (1) UU PPSP disebutkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
dengan yang diatur dalam pasal 18 UU KUP (UU No. 16 Tahun 2000: 70).
pajak dari jumlah tunggakan pajak yang dapat ditagih dengan biaya yang
bunga, denda, atau kenaikan. Sanksi ini diatur dalam undang-undang KUP.
WP/PP agar norma perpajakan dipatuhi. Sanksi pidana berupa denda pidana,
pidana kurungan atau pidana penjara yang ditetapkan oleh Hakim Pidana.
Bunga penagihan adalah bunga atas pajak yang terutang menurut Surat
Ketapan Pajak dan tambahan jumlah pajak yang masih harus dibayar
saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar. Bunga penagihan
ditagih dengan STP Bunga Penagihan yang dihitung dua persen per bulan
dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal
terbitnya STP Bunga Penagihan, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu
bulan.
dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan. Hal ini
tersurat dalam KUHP pasal 212, 213, 214, 215. Demikian juga terhadap
sesuai pasal 231 KUHP. Sanksi ini dapat ditambah denda setinggi-tingginya
Selain itu sanksi pidana dapat juga ditujukan kepada Jurusita Pajak
pegawai Negeri tersebut (Jurusita Pajak) adalah satu tahun empat bulan
penjara.
Negeri, Bank, ataupun pihak lainnya. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat (4)
UU PPSP. Dalam hal ini Bank menjadi pihak terkait dalam penagihan pajak
rekening koran, giro, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Pihak
paling banyak 10 juta rupiah. Hal tersebut tercantum dalam pasal 41 A ayat
(2) UU PPSP.
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi: “Jurusita Pajak adalah
oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur
3) Berbadan sehat.
Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak yang harus diperlihatkan kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dimaksudkan agar Jurusita Pajak
mempunyai bukti diri yang kuat dan bisa menjelaskan bahwa yang
tugas Jurusita Pajak sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 dan 3 UU PPSP adalah:
tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita
disebutkan bahwa Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
Penanggung Pajak terdiri atas Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
1) Fiskus akan menerbitkan Surat Teguran setelah tujuh hari sejak saat
2) Apabila setelah lewat waktu 21 hari sejak Surat Teguran Wajib Pajak
tetap tidak melunasi utang pajak seperti yang dimaksud dalam Surat
Surat Paksa.
Pajak.
tetap saja tidak mau melunasi utang pajaknya, fiskus akan melakukan
Wajib Pajak tetap saja tidak melunasi utang pajaknya, fiskus akan
adalah surat perintah membayar utang pajak dan tagihan pajak.” Apabila
pajak yang terutang tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah
(SPMP).
Pelayanan Pajak.
dipercaya.
4) Barang yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat tinggal,
i. Objek Sita
Barang yang dapat disita menurut pasal 14 ayat (1) UU PPSP berupa :
lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau
2) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
UU PPSP ) adalah:
negara;
4) Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung
dan keilmuan;
Tidak semua barang yang disita akan dilelang meskipun Penanggung Pajak
saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada
perusahaan lain menurut pasal 25 ayat (2) tidak perlu dilelang. Barang-
bersangkutan;
undang-undang yang berlaku bahwa fiskus tidak mempunyai hak lagi untuk
Wajib Pajak terhadap suatu utang pajak untuk tidak ditagih lagi. Ketentuan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi sebagai berikut:
Penanggung Pajak atau Wajib Pajak yang secara khusus tersimpan pada
tersebut.
ternyata lebih besar dari jumlah yang disita, maka atas sisa lebih
disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang belum
pemblokiran.
Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP DJP No.
KEP– 627/PJ/2001).
Penanggung Pajak.
Jurusita Pajak.
B. PENELITIAN SEBELUMNYA
pajak dengan penyitaan monetary asset di bank. Dimana penelitian ini dilakukan di
salah satu KPP yang telah melaksanakan penyitaan monetary asset di bank yaitu
pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima. Tekhnik yang
yang didahului dengan proses pemblokiran sangat tidak signifikan terhadap total
penerimaan pajak tahun 2004 pada KPP PMA Lima. Hal ini dibuktikan dengan
hasil peranan penyitaan monetary asset di bank terhadap penerimaan pajak pada
KPP PMA Lima pada tahun 2004 adalah sebesar 1,48%. Persentase sebesar 1,48%
Lima tahun 2004 sebesar Rp. 4.138.989.183 ribu. Angka ini menunjukan bahwa
artinya 98,52% penerimaan KPP PMA Lima diakibatkan oleh sebab lain. Dari
98,52% sebab lain yang merupakan sumber penerimaan KPP PMA Lima maka
91,38% adalah pelunasan sukarela dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tanpa
adanya ketetapan pajak dan penagihan pajak. Sehingga dari hasil tersebut
menyatakan bahwa penyitaan monetary asset di bank yang telah dilakukan oleh
KPP PMA Lima sangat tidak signifikan terhadap penerimaan pajak pada KPP
tersebut.
terhadap pencairan tunggakan pajak. Penelitian ini dilaksanakan pada KPP Pratama
Jakarta Tanah Abang Satu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah
pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Hal tersebut dibuktikan dengan
mempunyai angka signifikansi 0,04 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti SPMP
berpengaruh secara signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak. Selain itu hasil
kecil dari 0,01. Hal ini berarti bahwa pengumuman lelang berpengaruh secara
rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan dalam penelitian
ini, dimana dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema singkat mengenai alur
penelitian yang menggambarkan proses penelitian yang akan dilakukan, hal ini
Surat Teguran
Pencairan Tunggakan
Surat Paksa
Pajak
Penyitaan Monetary
Asset di Bank
Gambar.2.1
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang merupakan
serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. Peneliti bukannya bertahan pada
hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk mendukung atau
sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya
dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaaan monetary asset di bank terhadap
pencairan tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat. Horison waktu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah time series study yang lebih menekankan
pada rentetan waktu pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat
Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank dan pengaruhnya terhadap pencairan
tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat tahun 2004 hingga tahun 2007.
Penelitian ini akan dilakukan pada salah satu Kantor Wilayah yang terdiri
dari beberapa KPP yang tersebar di Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat yang telah
permasalahan yang akan diteliti, khususnya pada sub-sub dinas yang berkaitan
dengan penelitian.
metode conveniance sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak (non
yang disesuaikan dan dikaitkan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan
yaitu, data sekunder yang diperoleh langsung dari bagian P4 pada Seksi Penagihan
berupa data penagihan dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary
data sekunder berupa landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini,
edaran, dan bahan lain seperti surat kabar, internet, dan media massa lain yang
2. Metode Dokumentasi
Penagihan pada Kanwil DJP Jakarta Barat khususnya Bagian P4, berupa data
penagihan aktif berupa laporan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, dan
penyitaan aset moneter di bank, dan laporan pencairan tunggakan pajak pada
3. Metode Survei
Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang
langsung kepada yang berwenang dalam hal ini Kantor Wilayah DJP Jakarta
Barat terutama Kepala Seksi Penagihan dan Pelaksana Penagihan Pajak serta
topik penelitian ini yang semuanya berdinas di Kantor Wilayah DJP Jakarta
Barat.
penjabaran dari variabel yang diterapkan dalam suatu penelitian dan dimaksudkan
untuk memastikan agar variabel yang ingin diteliti secara jelas dapat diterapkan
indikasinya. Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan variabel yang akan
digunakan.
Adapun variabel penelitian yang akan digunakan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Independen
mempengaruhi variabel lain. Variabel ini dinamakan pula dengan variabel yang
a. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan pejabat untuk menegur dan
b. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan.
c. Penyitaan monetary asset di bank adalah tindakan Jurusita Pajak untuk
menguasai barang milik WP/PP yang secara khusus terdapat di bank, guna
perundang-undangan perpajakan.
2. Variabel Dependen
yang belum atau kurang dibayar sampai dengan saat jatuh tempo
pembayaran.
Tabel 3.1
E. Metode Analisis
a. Uji Normalitas
normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data atau titik pada
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik
b. Uji Multikoloniaritas
yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan lawannya Variance
Inflation Factor (VIF). Model regresi dapat dikatakan terbebas dari problem
multikolonieritas apabila nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 atau TOL >
0,1 dan VIF tidak lebih dari 10 atau VIF<10 maka data tersebut tidak ada
2005:91-92).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah regresi
Durbin-Watson:
Tabel 3.2
d. Uji Heteroskedastisitas
analisis ini adalah, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada
terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesa penelitian ini
adalah metode regresi linier berganda, yaitu metode analisis data yang dipakai
Keterangan : Y= a + b1 x1 + b2 x 2 + b3 x3 + e
a = Konstanta
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Jika Adjusted R-Square
kuadrat dari koefisien korelasi (r), akan diketahui seberapa besar hubungan
c. Uji Statistik F
signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima, sedangkan jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka Ho
dependen. Cara melakukan uji t ada dua yakni, melihat tingkat signifikansi
dan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Untuk
BAB IV
Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat merupakan kantor wilayah yang saat
yang sebelumnya Kantor Wilayah DJP Jakarta II. Kantor Wilayah yang
menerapkan sistem administrasi modern ini dibentuk melalui Peraturan Menteri
DJP Jakarta II yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 40-42 Gedung A2
Kotamadya Jakarta Barat yang terdiri dari tujuh Kantor Pelayanan Pajak, dua
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan dua Kantor Pemeriksaan dan
Kanwil DJP Jakarta Barat ini mempunyai wilayah kerja di Kotamadya Jakarta
Barat yang membawahi sepuluh KPP Pratama dan satu KPP Madya, adalah
sebagai berikut:
Jakarta Barat adalah 12.817 Ha, jumlah penduduk sebanyak 1.565.947 jiwa,
yang terdiri dari 447.138 KK. Seluas 9.474.2 Ha dari luas yang telah dikenakan
PBB, dan sebanyak 118.133 jiwa telah terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kotamadya Jakarta Utara dan Laut Jawa.
sulitnya pencarian sumber data di lapangan, dan kurang validnya data yang
Jakarta Barat seperti sektor usaha di bidang pusat perbelanjaan dan perumahan
mewah.
kepada Wajib Pajak dan ditambah dengan visi : “Menjadi model pelayanan
dunia yang dipercaya dan dibanggakan oleh masyarakat dan segenap jajaran
Direktorat Jenderal Pajak”, maka langkah pertama yang dilakukan Direktorat
Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat dan KPP Madya pada Kantor Wilayah DJP
Jakarta Barat yang mengadministrasikan 314 Wajib Pajak Besar yang berada di
Pajak Pratama (KPP Pratama) sebagai hasil integrasi dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak,
Jakarta Barat telah diresmikan pada tanggal 9 April 2007. Pembentukan KPP
Pratama telah diresmikan pada tanggal 12 Juni 2007 dan mulai beroperasi pada
Struktur organisasi yang baru dirancang berdasarkan fungsi bukan per jenis
pajak. Lain pada itu struktur organisasi yang baru ini relatif lebih ramping
Pelayanan Pajak dan terutama oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
Wajib Pajak merupakan satu hal mutlak yang harus dilakukan untuk
officer antara KPP dan Wajib Pajak yang bertanggung jawab dan berwenang
kinerja. Pemeriksaan hanya dilakukan oleh KPP saja, kecuali pemeriksaan bukti
demikian terjadi pemisahan fungsi kerja yang sangat mendasar antara unit yang
tersedia yaitu Kode Etik pegawai DJP, Komite Kode Etik untuk melaksanakan
Kantor dan membawahi lima bidang dan satu bagian umum. Adapun bidang
yang ada pada Kanwil DJP Jakarta Barat adalah sebagai berikut:
Kepala
Kantor Bagian Umum
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Bidang Dukungan Bidang Kerjasama Bidang Pemeriksaan, Bidang Penyuluhan, Bidang Pengurangan,
Teknis dan Ekstensifikasi dan Penyidikan, dan Pelayanan, dan Keberatan, dan
Komunikasi Penilaian Penagihan Pajak Hubungan Masyarakat Banding
Gambar 4.1
a. Bagian Umum
pemantauan pengenaan.
ketetapan pajak yang tidak benar, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pengurangan sanksi
4. Uraian Tugas
dari satu Kepala Bidang, satu orang Kepala Seksi dan dua orang Pelaksana.
bawah ini.
Jakarta II, atau saat ini Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat, Kantor
penagihan pajak;
penagihan pajak;
penagihan pajak;
mengadakan lelang;
Unit kerja pada Seksi Penagihan KPP Madya dan Pratama yang
berada di wilayah DJP Jakarta Barat terdiri atas Kepala Seksi Penagihan
dan Pelaksana yang terdiri dari Penata Usaha Piutang Pajak dan Jurusita
Pajak. Adapun tugas Seksi Penagihan secara umum pada setiap KPP
berlaku.
B. Penemuan dan Pembahasan
Jakarta Barat
terdiri dari tiga orang Jurusita Pajak pada setiap KPP yang berada di wilayah
DJP Jakarta Barat. Penagihan ini dimulai sejak Surat Ketetapan Pajak jatuh
tempo masa pembayarannya yaitu satu bulan sejak tanggal terbit. Secara teori
Surat Teguran terbit tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran, 21 hari
kemudian diterbitkan Surat Paksa, dalam 2x24 jam tunggakan pajak tetap saja
tidak dilunasi setelah Surat Paksa terbit, maka diterbitkan Surat Perintah
tetap tidak dilunasi dalam jangka waktu 14 hari dari penerbitan SPMP maka
kenyataannya Seksi Penagihan pada setiap KPP yang berada di Kanwil DJP
dan tanggung jawab yang tidak ringan. Pada pelaksanaan tugas penagihan pajak
pajak adalah agar WP/PP melunasi tunggakan pajaknya ditambah dengan biaya
penagihan tidak dapat dilunasi, walaupun standar prestasi kerja dapat dicapai.
Tabel 4.1
STP/SKPKB/S
KPKBT/SK.PE
M/SK.KEB/
PUT. BAN. YG
BELUM PENGU-
LUNAS MUMAN
SURAT SURAT
TRIWULAN TEGURAN PAKSA SPMP LELANG LELANG
I 2004 101,204 4.342 637 95 2 2
II 2004 114,567 5.659 846 104 1 1
III 2004 117,723 7.579 1155 130 8 6
IV 2004 116,258 85.79 1039 90 12 12
Total 449,752 26.159 3.677 419 23 21
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2004
STP/SKPKB/S
KPKBT/SK.PE
M/SK.KEB/
PUT. BAN. YG
BELUM PENGU-
LUNAS MUMAN
SURAT SURAT
TRIWULAN TEGURAN PAKSA SPMP LELANG LELANG
I 2005 102,581 4.128 569 50 4 5
II 2005 102,077 3.343 738 49 9 6
III 2005 63,093 3.065 625 58 10 5
IV 2005 93,901 4.188 743 37 6 11
Total 361,652 14.724 2,675 194 29 27
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2005
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT . BAN.
YG BELUM PENGU-
LUNAS MUMAN
SURAT SURAT
TRIWULAN TEGURAN PAKSA SPMP LELANG LELANG
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT .BAN
YG BELUM PENGU-
LUNAS MUMAN
SURAT SURAT
TRIWULAN TEGURAN PAKSA SPMP LELANG LELANG
a. Surat Teguran
Pajak pada setiap KPP yang berada di wilayah DJP Jakarta Barat setelah
lewat tujuh hari dari saat jatuh tempo utang pajak yang terdapat dalam
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah atau belum dilunasi oleh
tahun anggaran 2004, 2005, 2006, dan 2007 menunjukan bahwa STP
/SKPKB / SKPKBT/ SK. Pem/ SK. Keb /Put. Banding yang belum lunas
lembar untuk tahun anggaran 2004 sampai dengan 2007. Dari jumlah STP/
26.159 lembar untuk tahun 2004, 14.724 lembar untuk tahun 2005, 16.583
lembar untuk tahun 2006, dan sebanyak 28.036 lembar Surat Teguran untuk
b. Surat Paksa
dengan catatan utang pajak yang dimaksud belum atau tidak dibayar oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Biaya penyampaian Surat Paksa ini
termasuk dalam biaya penagihan yang akan dibebankan kepada WP/PP. Hal
tahun anggaran 2004, 2005, 2006, dan 2007 yang telah dipaparkan
sebelumnya dari situ telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 14.877 lembar.
Dengan rincian 3.677 lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun 2004,
2.675 lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun anggaran 2005, 2.399
lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun anggaran 2006, dan sebanyak
Surat Paksa selama tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 hanya sebesar 14.1%
2.399/16.583), dan 21.9% untuk tahun 2007, dari Surat Teguran yang
diterbitkan. Hal tersebut disebabkan karena satu Surat Paksa dapat terdiri
dari beberapa Surat Teguran, WP/PP telah melunasi utang pajaknya, banyak
berjumlah tiga orang per KPP jika dirata-rata, tidak sebanding dengan
banyaknya Surat Teguran dan Surat Paksa yang harus ia kirimkan kepada
WP/PP yang berjumlah ribuan atau ratusan WP/PP. Oleh karena itu, atas
Jam setelah disampaikannya Surat Paksa oleh Jurusita Pajak kepada WP/PP.
Dari 3.677 lembar pemberitahuan Surat Paksa selama tahun 2004, 2.675
lembar selama tahun 2005, 2.399 lembar selama tahun 2006, dan 6.126
lembar selama tahun 2007, hanya dikeluarkan SPMP sebanyak 419 lembar
selama tahun 2004, 194 lembar selama tahun 2005, 203 lembar selama
tahun 2006, dan 429 lembar selama tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan,
ditemukan, dan jika dari semua pemberitahuan Surat Paksa ditindak lanjuti
dengan penerbitan SPMP maka biaya penagihan akan menjadi lebih besar.
pelaksanaan lelang yang terjadi selama tahun anggaran 2004 hingga 2007
adalah sebanyak 107 kali pengumuman lelang dan 118 kali pelaksanaan
terjadi selama tahun anggaran 2004, 29 kali pengumuman lelang dan 27 kali
pajak bahwa pelaksanaan lelang minimal satu kali lelang per triwulan per
KPP. Pada tahun anggaran 2004, 2005 dan 2006 Kantor Pelayanan Pajak
lelang yang terjadi pada tahun 2004, 2005 dan 2006 sebanyak 28 kali (7
kali lelang dan tahun anggaran 2007 sebanyak 30 kali pelaksanaan lelang.
2004 dan 2005 masih di bawah standar yang telah ditetapkan. Pada tahun
satunya berasal dari WP/PP yang berusaha mencegah Jurusita Pajak untuk
Menurut data, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 realisasi penerimaan
pajak yang diperoleh Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat tidak mencapai target
yang telah ditetapkan pada awal periode. Data tersebut dapat di lihat pada tabel
4.2. Tabel ini memperlihatkan rencana dan realisasi penerimaan pajak pada
Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2004 sampai dengan tahun 2006
merupakan penerimaan pajak secara umum ditambah dengan PBB dan BPHTB.
Pada tabel tarsebut mengindikasikan bahwa tahun 2004 hingga tahun 2006
realisasi penerimaan pajak oleh Kanwil DJP Jakarta Barat tidak mencapai target
perencanaan yang ditetapkan pada awal periode tersebut yaitu sebesar 10.3%
dari rencana tahun anggaran 2004, 16,4 % dari rencana tahun 2005, dan 18,3%
dari rencana tahun 2006. Hal tersebut bukan berarti bahwa kinerja Kanwil DJP
Jakarta Barat tidak maksimum, melainkan target yang ditetapkan cukup besar
dan tidak sesuai dengan periode berjalan, serta banyak faktor maupun kendala
inflasi, besarnya tunggakan pajak yang belum dilunasi, dan hal lain yang
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penerimaan pajak yang sebelumnya
tidak sesuai target yang direncanakan pada periode 2004-2006, pada periode
Tabel 4.2
Rencana Penagihan Pajak dan Realisasi Penerimaan Pajak
Pada Kanwil DJP Jakarta Barat Tahun Anggaran 2004-2007
dihitung dari jumlah tunggakan pajak yang terjadi ataupun tunggakan yang
tunggakan pajak adalah 50% dari jumlah tunggakan yang ada. Tabel 4.3
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa prestasi atas pencairan tunggakan
kebijakan yang telah ditetapkan yaitu 50% dari total tunggakan yang ada.
Begitu pula pada tahun anggaran 2005 prestasi pencairan tunggakan pajak yang
ditetapkan yaitu 50% dari tunggakan yang ada. Sedangkan untuk tahun
anggaran 2006 dan 2007 pencairan tunggakan kurang dari kebijakan yang telah
dan 48% (383.164.562/801.283.309) dari total tunggakan yang ada pada periode
tersebut.
Tabel 4.3
Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak
Kanwil DJP Jakarta Barat
Tahun Anggaran 2004 – 2007
(dalam ribuan rupiah)
Tahun 2004
Triwulan I II III IV Total
Tunggakan awal 657.742.093 718.538.441 715.954.751 715.564.073 657.742.093
Penambahan 159.946.570 86.486.884 77.142.402 183.779.412 507.355.268
Pengurangan 99.150.222 89.070.574 81.533.080 157.046.653 426.800.529
Tunggakan akhir 718.538.441 715.954.715 711.564.073 738.296.832 738.296.832
Prestasi pengurangan (%) 15 12 11 22 65
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak Kanwil DJP Jakarta Barat
tahun anggaran 2004
Tahun 2005
Triwulan I II III IV Total
Tunggakan awal 738,296,832 705,723,412 817,043,802 916,806,276 738,296,832
Penambahan 96,371,580 204,800,295 232.962.330 100,207,227 634.341.432
Pengurangan 128,945,000 93,479,905 133,199,856 91,749,429 447.374.190
Tunggakan akhir 705,723,412 817,043,802 916,806,276 925,264,074 925,264,074
Prestasi pengurangan (%) 17 13 16 10 61
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak Kanwil DJP Jakarta Barat
tahun anggaran 2005
Tahun 2006
Triwulan I II III IV Total
Tunggakan awal 925,264,074 808,636,819 810,661,931 816,925,583 925,264,074
Penambahan 105,151,885 90,163,694 70,192,498 55,501,346 321,009,423
Pengurangan 221,779,140 88,138,582 63,928,846 71,143,620 444,990,188
Tunggakan akhir 808,636,819 810,661,931 816,925,583 801,283,309 801,283,309
Prestasi pengurangan (%) 24 11 8 9 48
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak Kanwil DJP Jakarta Barat
tahun anggaran 2006
Tahun 2007
Triwulan I II III IV Total
Tunggakan awal 801,283,309 834,680,716 855,389,233 927,552,213 801,283,309
Penambahan 114,043,539 184,484,866 143,953,350 34,227,406 476,709,161
Pengurangan 80,646,132 163,776,349 71,790,370 66,951,711 383,164,562
Tunggakan akhir 834,680,716 855,389,233 927,552,213 894,827,908 894,827,908
Prestasi pengurangan (%) 10 20 8 7 48
Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak Kanwil DJP Jakarta Barat
tahun anggaran 2007
setiap KPP yang berada di Wilayah DJP Jakarta Barat harus menetapkan umur
tunggakan pajak per tahun terbitnya Ketetapan Pajak yang menjadi dasar
tunggakan pajak dan tahun terbitnya Keputusan Keberatan dan banding yang
usaha Wajib Pajak. Kategori umur tunggakan dan kualitas tunggakan dapat
Tabel 4.4
• ≤ 6 bulan
Kategori umur • > 6 bulan s.d 1 tahun
tunggakan • > 1 tahun s.d 3 tahun
• > 3 tahun s.d 5 tahun
• > 10 tahun
Lancar
apabila WP/PP bersikap kooperatif dan membayar atau mengangsur
tunggakan pajak hingga lunas atau diperkirakan lunas dalam kurun waktu
satu tahun
Kurang Lancar
apabila WP/PP bersikap kooperatif dan membayar atau mengangsur
tunggakan pajak tetapi tidak lunas atau diperkirakan tidak lunas dalam
kurun waktu satu tahun tetapi mempunyai kemampuan untuk membayar
Kriteria tunggakan pajaknya.
kualitas
tunggakan Dalam perhatian khusus
apabila WP/PP bersikap kooperatif tetapi sedang melakukan upaya hukum
(keberatan/banding/PK).
Diragukan
apabila WP/PP bersikap kooperatif tetapi tidak memiliki aset yang cukup
untuk melunasi tunggakan pajaknya, WP/PP sedang proses bubar atau
pailit, dan sebab lain sehingga tunggakan pajak diragukan
pencairannya/pelunasannya.
Macet
apabila WP/PP tidak ditemukan dan tunggakan pajak sudah daluarsa.
3. Kendala Yang Terjadi Dalam Proses Penagihan Pajak
lancar. Akan tetapi pada kenyataannya banyak masalah yang timbul dalam
proses pelaksanaan panagihan pajak baik yang berasal dari pihak ekstern seperti
pihak ketiga, maupun hambatan yang bersal dari intern itu sendiri yang
kesemuanya akan berdampak pada ketepatan waktu penagihan dan realisasi
yang terjadi selama proses penagihan pajak secara umum pada Kantor
Pelayanan Pajak baik Madya maupun Pratama yang ada di lingkungan Wilayah
DJP Jakarta Barat. Dalam hal ini penulis memperoleh data secara langsung
1) Hambatan yang berasal dari Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak
yang berasal dari Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak yang dialami
alamat yang jelas dan meng up-date data apabila terjadi perubahan
Selain itu, ada WP/PP yang tidak mempunyai itikad baik untuk melunasi
acapkali dialami oleh seksi penagihan pada umumnya dan Jurusita Pajak
masalah atau hambatan yang berasal dari Wajib Pajak karena WP tidak
paham atas peraturan yang ada. Hal tersebut disebabkan karena suatu
dialami oleh seksi penagihan pada umumnya dan Jurusita Pajak pada
penunggakan di bidang perpajakan jika tidak ada kuasa dari Wajib Pajak
sebagian dari sejumlah hambatan yang bersal dari pihak ekstern, di bawah
ini akan dipaparkan mengenai hambatan yang berasal dari pihak intern yang
DJP Jakarta Barat yang rata-rata berjumlah tiga orang Jurusita Pajak per
hingga ratusan ribu lembar per Kantor Pelayanan Pajak serta banyaknya
Surat Teguran dan Surat Paksa yang harus dikirimkan oleh Jurusita kepada
WP/PP.
Hambatan yang ketiga berasal dari fiskus itu sendiri baik dari seksi
fiskus jarang mengup-date data Wajib Pajak pada setiap kesempatan seperti
Pajak dan kadang kala terhadadap Wajib pajak yang telah bubar atau
Tunggakan Pajaknya
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pajak merupakan pilar
kita lihat saat ini yaitu melakukan reorganisasi dan mengubah sistem
WP/PP tersebut. Karena tingkat kepatuhan antara WP/PP satu dengan WP/PP
bidang perpajakan.
menimbulkan tunggakan pajak yang tidak kecil dan pada akhirnya akan
mengurangi dan menghambat penerimaan negara. Selain itu, hal tersebut akan
merugikan WP/PP itu sendiri karena WP/PP akan mendapatkan sanksi, baik
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan maupun sanksi yang
Dilihat dari sisi psikologis, ada beberapa hal yang mendorong WP/PP
pajak menurut WP/PP Rp. 100 tapi menurut Fiskus Rp 150, karena WP/PP
merasa perhitungannya benar maka atas selisih tersebut, WP/PP tidak mau
untuk membayarnya.
Kedua, tidak adanya dispute atau titik temu antara pendapat WP/PP dan
fiskus, seperti pada kasus pertama mengenai pajak yang tidak seharusnya
terutang menurut WP/PP, tapi menurut fiskus ada sehingga berbagai tindakan
untuk menghindari pajak dengan menunda pembayaran pajak dan berusaha agar
pajak yang akan ia bayarkan kecil. Salah satu alasanya, WP beranggapan bahwa
cash on hand saat ini akan lebih menguntungkan untuk memperluas bisnisnya
guna meningkatkan profit yang akan ia peroleh, dari pada untuk membayar
kewajiban perpajakannya yang dirasa tidak ada kontraprestasi atas dana yang
penagihan pajak dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak, Kanwil DJP Jakarta
Barat hanya melakukan bimbingan, pemantauan, membantu bilamana proses
adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang milik WP/PP yang
secara khusus terdapat di bank, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang
Pajak yang tersimpan pada bank dengan tujuan agar terhadap harta kekayaan
nilai.
dilakukan dalam tiga bagian. Hal ini untuk memudahkan dalam memahami
monetary asset di bank juga diawali dengan penerbitan Surat Teguran yang
diterbitkan tujuh hari setelah jatuh tempo pembayaran. Dalam hal WP/PP
tidak melunasi utang pajaknya setelah batas waktu 21 hari dari penyampaian
menerbitkan Surat Paksa yang memiliki kekuatan hukum yang tetap sesuai
tindakan penyitaan maka Jurusita Pajak harus memilah dahulu WP/PP yang
yang telah dilaksanakan bulan sebelumnya. Hal ini digunakan sebagai alat
kontrol bagi Kantor Wilayah khususnya Kanwil DJP Jakarta Barat atas
akan dilakukan penyitaan biasa atau penyitaan monetary asset di bank. Jika
akan dilakukan penyitaan biasa maka aset yang akan disita akan dipastikan
(SPMP) karena objek sita akan dituangkan dalam Berita Acara Sita.
Sedangkan jika akan dilakukan penyitaan aset moneter yang secara khusus
tersimpan pada bank maka Jurusita Pajak melalui kepala Kantor Pelayanan
atas harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank tersebut.
koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Intinya
segala bentuk harta milik WP/PP yang tersimpan di bank dapat diblokir
Paksa.
hasil dari tindak lanjut pemblokiran. Rekening tutup adalah jawaban bank
berada di KPP satu yang dipindah ke KPP yang lain ketika pelaksanaan
masih dilaksanakan.
1) Keistimewaan Pemblokiran
Keistimewaan tindakan pemblokiran dibandingkan dengan
yang telah ditetapkan maka dana yang ada di rekening WP/PP di bank
eksekusi lelang tidak jarang diakhiri dengan kalimat “tidak ada peminat”
hal tersebut hanya fiskus, WP/PP tersebut, dan Pihak Bank yang
dan akan disita dan dilelang. Karena pada perusahaan go-publik, sedikit
saja kabar negatif yang tersiar maka akan menurunkan harga julnya di
bursa efek.
Keempat, tidak memerlukan pengawasan khusus atas barang
barang lainnya jika tidak dititipkan pada WP/PP-nya itu sendiri berarti
pada suatu bank. Dan pastinya kesemua hal tersebut memerlukan biaya
2) Kendala Pemblokiran
paling efisien. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah uang kas dan
Bank
Pelayanan Pajak dalam hal ini KPP yang berada di wilayah DJP Jakarta
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
dilampiri SPMP dan Surat Paksa. Selanjutnya pihak bank dan Pimpinan
Bank atau Pejabat Bank tersebut membuat Berita Acara Pemblokiran serta
rekeningnya, maka tindak lanjut dari pihak bank yakni memberitahu saldo
terhadap aset tersebut dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan
Apabila WP/PP yang bersangkutan tetap tidak melunasi utang pajak dan
pejabat dalam hal ini Jurusita Pajak meminta kepada pimpinan bank untuk
Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak. Untuk
lebih jelasnya mengenai alur proses penyitaan monetary asset di bank dapat
Pajak yang berada di wilayah DJP Jakarta Barat selama tahun anggaran
2004 sampai dengan 2007 tidak memberikan hasil yang signifikan apalagi
dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, adalah Jurusita Pajak
harus mengetahui nomor rekening WP/PP terlebih dahulu baru pihak bank
oleh pemeriksa. Oleh karena itu Jurusita Pajak harus melakukan upaya
pencarian dari sumber lain. Usaha ini memerlukan keluwesan dan hubungan
relasi yang baik dari Jurusita pajak. Pada intinya jika Jurusita Pajak
dahulu dan ini merupakan tindakan awal yang paling krusial agar penyitaan
berada di wilayah DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2004 untuk tunggakan
kepada pihak KPP, karena terkait dengan prinsip kerahasiaan bank dan bank
mengetahui nomor rekening WP. Untuk tahun 2005, 2006, dan 2007 hal
Kanwil DJP Jakarta Barat yaitu sebesar Rp.545.737.000 untuk tahun 2005,
Rp. 91.330.000 untuk tahun anggaran 2006, dan sebesar Rp. 5.205.825.000
tahun anggaran 2004 hingga tahun anggaran 2007. Laporan tersebut merupakan
laporan penagihan yang di dapat dari Bidang P4 Seksi Penagihan pada Kanwil
DJP Jakarta Barat. Adapun data yang akan dianalisis tersebut dapat dilihat pda
Tabel 4.5
Data Penelitian
(dalam ribuan rupiah)
Penyitaan Monetary
No. Tahun Triwulan Surat Teguran Surat Paksa Pencairan Tunggakan Pajak
Asset di Bank
1 2004 1 114.266.852 83.385.042 6.100.368 99.150.222
2 2 151.753.703 95.564.986 6.100.368 89.070.574
3 3 172.935.700 160.855.464 750.880 81.533.080
4 4 167.432.088 82.415.290 750.880 157.046.653
5 2005 1 96.415.590 77.879.901 750.880 128.945.000
6 2 94.713.423 112.783.793 800.383 93.479.905
7 3 144.997.603 77.891.417 800.383 133.199.856
8 4 122.802.166 124.824.396 800.383 91.749.429
9 2006 1 70.444.635 73.395.085 1.409.192 221.779.140
10 2 95.047.944 101.956.114 2.754.792 88.138.582
11 3 85.688.925 76.158.817 4.047.725 63.928.846
12 4 93.467.000 80.643.541 56.130.654 71.143.620
13 2007 1 89.378.018 78.679.106 21.780.834 80.646.132
14 2 124.352.738 55.811.731 35.982.798 163.776.349
15 3 135.854.463 67.378.928 53.016.121 71.790.370
16 4 143.350.463 74.782.128 112.389.783 66.951.711
dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal atau tidak. Dari gambar
4.5 dapat diketahui bahwa titik-titik data berada di sekitar garis diagonal.
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas Data
dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Tabel 4.6
Coefficients(a)
Tolerance VIF
1 (Constant)
Surat Teguran .832 1.202
Surat Paksa .721 1.387
Penyitaan Monetary Aset di Bank .791 1.264
a Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Dari hasil output SPSS pada tabel 4.6 dapat diketahui hasil
tolerance tidak kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen.
yang sama yaitu nilai VIF tidak lebih dari 10. Dimana nilai VIF untuk
Surat Teguran sebesar 1.202, Surat Paksa sebesar 1.387, dan penyitaan
monetary asset di bank sebesar 1.264. Dari hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan pula bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari
problem multikolonieritas.
ada atau tidaknya autokorelasi dalam regresi pada penelitian ini maka
Tabel 4.7
Model Summary(b)
Model Durbin-Watson
1 2.127(a)
a Predictors: (Constant), Penyitaan Monetary Aset
di Bank,Surat Teguran, Surat Paksa
b Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Dari hasil output SPSS tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hasil uji
sebesar 2.127. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 16 (n) dan jumlah variabel
independen yaitu 3 (k=3). Dari analisis tersebut maka pada tabel Durbin-
1.728.
= du < d < 4 – du
Oleh karena nilai DW 2.127 lebih besar dari batas atas (du) dan
bahwa model regresi ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif, atau
dengan kata lain model regresi dalam pelitian ini terbebas dari problem
autokorelasi.
acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di atas maupun di bawah
Paksa, dan
penyitaan
Scatterplot
monetary asset
Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
3 di bank.
Regression Studentized
2
Residual
-1
-2
-2 -1 0 1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.4
ini.
Tabel 4.8
b
Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 a .347 .184 39400998.508
.589
a Predictors: (Constant), Penyitaan Monetary Aset di Bank, Surat Teguran, Surat Paksa
b Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Jurusita Pajak guna melunasi utang pajak WP/PP ditambah dengan biaya
pajak yang besar dan adakalanya tidak. Hal tersebut tergantung pada
tersebut, oleh karena itu jalan lain yang dilakukan Jurusita Pajak untuk
merasa takut karena citra dan nama baiknya akan rusak, sehingga atas
Selain itu, operasi sisir yang dilakukan oleh petugas PBB yang
pajaknya dan seperti yang kita ketahui bersama bahwa tingkat kepatuhan
antara WP satu dengan WP lainya tidaklah sama. Oleh karena itu, untuk
Pajak Bumi dan Bangunan operasi sisir ini sangat efektif guna
Barat.
selain dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset
pajak.
2) Hasil Uji Statistik F
Dari hasil output SPSS ANOVA b pada tabel 4.9 dapat diketahui
bahwa hsil dari uji F hitung untuk Surat Teguran, Surat Paksa, dan
dengan nilai d =12 dan nilai n = 3). Karena F hitung lebih kecil dari F
independen dalam penelitian ini yaitu Surat Teguran, Surat Paksa, dan
Tabel 4.9
b
ANOVA
yang dialami oleh Jurusita Pajak selama poses penagihan yang telah
tabelnya 2.145 (didapat dari tabel t two tail dengan signifikansi 5%,
sehingga di dapat nilai t tabel sebesar 2.145). Hal ini berarti t hitung
lebih kecil dari t tabel. Jika statistik t hitung < t tabel maka Ho diterima
Paksa dan penyitaan monetary asset di bank di mana t hitung lebih kecil
dari t tabelnya, yaitu – 2.047 < 2.145 untuk Surat Paksa, dan –2.166 <
∧
Y = α + b1 x1 + b2 x 2 + b3 x3 + e
∧
Y = 184279833.852 + 0,186x 1 – 0,954x 2 – 0,792x 3
bahwa, jika proses penagihan dengan Surat Teguran, Surat Paksa dan
Tabel 4.10
a
Coefficients
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 184279833.852 48732360.775 3.781 .003
Surat Teguran .186 .357 .133 .521 .612
Surat Paksa
-.954 .466 -.562 -2.047 .063
Penyitaan Monetary
-.792 .366 -.568 -2.166 .051
Aset di Bank
a Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Dioleh penulis dengan SPSS 12 (dalam ribuan rupiah)
Dari persamaan regresi hasil tabel 4.10 nilai 0,186x 1 merupakan
Pajak karena WP/PP merasa SKP (Surat Ketetapan Pajak) yang telah
WP/PP merasa yakin bahwa SKP yang telah diterbitkan salah. Dalam
artian, WP/PP merasa tidak memiliki tunggakan pajak yang begitu besar
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,612 untuk Surat Teguran, 0,063 untuk
periode tersebut. Selain itu, salah satu faktor lain yang menyebabkan
penyitaan monetary asset tidak berpengaruh terhadap pencairan
tunggakan pajak, dikarenakan ada beberapa pihak bank yang tidak mau
para nasabahnya dan takut jikalau para nasabahnya pindah ke bank lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank terhadap pencairan
tunggakan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Barat. Adapun kesimpulan tersebut
Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan
monetary asset di bank dilaksanakan oleh Jurusita Pajak pada setiap Kantor
Pelayanan Pajak yang berada di wilayah DJP Jakarta Barat. Prosedur penagihan
ini dimulai dengan Penerbitan Surat Teguran tujuh hari setelah jatuh tempo
pembayaran. Setelah lewat waktu 21 hari sejak Surat Teguran diterbitkan dan
WP/PP tetap belum melunasi utang pajaknya maka diterbitkanlah Surat Paksa,
2X24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan WP/PP tetap tidak mau melunasi
2. Hasil uji statistik F diketahui bahwa uji F hitung untuk Surat Teguran, Surat
Paksa, dan penyitaan monetary asset di bank lebih kecil dari F tabelnya yaitu
keseluruhan sebesar 0.150 yang menunjukan probabilitas lebih besar dari 0.05.
Hal ini memberi pengertian bahwa variabel independen dalam penelitian ini
3. Hasil uji t didapat t hitung untuk Surat Teguran sebesar 0,521 sedangkan t
tabelnya sebesar 2.145. Karena t hitung lebih kecil dari t tabelnya yakni
Barat.
4. Hasil uji t didapat t hitung untuk Surat Paksa sebesar -2,047 sedangkan t
tabelnya sebesar 2.145. Karena t hitung lebih kecil dari t tabelnya yakni -
Barat.
5. Hasil uji t didapat t hitung untuk penyitaan monetary asset di bank sebesar -
2,166 sedangkan t tabelnya sebesar 2.145. Karena t hitung lebih kecil dari t
pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 186,-. Untuk Surat Paksa, setiap adanya
B. Implikasi
Kanwil DJP Jakarta Barat tidak dipengaruhi oleh Surat Teguran, Surat Paksa, dan
penyitaan monetary asset di bank, sehingga implikasi dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan
kurang efektif, sehingga hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penagihan pajak
seperti tidak ditemukannya alamat WP/PP karena datanya tidak up-date, ketidak
terbukaan WP/PP atas harta kekayaannya hingga berusaha mencegah agar tidak
dilakukan penyitaan atas harta kekayaan yang dimilikinya, serta kendala lain
C. Saran
mencoba memberikan saran yang mungkin dapat digunakan sebagai masukan yang
pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, dan penyitaan
dan bimbingan konsultasi lebih, serta fiskus khususnya Seksi Penagihan harus
bersikap arif dan bijaksana dalam menyikapi WP/PP tersebut. Sehingga secara
tidak langsung hal tersebut dapat memotivasi WP/PP tersebut untuk tidak
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel: Ancaman terhadap krisis Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2008. www. dimastidano.wordpress.com, 3 Februari 2008.
B. Ilyas, Wirawan dan Richard Burton. Hukum Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat. 2004.
Iswahyudi, Tedy. Seputar Penagihan dan Pembayaran Utang Pajak. Jurnal Perpajakan
Indonesia. Volume 5 No. 3,Oktober:12-18.
Kurniawan, Panca dan Bagus Pamungkas. Penagihan Pajak di Indonesia. Jawa Timur:
Penerbit Bayumedia.2006.
Surat Edaran Nomor SE-05/ PJ.04/2007 Tentang Peraturan Direktoret Jenderal Pajak
Nomor Kep-627/PJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemblokiran dan
Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan Pada Bank.
Undang-undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT BAN
YG BELUM
TRIWULAN LUNAS Surat Teguran Surat Paksa SPMP
Lembar lbr Rp. Lbr Rp. Lbr Rp.
Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat Tahun Anggaran 2004-2007
II 2004 114,567 5659 151,753,703 846 95,564,986 104 18,962,755
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT BAN
YG BELUM
TRIWULAN LUNAS Surat Teguran Surat Paksa SPMP
Lembar lbr Rp. Lbr Rp. Lbr Rp.
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT BAN
YG BELUM
TRIWULAN LUNAS Surat Teguran Surat Paksa SPMP
Lembar lbr Rp. Lbr Rp. Lbr Rp.
STP/SKPKB/SKP
KBT/SK.PEM/SK
.KEB/PUT BAN
YG BELUM
LUNAS
Lembar lbr Rp. Lbr Rp. Lbr Rp.
PENYITAAN
TOTAL ASET MONETER TUNGGAKAN YANG MASIH
TRIWULAN TUNGGAKAN DI BANK HARUS DIBAYAR
I 2005 750,880 544,773 206,107
II 2005 800,383 - -
III 2005 800,383 - -
IV 2005 800,383 545,737 254,646
Sumber : diolah oleh penulis dari Laporan Penyitaan Monetary Aset di Bank Kanwil DJP Jakarta Barat
PENYITAAN
TOTAL ASET MONETER TUNGGAKAN YANG MASIH
TRIWULAN TUNGGAKAN DI BANK HARUS DIBAYAR
I 2006 1.409,192 - 1. 409,192
II 2006 2.754,792 - 2. 754,792
III 2006 4,047,725 - 4,047,725
IV 2006 56,130,654 91,330 56,039,324
Sumber : diolah oleh penulis dari Laporan Penyitaan Monetary Aset di Bank Kanwil DJP Jakarta Barat
PENYITAAN
TOTAL ASET MONETER TUNGGAKAN YANG MASIH
TRIWULAN TUNGGAKAN DI BANK HARUS DIBAYAR
I 2007 21,780,834 119,915 21,660,919
II 2007 35,982,798 703.908 35,278.890
III 2007 53,016,121 2,711,986 50,304,135
IV 2007 112,389,783 1,670,016 110,719,767
Sumber : diolah oleh penulis dari Laporan Penyitaan Monetary Aset di Bank Kanwil DJP Jakarta Barat
Laporan Penyitaan Monetary Asset Di Bank Pada Kanwil DJP Jakarta Barat
Tahun Anggaran 2004-2007
(dalam ribuan rupiah)