Anda di halaman 1dari 29

Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak
dengan Dosen Pengampu
Dr. Hj. Alfa Rahmiati, SE, MM, Ak, CA

Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang


mempunyai Hubungan Istimewa

Disusun Oleh :

1. Renita Rachma Dewi 041724253018


2. Ferdianto Dwiputra 041724253045

MAKSI Kelas A2M

Tanggal 28-03-2019

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
DAFTAR ISI

BAB 1 ................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
BAB 2 ................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
2.1. Konsep Hubungan Istimewa ............................................................................................... 5
2.2. Kewajiban master file, local file dan CbCr (PMK 213/PMK.03/2016) ................................ 6
2.3. Karakteristik Usaha Wajib Pajak ....................................................................................... 13
2.4. Metode Transfer Pricing ................................................................................................... 15
2.5. Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha .................................................... 24
BAB 3 .............................................................................................................................................. 28
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 29

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 2
BAB 1

PENDAHULUAN

Masalah perpajakan salah satunya adalah transfer pricing, yaitu kegiatan


mentransfer laba dari perusahaan dalam negeri ke perusahaan yang memiliki hubungan
istimewa di negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan
membayar harga penjualan yang lebih rendah dari harga pasar dan membiayakan biaya-
biaya lebih besar daripada harga yang sewajarnya. Transfer pricing merupakan isu sentral
saat ini yang dialami oleh seluruh dunia yang terhubung dalam jaringan perdagangan
internasional. Banyak perusahaan sering melakukan transfer pricing guna memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan pajak, karena pajak dianggap sebagai beban yang
mengurangi keuntungan.

Transfer Pricing ini digunakan oleh Wajib Pajak sebagai salah satu cara tax planning
untuk menghemat pajak dengan menggunakan kelemahan peraturan di suatu negara.
Biasanya tax planning ini dilakukan oleh perusahaan multinasional yang bergerak atau yang
mempunyai anak perusahaan di berbagai negara. Transfer pricing menjadi masalah besar
bagi aparat pajak suatu negara jika ada yang merasa dirugikan dan inilah yang menjadi
permasalahan transfer pricing di dunia perpajakan. Transfer pricing merupakan isu klasik
di bidang perpajakan, khususnya menyangkut transaksi internasional yang dilakukan oleh
korporasi multinasional. Dari sisi pemerintah, transfer pricing diyakini mengakibatkan
berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan
multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang
memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan
tarif pajak rendah (low tax countries).

Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya menyangkut


transaksi internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional. Dari sisi pemerintah,
transfer pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak
suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung menggeser kewajiban
perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries)
ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries). Di pihak lain dari

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 3
sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost efficiency)
termasuk di dalamnya meminimalisasi pembayaran pajak perusahaan (corporate income
tax). Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala global (multinational corporation),
transfer pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan
persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas.

Makalah ini akan membahas konsep hubungan istimewa, kewajiban master file,
local file dan CbCr (PMK 213/PMK.03/2016), karakteristik usaha wajib pajak, metode
transfer pricing dan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Hubungan Istimewa


Hubungan istimewa sendiri telah diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang - Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan atau Pasal 2 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Undang - Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Dapat dipastikan hubungan istimewa dapat menimbulkan transaksi yang dilakukan
diluar batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dalam
kegiatan usaha seperti jual beli harta, harga perolehan harta bagi pihak pembeli adalah harga
yang sesungguhnya dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang
sesungguhnya diterima. Namun, dengan adanya hubungan istimewa hal itu dapat
menyebabkan penghasilan yang dilaporkan kurang dari semestinya bagi pihak penjual
ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya bagi pihak pembeli, sehingga
penghindaran pajak dapat dengan mudah dilakukan bagi para pihak yang memiliki hubungan
istimewa. Transaksi antara wajib pajak (WP) yang memiliki hubungan istimewa disebut
dengan transfer pricing. Transfer pricing sendiri sebenarnya tidak menjadi masalah bila
terjadi di dalam negeri karena kegiatan tersebut hanya memindahkan beban pajak antara dua
atau lebih WP yang bersangkutan dan WP tersebut menjadi subyek pajak dalam negeri. Hal
ini menjadi suatu permasalahan apabila transaksi tersebut melewati batas Negara karena hal
tersebut dapat mengakibatkan kerugian dalam pendapatan pajak Negara. Oleh karena itu
praktek transfer pricing perlu diatur dan diawasi secara ketat.
.

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 5
2.2. Kewajiban master file, local file dan CbCr (PMK 213/PMK.03/2016)
Kementerian Keuangan mengeluarkan aturan bagi wajib pajak yang mewajibkan
membuat transfer pricing documentation (TP Doc), yaitu Peraturan Menteri Kuangan Nomor
213/PMK.03/2016 tentang jenis Dokumen atau / Informasi Tambahan yang wajib disimpan
oleh wajib pajak yang melakukan transaksi dengan para pihak yang memiliki hubungan
istimewa dan tata cara pengelolaannya. Aturan TP Doc ini melengkapi ketentuan-ketentuan
terkait dengan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha pada transaksi yang
melibatkan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Transfer Pricing Documentation (TP Doc) atau merujuk definisi pada pasal 1 angka
6 PMK-213/PMK.03/2016 disebut Dokumen Penentuan Harga Transfer adalah dokumen
yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dalam Penentuan Harga Transfer yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Sesuai
dengan PMK-213/2016 ini, Dokumen Penentuan Harga Transfer (TP Doc) terdiri dari :
1. Dokumen Induk;
2. Dokumen Lokal; dan / atau
3. Laporan per negara

Dokumen Induk (Master Document)

Dokumen induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus memuat
informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit sebagai berikut:
1. struktur dan bagan kepemilikan serta negara atau yurisdiksi masing-masing
anggota;
2. kegiatan usaha yang dilakukan;
3. harta tidak berwujud yang dimiliki;
4. aktivitas keuangan dan pembiayaan; dan
5. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan terkait
Transaksi Afiliasi.

Rincian dan/ atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk paling sedikit
memuat informasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf C PMK
213/PMK.03/2016 yaitu :

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 6
1. Struktur dan bagan kepemilikan Grup Usaha serta negara atau yurisdiksi masing-
masing anggota Grup Usaha memuat informasisebagai berikut:
a. daftar pemegang saham dan persentase kepemilikan saham sertadaftar pengurus
dari masing-masing anggota Grup Usaha;
b. bagan kepemilikan Grup Usaha yang menunjukkan keseluruhan hubungan
kepemilikan saham anggota Grup Usaha; dan
c. lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) masing-masing anggota Grup Usaha.
2. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Grup Usaha memuat informasi sebagai berikut:
a. daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usaha masing-masing anggota Grup
Usaha;
b. faktor penentu yang mempunyai peran penting dalam menentukan laba masing-
masing anggota Grup Usaha;
c. penjelasan dan skema/ grafik/ diagram mengenai rantai usahauntuk 5 (lima)
besar produk dan / atau j asa yang dihasilkan oleh Grup Usaha serta untuk
produk atau jasa lain yang dihasilkan oleh Grup Usaha dengan nilai peredaran
bruto usaha 5 (lima)persen atau lebih dari total peredaran bruto Grup Usaha;
d. daftar dan penjelasan mengenai kontrak-kontrak/ perjanjian - perjanjian yang
penting antar anggota Grup Usaha, termasuk penjelasan mengenai kemampuan
dari anggota Grup Usaha yang menyediakan Jasa serta kebijakan harga transfer
atas pengalokasian biaya -biaya dalam rangka penyediaan jasa serta penentuan
harga yang harus dibayar atas penyediaan jasa antar anggota dalam Grup Usaha;
e. penjelasan mengenai lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) yang menjadi
pasar utama dari produk-produk dan/ atau jasa - jasa yangdihasilkan oleh Grup
Usaha;
f. penjelasan umum mengenai analisis fungsional Grup Usaha yang mencakup
analisis fungsi, aset, dan risiko yang dilakukan Grup Usaha yang menjelaskan
kontribusi dari setiap anggota Grup Usaha dalam pembentukan nilai; dan
g. penjelasan mengenai restrukturi sasi usaha, akuisisi usaha, dan divestasi usaha
yang pernah dilakukan oleh anggota Grup Usahaselama 5 (lima) tahun terakhir.
3. Harta tidak berwujud yang dimiliki Grup Usaha memuat informasi sebagai berikut:

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 7
a. penjelasan tentang strategi Grup Usaha dalam pengembangan, kepemilikan , dan
eksploitasi harta tidak berwujud, termasuk lokasifasilitas kegiatan riset dan
pengembangan serta lokasi manaj emenR&D ;
b. daftar harta tidak berwujud atau kelompok harta tidak berwujud milik Grup
Usaha yang penting untuk analisis Penentuan Harga Transfer, serta penjelasan
mengenai anggota Grup Usaha yang secara hukum memiliki harta dimaksud ;
c. daftar dan penjelasan mengenai pihak-pihak dalam anggota GrupUsaha yang
berkontribusi dalam pengembangan harta tidak berwujud;
d. daftar kontrak/ perjanjian antar anggota Grup Usaha terkait harta tidak berwujud
termasuk perjanjian Cost Contribution Arrangement (CCA), perjanjian jasa riset
dan pengembangan , serta perjanjianterkait pemberian lisensi;
e. penjelasan tentang kebijakan harga transfer Grup Usaha sehubungan dengan
kegiatan Riset dan Pengembangan dan harta tidak berwujud; dan
f. penjelasan tentang pengalihan kepemilikan harta tidak berwujud yang terjadi
antar anggota Grup Usaha dalam Tahun Pajak yangbersangkutan termasuk nama
anggota Grup Usaha, negara atauyurisdiksi, dan kompensasi atas pengalihan
kepemilikan hartatidak berwujud.
4. Aktivitas keuangan dan pembiayaan dalam Grup Usaha memuatinformasi sebagai
berikut:
a. penjelasan tentang pembiayaan yang digunakan oleh Grup Usaha, termasuk
perjanjian pembiayaan dengan pemberi pinjaman yangindependen;
b. identifikasi dan penjelasan tentang anggota Grup Usaha yangmenjalankan
fungsi sebagai pusat keuangan / pembiayaan untukanggota Grup Usaha,
termasuk informasi tentang negara atau yurisdiksi tempat anggota Grup Usaha
tersebut didirikan dan tempat manajemen efektifnya berada; dan
c. penjelasan tentang kebijakan harga transfer sehubungan perjanjian- perjanjian
pembiayaan antar anggota Grup Usaha.
5. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan terkait
Transaksi Afiliasi memuat informasi sebagai berikut:
a. laporan keuangan konsolidasi Grup Usaha untuk Tahun Pajak terkait baik yang
disiapkan untuk kepentingan eksternal maupun internal; dan

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 8
b. daftar dan penjelasan tentang Advance Pricing Agreement (APA) yang dimiliki
oleh anggota Grup Usaha dan ketentuan perpajakanlainnya terkait alokasi
penghasilan antar anggota Grup Usaha.

Dokumen Lokal (Local Document)

Dokumen lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2ayat (1) huruf b harus
memuat informasi mengenai Wajib Pajak paling sedikit sebagai berikut:

1. identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan;


2. informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukan;
3. penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
4. informasi keuangan; dan
5. peristiwa-peristiwa/ kejadian-kejadian/ fakta-fakta non-keuangan yang
memengaruhi pembentukanharga atau tingkat laba.

Rincian dan/ atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk paling sedikit
memuat informasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D PMK
213/PMK.03/2016 yaitu :

1. Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak memuatinformasi sebagai
berikut:
a. penjelasan tentang struktur manajemen Wajib Pajak, baganorgamsasi, informasi
mengenai pihak-pihak di dalam atau luarnegeri yang merupakan pihak-pihak
yang memiliki HubunganIstimewa, dan negara atau yurisdiksi pihak-pihak
tersebut berada;
b. penjelasan detail tentang usaha dan strategi usaha yang dilakukanoleh Wajib
Pajak, termasuk indikasi dalam hal Wajib Pajak terlibatatau terpengaruh
restrukturisasi usaha atau pengalihan hartatidak berwujud dalam Grup Usaha
yang sedang atau telah terjadi pada tahun sebelumnya, dan penjelasan mengenai
pengaruhnya terhadap Wajib Pajak;
c. aspek-aspek operasional kegiatan usaha Wajib Pajak; dan
d. gambaran lingkungan usaha secara rinci, termasuk daftar pesaingutama.

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 9
2. Informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukanWajib Pajak
memuat informasi sebagai berikut:
a. skema transaksi dan penjelasannya;
b. kebijakan penetapan harga yang diterapkan selama 5 (lima) tahun terakhir;
c. penjelasan atas masing-masing transaksi dan latar belakang dilakukannya
transaksi tersebut;
d. jumlah nominal transaksi yang dirinci per jenis transaksi dan perlawan transaksi;
e. informasi tentang lawan transaksi dalam setiap jenis transaksi dan penjelasan
mengenai hubungan Wajib Pajak dengan masing – masing lawan transaksi
tersebut;
f. informasi dalam bentuk tabel sekurang-kurangnya mengenai :
 nomor dan tanggal faktur;
 nama lawan transaksi;
 negara atau yurisdiksi lawan transaksi;
 nama produk;
 spesifikasi / kualitas produk;
 jumlah unit/ kuantitas;
 harga per unit (ukuran terkecil yang lazim digunakan) ; dan
 tanggal pengiriman / pengapalan barang,

dalam hal Wajib Pajak melakukan Transaksi Afiliasi terkait produk


komoditas; dan

g. salinan perjanjian / kontrak terkait transaksi yang nilainyasignifikan ;


3. Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha memuat informasi sebagai
berikut:
a. penjelasan rinci tentang analisis kesebandingan setiap TransaksiAfiliasi yang
dilakukan Wajib Pajak yang meliputi analisis atas karakteristik produk atau jasa,
analisis fungsional (analisis fungsi, aset, dan risiko), ketentuan dalam kontrak,
strategi usaha, dankondisi ekonomi, termasuk analisis kesebandingan atas
perbedaan kondisi dengan tahun-tahun sebelumnya;

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 10
b. penjelasan rinci mengenai karakterisasi usaha yang dij alankanWajib Pajak
berdasarkan hasil analisis fungsional (analisis fungsi , aset, dan risiko);
c. penjelasan tentang metode Penentuan Harga Transfer yang paling sesuai untuk
setiap jenis Transaksi Afiliasi, alasan pemilihan metode tersebut, serta
keunggulan metode yang dipilih dibandingkan dengan metode-metode lainnya;
d. penjelasan tentang:
 pihak yang dipilih sebagai pihak yang diuji dalam penerapan metode
Penentuan Harga Transfer dan alasan pemilihannya;dan
 rasio keuangan atau indikator tingkat laba yang digunakan dalam penerapan
metode Penentuan Harga Transfer, dalam hal Wajib Pajak menggunakan
metode Penentuan Harga Transfer berbasis laba bruto atau neto ;
e. ringkasan mengenai asumsi-asumsi yang digunakan dalam penerapan metode
Penentuan Harga Transfer;
f. penjelasan mengenai alasan penggunaan analisis tahun jamak dalam hal
diperlukan ;
g. daftar dan penjelasan tentang transaksi pembanding internal dan / atau eksternal
yang dipilih, dan detail penjelasan tentang kriteria yarig digunakan dalam
pencarian data pembanding dan sumber informasi data pembanding yang
digunakan ;
h. ikhtisar laporan keuangan yang digunakan dalam penerapan metode Penentuan
Harga Transfer, termasuk laporan keuangan yang tersegmentasi dalam hal Wajib
Pajak memiliki lebih dari 1 (satu) karakterisasi usaha;
i. penjelasan mengenai penerapan metode Penentuan Harga Transferberdasarkan
pembanding terpilih, rentang harga atau laba wajar yang digunakan, dan titik
acuan di dalam rentang harga atau laba wajar yang menjadi dasar penentuan
harga transfer;
j. penjelasan tentang penyesuaian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
kesebandingan, termasuk penjelasan apakah penyesuaian hanya dilakukan
terhadap pihak yang diuji, terhadap transaksi pembanding atau terhadap
keduanya;

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 11
k. penjelasan mengenai ke simpulan bahwa Penentuan Harga Transfer telah atau
belum sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha; dan
l. salinan Advance Pricing Agreement (APA) yang dimiliki anggota Grup Usaha
lainnya dan ketentuan perpajakan lainnya yangterkait dengan Transaksi Afiliasi
Wajib Pajak.
4. Informasi Keuangan Wajib Pajak memuat informasi sebagai berikut:
a. laporan keuangan Wajib Pajak yang telah di audit akuntan public untuk Tahun
Pajak terkait dengan Dokumen Penentuan HargaTransfer, atau laporan keuangan
yang belum diaudit dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak yang telah di audit
akuntan public belum tersedia;
b. laporan keuangan Wajib Pajak yang tersegmentasi berdasarkankarakterisasi
usaha, dalam hal Wajib pajak memiliki lebih dari 1 (satu) karakterisasi usaha;
c. informasi dan penjelasan penggunaan informasi dalam laporankeuangan yang
terkait dengan penerapan metode Penentuan HargaTransfer; dan
d. ringkasan informasi keuangan yang relevan dari pembanding yangdigunakan
dalam penerapan metode Penentuan Harga Transferdan sumber informasi
keuangan tersebut.
5. Peristiwa- peristiwa/ kejadian- kejadian/ fakta-fakta non-keuangan yang
memengaruhi pembentukan harga atau tingkat laba.

Dokumen lokal disajikan secara tersegmentasi sesuai dengan karakterisasi usaha


yang dimiliki dalam hal mempunyai lebih dari satu segmen dengan karakterisasi usaha
yang berbeda (toll-contract-fully fledge manufacturing, commissioners-limited risk
distributor-fully fledge distributor contract service).

Laporan per Negara (CbCR)


Laporan per negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c harus
memuat informasi sebagai berikut:

1. alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitasusaha per negara atau
yurisdiksi dari seluruh anggotaGrup Usaha baik di dalam negeri maupun luar
negeri,yang meliputi nama negara atau yurisdiksi, peredaranbruto, laba (rugi)

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 12
sebelum pajak, Pajak Penghasilanyang telah dipotong/ dipungut/ dibayar sendiri,
PajakPenghasilan terutang, modal, akumulasi laba ditahan,jumlah pegawai tetap, dan
harta berwujud selain kasdan setara kas; dan
2. daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usahautama per negara atau yurisdiksi.

Penyusunan laporan per negara dilakukan melalui pembentukan kertas kerja


laporan per negara dan dilampirkan pada laporan per negara. Kertas kerja laporan per
negara disusun sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf E,
F, dan G yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2.3.Karakteristik Usaha Wajib Pajak


Setiap Wajib Pajak memiliki karakteristik yang berbeda, bahkan di dalam industri
yang sama tiap-tiap perusahaan memiliki strategi, struktur organisasi, serta tujuan yang
berbeda. Tahapan menentukan karakteristik usaha Wajib Pajak diperlukan untuk
memahami realitas usaha Wajib Pajak. Melalui tahapan ini, diharapkan Pemeriksa Pajak
dapat memperoleh gambaran tentang industri dimana Wajib Pajak berbisnis, bisnis
perusahaan grup tersebut, serta fungsi utama dari tiap-tiap anggota perusahaan grup
berdasarkan sumber informasi eksternal dan internal Wajib Pajak.Dengan menentukan
karakteristik usaha Wajib Pajak serta memahami fungsi-fungsi pihak lawan
transaksinya, Pemeriksa Pajak akan mendapatkan gambaran mengenai remunerasi yang
diharapkan (expected return) oleh masing-masing pihak yang bertransaksi, serta risiko
terjadinya penghindaran pajak menggunakan transaksi transfer pricing.

Dari sisi karakteristik usaha, ada beberapa jenis usaha wajib pajak, yaitu
manufaktur, distributor, atau penyedia jasa.

A. Manufaktur

Untuk manufaktur, pada dasarnya terbagi atas tiga macam, yaitu toll, contract,
dan fully-fledge manufacturer. Perbandingan ketiganya secara ringkas adalah sebagai
berikut:

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 13
Dari sini terlihat bahwa toll manufacturer menanggung fungsi, aset, dan risiko
yang paling rendah namun return-nya rendah juga. Sebaliknya, fully fledge manufacturer
menanggung fungsi, aset, dan risiko tertinggi tetapi penghasilannya paling besar juga.

1. Toll manufacturer

Toll manufacturer melakukan fungsi manufaktur atas permintaan dari perusahaan


induk, dimana seluruh pasokan bahan baku berikut spesifikasi telah disediakan oleh
perusahaan induk. Di kita banyak sekali perusahaan yang menjadi toll manufacturer
untuk produsen global seperti Nike di daerah Tangerang Selatan atau Mattell di
Cikarang.

2. Contract manufacturer

Contract manufacturer merupakan suatu bentuk penyedia fungsi manufaktur yang


berbasis pada suatu kontrak tertulis sesuai dengan pesanan untuk perusahaan induk,
biasanya dilakukan setelah ada biaya penawaran, dan menanggung biaya bahan baku
yang akan dibiayakan kembali dalam biaya produksi per unit

3. Fully-fledge manufacturer

Fully-fledge manufacturer merupakan industri manufaktur yang melakukan


fungsi pencarian sumber dan pembelian bahan baku, desain dan pabrikasi, desain dan
pabrikasi, penggunaan intangible (know-how paten), R & D, perencanaan produksi,
tanggung jawab atas standarisasi produksi dan quality control, tanggung jawab
lingkungan, pergudangan, logistik dan invoicing pelanggan.

B. Distributor

Untuk distributor, biasanya terbagi menjadi:

1. Sales Representatives/sales agent;cost representatives

Sales representatives atau agen penjualan melakukan riset atas perilaku pasar
mengelola customer list dan melakukan negosiasi.

2. Comission Agent Model; Revenue Centre

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 14
Dalam skema ini, unit pengadaan melakukan nilai tambah dengan melakukan
aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan marketing intelligence yang kepemilikan atas
barang tetap tidak berpindah ke pihak unit pengadaan.

3. Limited risk

Dalam hal ini, distributor sudah mulai berani mempunyai stok barang meskipun
status barang masih bukan miliknya. Oleh karena itu dia sudah mempunyai gudang untuk
menampung barang dari principal untuk dikirim ke customer. Jadi risiko yang
ditanggung sudah lebih besar.

4. Full Risk Distributor / Profit Centre

Full Risk Distributor membeli dari pihak afiliasi dan bertanggung jawab penuh
atas pengelolaan persediaan, logistik, aktifitas pemasaran, serta menanggung semua
risiko yang terkait dengan risiko persediaan, risiko pasar, dan juga risiko gagal tagih

2.4. Metode Transfer Pricing


Pemeriksaan transfer pricing terhadap transaksi Wajib Pajak dengan pihak
afiliasinya dapat dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap harga atau laba baik di
tingkat laba kotor (gross profit) maupun di tingkat laba bersih usaha (net operating income).
Setelah melakukan analisis kesebandingan (comparability analysis), pengujian atas
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm's length principle) dilakukan dengan
menerapkan metode transfer pricing.
Dalam pemeriksaan terhadap transaksi afiliasi yang melibatkan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, penentuan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan
serta penentuan utang sebagai modal dilakukan dengan menggunakan metode-metode,
antara lain metode perbandingan harga antara pihak yang independen (Comparable
Uncontrolled Price Method), metode harga penjualan kembali (Resale Price Method),
metode biaya-plus (Cost-Plus Method), metode pembagian laba (Profit Split Method) dan
metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method), serta metode-metode
lainnya sebagaimana yang dimaksud Pasal 18 ayat (3) UU PPh dan penjelasannya.
Penerapan metode transfer pricing dilakukan bersamaan dengan pemilihan pihak
yang akan diuji (tested party). Pihak yang diuji (tested party) dapat merupakan Wajib Pajak

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 15
yang sedang diperiksa (audited party), dalam hal ini maka tested party adalah juga
merupakan audited party. Pihak yang diuji (tested party) dapat pula dipilih dari lawan
transaksi audited party, maka dalam hal ini tested party berbeda dengan audited party.
A. Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang Independen (Comparable
Uncontrolled Price Method - CUP)
Metode Perbandingan Harga Antara Pihak Yang Independen adalah metode
penentuan harga transfer yang membandingkan harga barang atau jasa dalam transaksi
afiliasi dengan harga barang atau jasa dalam transaksi independen.
Contoh 1:
PT GGN yang memproduksi produk M, menjual 1000 unit produk tersebut kepada GGN
Ltd. (distributor) yang berkedudukan di Negara Z dengan harga USD140.00 per unit
(harga FOB) pada tahun 2010. PT GGN juga menjual 1000 unit produk M ke distributor
independen di negara Z dengan harga USD150.00 per unit (harga CIF). Biaya insurance
& freight sebesar USD5.00 per unit. Diketahui bahwa GGN Corp. memiliki kepemilikan
95% atas PT GGN dan 60% atas GGN Ltd. Untuk tahun 2010, PT GGN sedang
dilakukan pemeriksaan oleh KPP YGY.
Laporan Laba Rugi PT GGN pada Tahun Pajak 2010 adalah sebagai berikut.
Penjualan
ke GGN Ltd. = (1.000 unit x USD140.00) = USD 140,000.00
ke pihak independen = (1.000 unit x USD150.00) = USD 150,000.00
Total penjualan = USD 290,000.00
Harga Pokok Penjualan = (2.000 unit x USD125.00) = (USD 250,000.00)
Laba kotor = USD 40,000.00
Biaya operasi = (USD 33,000.00)
Laba (rugi) bersih usaha = USD 7,000.00 (2.4%)

Perhitungan harga wajar:


Harga pembanding independen (harga CIF per unit) = USD 150.00
Penyesuaian (insurance & freight per unit) = (USD 5.00)
Harga wajar (harga FOB per unit) = USD 145.00
Harga jual ke GGN Ltd. (harga FOB per unit) = (USD 140.00)
Penyesuaian atas harga jual per unit ke GGN Ltd. = USD 5.00

B. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method)

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 16
Metode Harga Penjualan Kembali adalah metode penentuan harga transfer yang
menentukan harga pembelian barang dan jasa dari pihak afiliasi dengan cara
mengurangkan laba kotor pihak independen yang sebanding dari harga jual kembali
barang dan jasa tersebut kepada pihak independen.
Contoh :
DEF Corp. adalah produsen produk elektronik yang berkedudukan di Negara A. DEF
Corp. merupakan perusahaan multinasional yang menguasai 100% saham di PT DEF
Indonesia (limited risk distributor) yang berkedudukan di Indonesia. Pada Tahun Pajak
2010 PT DEF Indonesia (DEFI) membeli produk elektronik dari DEF Corp. dengan
harga USD 135/unit. Selanjutnya PT DEFI menjual kembali produk tersebut ke pihak
independen di Indonesia dengan harga USD 145/unit. Selain menjual produk yang dibeli
dari DEF Corp., PT DEFI juga mengimpor barang sejenis dari produsen independen
yang berkedudukan di negara B dengan harga beli USD 121/unit, produk tersebut juga
dipasarkan kepada konsumen akhir di Indonesia dengan harga USD143/unit.
Berdasarkan analisis fungsi Wajib Pajak, ketentuan kontrak, strategi usaha, dan keadaan
ekonomi, tidak terdapat perbedaan dalam aktivitas distribusi kedua produk tersebut. PT
DEFI sedang diperiksa oleh KPP MDN untuk Tahun Pajak 2010.
Laporan laba rugi PT DEF pada Tahun Pajak 2010 sebagai berikut:
Penjualan {(800 x 145) + (500 x 143)} = USD 187,500.00
Harga Pokok Penjualan {(800 x 135) + (500 x 121)} = USD 168,500.00
Laba kotor = USD 19,000.00 (10.1%)
Biaya operasi = USD 20,000.00
Laba (rugi) bersih usaha = (USD 1,000.00) (0.5%)

Perbandingan gross margin atas penjualan barang yang dibeli dari pihak afiliasi
dengan pihak independen adalah sebagai berikut.
Produsen
DEF Corp.
Independen
(USD)
(USD)
Harga jual/unit
145 143
Harga beli/unit
135 121
Laba kotor
10 22
Gross margin (laba
6.9% 15.3%
kotor/harga jual)

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 17
Berdasarkan gross margin dari transaksi independen (pembanding internal) maka
diketahui bahwa gross margin wajar atas penjualan kembali sebesar 15,3%. Berdasarkan
data pembanding tersebut maka penentuan harga beli wajar produk per unit dari DEF
Corp. adalah sebagai berikut:
ALP = Resale Price - (Gross Margin Independen x Resale Price)
ALP = USD 145.00 - (15.3% x USD 145.00)
ALP = USD 145.00 - USD 22.2 = USD 122.8

Dengan demikian harga beli wajar PT DEFI atas produk yang dibeli dari DEF Corp.
adalah USD122.8.
Harga beli dari DEF Corp. = USD 135.00
Harga beli wajar per unit = USD 122.80
Koreksi positif atas harga beli = USD 12.20

C. Metode Biaya-Plus (Cost-Plus Method)


Metode Biaya-Plus adalah metode penentuan harga transfer yang menambahkan laba
kotor dari transaksi independen yang sebanding terhadap biaya yang ditanggung dalam
transaksi afiliasi.
Contoh 3:
KLM Corp. adalah perusahaan holding (holding company) yang berkedudukan di
Negara A. KLM Corp. merupakan perusahaan multinasional yang menguasai 100%
saham di PT KLM (manufaktur) yang berkedudukan di Indonesia, dan juga menguasai
80% saham KLM Ltd. (distributor) yang berkedudukan di Negara C. Pada Tahun Pajak
2010, PT KLM memproduksi dua jenis produk yang diberi kode PX100 dan PZ200.
Bahan baku untuk memproduksi produk PX100 dan PZ200 dibeli dari pihak
independen. Seluruh produk PX100 dijual kepada KLM Ltd. Sedangkan produk PZ200
dijual kepada distributor independen yang berkedudukan di Negara D. PT KLM menjual
PX100 dengan harga USD240.00/unit, sedangkan kepada pihak independen PT KLM
menjual PZ200 dengan harga USD200.00/unit. Laba bersih usaha KLM Ltd. Adalah
sebesar 21%. Tidak terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang
digunakan, risiko yang ditanggung, persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi
ekonomi ketika bertransaksi dengan KLM Ltd. maupun dengan pihak independen. PT
KLM sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP JKT.

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 18
Laporan Laba Rugi PT KLM Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Penjualan = USD 420,000.00


Harga Pokok Penjualan = USD 360,000.00
Laba kotor = USD 60,000.00
Biaya operasi = USD 40,000.00
Laba (rugi) bersih usaha = USD 20,000.00 (4.76%)

Setelah dilakukan segmentasi terhadap Laba Rugi PT KLM diperoleh informasi


sebagai berikut.
KLM Ltd. Distributor
(USD) Independen (USD)
Penjualan
- Afiliasi (1000 x USD 240.00) 240,000.00 180,000.00
- Independen (900 x USD 200.00) 220,000.00 140,000.00
Harga Pokok Penjualan 20,000.00 40,000.00
Laba Kotor 9.1% 28.6%
Gross Mark-up (Laba Kotor : HPP)

Karena terdapat pembanding internal yang andal maka pembanding internal tersebut
dapat digunakan. Penghitungan Arm's Length Price (ALP) =
ALP = Costs + (Gross Mark-Up Independen x Costs)
ALP = USD 220,000.00 + (28.6% x 220,000.00)
ALP = USD 220,000.00 + USD 62,920.00 = USD 282,920.00

Nilai penjualan wajar = USD 282,920.00


Nilai penjualan kepada KLM Ltd. = USD 240,000.00
Koreksi positif atas penjualan = USD 42,920.00

D. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method)


Metode Laba Bersih Transaksional adalah metode penentuan harga transfer yang
menggunakan indikator tingkat laba transaksi independen yang sebanding untuk
menentukan laba bersih usaha transaksi afiliasi.
Contoh 4:
PQR Corp. perusahaan manufaktur yang berkedudukan di Negara A, memiliki 97%
saham di PT PQR (manufaktur) yang berkedudukan di Indonesia. PQR Corp. juga

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 19
memiliki 85% saham PQR Ltd. (distributor) yang berkedudukan di Negara C. Di tahun
2010, PT PQR menjual 100% produknya kepada PQR Ltd. Dengan harga USD
450.00/unit. Laba bersih usaha PQR Ltd. adalah sebesar 10%. Untuk Tahun Pajak 2010,
PT PQR sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP DPK.
Laporan Laba Rugi PT PQR pada Tahun Pajak 2010 adalah sebagai berikut.
Penjualan = USD 450,000.00
Harga Pokok Penjualan = (USD 300,000.00)
Laba kotor = USD
150,000.00
Biaya operasi = (USD (33%)
135,000.00)
Laba (rugi) bersih usaha = USD
15,000.00) (3.3%)
Rasio Tingkat Pengembalian Total Biaya
= 3.44%
(Net Mark-Up) PT PQR

Pencarian pembanding dapat dilakukan pada commercial database. Kandidat


pembanding yang diperoleh dari commercial database adalah 25 (dua puluh lima)
perusahaan. Selanjutnya, melalui manual review/manual screening dilakukan penelitian
secara seksama, 16 (enam belas) perusahaan dianggap tidak sebanding dengan PT PQR
sehingga diperoleh 9 (sembilan) perusahaan pembanding yang reliable. Rasio net mark-
up 9 (sembilan) perusahaan pembanding tersebut adalah 6,71%, 6,85% 6,95%, 7,91%,
7,31%, 7,23%, 7,59%, 8,35%, dan 8,93%.
Berdasarkan hasil penghitungan, diketahui bahwa quartile-1 = 6,95%, quartile-2 =
7,31%, dan quartile-3 = 7,91%. Dengan demikian, net mark-up PT PQR berada di luar
range (quartile-1 - quartile-3). Penyesuaian positif dilakukan dengan menggunakan
quartile-2.

Rasio Net Mark-Up pembanding (quartile-1 s/d quartile 3) = 6,95% - 7,91%


Rasio Net Mark-Up PT PQR = 3,44%

Penghitungan Arm's Length Price (ALP)


ALP = Total Costs + (net mark-up x total costs)
ALP = USD 435,000.00 + (7.31% x USD 435,000.00)
ALP = USD 435,000.00 + USD 31,798.00
ALP = USD 466,798.00

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 20
=
Nilai penjualan wajar pembanding (quartile-2) USD 466,798.00
=
Nilai penjualan PT PQR (USD 450,000.00)
=
Koreksi positif = USD 16,798.00

E. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method)


Metode pembagian laba adalah metode penentuan harga transfer yang membagi laba
gabungan kepada pihak afiliasi yang terlibat dalam transaksi afiliasi berdasarkan
kontribusi yang diberikan.
a. Metode Pembagian Laba Kontribusi (Contribution Profit Split Method)
Metode Pembagian Laba Kontribusi adalah metode pembagian laba antar pihak
afiliasi berdasarkan fungsi yang dilakukan, aset yang digunakan dan risiko yang
ditanggung setiap pihak yang terlibat dalam transaksi afiliasi.
Contoh 5:
STU Corp. berkedudukan di negara A, memiliki 98% saham di PT STU. Pada tahun
2010, PT STU membeli semi-finished goods dari STU Corp. untuk diproses menjadi
finished goods. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa STU Corp. dan PT STU
adalah saling terkait sangat erat dalam operasional perusahaan (highly integrated
operation).
PT STU menjual produk jadi untuk pasar Indonesia. Berdasarkan analisis fungsi
diketahui, bahwa PT STU melakukan fungsi-fungsi yang cukup signifikan untuk
mendapat remunerasi yang tepat. Laporan keuangan yang diperoleh selama
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
keuangan yang diperoleh selama pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Laporan Keuangan STU Corp. PT STU


Penjualan USD 100,000.00 USD 120,000.00
Harga Pokok Penjualan USD 50,000.00 USD 100,000.00
Laba Kotor USD 50,000.00 USD 20,000.00
Biaya Operasi USD 30,000.00 USD 18,000.00
Laba Bersih Usaha USD 20,000.00 USD 2,000.00

Untuk Tahun Pajak 2010, PT STU sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPP BPC.
Setelah dilakukan pencarian pembanding pada database komersial, diketahui bahwa

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 21
tidak ditemukan perusahaan pembanding. Untuk menerapkan Contribution Profit
Split Method, digunakan analisis fungsi sebagai media untuk memberi bobot pada
fungsi-fungsi yang dilakukan kedua belah pihak afiliasi yang saling bertransaksi.
Berikut adalah hasil pembobotan yang dilakukan terhadap fungsi kedua belah pihak
afiliasi yang saling bertransaksi (berdasarkan data dan Analisis fungsi kedua belah
pihak).
Fungsi Bobot STU Corp. PT STU
Pemasaran 10 6 4
Transportasi 5 4 1
Intangible Property 10 10 0
Akuntansi 5 1 4
Penjualan 10 8 2
Daftar pelanggan 10 6 4
Logistik 5 3 2
Pergudangan 5 0 5
Warranty 5 3 2
Sales support 5 2 3
Training 5 5 0
Total 75 48 27
Profit Split 64.0% 36.0%

Net operating income STU Corp. = USD 20,000.00


Net operating income PT STU = USD 2,000.00 +
Total net operating income = USD 22,000.00

Pembagian laba dengan Contribution Profit Split Method


Net Operating income STU Corp. = 64% x USD 22,000.00 = USD 14,080.00
Net Operating income PT STU = 36% x USD 22,000.00 = USD 7,920.00

Koreksi positif atas net operating income PT STU


= USD 7,920.00 - USD 2,000.00 = USD 5,920.00
Koreksi positif atas net operating income diatribusikan kepada transaksi afiliasi yang
terjadi yaitu transaksi pembelian sehingga penyesuaian positif atas pembelian PT
STU = USD 100,000.00 – USD 5,920.00 = USD 94,080.00
b. Metode Pembagian Laba Sisa (Residual Profit Split Method)
Metode Pembagian Laba Sisa adalah metode pembagian laba yang mengidentifikasi
terlebih dahulu laba sisa dengan mengurangkan laba rutin setiap pihak afiliasi dari

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 22
laba gabungan kemudian laba sisa dialokasikan berdasarkan kontribusi setiap pihak
afiliasi yang terlibat terhadap laba sisa.
Contoh 6 :
BGS Corp., perusahaan manufaktur yang berkedudukan di Negara A, memiliki 99%
saham di PT BGS (distributor) yang berkedudukan di Indonesia. BGS Corp.
melakukan fungsi R&D dan memproduksi barang dengan brand-name "DK".
Sedangkan PT BGS adalah distributor yang sangat aktif memasarkan produk yang
dibuat oleh BGS Corp. PT BGS melakukan promosi dan iklan secara masif baik di
media cetak maupun elektronik, sehingga brand-name "DK" menjadi sangat terkenal
di Indonesia. Pada Tahun Pajak 2010, PT BGS sedang dilakukan pemeriksaan oleh
KPP MLG.
Laporan Keuangan (USD)
BGS Corp. (R&D) PT BGS (Marketing)
Penjualan 700,000.00 Penjualan 976,000.00
HPP (466,000.00) HPP (700,000.00)
Laba kotor 234,000.00 Laba kotor 276,000.00
Biaya operasi: Biaya operasi:
Biaya R&D 140,000.00 Biaya marketing 180,000.00
Biaya operasi lain 34,000.00 Biaya operasi lain 56,000.00
Laba Bersih usaha 60,000.00 Laba Bersih usaha 40,000.00

Laba bersih usaha BGS Corp. = USD 60,000.00


Laba bersih usaha PT BGS = USD 40,000.00
Laba bersih usaha gabungan = USD 100,000.00

Tahap selanjutnya, dilakukan pencarian terhadap perusahaan manufaktur yang hanya


melakukan fungsi sederhana (tidak melakukan R&D) dan dilakukan pencarian
terhadap perusahaan distributor yang hanya melakukan fungsi yang sederhana (tidak
melakukan aktivitas pemasaran secara besar-besaran).
Hasil pencarian pada commercial database Perusahaan manufaktur (simple function)
memperoleh laba bersih usaha = USD 15,000.00 (manufaktur dengan fungsi
sederhana mendapat remunerasi 3% x total cost) Perusahaan distributor (simple
function) memperoleh laba bersih usaha = USD 19,520.00 (distributor dengan fungsi
sederhana mendapat remunerasi 2% x penjualan)

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 23
Laba bersih usaha (simple manufakturer) = USD 15,000.00
Laba bersih usaha (simple distributor) = USD 19,520.00 +
Total laba bersih usaha (basic profit) = USD 34,520.00

Total laba bersih usaha (dengan intangible asset) = USD 100,000.00


Total laba bersih usaha (simple function) = USD 34,520.00 -
Residual Profit = USD 65,480.00

Proporsi biaya R&D dan biaya marketing yang digunakan sebagai dasar Alokasi
residual profit
Biaya R&D = USD 140,000.00 (43.75%)
Biaya marketing = USD 180,000.00 (56.25%)
Total biaya = USD 320,000.00

Alokasi Residual Profit

= USD 28,648.00
BGS Corp. 43.75% x USD 65,480.00
= USD 36,832.00 +
PT BGS 56.25% x USD 65,480.00
= USD 65,480.00
Total residual profit

Penyesuaian atas laba bersih usaha

BGS Corp. = USD 15,000.00 + USD 28,648.00 = USD 43,648.00


PT BGS = USD 19,520.00 + USD 36,832.00 = USD 56,352.00

Koreksi positif atas net operating income diatribusikan kepada transaksi afiliasi yang
terjadi yaitu transaksi pembelian sehingga penyesuaian positif atas pembelian PT
BGS = USD 56,352.00 – USD 40,000.00 = USD 16,352.00
2.5.Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
Tahapan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dilakukan setelah
memilih metode transfer pricing yang paling sesuai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha antara lain sebagai berikut :
a. Melakukan Analisis Kesebandingan:
Pemeriksaan transfer pricing dilakukan dengan cara membandingkan kondisi
transaksi afiliasi dengan kondisi transaksi independen. Transaksi afiliasi dianggap
sebanding dengan transaksi independen dalam hal :
a) Perbedaan (jika ada) antara kondisi transaksi afiliasi dan kondisi transaksi
independen tidak memiliki pengaruh yang material terhadap harga atau laba;

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 24
b) penyesuaian andal yang akurat dapat dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
material tersebut.
b. Meningkatkan Kesebandingan
Untuk membandingkan antara kondisi pada transaksi afiliasi dengan kondisi
transaksi independen, karakteristik yang relevan secara ekonomi dari keadaan yang
dibandingkan harus sebanding secara memadai agar pembandingan tersebut lebih akurat.
Dalam hal kondisi transaksi afiliasi tidak sebanding dengan kondisi transaksi independen,
peningkatan kesebandingan dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
1). Kriteria Pencarian dan Seleksi Manual
Untuk menghasilkan pembanding yang andal maka pencarian data pada
database komersial harus menggunakan strategi pencarian/kriteria pencarian
(searching strategy/searching criteria) yang tepat, antara lain:
a) kode industri yang sesuai dengan Wajib Pajak yang diperiksa,
b) wilayah (region),
c) ketersediaan data,
d) indikator laporan keuangan.
Setelah melakukan pencarian data melalui searching strategy tertentu, maka akan
diperoleh satu atau lebih data perusahaan yang akan dijadikan sebagai pembanding.
Akan tetapi, data yang diperoleh dari commercial database tersebut hanya
merupakan kandidat pembanding. Atas kandidat pembanding yang terpilih, wajib
dilakukan proses seleksi manual (manual review/manual screening) sehingga dapat
diputuskan apakah kandidat pembanding tersebut digunakan (andal) atau ditolak.
Seleksi manual dilakukan dengan mempelajari profil tiap-tiap perusahaan yang
menjadi kandidat pembanding, melihat pada lamannya (website), mencari informasi
yang terkait dengan kandidat pembanding tersebut pada media cetak atau online, atau
cara lainnya.
Kriteria untuk menolak kandidat pembanding, antara lain sebagai berikut.
a) Terdapat informasi bahwa kandidat pembanding tersebut melakukan fungsi yang
berbeda dengan Wajib Pajak yang sedang diperiksa (misalnya, Wajib Pajak yang
diperiksa merupakan manufaktur, sedangkan kandidat pembanding merupakan
distributor).

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 25
b) Terdapat informasi bahwa kandidat pembanding tersebut merupakan perusahaan
yang bergerak dalam industri yang sangat berbeda dengan industri Wajib Pajak
yang sedang diperiksa.

c) Terdapat informasi lain yang membuat kandidat pembanding tersebut tidak andal
(reliable) untuk dijadikan pembanding.
2). Penggunaan Data Beberapa Tahun (multiple year data)
Untuk menentukan kewajaran suatu transaksi afiliasi, pembandingan tahun per tahun
dapat terdistorsi akibat adanya perbedaan-perbedaan material pada keadaan ekonomi
ataupun kondisi pasar serta kondisi lainnya dalam perusahaan.
Pengujian atas kewajaran suatu transaksi, memerlukan penelitian data beberapa
tahun atas transaksi afiliasi ataupun transaksi independen. Dengan cara ini,
perbedaan-perbedaan yang terjadi karena beberapa hal seperti siklus produk ataupun
siklus usaha dapat diatasi dan akan menghasilkan kesebandingan yang lebih andal.
3). Penyesuaian Kesebandingan
Langkah-langkah penyesuaian kesebandingan dilakukan apabila terdapat
perbedaan keadaan-keadaan yang mempengaruhi kondisi (harga atau laba) secara
material antara transaksi afiliasi dengan transaksi independen. Penyesuaian
kesebandingan dapat berupa penyesuaian atas perbedaan ketentuan kontrak, dll.
Apabila penyesuaian kesebandingan andal yang akurat (reasonably accurate
adjustment) tidak dapat dilakukan, maka pengujian prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha pada transaksi afiliasi seharusnya dilakukan dengan menggunakan metode
transfer pricing lainnya yang paling sesuai dengan fakta dan kondisi.
4). Pendekatan Transaksi per Transaksi atau Gabungan Transaksi
Dalam Pemeriksaan transfer pricing, terdapat situasi-situasi dimana
pengujian transaksi afiliasi secara gabungan lebih tepat untuk diterapkan. Hal ini
disebabkan karena transaksi-transaksi afiliasi yang terkait erat (closely link) atau
berkelanjutan (continuous).
c. Penentuan Harga atau Laba Wajar dalam Pemeriksaan Transfer Pricing
Setelah pembanding yang andal diperoleh dan metode transfer pricing yang akan
digunakan telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan harga atau

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 26
laba transaksi afiliasi dengan harga atau laba pembanding tersebut sesuai metode yang
akan digunakan.
d. Primary Adjustment, Secondary Adjusment, dan Corresponding Adjustment
Selisih antara harga atau laba transaksi afiliasi dengan harga atau laba wajar
merupakan koreksi primer (primary adjusment). Apabila koreksi primer dilakukan pada
tingkat laba, maka Pemeriksa Pajak harus mengatribusikan koreksi laba tersebut pada
transaksi afiliasi yang memilih risiko penghindaran pajak tinggi.
Koreksi primer yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dapat mengakibatkan
terjadinya koreksi sekunder. Koreksi sekunder (secondary adjustment) merupakan
koreksi lanjutan yang dapat terjadi akibat adanya koreksi primer pada transaksi afiliasi.
Misalnya Pemeriksa Pajak melakukan koreksi positif atas suatu transaksi afiliasi Wajib
Pajak. Akibat koreksi tersebut, terdapat kelebihan pembayaran ke pihak afiliasi. Atas
kelebihan pembayaran tersebut, Pemeriksa Pajak dapat melakukan koreksi sekunder
berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Selanjutnya atas koreksi primer dan koreksi sekunder dapat dilakukan corresponding
adjustment sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Pada praktiknya, ketiga tahapan pelaksanaan Pemeriksaan transfer pricing tersebut
di atas bukanlah tahapan linier. Terdapat keadaan dimana Pemeriksa Pajak dapat
mengulang tahapan yang sudah dilakukan, misalnya Pemeriksa Pajak sudah menentukan
metode transfer pricing yang paling sesuai dengan fakta dan kondisi yang dihadapi, akan
tetapi tidak dapat menemukan informasi terkait pembanding atau tidak dapat melakukan
penyesuaian andal yang akurat (reasonably accurate adjusment). Oleh karena itu,
Pemeriksa Pajak dapat mengulang tahapan kedua untuk memilih metode transfer pricing
lainnya yang paling sesuai.

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 27
BAB 3

KESIMPULAN

Transfer pricing dapat membuat potensi penerimaan pajak suatu negara berkurang
atau hilang. Perusahaan multinasional memiliki kecenderungan untuk menggeser kewajiban
perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi ke negara-negara
yang menetapkan tarif pajak rendah. Sehingga dengan demikian terjadi pergeseran dasar
pengenaan pajak dari satu negara ke negara lainnya. Hal inilah yang membuat masalah
transfer pricing menjadi masalah internasional karena banyak negara yang memiliki
kepentingan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang dalam transaksi yang
mengandung transfer pricing menjadi negara sumber penghasilan. Transfer pricing dapat
menimbulkan distorsi penerimaan negara.
Dengan berlakunya aturan terkait TP Doc maka suka atau tidak suka jika ingin diakui
sebagai Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, Wajib Pajak tidak hanya menyelenggarakan
dokumen lokal saja dalam penentuan harga transfer sebagai dasar penerapan kewajaran dan
kelaziman usaha atas transaksinya dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa tetapi
menyelenggarakan dan menyimpan 3(tiga) tingkat dokumen yang berupa :
1. dokumen induk;
2. dokumen lokal; dan
3. laporan per Negara

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 28
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- DJP No.PER-22/PJ/2013 tentang Pedoman
Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
Diakses dari http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15275

Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK No. 213/PMK.03/2016 tentang Jenis dokumen
dan/atau informasi tambahan yang wajib disimpan oleh wajib pajak yang melakukan
transaksi dengan para pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan tata cara
pengelolaannya. Diakses dari
http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=16197

MAGISTER AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Page 29

Anda mungkin juga menyukai