Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No.

2, Desember 2012

IDENTIFIKASI LAHAN RAWA DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Studi Kasus Lahan Rawa di Kabupaten Indragiri Hulu

Identification of Wetland and Catchment Area in Indragiri Hilir Region

Bambang Riadi¹, AB.Suriadi.M.A², Jaka Suryanto³, Sekar Pranadita4


(¹²³ Peneliti Madya BIG; 4Teknik Geodesi UGM)
Email: briadi_jasinfo@yahoo.com; budiman6109@gmailcom; jaka_eriko@yahoo.co.id;
sekar.pranadita@yahoo.com

Diterima (received): 27-9-2012, disetujui untuk publikasi (accepted): 6-11- 2012

ABSTRAK

Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau memiliki areal rawa yang luas mencapai 146.367 ha dari
luas wilayah 795.569 ha atau 18,4 % wilayah kabupaten. Saat ini kondisi rawa tersebut
terdegradasi untuk pemanfaatan lain diantaranya untuk perkebunan dan kegiatan ekonomi lainnya.
Kondisi rawa yang masih berupa hutan (hutan tanaman industri, hutan, gambut dan rawa)
mencapai 33.700 ha sedang yang berubah menjadi kebun kelapa sawit mencapai 39.800 ha dan
kebun campuran 30.500 ha. Ada pemanfaatan lain di areal rawa untuk kegiatan ekonomi selain
kegiatan ekonomi di atas. Tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan adalah extraksi Peta
Rupabumi, kompilasi data sekunder, interpretasi data inderaja, survey lapangan dan pemutakhiran
peta. Area rawa dianalisis menggunakan SRTM 30m dan pemutakhiran tutupan lahan
menggunakan data citra satelit SPOT5. Analisis perubahan pemanfaatan lahan rawa menggunakan
teknik overlay pada Sistem Informasi Geografi, guna memvalidasi hasil analisis dilakukan survey
lapangan.

Kata kunci: degradasi, hutan, pemutakhiran peta, tutupan lahan


ABSTRACT

Indragiri Hulu Regency of Riau Province has wetlands area reaches 146.367 ha of the total area
795.569 hectares (11.5% of the area). Currently, most of the wetland areaare converted and
degraded into other usage such as plantations and other economic activities. In the area, 33.700
hectares are still forested(forest industry plants, forests, peat bogs and swamps) while about
39.800 and 30.500 hectares are now being converted into palm plantations and mixed garden.
Besides that, there are other utilization for economic activity different to the mentioned above.
There werephases conducted in the research: topographic map information extraction, secondary
data compilation, remote sensing data interpretation, field survey, and map updating. The wetlands
was analyzed by using 30m SRTM; and its land cover was updated using SPOT-5 imagery. A GIS-
overlaytechnique was implemented to analyze the change of land use and field survey was carried
out to validate the results.

Key words: degradation, forest, map updating, land cover

LATAR BELAKANG dengan 400 meter dari permukaan laut


(gambar1.). Bagian yang terluas dari
Topografi dari Kabupaten Indragiri Hulu dataran rendah terletak pada ketinggian
merupakan wilayah dataran rendah, 25 sampai dengan 100 meter di atas
perbukitan dan rawa-rawa, dengan permukaan laut yang sebagian besar
ketinggian berkisar antara 5 sampai ditutupi oleh hutan dan tanah gambut.

123
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

Sebagai wilayah yang dilintasi oleh garis dan rawa, kemiringan lahan yang
khatulistiwa Kabupaten Indragiri Hulu berkisar 0 s/d 8% menjadi indikasi
beriklim tropis basah, dengan jumlah bahwa sebagian besar wilayah Indragiri
curah hujan per tahun rata-rata 2000- Hulu merupakan daerah yang datar dan
3000 mm. Topografi wilayah yang memiliki daerah rawa yang luas. Maksud
demikian menyebabkan secara alamiah penelitian ini adalah untuk mendapatkan
daerah ini dialiri oleh sungai besar informasi perubahan penggunaan lahan
maupun kecil. Diantara sungai yang rawa untuk aktifitas lain. Kegiatan ini
terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu menggunakan sumber data peta
yang memiliki peranan penting dan rupabumi dan citra satelit serta data-
strategis adalah Sungai Indragiri. Sungai data pendukung (sekunder) lainnya
Indragiri mengalir melintasi Kabupaten yang diproses menggunakan teknik
Indragiri Hulu dan beberapa Kabupaten Sistem Informasi Geografi (SIG).
lainnya di Provinsi Riau, hulu Sungai
Indragiri berada di Danau Singkarak Data-data yang dijadikan acuan dalam
wilayah Propinsi Sumatera Barat. Relatif kegiatan adalah :
tingginya curah hujan yang terjadi
1. Peta Rupabumi Indonesia skala
menyebabkan wilayah-wilayah
1:50.000
Kabupaten Indragiri Hulu yang berada
2. Data sekunder, dari Dinas PU dan
pada dataran rendah atau sepanjang
Tata Ruang
Sungai Indragiri hampir setiap tahun
3. Citra satelit SPOT5
mengalami banjir yang datang dari hulu
4. Citra SRTM 30m
sungai maupun daerah aliran sungai
5. Data hasilpengamatan GPS di
yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu.
lapangan

Tujuan kegiatan penelitian ini adalah


tersedianya Peta Daerah Aliran Sungai
(DAS) serta Peta Sebaran Rawa di
wilayah Kabupaten Indragiri Hulu.

Penggunaan data yang bervariasi dalam


kegiatan ini perlu dilakukan proses
sinkronisasi data sebagai upaya
membangun konsistensi antara suatu
sumber data dengan sumber data
lainnya, dan menjamin harmonisasi
antar data secara berkesinambungan.
Gambar 1. Peta Lereng Kabupaten Indragiri Pada hakekatnya sinkronisasi data
Hulu
adalah membangun kesalarasan
Maksud dan Tujuan (harmoni) antar data dari berbagai
sumber, sehingga data tersebut dapat
Kabupaten Indragiri Hulu memiliki digunakan secara bersama untuk suatu
banyak aliran sungai dan terdiri dari keperluan.
beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)

124
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

METODOLOGI terpetakan. Metode survei lapangan


dengan cara, pengamatan titik koordinat
Kegiatan penelitian Pemetaan Pola unsur, dan wawancara dengan
Aliran Sungai dan Rawa merupakan penduduk setempat.
kegiatan pemutakhiran data. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini Untuk memantau posisi unsur prioritas
adalah integrasi antara survei lapangan dilakukan pengukuran titik koordinat
menggunakan data penginderaan jauh, secara lebih seksama. Pengamatan
analisis kartometrik dan survei terestris posisi koordinat ini dilakukan dengan
(gambar 2). Peta rupabumi skala pengukuran posisi rata-rata pada selang
1:50.000 digunakan sebagai data dasar waktu tertentu sehingga diperoleh
sekaligus sebagai acuan awal proses akurasi posisi yang lebih baik.
pemutakhiran. Kegiatan interpretasi
visual dilakukan untuk pemutakhiran Metode wawancara penduduk dilakukan
data peta rupabumi skala 1:50.000 untuk memperoleh informasi yang valid.
dengan menggunakan citra satelit Wawancara ini berguna pula untuk
SPOT5 resolusi 5 m. Adapun kombinasi memperoleh informasi tentang ada
band yang yang digunakan pada saat tidaknya perubahan penggunaan lahan
penafsiran citra satelit secara yang mungkin disebabkan oleh
manual/visual adalah true colour, perubahan alami ataupun adanya
berbagai kenampakkan vegetasi dan pemekaran wilayah. Apabila diperoleh
insfrastruktur lainnya baik alami maupun informasi adanya perubahan batas
yang buatan dapat terlihat dengan jelas. wilayah, maka ditindaklanjuti dengan
tracking batas baru tersebut
Untuk penafsiran manual/visual (on menggunakan GPS bila diperlukan.
screen digitation), akan sangat
memperhatikan pola jaringan sungai, Peta yang telah dimutakhirkan, selain
danau atau garis pantai yang diikuti disusun dan disimpan dalam suatu
dengan pola jaringan jalan, hal ini akan basisdata spasial digital, juga dibuat
membantu dalam penafsiran obyek- versi cetaknya (hardcopy) sehingga
obyek atau vegetasi yang terliput pada dihasilkan peta yang siap cetak. Proses
citra yang ada. Selanjutnya dilakukan pembuatan peta cetak dari data spasial
deteksi pada obyek-obyek dengan digital, pada prinsipnya adalah
melakukan delineasi batas luar pada visualisasi data secara kartografis. Batas
kelompok yang yang mempunyai warna administrasi dan data lain yang relevan
yang sama dan memisahkannya dari (jalan, sungai, garis pantai dan nama-
yang lain (Lillesand dan Kiefer, 1979; nama geografi atau toponimi)
Sutanto, 1985). divisualisasikan dalam bentuk simbol.
Pemilihan simbol dilakukan dengan
Kegiatan survei lapangan dilakukan memperhatikan kaidah kartografis, atau
untuk memvalidasi peta hasil merujuk pada suatu standar pemetaan
pemutakhiran, selain itu berfungsi juga misal Standar Nasional Indonesia (SNI).
untuk mengidentifikasi perubahan Simbol batas administrasi yang terdapat
penggunaan lahan yang belum pada peta Rupabumi Indonesia, dan

125
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

telah dibakukan dalam bentuk SNI, peta antara lain: judul, legenda, skala,
dapat diadopsi dalam proses simbolisasi inset, grid koordinat, orientasi, riwayat
Peta Pola Aliran Sungai, Rawa dan peta, pembuat, dan sumber data.
Irigasi. Elemen-elemen tersebut lazim disebut
sebagai informasi tepi (marginal
Data yang telah divisualisasikan dalam information). Seluruh elemen peta
bentuk simbol, merupakan elemen selanjutnya disusun dalam suatu tata
utama dalam suatu peta. Elemen ini letak (layout), dengan memperhatikan
lazim juga disebut sebagai muka peta beberapa kaidah antara lain balance,
(map face). Selain muka peta, elemen unity dan harmony.
lain yang umum terdapat dalam suatu

Citra Peta Rupabumi

SPOT 5 SRTM 30 m SRTM 30 m Peta Sungai Peta Dasar

Liputan Lahan Peta Rawa


DEM

Overlay Peta DAS dan


Sub DAS

Pemutakhiran/ Perubahan Peta Lereng


Pemanfaatan Lahan Rawa

Gambar 2. Bagan Alir Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Lereng (%) = tgà x 100% atau tgβ x


100% (gambar 3).
Pemetaan Kemiringan

Kemiringan lereng (slope steepness) segment pjang lereng


secara matematis adalah besarnya
sudut antara lereng dan bidang datar.
Dibanyak literatur para ahli untuk β
berbagai kepentingan sering
mempresentasikan lereng dalam unit α
persentase yaitu perbandingan antara
jarak vertikal dengan jarak horizontal
dari satu segment panjang lereng Gambar 3. Skema pengertian kemiringan
(uninterupted slope length) dikali 100%. lereng

126
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

Pemetaan kemiringan lereng Tabel 1. Kemiringan Lahan


menggunakan DEM SRTM, melalui
proses SIG berbasis raster. Perangkat No Klass Luas ha %
lunak yang digunakan adalah ILWIS . Lereng
versi 3.7. Hasil perhitungan kemiringan 1 >25 % 45.534 5.72
lereng kemudian dikonversi ke format 2 15-25% 112.383 14.13
vektor (raster to polygon) menggunakan 3 8-15% 361.115 45.39
software ArcGIS. 4 2-8% 276.536 34.76

Untuk menurunkan kemiringan lereng


menggunakan perangkat lunak ILWIS Lahan Rawa
digunakan rumus
Lahan rawa adalah lahan yang
SLOPEPCT = 100 * HYP(DX,DY)/ menempati posisi peralihan antara
PIXSIZE(DEM) sistem daratan dan sistem perairan
(sungai, danau, atau laut), yaitu antara
Dimana: SLOPEPCT= LERENG(%), HYP daratan dan laut, atau di daratan
adalah internal Mapcalc/ Tabcalc sendiri, antara lahan kering dan
function, DX filter untuk arah x dan DY sungai/danau; yang sepanjang tahun,
filter untuk arah y, PIXSIZE(DEM) atau dalam waktu yang panjang dalam
adalah ukuran pixel DEM yang setahun (beberapa bulan) tergenang
digunakan. dangkal, selalu jenuh air, atau
mempunyai air tanah dangkal (Subagyo,
Hasil proses analisa kemiringan 2006)
ditunjukan pada gambar dibawah.
(gambar 4.) Rawa sebagai bentuk lahan dan juga
ekosistem; bentuklahan rawa bisa
tergolong pada dua origin atau
bentukan asal, yaitu bentukan asal
marin, dan bentukan asal fluvial. Rawa
yang tergolong pada bentukan asal
marin biasanya ditumbuhi vegetasi
mangrove sehingga rawa dapat
diidentifikasi melalui sebaran ekosistem
mangrove. Pertama rawa mangrove
biasanya berada di dataran pantai
tergenang atau secara geomeorfologis
disebut marine backswamp.

Rawa yang kedua adalah rawa fluvial,


biasanya berada di sepanjang sungai di
dataran fluvial kebanyakan rawa fluvial
sudah digunakan sebagai areal
Gambar 4. Peta Lereng
persawahan lahan basah. Rawa juga
terdapat di cekungan atau danau ( close

127
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

basin) yang outletnya hanya via didelineasi dan di petakan sebagai peta
evapotranspirasi dan infiltrasi. Rawa rawa tentatif. Peta rawa tentatif di cek
seperti ini biasanya rawa gambut. lapangan untuk memastikan apakah
hasil interpretasi ini sudah benar.
Untuk mengidentifikasi rawa dalam Dengan demikian maka survei lapangan
kegiatan ini digunakan DEM SRTM dan untuk identifikasi rawa adalah
Citra Landsat tahun 2006 dan 2007. Dua mengkonformasi dan memotret kondisi
citra ini diolah sehingga menampilkan lapangan untuk penyempurnaan peta
kesan (signature) yang memudahkan rawa, sebagai ilustrasi Gambar
interpretasi. DEM SRTM diklasifikasi 6.Perubahan penggunaan lahan tabel2.
menjadi beberapa kelas ketinggian menunjukan adanya perubahan
sehingga terlihat daerah dataran pemanfaatan lahan rawa untuk berbagai
rendah, daerah berbukit, dan daerah kegiatan ekonomi, secara keseluruhan
yang kemungkinan besar adalah rawa area rawa tersisa 33.700 ha (23%) dari
dan flood plain. Kenampakan ini 146.367 ha.

Danau/cekungan
Rawa

bukit Flood plain dan


back swamp

Tegalan/kebun/belu
kar didaran
bergelombang Areal pertanian
(sawit/sawah)

Perbukitan/hutan

Gambar 5. Teknis interpretasi sebaran rawa

128
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

Tabel 2. Perubahan Lahan Rawa Wilayah sungai (WS) adalah kesatuan


wilayah pengelolaan sumber daya air
No Penggunaan Luas %
dalam satu atau lebih daerah aliran
Lahan rawa (ha)
untuk sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang
1 HTI 9.393 6.42 luasnya kurang dari atau sama dengan
2 Hutan 1.184 0.81 2.000 km2 (butir 10), sedangkan
3 Hutan Gambut 19.963 13.64
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
4 Hutan Rawa 3.178 2.17
5 Non Pertanian 230 0.16 wilayah daratan yang merupakan satu
6 Kebun Campuran 30.417 20.78 kesatuan dengan sungai dan anak-anak
7 Land Clearing 12.093 8.26 sungainya, yang berfungsi menampung,
8 Kebun Karet 4.205 2.87 menyimpan, dan mengalirkan air yang
9 Kebun Karet Baru 9.913 6.77
10 Kebun Sawit 29.88 20.42
berasal dari curah hujan ke danau atau
11 Kbn Sawit Baru 21 0.01 ke laut secara alami, yang batas di darat
12 Pmkiman Jarang 1.016 0.69 merupakan pemisah topografis dan
13 Pmkiman Padat 2.825 1.93 batas di laut sampai dengan daerah
14 Pertanian 129 0.09
perairan yang masih terpengaruh
15 Rawa 535 0.37
16 Semak Belukar 16.877 11.53 aktivitas daratan (gambar 7).
17 Sungai 4.084 2.79
18 Lahan Hara 419 0.29
19 Danau 7 0.01
TOTAL RAWA 146.367 100

Gambar 7. Skema sebuah Daerah Aliran


Sungai (DAS)
(http://fergusonfoundation.org)

Pembuatan Peta Jaringan Sungai


Gambar 6. Peta sebaran rawa dan DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS) 1. Ekstraksi jaringan sungai daripeta


Rupabumi Indonesia.
Definisi mengenai Wilayah Sungai dan 2. Penarikan batas DAS berdasarkan
Daerah Aliran Sungai megacu pada Peta Digital RBI danDEM SRTM.
Undang-Undang Republik Indonesia No 3. Batas DAS adalah
7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, igirpegunungan/perbukitan yang
yaitu Bab I Ketentuan Umum butir 10 membagi aliran air permukaan kedua
dan butir 11 sebagai berikut: sisi pegunungan/perbukitan.

129
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

Gambar 8. Teknik delineasi batas DAS menggunakan DEM SRTM dan garis kontur

KESIMPULAN

Lahan rawa di Kabupaten Indragiri Hulu


lebih mudah diidentifikasi melalui
kombinasi data DEM resolusi spasial 30
m dan citra landsat TM resolusi spasial
30 m. Data DEM berfungsi untuk
mengidentifikasi ketinggian dan relief
permukaan sedangkan citra landsat
berguna untuk identifikasi pola (pattern
recognition) penutup lahan. Data
kemiringan lereng memudahkan
identifikasi daerah datar (0 – 8%) yang
Gambar 9. Peta DAS Indragiri Hulu
berasosiasi dengan sebaran rawa.
Dengan demikian interpretasi sebaran
Tabel3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
rawa lebih akurat, dan setelah dilakukan
No Nama DAS Luas (ha) % ground truth pada umumnya benar.
1 DAS Reteh 112.298 14,11 Penutup lahan yang berasosiasi dengan
2 DAS Kampar 28.583 3,5 rawa adalah mangrove, rumput rawa,
3 DAS Indragiri 351.12 44.14 dan sawah dan lain-lain. Dengan
4 Sub Das 303.464 38.14
Indragiri berkembangnya aktivitas transmigrasi
dan booming komoditas kelapa sawit di
Kabupaten Indragiri Hulu maka daerah

130
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 18, No. 2, Desember 2012

yang tadinya lahan pertanian tanaman Kraak, M.J dan Ormeling, F.J., 1996,
pangan banyak yang beralih fungsi Cartography.Visualization of Spatial
menjadi lahan perkebunan sawit. Dari Data, Wesley Longman London.
total luas rawa 146.367 Ha sekitar
39.800Ha adalah kebun kelapa sawit Lo, C.P. and Yeung, A. K. W.
(sekitar 27,2%). Fakta dilapangan (2002).Concepts and Techniques of
menunjukkan bahwa berkembang juga Geographic Information Systems.
pemukiman di derah rawa. Prentice Hall of India, New Delhi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang Sumaryono dan Nurwadjedi. 1999.


meliputi Kabupaten Indragiri Hulu Spesifikasi Pemetaan Liputan Lahan.
sebagian besar adalah bagian bawah Dokumen teknis. Bakosurtanal.
DAS Indragiri dan sebagian bagian
Lillesand, T.M & Kiefer, R.W.,
bawah DAS Kampar (Utara Kabupaten),
1990.Penginderaan Jauh dan
dan DAS Reteh dibagian Tenggara
Interpretasi Citra (terjemahan).
kabupaten. Daerah Rawa sebagian
Yogyakarta: Fakultas Geografi
besar tersebar di sepanjang dataran
UGM.Sutanto, 1986, Penginderaan
banjir dan backswamp sungai Indragiri.
Jauh, Jilid 1 dan 2, Yogyakarta:
UCAPAN TERIMAKASIH Gadjah Mada University Press.

Kegiatan penelitian ini terlaksana atas Bambang Riadi . 2012. Identifikasi


kerjasama dengan Pemerintah Lahan Rawa dan Potensi
Kabupaten Indragiri Hulu. ucapan Pengembangan Pertanian di
terimakasih kami sampaikan kepada Merauke. ProsidingSeminar Naional
Kepala Bappeda dan Litbang Indragiri Geomatika, BIG 2012.
Hulu serta Kepala Dinas Pekerjaan
Bambang Riadi. 2012. Evaluasi Spasial
Umum Indragiri Hulu beserta jajaran
Kecocokan Lahan Tebu di Distrik
staffnya yang sudah mendukung
Tubang dan Distrik Okaba Merauke -
sepenuhnya kegiatan ini.
Papua. Prosiding Seminar Naional
DAFTAR PUSTAKA Geomatika, BIG 2012.

Bakosurtanal. 2000. Spesifikasi ILWIS Help, ILWIS 3.4 Open, Copyright


Pemetaan Rupabumi Indonesia © 2013 52°North Initiative for
Skala 1:50.000. Dokumen teknis. Geospatial Open Source Software
Bakosurtanal GmbH.

Bakosurtanal. 2000. Petunjuk Teknis Subagyo H. 2006.Karakteristik dan


Neraca Sumberdaya Alam Nasional Pengelolaan Lahan Rawa, Laporan.
Spasial.Dokumen teknis BIG
Bakosurtanal
http://fergusonfoundation.org/btw-
students/what-is-a-watershed/

131

Anda mungkin juga menyukai