Anda di halaman 1dari 5

DIVERSIFIKASI ARTHROPODA

Diversification of Arthropods
Putri Oktaviana Priandani1)*, Aprilia Yogi Pratama2), dan Riski Maulana Akbar2)
1)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember,Jl. Kalimantan 37 Jember
2)Program Studi Penyuluhan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember,Jl. Kalimantan 37 Jember
* e-mail: peope1710@gmail.com

ABSTRACT
Kingdom Animalia consists of various types of phyla. Arthropods are one of the largest phyla in the kingdom animalia and can be found in
various places such as on the surface or in the ground and also fly in the air. In an ecosystem, arthropods have different roles such as decomposers
(decomposers), pollinators, and phytophags (herbivores, carnivores (predators and parasitoid)). Arthropods in soil ecosystems play a role in the
process of decomposition of soil organic material so that it can increase soil fertility. The insect class is the largest class in the atrhropod phylum.
The purpose of this study is to capture, know, and identify aerial arthropods, terrestrial arthropods, and arthropods found in the soil. This research
was conducted in November 2018 in the sugar cane area in the Jubung area, Sukorambi District, Jember Regency. This study used a quantitative
descriptive method by taking samples using 4 methods (sweep net, yellow sticky trap, pitfall trap, and Berlese-Tullgren funnel) and comparing the
similarity index of insect species to sugarcane ecology with other ecologies (rice, oil palm, and dragon fruit ) The results showed that the insects
caught in each of the traps in sugarcane were 15, consisting of 6 orders and 7 species with the highest index of insect species equal to 42.85% with
the palm oil ecosystem, followed by the dragon fruit ecosystem (group 1) with a percentage 40% and 37.5% with rice ecosystem, while the lowest is
14.2% with dragon fruit ecosystem (group 5).

Keyword: Similarity Index, Diversity, Arthropods, Insects

ABSTRAK
Kingdom animalia terdiri atas berbagai macam filum. Arthropoda atau binatang beruas merupakan salah satu filum terbesar dalam
kingdom animalia dan dapat ditemui di berbagai tempat seperti di permukaan maupun di dalam tanah dan juga terbang di udara. Dalam suatu
ekosistem, arthropoda memiliki peranan yang berbeda-beda seperti dekomposer (pengurai), penyerbuk, dan fitofag (herbivora, karnivora (predator
dan parasitoid)). Arthropoda pada ekosistem tanah berperan dalam proses dekomposisi material organik tanah sehingga dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Kelas insekta merupakan kelas terbesar dalam filum atrhropoda. Tujuan penelitian ini untuk menangkap, mengetahui, dan
mengidentifikasi arthropoda aerial, arthropoda terestrial, serta arthropoda yang terdapat di dalam tanah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2018 di areal tanaman tebu pada daerah Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan melakukan pengambilan sampel menggunakan 4 metode (sweep net, yellow sticky trap, pitfall trap, dan corong Berlese-
Tullgren) dan membandingkan indeks kesamaan jenis serangga ekologi tebu dengan ekologi lain (padi, kelapa sawit, dan buah naga). Hasil
penelitian menunjukkan serangga yang tertangkap masing-masing perangkap pada tebu sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 6 ordo dan 7 jenis spesies
dengan indeks kesamaan jenis serangga tertinggi sebesar 42,85% dengan ekosistem kelapa sawit, disusul ekosistem buah naga (kelompok 1) dengan
persentase sebesar 40% dan 37,5% dengan ekosistem padi, sedangkan terendah yaitu sebesar 14,2% dengan ekosistem buah naga (kelompok 5).

Kata Kunci: Indeks Kesamaan, Keanekaragaman, Arthropoda, Serangga

PENDAHULUAN hewan yang hidup sangat mempengaruhi sifat fisik dan


biologis tanah (Shahid et al, 2016). Arthropoda tanah yang
Agrotekno Park merupakan kawasan pelestarian ditemukan memiliki peranan yang berbeda-beda, antara lain
atau pembudidayaan yang memiliki potensi keanekaragaman sebagai dekomposer, predator, parasitoid serta herbivora.
hayati yang tinggi baik flora, fauna maupun ekosistemnya. Peran Arthropoda tanah sangatlah penting dalam peningkatan
Arthropoda merupakan filum yang memiliki kelompok spesies kesuburan tanah dan penghancuran seresah serta sisa-sisa
terbesar dalam kerajaan Animalia (hewan). Arthropoda lebih bahan organik (Fitriana, 2017).
kita kenal dalam kehidupan sehari-hari karena secara tidak Arthropoda memiliki berbagai peran dalam ekologi
langsung manusia berinteraksi dengan Arthropoda. Aktifitas dan juga menunjukkan berbagai variasi yang sangat besar
manusia sehari-hari secara tidak sengaja berpengaruh terhadap dalaam karakteristik morfologinya. Arthropoda biasanya
kenakearagaman Arthropoda (Leksono, 2017). hewan sangat aktif dan energik yang umumnya banyak
Populasi Arthropoda yang terdapat di tanah terdapat jumlah yang berjenis herbivora. Dalam keragaman
memiliki bermacam-macam jenis. Arthropoda dapat ekologi, Arthropoda tidak memiliki saingan, meskipun banyak
ditemukan dimana saja baik dipermukaan tanah maupun di arthropoda yang bersaing dengan manusia untuk makanan.
dalam tanah. Kehidupan fauna yang berada di dalam tanah Arthropoda juga sangat penting untuk membantu penyerbukan
dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu dan banyak tanaman pangan dan juga berfungsi sebagai makanan
kelembaban yang berada di atas permukaan tanah. Faktor dalam berbagai ekosistem. Arthropoda memiliki kemampuan
biotik dan abiotik berkerja secara bersamaan dalam suatu yang tidak bisa dibandingkan dengan semua hewan yang
ekosistem, sehingga mampu menentukan diversitas, berada di lingkungan darat dan air bahkan hampir semua
kelimpahan dan komposisi Arthropoda. Faktor abiotik yang iklim. Semakin lama, arthropoda telah mampu berevolusi
mempengaruhi adanya Arthropoda di dalam tanah adalah sehingga memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa
tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, terhadap kondisi lingkungan yang buruk (Bassey et al, 2013).
salinitas, kadar bahan organik dan unsur mineral tanah. Arthropoda tanah mempunyai tingkat
Penurunan tingkat kehidupan Arthropoda juga dapat keanekaragaman kelompok makhluk hidup yang memiliki
dipengaruhi karena adanya pencemaran dari pemberian banyak kesamaan dalam ciri-ciri jika dibandingkan dengan
pestisida yang dilakukan secara berlebihan. Perubahan kelompok fauna yang hidup di atas permukaan tanah dan
populasi arthropoda sebagian besar terjadi dekat ujung akar di perairan. Keanekaragaman Arthropoda tanah yang berada di
zona rhizosphere. Keanekaragaman ekosistem alami dan ekosistem perkebunan (tanaman tebu, buah naga, kelapa sawit,

1
dan padi) terutama dalam melestarikan keseimbangan dan 5. Indeks kesamaan jenis serangga pada beberapa
kecukupan tersedianya hara, melalui keikutsertaannya dalam agroekosistem
menghancurkan dan menguraikan bahan organik.
Ketersediaan unsur hara didapatkan dari adanya pemberian Tahap Pelaksanaan.
pupuk terhadap berbagai ekosistem yang ada di perkebunan Perangkap Jaring (Sweep Net)
(Farista, 2013). Perangkap jaring digunakan untuk menangkap
Kelimpahan Arthropoda tanah juga dapat serangga aerial yang aktif pada siang hari. Langkah pertama
dipengaruhi oleh berbagai vegetasi yang berada di atasnya. yang dilakukan ialah menyiapkan sweep net yang telah
Vegetasi mampu menghasilkan seresah yang bisa menjadi disediakan lab, lalu menganyunkan sweep net secara diagonal
sumber makanan bagi Arthropoda tanah. Ketersediaan pada lahan pertanaman tebu yang akan diambil contoh
makanan berupan tumbuhan digunakan secara langsung serangganya sebanyak kurang lebih 10x. Mengumpulkan
sebagai tempat perlindungan yang mampu mendukung serangga yang diperoleh, setelah itu mengidentifikasi hasil
kehidupan, kelimpahan dan perkembangbiakan spesies pengumpulan.
Arthropoda tanah. Vegetasi yang mempengaruhi kehidupan
dari Arthropoda , terutama pada vegetasi tumbuhan penutup Perangkap Kuning Lengket (Yellow Sticky Trap)
tanah yang berupa semak dan perdu atau sekelompok tanaman Perangkap kuning lengket digunakan untuk
yang memiliki ketinggian di bawah 6 meter juga akan menangkap serangga aerial yang aktif pada malam hari.
mempengaruhi banyaknya dan keragaman Arthropoda Langkah pertama yang dilakukan ialah menyediakan kertas
tumbuhan penutup tanah (Yanuwiadi, 2014). warna kuning (map plastik), lalu memotongnya hingga
Pohon yang berperan secara fungsional dapat berukuran sekitar 10 x 10 cm. Melapisi map plastik kuning
dianggap sebagai langkah pertama untuk menggambarkan dengan plastik, kemudian melaburinya dengan perekat/lem
akuratnya peranan Arthropoda dalam suatu ekosistem. (lem tikus), setelah itu menempelkannya ke ajir dan
Hubungan antara tanaman dan Arthropoda sangatlah ditancapkan di areal tanaman tebu. Menunggu sampai 24 jam,
signifikan karena semakin bagus kualitas tanaman yang lalu mengamati serta mengidentifikasi serangga yang
tumbuh, maka semakin banyak juga keanekaragaman diperoleh.
Arthropoda yang terdapat didalamnya salah satunya yang
paling umum ditemukan adalah jenis Coleoptera. Coleoptera Perangkap Jatuh (Pitfall Trap)
merupakan salah satu kelommpok Arthropoda yang paling Perangkap jatuh digunakan untuk menangkap
banyak ditemui dan terdapat berbagai macam jenis. serangga yang hidup di atas permukaan tanah dengan langkah
Coleoptera juga merupakan Arthropoda yang sangat cocok awal yaitu menyediakan gelas plastik berukuran 125 mL yang
dengan peranan tinggi di dalam hutan tropis. Serangga yang telah dibuang penutupnya. Membuat lubang sedalam sekitar
sering berkaitan dengan jamur dan penggunaan sumber daya 10-15 cm di tanah dekat pertanaman tebu yang akan diambil
kayu mudah untuk ditemukan di hutan (Vedel et al, 2016). contoh serangganya. Mengisi gelas plastik dengan alkohol
70% sekitar 50 mL, kemudian meletakkan gelas plastik pada
lubang yang telah disediakan sampai sejajar dengan tanah di
BAHAN DAN METODE sekitarnya. Memberi penutup (pelepah pisang) untuk
Penelitian dengan judul “Diversifikasi menghindari air hujan. Mengamati setelah 24 jam, setelah itu
Arthropoda” dilaksanakan di areal tanaman tebu pada daerah mengidentifikasi hasil arthropoda yang diperoleh.
Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Waktu
pelaksanaan dimulai pada tanggal 10 November 2018. Corong Berlese-Tullgren
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif Metode corong Berlese-Tullgren digunakan untuk
dengan melakukan pengambilan sampel menggunakan 4 menangkap serangga yang hidup di dalam tanah dengan cara
metode (sweep net, yellow sticky trap, pitfall trap, dan corong mengambil bahan kompos/seresah pada pertanaman tebu
Berlese-Tullgren) dan membandingkan indeks kesamaan jenis sebanyak 250 gram pada kedalaman 1-10 cm. Menyiapkan
serangga ekologi tebu dengan ekologi lain (padi, kelapa sawit, peralatan metode corong Berlese-Tullgren.
dan buah naga).

Alat dan Bahan

Alat
Jaring serangga, gelas plastik 125 mL, sekop kecil, Memasukkan tanah yang telah diambil ke dalam
botol air mineral 1,5 L, selotip, gunting, kain kasa kasar, karet saringan C, lalu menuangkan alkohol 70% sekitar 150 mL ke
gelang, bola lampu 25 watt, map plastik (kuning cerah), dalam wadah D. Menyalakan lampu B dan diamkan sampai 24
bambu untuk dijadikan ajir, tabel pengamatan, alat tulis, jam. Mengamati serangga yang jatuh ke dalam wadah D
kantong plastik, kamera, dan mikroskop. dengan menggunakan mikroskop, kemudian menentukan jenis
serangga yang didapat (memfoto serangga dengan kamera).
Bahan
Serangga yang tertangkap sebagai objek penelitian, Indeks Kesamaan Jenis Serangga pada Beberapa
pelepah pisang, alkohol 70% (50 mL dan 150 mL), dan lem Agroekosistem
tikus. Seluruh serangga pada pertanaman tebu yang telah
terkumpul dan teridentifikasi dibandingkan dengan serangga
Pelaksanaan Penelitian pada agroekosistem lain (padi, kelapa sawit, dan buah naga)
Penyajian data dengan cara menghitung indeks kesamaan jenis menggunakan
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik rumus:
dengan masing-masing metode percobaan:
1. Perangkap jaring (Sweep net) 2C
IS = × 100%
2. Perangkap kuning lengket (Yellow sticky trap) A+B
3. Perangkap jatuh (Pitfall trap)
4. Corong Berlese-Tullgren Keterangan:

2
IS = Indeks kesamaan jenis spesies serangga (%) Grafik 1.4 Perlakuan Sweep Net
A = Jumlah spesies serangga pada agroekosistem 1 Berdasarkan grafik 1.4 perlakuan Sweep Net didapatkan data
(tebu) jumlah arthropoda pada jenis Arthropoda Belalang dan Kumbang sebanyak 2
buah dan pada jenis Arthropoda Lebah dan Capung sebanyak 1 buah.
B = Jumlah spesies serangga pada agroekosistem 2
(padi/kelapa sawit/buah naga) 2. Perlakuan Yellow Sticky Trap
C = Jumlah spesies serangga yang sama pada
agroekosistem 1 dan 2

HASIL

Tabel 1.5 Perlakuan Yellow Sticky Trap


Berdasarkan grafik 1.5 pada perlakuan yellow sticky trap diatas
didapatkan data jumlah arthropoda pada jenis kumbang sebanyak 2 buah dan
pada jenis ngengat,semut dan laba-laba sebanyak 1 buah.
Grafik 1.1 Indeks Kesamaan Jenis Serangga 3. Perlakuan Pitfall Trap
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa presentase
indeks kesamaan jenis serangga terbesar terdapat pada ekosistem kelapa sawit
sebanyak 42,85% dan indeks kesamaan jenis serangga terkecil terdapat pada
ekosistem buah naga (oleh kelompok 5) sebanyak 14,%.

Grafik 1.6 Perlakuan Pitfall Trap


Berdasarkan grafik 1.6 pada perlakuan pitfall trap diatas didapatkan
data jumlah arthropoda pada jenis laba-laba sebanyak 4 buah.
Grafik 1.2 Kelompok Peran Serangga
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa presentase
kelompok peran serangga pada ekosistem tebu terbesar terdapat pada jenis 4. Perlakuan Corong Berlese-Tullgren
herbivora dan predator sebanyak 40%, dan kelompok peran serangga terkecil
terdapat pada jenis detritivor dengan presentase sebanyak 6,7%.

Grafik 1.7 Perlakuan Corong Berlese-Tullgren


Grafik 1.3 Arthropoda Ekosistem Tebu Berdasarkan grafik 1.7 pada perlakuan corong berlese-tullgren
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa presentase tidak ada jenis arthropoda yang terperangkap dalam perlakuan tersebut.
arthropoda ekosistem tebu pada perlakuan Sweep Net sebesar 40%, Perlakuan
Yellow Sticky Trap sebesar 33%, Pitfall Trap sebesar 27% dan Corong Berlese- Tabel 1.1 Serangga yang berhasil terperangkap
Tullegren sebesar 0%.
1. Perlakuan Sweep Net Ordo SN YST PT BT
Coleoptera
Zygoptera
Orthoptera
Araneae
Lepidoptera
Hymenoptera
Jumlah Ordo 4 4 1 -
Jumlah Jenis 5 4 3 -
Jumlah Individu 6 5 4 -

3
SN : Sweep Net (semut) yang berperan sebagai pengurai dengan cara memakan
YST : Yellow Sticky Trap bahan organik yang mati dan membusuk.
PT : Pitfall Trap Serangga yang paling banyak ditemukan pada
BT : Berlese-Tullgren pertanaman tebu yaitu kelompok serangga herbivor dan
Berdasakan tabel 1.1 diperoleh data jumlah serangga yang berhasil serangga predator. Hal ini disebabkan karena tanaman tebu
terperangkap dengan presentase terbesar ialah metode SN dan YST, sedangkan
presentase terendah terdapat pada metode PT.
merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan
iklim yang menandakan bahwa tanaman tebu memiliki daya
Tabel 1.2 Peranan serangga yang ditemukan adaptasi yang rendah dan hal ini akan berdampak positif bagi
Peranan Ordo Jenis Spesies serangga herbivor yang akan memanfaatkan tanaman tebu
Coleoptera Kumbang tersebut (Nurindah et al, 2018). Menurut Pebrianti et al
Herbivor (2016), keanekaragaman serangga predator dipengaruhi
Orthoptera Belalang
Zygoptera Capung keanekaragaman serangga lain. Dalam hal ini berarti,
Predator keberadaan serangga herbivor yang tinggi juga akan
Araneae Laba-laba
Lepidoptera Ngengat menyebabkan keberadaan serangga predator yang tinggi pula.
Penyerbuk Ekosistem tebu memiliki indeks kesamaan jenis
Hymenoptera Lebah
Detritivor Hymenoptera Semut spesies serangga tertinggi dengan ekosistem kelapa sawit yaitu
Berdasarkan tabel 1.2 didapatkan data peranan serangga yang dengan persentase mencapai 42,85% disusul dengan ekosistem
terbanyak ditemukan sebagai herbivora dan terkecil ditemukan berperan buah naga (oleh peneliti kelompok 1) dengan persentase
sebagai detritivor. sebesar 40% dan ekosistem padi dengan persentase sebesar
37,5%, sedangkan dengan ekosistem buah naga (oleh peneliti
kelompok 5) memiliki persentase terendah yaitu 14,2%. Dari
PEMBAHASAN hasil persentase tersebut, menandakan indeks kesamaan jenis
Arthropoda pada ekosistem sawah dapat ditemukan serangga antara ekosistem tebu dengan ekosistem lainnya
di berbagai tempat (permukaan maupun di dalam tanah serta (padi, kelapa sawit, dan buah naga) memiliki tingkat
terbang di udara) dan pada penelitian kali ini, peneliti kesamaan komposisi yang rendah karena nilai indeks
mencoba mengumpulkan serangga pada agroekosistem tebu. kesamaan jenis <50% sehingga dapat dikatakan komunitas
Serangga yang berhasil terkumpul dan teridentifikasi pada ekosistem tebu dengan ekosistem lainnya (padi, kelapa sawit,
masing-masing perlakuan perangkap yaitu sebanyak 15 ekor dan buah naga) berbeda nyata (Mawazin et al, 2013). Hal ini
yang terdiri dari 6 ordo dan 7 jenis spesies dengan perannya disebabkan kondisi lingkungan antar ekosistem berbeda-beda
yang berbeda-beda pada ekosistem tersebut. Perlakuan sweep dan serangga dengan jenis yang berbeda memiliki kemampuan
net dilakukan dengan cara menganyunkan jaring pada areal penyesuaian diri yang berbeda pula dengan kondisi
tanaman tebu sebanyak kurang lebih 10x dan didapat serangga lingkungannya (Andrianni et al, 2017). Perbedaan besar
berupa 2 ekor kumbang jenis kumbang kura-kura (kumbang persentase indeks kesamaan jenis antara ekosistem tebu
koksi), 2 ekor belalang dengan jenis belalang kayu dan dengan ekosistem buah naga peneliti kelompok 1 dan peneliti
belalang hijau, 1 ekor capung, dan 1 ekor lebah dengan kelompok 5 diduga karena penangkapan (sweep net) dilakukan
masing-masing ordo yaitu ordo Coleoptera, ordo Orthoptera, pada waktu yang berbeda sehingga jenis serangga yang
ordo Zygoptera, dan ordo Hymenoptera. didapat juga berbeda karena berpindah tempat ke daerah lain.
Perlakuan yellow sticky trap yang dilakukan dengan
menancapkan ajir yang telah dilekatkan dengan map plastik
berwarna kuning cerah pada areal tanaman tebu, berhasil
mengumpulkan 5 ekor serangga berupa 1 ekor laba-laba jenis KESIMPULAN
yellow sac, 1 ekor ngengat coklat, dan 1 ekor semut rangrang
BELOM
dengan masing-masing ordo yaitu ordo Araneae, ordo
Lepidoptera, dan ordo Hymenoptera, sedangkan pada
perlakuan pitfall trap didapat 4 ekor serangga yang DAFTAR PUSTAKA
terperangkap dalam gelas plastik berisi 50 mL alkohol 70%.
Serangga yang terperangkap tergolong ordo Araneae berupa 1 Andrianni, D. M., Maryanti S., Susilo, Meitiyani, dan Agus P.
ekor laba-laba semut, 1 ekor laba-laba serigala, dan 2 ekor D. 2017. Keanekaragaman dan Pola Penyebaran
laba-laba kantung kuning. Selanjutnya yaitu pada perlakuan Insekta Permukaan Tanah di Resort Cisarua Taman
ekstraksi metode corong Berlese-Tullgren, tidak terdapat satu Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat.
pun serangga dalam tanah yang terperangkap. Hal ini dapat Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosain, 1(1): 24-30.
disebabkan karena beberapa jenis arthropoda dalam tanah
kurang dapat beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang ekstrim Erwinda, Rahayu W., Gunawan D., dan Yayuk R.S. 2016.
seperti curah hujan yang tinggi yang dapat mengakibatkan Keanekaragaman dan Fluktuasi Kelimpahan
kelembaban tanah menjadi terlalu tinggi sehingga sebagian Collembola di Sekitar Tanaman Kelapa Sawit di
pori tanah terisi air (Erwinda et al, 2016). Perkebunan Cikasungka, Kabupaten Bogor. Jurnal
Semua jenis serangga yang berhasil terperangkap Entomologi Indonesia, 13(2): 99-106.
memiliki peran-peran yang berbeda pada ekosistem tebu
tersebut dan dapat dibedakan dalam 4 kelompok peran, yaitu Mawazin, dan Atok S. 2013. Keanekaragaman dan Komposisi
herbivor, predator, penyerbuk, dan detritivor. Diketahui 40% Jenis Permudaan Alam Hutan Rawa Gambut Bekas
diantaranya merupakan kelompok herbivor (kumbang dan Tebangan di Riau. Indonesian Forest Rehabilitation
belalang) yaitu sebagai hama bagi tanaman tebu karena dapat Journal, 1(1): 59-73.
menyebabkan kerusakan berupa lubang-lubang pada daun
tebu, gejalanya yaitu terdapat gigitan pada tepi daun hingga Nurindah, Titiek Y. 2018. Strategi Pengelolaan Serangga
bagian tengah daun (Prakoso, 2017). Selanjutnya, kelompok Hama dan Penyakit Tebu dalam Menghadapi
predator (capung dan laba-laba) dengan persentase yang sama Perubahan Iklim. Buletin Tanaman Tembakau, Serat
yaitu sebesar 40% dan berpotensi sebagai pengendali dan & Minyak Industri, 10(1): 39-54.
pemangsa bagi serangga herbivor. Selanjutnya yaitu sebanyak
13,3% merupakan kelompok penyerbuk (ngengat dan lebah). Pebrianti, H. D., Nina M., dan I. Wayan W. 2016.
Serangga sisanya sebanyak 6,7% adalah kelompok detritivor Keanekaragaman Parasitoid dan Arthropoda

4
Predator pada Pertanaman Kelapa Sawit dan Padi
Sawah di Cindali, Kabupaten Bogor. J. HPT
Tropika, 16(2): 138-146.

Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo


Orthoptera) pada Agroekosistem (Zea mays L.) dan
Ekosistem Hutan Tanaman di Kebun Raya
Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80-88.

Shahid, B.D., Aijaz A.S., G.M. Lone, Tariq A.B., Zia N.R.,
Ritesh K., and Sheeraz A.W. 2016. Population
Abundance and Diversity of Soil Arthropods inn
Apple Ecosystem of Kashmir. An International
Quarterly Journal of Life Sciences, 11(4) : 2121-
2126.

Fitriana, Y., Nia E., Agus M.H., dan Lestari W., 2017.
Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah
pada Pertanaman Ubikayu (Manihot Utilissima
Pohi.) setelah Perlakuan Olah Tanah dan
Pengelolaan Gulma. Jurnal Agrotek Tropika, 5(3) :
158-164.

Bassey, E.K., Ene E.O., Andem B.A., and Eni G.E. 2013.
Arthropods Community of Mangrove Swamp of
Great Kwa River, Southern Nigeria. International
Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 1(2) : 15-
20.

Farista, B., dan Immy S.R. 2013. Keanekaragaman


Arthropoda Permukaan Tanah di Hutan Lindung dan
Taman Wisata Alam Kerandangan Lombok Barat.
Jurnal Biologi Tropis, 13(1) : 39-44.

Yanuwiadi, B., Mustofa H., Pramana I.I.D.A.W. 2014.


Diversitas Arthropoda Tanah di Lahan Kebakaran
dan Lahan Transisi Kebakaran Jalan HM 36
Tanaman Nasional Baluran. Jurnal Biotropika, 2(1)
: 20-25.

Vedel, V., Greg P.A.L., Bruno G., and Paul V.A.F. 2016.
Taxonomic and Functional Composition of
Arthropod Assemblages Across Contrasting
Amazonian Forests. Journal of Animal Ecology, 85 :
227-239.

Leksono, A.S. 2017. Ekologi Arthropoda. UB Press. Malang.

Anda mungkin juga menyukai