Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Soerjono Soekanto, Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang
atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
6. Bruce J. Cohen, Stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka
pada kelas sosial yang sesuai.
7. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Stratifikasi sosial adalah sistem
perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
3
kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak mudah untuk
melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik naik
maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat
melakukan mobilitas yang bersifat horizontal.
Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta
pada masyarakat Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta
tertentu sangat sulit, bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain.
Seorang anggota kasta teratas sangat sulit untuk pindah ke kasta yang
ada di bawahnya, kecuali ada pelanggaran berat yang dilakukan oleh
anggota tersebut.
Dalam Abdulsyani(2007:91) Selain itu didalam stratifikasi
memiliki dua unsur pokok yaitu status( kedudukan) dan peranan
1. Status sosial
Soerjono Soekanto dalam Abdulsyani(2007:92) membedakan
status dengan status sosial; status diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompk sosial,sehubungan dengan
orang-orang lain dalam kelompok tersebut atau tempat suatu
kelompok berhubungan dengan kelompok-keompok lainnya di
dalam kelompok yang lebih besar. Sedangkan status sosial
diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulanya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibanya. Status sosial dibedakan dua macam menutut proses
perkembangannya yaitu:
A. Status yang diperoleh atas dasar keturunan (Asciribed- Status)
pada umumnya status ini dijumpai pada masyarakat yang
menganut stratifikasi tertutup
B. Status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengaja
(Achieved-Staus) status ini bersifat lebih terbuka yaitu atas
dasar cita-cita yang direncanakan dan diperhitungkan yang
matang
2. Peranan Sosial
4
Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara
tertentu dalam usaha menjalankan hak da kewajibannya sesuai
dengan status yang dimilikinya, seorang dikatakan berperan jika
telah melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan status
sosialnya dalam masyarakat.
5
3. Stratifikasi berdasarkan hubungan kekerabatan, stratifikasi ini
mementukan hak dan wewenang dari seorang ayah, ibu, paman dan
anak serta keponakan dalam kehidupan keluarga.
4. Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam masyarakat, stratifikasi
yang berhungan dengan etnis, agama dan golongan dalam masyarkat.
Stratifikasi ini bersifat horizontal.
5. Stratifikasi berdasarkan pendidikan. Stratifikasi ini semakin tinggi
pendidikan yang dimilikinya semakin tinggi kedudukan sosial
seseorang.
6. Stratifikasi berdasarkan pekerjaan, stratifikasi ini tergantung jabatan
seseorang dalam pekerjaan
7. Stratifikasi berdasarkan tingkat perekonomian yang dimiliki seseorang
6
5. Roucek dan Warren, perubahan sosial adalah perubahan dalam proses
sosial atau dalam struktur masyarakat
6. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, berpendapat bahwa perubahan
sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarkatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai,sikap dan pola prilaku
7. Soedjono Dirjosisworo, mendefinisikan perubahan sosial sebagai
perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur sosial ,sistem sosial
dan organisasi sosial.
8. Karl Marx perubahan sosial terjadi karena perkembangan teknologi atau
kekuatan produktif dan hubungan antara kelas-kelas sosial yang berubah.
Jadi dapat didefinisikan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
stuktur sosial yang didalamnya termasuk lembaga-lembaga sosial, kelompok
sosial dan organisasi sosial yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk
nilai dan pola prilaku
7
g. Tercapainya kosensus dalam masyarakat untuk meraih suatu tujuan
bersama
1. Fase Primitif
2. Fase bercocok tanam
3. Fase Tradisional
4. Fase Transisi
5. Fase Modern
6. Fase Postmodern
1. Primitif
Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang disebut
primitif di mana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah
disesuaikan dengan lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia.
Manusia saat ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil (band) dan
terpisah dengan kelompok manusia lainnya.
2. Agrokultural (bercocok tanam)
Fase berikutnya adalah fase agrokultural, ketika lingkungan alam mulai
tidak lagi mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga
karena populasi manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah
bercocok tanam di suatu tempat dan memanen hasil pertanian itu serta
berburu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada fase ini budaya
berpindah-pindah masih tetap digunakan walaupun pada skala waktu yang
relatif lebih lama.
3. Tradisional
Fase tradisional dijalani oleh masyarakat dengan hidup secara menetap di
suatu tempat yang dianggap stratedis untuk penyediaan berbagai
kebutuhan hidup masyarakat, seperti di pinggir sungai, di pantai, di lereng
bukit, di dataran tinggi, di dataran rendah yang datar, dan sebagainya.
Pada fase ini kita mulai mengenal kata ‘desa’ di mana beberapa band
(kelompok kecil masyarakat) memilih menetap dan saling berinteraksi satu
8
dan lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas
desa, mengembangkan budaya dan tradisi internal serta membina
hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.
4. Transisi
Pada fase transisi, kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan
hampir tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transportasi sudah lancar
walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah.
Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun secara
geografis, masyarakat transisi berada di pinggiran kota serta hidup mereka
masih secara tradisional, termasuk pola pikir dan sistem sosial lama masih
silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian dengna hal-hal yang
baru dan inovatif. Dengan demikian, maka umumnya masyarakat transisi
bersifat mendua atau ambigu terhadap sikap, pandangan, dan perilaku
mereka sehari-hari. Pola pikir masyarakat masih tradisional dan masih
memelihara kekerabatan namun perilaku masyarakat sudah terlihat
individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat
ini adalah proses asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan
terlihat masih canggung di semua level masyarakat.
5. Modern
Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan sosial yang
lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah
kosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol,
profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi
menjadi kunci hubungan-hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Di
sisi lain, sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan
kontrol sosial masyarakat serta sistem kekerabatan mulai diabaikan.
Anggota masyarakat hidup dalam sistem yang sudah mekanik, kaku, dan
hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan
masing-masing elemen masyarakat. Masyarakat modern umumnya
berpendidikan relatif lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih
rasional dari semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun
9
kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk mengantarkan
masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola pikir semacam itu. Secara
demografis, masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang
cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang, ditambah
lagi karena kehidupan mereka yang serba mekanik sepanjang minggu
sehingga masyarakat kota memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kebutuhan rekreasi di akhir minggu untuk rileks dan melepaskan
kepenatan.
6. Postmodern
Fase postmodern adalah sebuah fase perkembangan masyarakat yang
pertama-tama dikenal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an. Di
Indonesia ciri masyarakat postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990-an.
Masyarakat postmodern sesungguhnya adalah masyarakat modern yang
secara finansial, pengetahuan, relasi, dan semua prasyarat sebagai
masyarakat modern sudah dilampauinya. Walaupun terkadang ada satu
dua masyarakat modern yang terlihat memiliki ciri postmodern walaupun
belum memiliki kemampuan tersebut, namun hal itu bersifat temporer dan
meniru-niru kelompok lain yang lebih mapan. Jadi, masyarakat
postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan
tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan
perilaku serta pandangan-pandangan mereke terhadap diri dan lingkungan
sosial yang berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum
itu
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11