Anda di halaman 1dari 18

SISTEM KEUANGAN DAN MONETER

Disusun Oleh:

Damasa Ken (185120407121021)

Rama Admiral (185120407121007)

Rifandy Elfransyah (185120407121041)

Vania Bertha (185120407121020)

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Bapak
Buswari selaku dosen mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah dan presentasi ini dengan tepat
waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait sistem moneter yang
walaupun tampak sepele, namun banyak yang perlu didalami juga. Selain itu kami
juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Di akhir kami
berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami
pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang
tidak berkenan di hati.

Malang, 4 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Pengertian Sistem Moneter............................................................................................1
1.2 Fungsi Sistem Moneter..................................................................................................1
1.3 Posisi Uang dalam Sistem Ekonomi..............................................................................1
1.4 Pengelolaan Uang..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Peranan dan kedudukan bank sentral.............................................................................3
2.2 Independensi bank indonesia.........................................................................................6
2.3 Peranan dan kedudukan bank sentral.............................................................................7
2.4 Pengawasan lembaga perbankan...................................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 pendapat kelompok........................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................12
LAMPIRAN
Studi Kasus..........................................................................................................................13

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik


Indonesia........................................................................3

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sistem Moneter


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sistem Moneter adalah sistem yang
menetapkan kebijakan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi interaksi faktor moneter
dalam suatu negara. Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-
lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam
sistem moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral.
Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter.
Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia bertanggung jawab menciptakan dan
menawarkan uang primer berupa uang kartal (kertas dan logam) bagi masyarakat umum dan
simpanan bank bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan dan
lembaga keuangan lainnya berdasarkan uang primer yang dimiliki menciptakan uang sekunder
dalam bentuk giral, seperti giro (demand deposits), deposito berjangka (time deposits), tabungan
(saving deposits), dan uang sekunder lainnya. Mereka yang terlibat dalam penciptaan dan
penawaran uang beredar merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem moneter.

1.2 Fungsi Sistem Moneter


Uang-uang yang ditawarkan melalui sistem moneter digunakan oleh masyarakat, baik
pengusaha maupun masyarakat biasa untuk keperluan konsumsi dan produksinya. Penciptaan
uang bukan semata-mata kehendak otoritas moneter (Bank Indonesia), melainkan juga harus ada
permintaan dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar harus memenuhi tuntutan mekanisme
pasar yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran. Hal ini akan lebih dibahas di bab II.

1.3 Posisi Uang dalam Sistem Ekonomi


Dahulu, dalam mendapatkan sesuatu, manusia melakukan barter atau tukar barang untuk
mendapatkan barang yang diinginkannya. Berarti, barang yang dipertukarkan selalu memiliki
nilai yang sepadan dengan barang yang dilepas.

5
Namun, seiring waktu berjalan, efisiensi dari sistem barter ini semakin menurun dan
manusia mulai mencari cara lain dalam mendapatkan barang yang mereka butuhkan. Maka dari
itu, uang tercipta sebagai bentuk peningkatan efisiensi dalam kegiatan bertransaksi. Uang
memperlancar aktivitas pelaku ekonomi. Selain itu, uang juga merupakan satuan hitung yang
memudahkan pengukuran nilai suatu barang. Dengan demikian, jelas bahwa uang merupakan
instrumen penting dalam sistem ekonomi negara karena mampu menjadi instrumen yang efisien
dalam transaksi suatu negara.

1.4 Pengelolaan Uang


Dikarenakan pentingnya posisi uang dalam suatu transaksi, tentu kita harus memiliki trik
agar pengelolaan keuangan lebih efisien agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Karena, tidak sedikit kasus kemunduran dan kekacauan ekonomi suatu negara yang disebabkan
oleh ketidakstabilan sistem moneter mereka.

 Uang Sebagai Sumber Ketidakseimbangan


Kehadiran uang bisa memutus mata rantai kegiatan ekonomi di sektor riil. Uang bisa
memperlancar kegiatan di salah saktu sektor, namun di sisi lain, uang bisa memperlambat
kegiatan di sektor lain. Pendapatan yang diperoleh salah satu sektor lebih banyak dihabiskan
dalam sektor keuangan sehingga sektor tersebut tidak terlalu mendapatkan dampak dari kegiatan
sektor lain. Perkembangan sektor keuangan juga tidak terlalu mempengaruhi masyarakat luas.
Dengan begitu, sistem moneter harus dirancang agar dapat menjamin kegiatan ekonomi semua
sektor.

 Merosotnya Nilai Uang dan Munculnya Ketidakadilan Ekonomi


Nilai uang bisa mengalami penurunan ketika terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga
secara umum. Inflasi menyebabkan kekayaan yang dipegang dalam bentuk tunai merosot,
yang menyebabkan distribusi kekayaan semakin timpang. Jika hal ini terjadi, maka
kesejahteraan juga tidak seimbang. Ketidakadilan yang terjadi karena inflasi jarang
dimunculkan ke publik, namun itu benar terjadi, seperti misalnya bagaimana aset orang
kaya akan semakin meningkat harganya sementara yang miskin akan merasa dirugikan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peranan dan kedudukan bank sentral


Bank sentral merupakan suatu institusi yang sangat penting dalam suatu negara, apalagi
dalam menjalakan sistem keuangan negara, termasuk Indonesia. Jauh sebelum merdeka, tugas
bank sentral pada saat penjajahan kolonial Belanda dijalankan oleh lembaga De Javasche Bank
yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada 1828. Tugas yang dilakukan lembaga tersebut
hanyalah tugas sirkulasi, yaitu dimana mencetak dan mengedarkan uang Belanda yang bernama
Gulden. Hingga sampai dimana Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah terpaksa
melakukan akuisisi De Javasche Bank sebagai bank sentral hingga keluar UU No. 11 bahwa De
Javasche Bank diubah namanya menjadi Bank Indonesia yang berfungsi sebagai Bank Sentral di
Indonesia.
Struktur Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia dapat dilihat
melalui bagan berikut

Bagan 1. Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia


(Sumber : Didik J. Rachkbini:166)1
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Sekaligus merupakan lembaga
1
Didik J Rachbhini dan Suwidi Tono Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakarta:PT. Mardi Mulyo,
2000, hlm. 166

7
negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Bank Indonesia adalah
badan hukum berdasarkan undang-undang ini dengan tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, maka Bank Indonesia berwenang : menetapkan
sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang
ditetapkannya; melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara
yang termasuk tetapi tidak terbatas pada : operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing; penetapan tingkat diskonto; penetapan cadangan wajib
minimum; dan pengaturan kredit atau pembiayaan.
Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai
tukar yang telah ditetapkan, termasuk mengelola cadangan devisa. Selanjutnya dalam
pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia dapat melaksanakan berbagai jenis
transaksi devisa serta menerima pinjaman luar negeri.
Selain itu perlu digaris bawahi bahwa walaupun “nama dan kewenangan bank
juga tidak tercantum eksplisit dalam UUD 1945, namun ketentuan yang ada dalam
Pasal 23D UUD 1945 cukup tegas menyatakan :”Negara memiliki suatu bank senteral
yang usunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur
dengan Undang-Undang”

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran


Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, Bank Indonesia berwenang :


1. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan tentang kegiatannya; dan
2. Menetapkan penggunaan alat pembayaran yang ditetapkan dengan
Peraturan Bank Indonesia.

Bank Indonesia juga berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam mata
uang rupiah dan/atau valuta asing. Penyelenggaraan kegiatan kliring antarbank dalam
mata uang rupiah dan/atau valuta asing dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain
dengan persetujuan Bank Indonesia yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan
Bank Indonesia. Selain itu Bank Indonesia menylenggarakan penyelesaian akhir transaksi

8
pembayaran antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing. Sedangkan
penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
sebagaimana dimaksud, dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank
Indonesia melalui penetapan Bank Indonesia.
c. Mengatur dan mengawasi bank.
Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank sebagaiman
dimaksud dalam Pasal 8 huruf c UU No. 23 tahun 1999, Bank Indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu dari Bank, melaksanakan pengawasan Bank, dan mengenakan sanksi
terhadap Bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sedangkan dalam hal
pengaturan, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan
yang memuat prinsip kehati-hatian. Perlu diingat bahwa pengawasan Bank oleh Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU tersebut adalah pengawasan
langsung dan tidak langsung dengan catatan setiap bankwajib menyampaikan laporan,
terhadap Bank Indonesia yang berisikan keterangan, dan penjelasan sesuai dengan
tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bila perlu perusahaan induk,
perusahaan anak, pihak terkait, dan pihak terafiliasi dari Bank harus dilibatkan.
Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat
(2).Sedangkan pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan, wajib merahasiakan
keterangan dan data yang diperoleh dalam pemeriksaan.Syarat-syarat bagi pihak lain
yang ditugasi oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud harus melalui penetapan
Bank Indonesia. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang yang
pembentukannya dilaksanakan menurut undang-undang/ketentuan yang berlaku
dengan catatan sepanjang lembaga pengawasan belum terbentuk, maka tugas
pengaturan dan pengawasan bank akan dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa Bank Indonesia memiliki keistimewaan jika dibandingkan
dengan bank-bank lainnya walaupun berstataus bank pemerintah.

2.2 Independensi bank indonesia


Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap

9
tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar
tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien
Bank Indonesia memiliki status dan kedudukan sebagai suatu lembaga Negara yang
independen. Tingkat independensi Bank Indonesia dapat dilihat dari aspek goal independence,
instrument independence, dan personal independence.
Goal Independence
Tujuan Bank Indonesia telah ditetapkan dalam undang-undang, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah (tanpa penetapan rentang waktu secara spesifik). Namun,
Bank Indonesia masih memiliki kebebasan menetapkan target dalam jangka pendek sehingga
Bank Indonesia dapat dikatakan memiliki Goal Independence yang tinggi seperti ECB dan BoJ,
tetapi tak seindependen FedRes.
Instrument Independence
Bank Indonesia, sesuai dengan undang-undang, memiliki wewenang untuk menetapkan
sendiri target-target operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah. Dalam menjalankan
kebijakan moneternya, Bank Indonesia memiliki wewenang penuh dalam pemerintah. Dalam hal
nilai tukar, sebagaimana negara-negara lain yang menerapkan sistem nilai tukar mengambang,
pada dasarnya Bank Indonesia tidak diarahkan untuk mencapai target nilai tukar tertentu.
Namun, Bank Indonesia masih dapat mempengaruhi gejolak nilai tukar melalui operasi valuta
asing. Bank Indonesia dapat dikatakan memiliki Instrument Independence yang cukup tinggi
yang lebih independen dari FedRes dan BoJ teteapi tidak seindependen ECB.
Personal Independence
Sesuai dengan undang-undang, pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
tugas Bank Indonesia (Dewan Gubernur) dan Bank Indonesia (Dewan Gubernur) juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. Anggota Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali satu kali. Jumlah anggota Dewan Gubernur berkisar antara enam dan sembilan
orang dengan penggantian secara berkala. Pengusulan dan pengangkatan Gubernur dan Deputi
Gubernur Senior dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sedangkan pengusulan

10
Deputi Gubernur dilakukan oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Sementara itu, Bank Indonesia tidak memiliki status hukum seperti ECB, Bank Indonesia
dikatakan memiliki personal independence yang sedang, lebih independen dibandingkan BoJ
tetapi tidak seindependen FedRes atau ECB.

2.3 Kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran tunggal


Kebijakan moneter Indonesia telah memasuki era baru dalam sejarah moneter Indonesia
yang mana undang-undang tersebut disahkan pada tahun 1999. Undang-undang tersebut telah
terjadi perubahan fundamental dalam kebijakan moneter Indonesia. Tujuan bank Indonesia
secara tegas dikemukakan adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, namun
dengan system nilai tukar mengambang (flexible exchange rate), secara implisit tujuan kebijakan
moneter di Indonesia adalah menjaga kestabilan harga atau biasa disebut inflasi. Dalam jargon
ekonomi moneter, kebijakan moneter yang mempunyai tujuan akhirnya dalah inflasi sering
disebut dengan inflation targeting framework (ITF).
Terdapat empat ciri pokok kebijakan moneter dengan ITF. Pertama inflasi merupakan
sasaran utama kebijakan moneter artinya inflasi merupakan prioritas pencapaian dan acuan bagi
kebijakan moneter. Kedua, kebijakan moneter bersifat antisipatif atau forward looking. Ketiga,
kaidah atau pertimbangan respon kebijakan moneter missal dalam hal terjadi tekanan inflasi
kedepan Bank Indonesia mau tidak mau harus meningkatkan suku bunga. Keempat, mengacu
kepada prinsip tata kelola yang sehat.
Empat elemen dasar dalam penguatan kerangka kerja kebijakan moneter dengan ITF
yang dimulai sejak Juli 2005 antara lain :
• Penggunaan suku bunga atau disebut dengan BI Rate sebegai reference
rate dalam pengendalian moneter.
• Strategi kebijakan moneter bersifat antisipatif.
• Strategi komunikasi kebijakan moneter lebih transparan
• Penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah

Pencapaian tujuan inflasi diarahkan sejalan dengan kapasitas perekonomian dalam


menghindarkan perekonomian menjadi overheating. Keseimbangan dalam pencapaian sasaran
inflasi teteap dipertahankan, mengingat terdapatnya ketidakpastian dalam perekonomian

11
Indonesia, baik yang berasal dari gejolak eksternal maupun dari dalam negeri.
Dengan ITF ekspektasi inflasi masyarakat dan dunia usaha dapat terkendali sehingga
dapat mengurangi resiko kenaikan harga. Dengan hal tersebut akan mendorong peningkatan
kegiatan dunia usaha dan perekonomian secara keseluruhan. Dengan Undang-Undang No. 3
tahun 2004 yang merupakan perubahan undang-undang sebelumnya, yang mana sasaran inflasi
ditetapkan pemerintah dengan pertimbangan Bank Indonesia.
BI Rate digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sasaran operasional dalam pengendalian
inflasi. Dalam hal terdapat tekanan inflasi ke depan yang dapat membahayakan pencapaian
target, Bank Indonesia akan mengetatkan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga.
Kebijakan Moneter tersebut dilakukan secara forward looking. Dalam arti perubahan suku bunga
sekarang dilakukan untuk mengantisipasi perubahan inflasi pada masa yang akan datang. Kenapa
mekanisme itu terjadi ? Karena kebijakan moneter mempunyai lag atau dengan kata lain
sekarang baru dirasakan pada masa yang akan datang.

2.4 Pengawasan lembaga perbankan


Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan republik Indonesia No.792 tahun 1990
tentang “Lembaga Keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang
kegiatannya dibidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Namun sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 22 November 2011,
kebijakan politik hukum nasional mulai mengintrodusir paradigma baru dalam menerapkan
model pengaturan dan pengawasan terhadap industri keuangan Indonesia. Berdasarkan UU No.
21 Tahun 2011 tersebut, pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan menjadi kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011, Otoritas
Jasa Keuangan memiliki fungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Melalui Pasal 5
UU No. 21 Tahun 2011 tersebut, Indonesia akan menerapkan model pengaturan dan pengawasan
secara terintegrasi (integration approach), yang berarti akan meninggalkan model pengawasan
secara institusional. Dengan diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2011 ini, maka seluruh fungsi
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor keuangan yang kini masih tersebar di BI dan
Bapepam-LK akan menyatu ke dalam OJK.

12
Berdasarkan Penjelasan pasal 7 UU OJK dikethui bahwa pengaturan dan pengawasan
mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan
lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang Ojk.
Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential yakni pengaturan dan pengawasan
selain hal yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi pengawasan langsung
dan tidak langsung. Pengawasan tidak langsung meliputi pengawasan dini melalui penelitian,
analisis dan evaluasi laporan bank dan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang
disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan. Bank Indonesia dalam mengemban tugas untuk
mengatur dan mengawasi bank, sesua dengan ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia berwenanguntuk menetapkan perturan,memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank , melaksanakan
pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Mengenai pengaturan dan pengawasan bank juga diatur dalam Bab V tentang pembinaan
dan pengawasan yaitu Pasal 29 sampai Pasal 37b Undang-Undang Perbankan, dimana pasal 37b
Undang-Undang Perbankan, dimana pasal 37b merupakan dasar hukum eksitensi Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Menurut Undang-Undang
LPS, fungsi LPS adalah :
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan
b. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya
Berkaitan dengan fungsi LPS huruf b, LPS mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
b. Merumuskan, menetapkan, melaksanakn kebijakan penyelesaian bank gagal
(bank resolution) yang tidak berdampak sistemik
c. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14
Sektor keuangan dan moneter memiliki peran yang krusial didalam sistem ekonomi
Indonesia. Beberapa hal yang perlu diingat ialah, uang hanyalah instrument ekonomi dan
bukanlah menjadi pusat/tujuan disaat orang melakukan kegiatan ekonomi. Ekonomi juga bukan
pendapatan. Melainkan uang adalah alat ukur nilai suatu kekayaan atau pendapatan. Dalam
konteks inilah uang harus ditempatkan dalam Sistem Ekonomi Indonesia. Uang sebaiknya
ditempatkan sebagai sebuah instrument bukan tujuan. Sehingga perlunya sector keuangan/
moneter harus ditempatkan sebagai sector yang mendukung kegiatan sector-sektor lain dalam
masyarakat. Tugas utama dari sistem moneter dan keuangan dalam Sistem Ekonomi Indonesia
yaitu menjaga stabilitas mata uang, menempatkan sector keuangan dan moneter sebagai
supporting system perekonomian secara keseluruhan, dan mendistribusikan sumber daya
keuangan secara merata dlam kehidupan ekonomi, dimana tugas tersebut dijalankan oleh Bank
Indonesia.

3.2 Pendapat Kelompok


Memang terdapat beberapa dampak negative setelah munculnya uang kedalam dunia
perekonomian, seperti menjadi sumber ketidakseimbangan dan ketidakadilan ekonomi. Salah
satu bentuk konkretnya ialah inflasi. Hal ini tentu bisa dikendalikan dengan dibuatnya kebijakan
moneter. Untuk di Indonesia sendiri, kebijakan moneter menjadi tanggung jawab dari Bank
Indonesia sejak 1 Juli 1953. Seperti yang sudah dibahas halaman sebelumnya, Bank Indoensia
bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, namun dengan system nilai
tukar mengambang (flexible exchange rate), secara implisit tujuan kebijakan moneter di
Indonesia adalah menjaga kestabilan harga atau biasa disebut inflasi. Oleh karena itu, menurut
kelompok kami, peran Bank Indonesia sangatlah penting dan krusial dalam menyelamatkan
sistem keuangan dan moneter Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Munawar, Dwi Budi Santosa dan Ahmad Erani Yustika, 2014, Sistem Ekonomi Indonesia,
PT Gelora Aksara Pratama.

15
Didik J Rachbhini dan Suwidi Tono, 2000, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral.
PT. Mardi Mulyo
https://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx diakses pada
tanggal 4 Maret 2019.

16
LAMPIRAN

Studi Kasus
Diambil dari: www.liputan6.com
BI Terapkan Kebijakan Moneter Ketat pada 2019

Liputan6.com, Jakarta Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara
mengatakan, arah kebijakan moneter Bank Indonesia pada 2019 tetap hawkishatau ketat. Upaya
ini dilakukan untuk mengimbangi langkah Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal
Reserve (The Fed).

"Policy masih harus hawkish di tahun 2019," ujar Mirza saat memberikan paparan dalam rapat
kerja dengan DPR di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Mirza mengatakan, tahun ini masih akan terjadi kenaikan suku bunga sebanyak dua kali.
Kenaikan tersebut diprediksi terjadi pada September dan Desember. Sedangkan pada 2019 akan
terjadi penyesuaian suku bunga sebanyak 2 sampai 3 kali.

"Sehingga di dalam proyeksi BI bahwa suku bunga AS 2019 akan naik dari 2 persen sampai ke
3,25 persen. Jadi masih ada 1,25 persen lagi suku bunga AS meningkat," jelasnya.

Tekanan ini, kata Mirza, membuat bank sentral melanjutkan arah kebijakan moneter yang ketat.
Pihaknya akan konsisten menerapkan kebijakan yang bersifat lebih mendahului atau ahead of the
curve. "Sehingga BI sesuai, bahwa kami harus a head of the curve, kebijakan kami masih harus
hawkish (ketat)," jelasnya.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memprediksi bank
sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan
sampai 3,25 persen hingga 2019. Untuk diketahui, suku bunga The Fed saat ini berada pada
angka 2 persen.

"Di dalam proyeksi kami di Bank Indonesia, kami perkirakan bahwa suku bunga Amerika
Serikat 2019 akan naik sampai 3,25 persen. Jadi 2,0 persen sekarang masih akan naik sampai
3,25 persen," ujarnya di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (13/9).

17
Mirza menjelaskan, pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat sebenarnya sudah
direncanakan sejak 2013.

Pada 2013 Amerika Serikat memberikan aba-aba bahwa akan mulai melakukan pengetatat dan
mulai 2013 pasar keuangan terutama emerging market mengalami volatility yang cukup tinggi.

"Suku bunga Amerika Serikat mulai naik di 2015 akhir. Sedangkan, pengetatan likuiditasnya
dimulai 2014, jadi ada dua hal terjadi sekaligus dari Federal Reserve likuiditasnya berkurang dan
suku bunganya naik," jelasnya.

18

Anda mungkin juga menyukai