Anda di halaman 1dari 2

Dasar teori :

Koloid adalah sistem fase yang campurannya berada di antara homogen dan heterogen, agak
keruh, dan memiliki diamter partikel yang cukup kecil yaitu 10-7 cm sampai 10-5 cm. Partikel-
partikel koloid tidak dapat diamati dengan indera mata maupun mikroskop biasa, tetapi dapat
dilihat menggunakan mikroskop ultra. Koloid juga mudah diendapkan dan tidak dapat
disaring baik menggunakan kertas saring maupun membran semipermeabel (Sumardjo,
2009). Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dibedakan menjadi tiga
yaitu sol, emulsi, dan buih. Sol adalah jenis koloid dimana fase pendispersinya padat,
contohnya gelas. Emulsi merupakan jenis koloid dimana fase pendispersinya cair, contohnya
susu, mayones, dan krim tangan. Buih merupakan jenis koloid diaman fase pendispersinya
gas, contohnya buih atau busa sabun (Suharsini, 2005). Koloid memiliki beberapa
karakteristik seperti adanya efek Tyndal, gerak Brown, pengendapan melalui koagulasi, dan
difusi. Koagulasi itu sendiri merupakan proses untuk mengendapkan partikel-partikel dari
koloid yang dipengaruhi oleh suhu yang tinggi, pengadukan, maupun penambahan koagulan
atau bahan kimia tertentu (Yazid, 2005). Selain itu, koloid memiliki sifat yang saling
berlawanan yaitu hidrofobik dan hidrofilik. Dalam satu sistem koloid tidak akan mungkin
memiliki kedua sifat tersebut, tetapi ada yang bersifat koloid hidrofobik dan koloid hidrofilik
(Brown, 2009).

Pembahasan :
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan karakteristik koloid melalui susu pelangi dan
koagulasi susu. Hal tersebut dikarenakan susu merupakan contoh dari sistem koloid yang
termasuk dalam emulsi cair (Suharsini, 2005). Pembuktian pertama melalui percobaan susu
pelangi dimana saat susu putih cair diberi warna dan dicelupkan cotton bud tanpa sabun maka
tidak terjadi perubahan apapun, sedangkan saat dicelupkan cotton bud dengan sabun maka
susu menjadi terpecah dan membentuk warna pelangi. Hal tersebut dikarenakan pada sabun
memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik sehingga saat berinteraksi dengan susu maka dapat
memecah lemak atau protein dalam susu (Marfuatum, 2015). Terpecahnya lemak atau protein
tersebut terlihat dari terbentuknya warna pelangi dari pewarna makanan yang digunakan.
Melalui percobaan susu pelangi didapatkan bahwa lemak atau protein yang terpecah
merupakan sifat hidrofobik koloid yang ada pada susu putih cair.
Percobaan kedua yang dilakukan adalah dengan proses koagulasi susu menggunakan jeruk
nipis. Saat susu ditambahkan sari jeruk nipis maka susu menjadi kental dan terbentuk
endapan berupa partikel-partikel kecil berwarna putih. Hal tersebut dikarenakan didalam
jeruk nipis mengandung asam sitrat yang dapat digunakan sebagai koagulan protein (Triyono,
2014). Dari percobaan tersebut, terbukti bahwa koloid dapat diendapkan melalui koagulasi
menggunakan bahan koagulan berupa sari jeruk nipis.

Kesimpulan :
Percobaan susu pelangi dan koagulasi susu dapat membuktikan bahwa susu merupakan jenis
koloid yaitu emulsi yang memiliki sifat hidrofobik dan dapat diendapkan melalui proses
koagulasi menggunakan sari jeruk nipis sebagai bahan koagulan.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Program
Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganesa Exact.
Yazid, Eistein. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Browm, T.L., Lemay, B.E., Bursten, and Murphy, C.J. 2009. Cemistry the Control Of Science 11th ed.
New Jersey: Pearson Education International.
Marfuatum. 2015. Tinjauan Teoritis Secara Kimiawi Pada Media Pembelajaran Sains Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY.
Triyono,Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses Isolasi Protein
Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau. Jurnal Lipi. Subang.

Anda mungkin juga menyukai