PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien
dan keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya.
Shepperd, et.al (2004) menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek
berartidalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Saat ini, pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit umumnya
hanya berupa catatan resume pasien pulang serta pemberian informasi singkat
mengenai jadwal kontrol pasien ke poli klinik, obat-obatan yang harus di minum,
serta diet yang harus dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang dari rumah sakit
(Slevin, 1996; Spath, 2003). Informasi hanya diberikan pada saat pasien dinyatakan
boleh pulang, padahal discharge planning dimulai pada hari pertama pasien mulai
di rawat di rumah sakit. Hal ini belum bisa dikatakan discharge planning, karena
diberikan dalam waktu singkat dan informasi yang sangat terbatas sehingga tidak
menjamin tercapainya suatu perubahan perilaku pasien dan keluarga.
Pelaksanaan discharge planning yang tidak efektif akan menyebabkan tidak
terjadi kontinuitas perawatan ketika pasien di rumah. Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya perburukan kondisi pasien sehingga pasien kembali ke
rumah sakitdengan penyakit yang sama ataupun munculnya komplikasi penyakit
yang lebih berat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Discharge Planning ?
2. Apa tujuan dari Discharge Planning ?
3. Bagaimana pelaksanaan Discharge Planning ?
4. Bagaimana skenario Discharge Planning?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Discharge Planning.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Discharge Planning.
3. Untuk mengetahui cara pelaksanaan Discharge Planning.
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk skenario Discharge Planning.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan
apa yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya.
Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien dalam
mengatur perawatan yang diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini termasuk
layanan untuk perawatan di rumah, perawatan rehabilitatif, perawatan medis rawat
jalan, dan bantuan lainnya. Sekarang discharge planning dianggap sebagai proses
yang dimulai saat pasien masuk dan tidak berakhir sampai pasien dipulangkan.
Keluar dari rumah sakit tidak berarti bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya
berarti bahwa dokter telah menetapkan bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk
melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi, 2008).
Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge
planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang
berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan.
Discharge Planning adalah suatuproses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan
kebutuhan,mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan
yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Zwicker & Picariello,
2003)
3
Sedangkan definisi discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu
proses interdisiplin yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan
seseorang untuk mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik
perawatan diri yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim
profesional kesehatan atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan
mempercepat kesembuhan pasien.
4
4. Mengatur level aktivitasnya
5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8. Mengetahui kapan mencari follow up care
5
5. Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau
perawat home care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat untuk
dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan
perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan
kebutuhan.
6
9. Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge planning
10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik
11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat.
7
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu
dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi
pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawat
puskesmas terdekat.
1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu
pada discharge planning
2. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk
memfasilitasi dilakukannya discharge planning
3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan agar
tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi
4. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada
pasien dengan penyakit kronis
5. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang
langkah atau rencana daridischarge planning yang akan dilakukan
8
ditahap ini semua cangkupan pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya
berkurang. Dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. (Perry & Potter, 2005).
Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning sebagai berikut:
a. Pengkajian
9
6. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap
kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan,
mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga
untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan
diantara keduanya.
7. Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita
berhubungan dengan pembatasan.
8. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain
tentang kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial,
perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di
rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.
b. Diagnosa Keperawatan
Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
antara lain:
10
c. Perencanaan
11
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
d. Penatalaksanaan
Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian,
yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan,
dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
12
d) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang
terlibat dalam perawatan pasien.
13
dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi
atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.
g) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor
dokter.
h) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah
pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk
kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga
mengunjungi kantornya.
i) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi
roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien
yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh
usungan ambulans.
j) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien
memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang
menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke
mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga
menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.
k) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada
departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan
untuk membersihkan ruangan pasien.
e. Evaluasi
14
3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan
rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi
pasien, dan menganjurkan perbaikan.
15
Keterangan :
1. Kepala Ruangan
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning.
16
Contoh Form Pasien
No. Reg :
DISCHARGE PLANNING Nama :
Jenis Kelamin :
Sembuh
Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Meninggal
Pindah ke RS lain
A. Kontrol :
a. Waktu : -
b. Tempat : -
C. Aturan diet/nutrisi :
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :
17
Lain-lain :
Mataram, ………………………2018
Pasien/Keluarga Ners
18
SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING
( PERSIAPAN PASIEN PULANG )
Role :
Dokter : Dwi Suci Ramdhanita
Kepala Ruangan : Laely Fuziani
Wakil Kepala Ruangan : Rizka Ramdani Putri
Perawat Perawat Primer : Kadek Sulastri
Perawat Perawat Asosien : Trassanjaya
Pasien : Bq. Reni Komalasari
Keluarga Pasien :
Kepala Ruangan : Membuka acara discharge planning kepada pasien. Menyetujui dan
menandatangani format discharge planning.
Wakil Kepala Ruangan :Menggantikan tugas kepala ruangan apabila kepala ruangan
sedang berhalangan dan membantu kepala ruangan dalam mengelola ruang perawatan.
19
Perawat Asosiasi : Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang
sudah direncanakan.
Pasien : Pasien menderita DHF (Dengue High Fever) dan sudah menjalani
hospitalisasi rumah sakit selama seminggu. Dari hasil pemeriksaan, pasien dikatakan
boleh menjalani pengobatan di rumah dan direncanakan menerima discharge
planning dari perawat ruangan.
Perawat primer dan Kepala ruangan sedang berdiskusi mengenai discharge planning
yang akan diberikan kepada pasien Ny. B dengan diagnosa DHF.
Perawat Primer : “Selamat pagi Mbak Laely dan Mbak Rizka, saya Kadek sebagai
Perawat Primer hari ini. Sebelumnya saya ingin menyerahkan formulir rencana
discharge planning kepada pasien B di ruang Mawar. Dari hasil observasi, keadaan
pasien B sudah membaik. Dari hasil lab rutin menunjukkan peningkatan trombosit dan
hematokrit dan sudah dalam rentang normal.Selain itu, kondisi fisik pasien bagus,
sudah tidak demam lagi dan tidak lemas lagi.Dari segi asuhan keperawatan pasien
sudah bisa pulang hari ini. Saya berencana untuk memberikan discharge
planning kepada pasien B. Bagaimana pendapat ibu? Apakah ibu menyetujuinya?
Mungkin ibu bisa melihat format rencana discharge planning yang sudah saya buat.”
Wakil Kepala Ruangan : “Apa yang difokuskan dari discharge planning ini?”
20
Kepala Ruangan : “Baik kalo begitu nanti kita diskusikan lagi bersama dokter visite
hari ini.”
Pagi hari di ruang mawar, kamar 002, terbaring lemas pasien B dengan diagnose DHF.
Pasien sudah menjalani hospitalisasi selama seminggu dirumah sakit dan hari ini
dilakukan visite rutin oleh dokter bersama dengan kepala ruangan, perawat primer,
perawat pelaksana, yang bertugas di shift pagi.
Perawat Pelaksana : “Selamat pagi, Mbak. Bagaimana keadaan Mbak hari ini?”
Dokter : “Selamat pagi, Mbak. Saya dengar dari suster yang merawat
Mbak bahwa kondisi Mbak sudah mulai membaik dan dari hasil laboratorium juga
sudah menunjukkan perkembangan yang baik.Bagaimana pola makannya,
Mbak?Apakah pagi ini makanannya habis Mbak makan?”
Pasien : “Hari ini saya makan habis 1 porsi, dok. Berbeda dengan
kemarin-kemarin, makanannya tidak habis karena merasa tidak enak
menelanmakanan.”
21
pengamatan saya, Mbak sudah mengalami perkembangan kesehatan yang cukup
baik.Hanya saja perlu banyak istirahat dulu dalam beberapa hari.”
(Ruang Perawat)
Di ruang perawat, dokter, kepala ruangan, wakil kepala ruangan, perawat primer dan
perawat pelaksana berdiskusi mengenai keadaan pasien Ny. B dan rencana pemberian
terapi selanjutnya.
Dokter : “Tadi juga saya sudah melihat hasil labnya memang menunjukkan
peningkatan dan bisa dikatakan normal, tapi menurut saya sebaiknya jangan
dipulangkan dulu untuk lebih memastikan keadaannya.”
Kepala Ruangan : “Begini Dok, dari sisi asuhan keperawatan pasien sudah bisa
membaik, intervensi keperawatan yang diberikan juga sudah tercapai, dan hanya perlu
untuk lebih banyak istirahat dan pemulihan saja di rumah.”
Dokter : “Tapi bagaimana nanti dengan keadaan pasien jika muncul demam lagi?
Menurut saya pasien ini masih sedikit lemas dan masih perlu menjalani hospitalisasi,
kita tunggu sampai besok saja.”
22
Wakil Kepala Ruangan : “Maaf Dok, sebelumnya pada intinya pasien hanya
memerlukan isitrahat saja yang cukup untuk memulihkan kembali kondisi
kesehatannya, dan menurut kami itu bisa dilakukan dirumah, mengingat pasien
juga seorang mahasiswi yang pastinya juga dia merasa tidak betah di rumah sakit lama-
lama.”
Kepala Ruangan : “Iya Dok, mengenai penanganan demam yang nantinya jika
muncul lagi, kita sudah merencanakan discharge planning. Discharge planning ini
nantinya akan diberikan edukasi kepada pasien mengenai yang perlu diperhatikan di
rumah nantinya. Jika nanti, demam pasien muncul lagi, akan diajarkan
dengan teknik kompres hangat dan pemberian terapi obat. Minta bantuan
keluarga untuk selalu memperhatikan keadaan pasien.”
Wakil Kepala Ruangan : “Iya Dok, discharge planning ini nantinya akan diberikan
oleh perawat-perawat yang bertugas hari ini.”
Dokter : “Iya kalau begitu, saya harapkan nantinya discharge planning ini
nantinya benar-benar dilaksanakan kepada pasien dan pastikan jika pasien juga sudah
memahami apa yang harus dilakukan di rumah.”
Wakil Kepala Ruangan : “Iya nanti akan diberikan leaflet yang berisikan informasi
penting bagi kelurga pasien.”
Kepala Ruangan : “Iya Dok, jadi bagaimana bisa dipulangkan pasien Ny. B hari ini?”
Dokter : “Bisa. Pasien Ny. B bisa pulang hari ini, saya akan membuat surat ijin
pulangnya dan resep obat yang harus diberikan ke pasien.”
Kepala Ruangan : “Bu Kadek, ini format discharge planning yang sudah saya setujui
dan bisa dilakukan pada pasien Ny. B ya. Bisa disiapkan untuk discharge planningnyaa
sekarang.”
Perawat Primer : “Baik bu, nanti akan saya siapkan terlebih dahulu. Pak Tras, tolong
panggilkan keluarga Ny. B agar datang ke ruangan perawat sekarang.
23
PA : “Baik, Bu.”
(Ruang Mawar)
PA : “Bagus ya Mbak. Berarti Mbak sudah sembuh ya sekarang dan tadi setelah
dibicarakan dengan Dokter, kata Dokter, Mbak hari ini boleh pulang, karena keadaan
Mbak sudah membaik dan semua hasil pemeriksaan juga menunjukkan
peningkatan normal. Keluarga pasien bisa ikut saya sebentar ke ruang perawat,
karena ada beberapa penjelasan terkait perencanaan pulang Mbak B hari ini.”
(Nurse Station)
PP : “Iya Ibu. Pasien sudah bisa pulang hari ini dan ini resep obat yang harus ditebus
dulu sebelum pulang.”
24
PP : “Begini Ibu sebelum nanti Mbak B pulang kami akan memberikan penyuluhan.
Jadi penyuluhan ini penting nantinya untuk bapak jalani selama pemulihan di
rumah.Apa Ibu bersedia untuk diberikan penyuluhan ini?”
Keluarga Pasien : “Saya setuju suster, jadi saya nantinya tahu yang benar mengenai
perawatan keluarga saya dirumah.”
Perawat Primer : “Baiklah Ibu, nanti kami minta waktunya sebelum pulang
ya, untuk memberikan penjelasan carapemulihan kondisi BapakKresna dirumah.
Sekarang, saya minta Ibu untuk memberikan form ini kepada Mbak B agar
ditandatangan ya, Bu. Form ini berisi persetujuan Mbak B untuk dilakukan penyuluhan
sebelum pulang.”
Keluarga Pasien : “Baik, suster. Nanti akan saya berikan.Terima kasih, sus.”
Perawat Primer : “Selamat Pagi Mbak, hari ini kami dari perawat ruang
mawar yang betugas pagi ini, akan memberikan penyuluhan mengenai yang harus
diperhatikan selama Mbak pemulihan dirumah. Sebelumnya ada yang ingin Mbak
tanyakan dulu sebelum dimulai?”
25
Pasien : “Iya benar, suster.”
PP : “Saya perawat Kadek dan teman saya yaitu perawat Tras yang pagi ini
akan memberikan sedikit informasi kepada Mbak dan keluarga mengenai cara
perawatan Mbak dirumah nanti setelah Mbak pulang dari rumah sakit.Mungkin
sebelumnya Mbak sudah tahu mengenai penyakit yang Mbak alami?”
Pasien : “Saya menderita penyakit demam berdarah atau DHF karena gigitan dari
nyamuk, suster. Kurang lebih itu yang saya tahu.”
PP : “Ok, benar ya Mbak. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan
ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan syok dan kematian. Demam yang tinggi terjadi secara mendadak
dan terus-menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab yang jelas). Pencegahan
utama DHF dengan cara menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam
berdarah. Inisiatif untuk menimbun kolam-kolam air yang sudah tidak digunakan
(misalnya pot bunga), menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan
membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan terbentuknya sarang nyamuk demam
berdarah Aedes Aegypti. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga
kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, diantaranya:
26
memutuskan rantai perkembang biakan nyamuk. Segera berikan obat penurun panas
untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi.
Sudahkah Mbak dan keluarga melakukan salah satu atau mungkin keseluruhan dari
cara pencegahan yang saya sebutkan tadi?”
PP : “Nah, untuk itu kedepannya pencegahan yang saya paparkan tadi bisa Mbak
terapkan,ya.”
Kedua, untuk lingkungannya di rumah tadi sudah dijelaskan oleh perawat Tras yaitu
Mbak harus memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M,
yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk. Tujuan dilakukan semua itu agar mbak dan keluarga tidak terkena penyakit
yang sedang Mbak alami sekarang ini.
Nah Mbakk, itu informasi yang dapat kami berikan kepada Mbak dan
keluarga. Mungkin diantara Mbak ada yang bias menjelaskan kembali apa itu DHF?”
Pasien : “DHF biasa disebut dengan demam berdarah yaitu penyakit seperti demam
tinggi selama 7 hari yang disebabkan oleh virus dengue.”
27
PA : “Sudah benar ya jawaban Mbak. Kalau keluarganya mungkin bias
menyebutkan apa saja yang perawatan yang dapat dilakukan dirumah?”
Keluarga Pasien : “Istirahat yang cukup, banyak minum air putih, makan makanan
yang lunak dan tidak boleh asam ataupun pedas.”
PA : “Sudah benar juga, ya Bu. Itu artinya Mbak dan keluarga sudah
mampu untuk melakukan perawatan dirumah.”
Pasien : “Suster, kenapa saya tidak boleh makan makanan pedas dan asam?
PA : “Mbak tidak boleh makan makanan yang pedas dan asam karena disini
kondisi Bapak belum pulih sehingga kemungkinan untuk mengalami demam
lagi itu bisa terjadi apabila Mbak makan sembarangan dan menyebabkan
gangguan pada pencernaan. Jadi, tidak diperkenankan untuk makan makanan pedas
dan asam.Ada lagi yang ingin ditanyakan?”
PP : “Baik, kalau tidak ada, ini saya bagikan leaflet kepada Mbak dan keluarga. Isinya
kurang lebih sama dengan apa yang saya jelaskan tadi, dan saya harap ini dapat menjadi
bahan bacaan bagi Mbak dan keluarga dalam melakukan perawatan dirumah. Form
discharge planning yang tadi diberikan bisa diberikan kepada saya, Bu. Baik, sekian
dari kami, terima kasih atas kerjasamanya, semoga lekas sembuh, dan ingat untuk
kontrol kesehatan 1 minggu lagi, ya pak. Selamat pagi.
BAB III
28
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Discharge Planning adalah suatuproses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan
kebutuhan,mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan
yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Zwicker & Picariello,
2003). Adapun tujuan discharge planning menurut Spath (2003) adalah sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk pulang
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap perubahan
kondisi pasien.
3. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka baik
secara tertulis maupun secara verbal.
4. Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa semua fasilitas
kesehatan dan lingkungan pasien telah siap menerima kondisi pasien.
5. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien.
6. Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan lingkungan baru
pasien dengan menjalin komunikasi yang efektif.
B. SARAN
Kami memahami makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu pembaca bisa memberi saran dan kritik kepada kami untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca
secara umum terlebih bagi penulis sendiri.
29
30