Laporan Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Laporan Praktikum Zat Pembantu Tekstil
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil)
Zat aktif permukaan (ZAP) adalah suatu zat yang cenderung berpusat pada permukaan atau
antar muka dan memiliki kemampuan menaikan atau menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam satuan dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang satu cm dan dinyatakan dalam dyne/cm atau energi yang diperlukan untuk
memperbesar permukaan atau antar muka sebesar 1cm2 dinyatakan dalam erg/cm2.
Zat aktif permukaan atau surfakatan khususnya di industri tekstil digunakan hampir
pada semua proses basah tekstil, anatara lain sebagai zat pembasah, pencuci, pendispersi,
pengemulsi, perata, pembangun, dan lain-lain.
Suatu molekul zat aktif permukaan yang aktif, terdiri dari dua bagian yaitu :
Gugus hidrofil yang mempunyai sifat afinitas cukup terhadap medium dan cenderung
untuk menarik pelarut air.
Gugus hidrofob yang mempunyai sifat menolak pelarut air, karena afinitas gugus
tersebut terhadap pelarut lebih kecil dari afintias antar molekul pelarut iitu sendiri.
Apabila gaya tolak gugus hidrofob ini cukup kuat maka molekul zat aktif permukaan
akan berpusat pada bidang batas sehingga bagian yang bertolak tidak mengadakan
kontak dengan pelarut.
Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan ini, maka perlu dibedakan antara
penggolongan menurut sifat aktif ionnya, menurut struktur kimianya, dll. Klasifikasi zat aktif
permukaan:
a. Berdasarkan penggunaannya, maka zat aktif permukaan dapat digolongkan :
Sebagai pembasah (wetting agent)
Sebagai zat pencuci (detergent)
Sebagai zat anti busa (anti foaming agent)
Sebagai emulgator (emulsifier)
Sebagai zat tahan air
Untuk mengetahui secara langsung mutu zat aktif permukaan, perlu dianalisa fungsi
pokok daripada zat aktif permukaan yang akan digunakan dalam proses, misalnya daya
basah dan daya cuci untuk zat – zat pembasah, perata dan pencuci (deterjen). Sedang untuk
zat – zat pelemas atau zat tolak air perlu diuji daya pelemasan dan daya tolak air.
Selain uji yang disebutkan, perlu dianalisa ketahanan zat aktif permukaan terhadap
medium, misalnya ketahanan terhadap asam, alkali dan kesadahan air. Uji ini diperlukan
mengingat ada beberapa ada proses memerlukan medium alkali kuat seperti pemerseran,
medium asam seperti pencelupan dengan zat warna asam dan beberapa proses yang terpaksa
menggunakan air yang kesadahannya cukup tinggi karena belum ada pengolahan air. Apabila
dalam pencucian dipakai air sadah akan membentuk garam – garam alkil sulfonat maupun
sabun kalsium yang tidak larut dalam air. Hal ini dapat berakibat berkurangnya daya
deterjensi daripada zat aktif permukaan yang dipakai dan terjadinya pengendapan pada bahan
yang dicuci sehingga tidak dapat tercapainya proses deterjensi yang sempurna. Juga
dilakukan uji density untuk mengetahui berat jenis ZAP, viscositas unruk mengetahui waktu
alir ZAP.
Pengujian ZAP pada praktikum ini terdiri dari :
. Penggolongan ZAP
Ada dua cara yang bisa digunakan,yaitu:
a. Cara wurtzmith
- Kondensat polialkohol
- Kondensat alkilol amin
- Zat aktif anion
- Zat aktif kation
- Polialkilena amina
- Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida tak tersulfonkan
- Polialkilena oksida dengan 10 mol etilena oksida tidak tersulfonkan
- Polialkilena tersulfonkan
b. Cara Linsenmeyer
- Sabun
- Minyak tersulfonkan
- Minyak tersulfonkan tingkat tinggi atau terkondensasi
- Naftalin sulfonat
- Alkilalkilol sulfonat
- Mersolat
- Kondensat asam lemak
- Kondensat protein asam lemak
- Kondensat protein etilena oksida
3. Cara Kerja
1. Penggolongan ZAP
- Cara Wurtzmith
Contoh ZAP dibuat larutan 1%
uji kation
1 ml larutan contoh uji + 1-2 ml zat anion→ keruh/tidak
Uji anion
1 ml larutan contoh uji + 1-2 ml zat kation→ keruh/tidak
Pemanasan I
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi→ keruh/tidak
Pemanasan II
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi+BaCl2→ keruh/tidak
Tanin I (pH 7-8,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin I→ keruh/tidak
Tanin II ( pH 4,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin II→ keruh/tidak
Tannin III ( pH 2,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin III→ keruh/tidak
Iodium jenuh
1 ml larutan contoh uji +Iodium jenuh→ keruh/tidak
Pengamatan:
Keruh (+) : tidak keruh (-)
- Cara Linsenmeyer
Contoh ZAP dibuat larutan 1%
1 ml larutan contoh +1 ml asam asetat 15ml→keruh/tidak
1 ml larutan contoh +1 ml CaCl2 20°dH→keruh/tidak
Keruh:golongan 1 dan2 (A)
Untuk golongan 2 : larutan CU+BaCl2→↓putih/penguraian
1 ml larutan contoh +1-2 ml HCl pekat→keruh/tidak
Keruh: golongan 3 dan 8
Untuk golongan 8: larutan CU+NaOH 10% / NaOH 4N+CuSO4 5%→merah
ungu+HCl encer→coklat dan bau ikan
1 ml larutan contoh +1-2 ml HCl pekat→ +10 ml air dingin
a. keruh: golongan 4 dan5
b. untuk golongan 4: memeberikan endapan dengan larutan CuSO4 5% → endapan
c. tidak terjadi kekeruhan; golongan 6,7,9
d. untuk golongan 6: 1 ml larutan contoh +BaCl2 10%→↓putih
e. untuk golongan 7: 1ml larutan contoh + amoniak→↓
f. untuk golongan 9: 1 ml larutan contoh +BaCl2 10%→↓putih→tidak ada abu
4. Data percobaan
- Metoda Wurtzschmitt (zap 3)
a. (-)
b.(-)
c.(-)
d.(-)
e.(-)
f.(-)
g.(-)
h.(-)
i. (-)
1. (–)
2. (-)
Pengujian gol 2 (-)
3. (-)
Penentuan gol 8 (-)
4. (-)
Penentuan gol 4 (-)
5. (+)
Penentuan gol 6 (+)
Penentuan gol 7 (-)
Penentuan gol 9 (-)
Rumus pengenceran
V1n1 = v2n2
V1.10%= 50.1%
V1= 50/10 = 5 ml
6. Diskusi
Pada penggolongan zap dengan cara linsenmeyer telihat lebih rumit karena lebih
banyak indicator yang harus dinilai untuk menyimpulkan penggolongan ZAP tersebut.
7. Kesimpulan
pada pengujian cara wurtchmitt dengan zap 3 menunjukan bahwa
terdapat golongan 1 dan 2 dan dengan cara linsenmeyer zap 3
menunjukan terdapat golongan 6.
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan
kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga
bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling
sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun
akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa
atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Total Kesadahan Air ditunjukan dengan jumlah kandungan kalsium dan magnesium,
dan dinyatakan dalam grain per galon kalsium karbonat. Kalsium dan magnesium akan
bergabung dengan ion alkali untuk membentuk kalsium karbonat. Kalsium karbonat adalah
salah satu komponen pengerasan dan pengapuran. Pengapuran tidak dapat dilarutkan dengan
air sehingga residu putih akan tetap menempel pada permukaan yang terkena air yang
mengandung kalsium karbonat. Air alami kebanyakan mengandung bikarbonat dengan
sedikit ion karbonat. Bikarbonat dapat berubah menjadi karbonat jika dipanaskan sehingga
reaksi formasi pengapuran lebih sering muncul dalam air panas. Sebagian besar deterjen kami
memiliki batas toleransi kekerasan kurang dari 10 gpg (171 ppm) pada konsentrasi yang
efektif. Air dengan tingkat kekerasan 8 gpg (136.8 ppm) kekerasan total harus dilemahkan
demi kebersihan yang efisien. Apabila Kesadahan Air pelanggan lebih tinggi daripada
Kesadahan Air yang dapat ditoleransi oleh deterjen biasa, gunakan deterjen dengan level
yang lebih tinggi atau tambahkan konsentrasi penggunaan deterjen.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan
air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah
kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun
dengan menggunakan resin penukar ion
III. PEREAKSI
Air sadah 20o
Air sadah 30o
Air sadah 40o
V. CARA KERJA
1. Buatlah larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.
2. Untuk air 20o dH, 2 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
3. Untuk air sadah 30o dH, 3 ml air air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
4. Untuk air sadah 40o dH, 4 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh
uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
5. Masing – masing larutan dikocok – kocok dan diamati, pengujian dilakukan
pada suhu kamar
VI. EVALUASI
1. Apabila terjadi kekeruhan dan pengendapan air sadah 20o dH, 30o dH dan 40o
dH berarti ZAP tidak tahan sadah.
2. Apabila terjadi kekeruhan pada air sadah 30o dH dan pengendapan pada air
sadah 40o dH dan tidak ada perubahan pada air sadah 20o dH berarti ZAP
cukup tahan sadah.
3. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan pada ketiga air sadah tersebut
berarti ZAP tahan sadah.
VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan praktikum ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
Pada saat praktikan melakukan pengenceran, dalam skedul praktikum
seharusnya pengenceran dilakukan tepat 9 ml air, sehingga jumlah ml larutan yang
ada dalam tabung reaksi adalah 9 ml air + 1 ml larutan contoh ZAP = 10 ml larutan
uji / sampel. Ini mempengaruhi dari pada hasil akhir pengamatan, namun karena
kebetulan setelah dilakukan pengujian ternyata larutan ZAP adalah tahan sadah yang
indikasinya adalah tidak terjadi kekeruhan di tiap-tiap pengamatan, larutan uji tetap
bening atau jernih maka hasil akhir pengamatan tidak terjadi hasil yang ganjil.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP contoh no.5 yang diuji praktikan tidak terjadi kekeruhan sama sekali
pada air sadah 20o dH, 30o dH dan 40o dH . ini menandakan ZAP no.5 yang diuji
adalah ZAP tahan sadah.
X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.
Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air.
III. PEREAKSI
H2SO4 10 %
H2SO4 pekat
V. CARA KERJA
1. 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% encerkan menjadi 100 ml) masukkan ke
dalam erlenmeyer, ta,bahkan batu didih dan 1 ml H2SO4 10%.
2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan, apakah
terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa. (Pengamatan I)
3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat didihkan dengan refluks
amati adanya perubahan pada perlakukan dengan konsentrasi H2SO4 1% ini.
(Pengamatan II)
4. Bila terjadi perubahan naikkan konsentrasi H2SO4 dalam larutan menjadi 3% dengan
menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan kemudian direfluks selama 15 menit. Amati
apakah ada perubahan pada kondisi ini. (Pengamatan III)
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat agar konsentrasi dalam
larutan menjadi 10% kemudian refluks selama 15 menit. Amati apakah ada
perubahan. (Pengamatan IV)
6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV terjadi
pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dengan air dalam volume
yang sama dan dikocok – kocok dengan teratur, kemudian amati apakah masih
timbul busa (Pengamatan V)
VI. EVALUASI
1. Bila pada pengamatan I, terjadi penguraian atau pemisahan mintak, ZAP dinyatakan
sangat tidak tahan asam.
2. Bila pada pengamatan II, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tak tahan asam.
3. Bila pada pengamatan III, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tidak tahan
asam.
4. Bila pada pengamatan IV, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tahan asam.
5. Bila pada pengamatan V, ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan asam.
6. Bila pada pengamatan VI, tidak terjadi perubahan, ZAP dinyatakan sangat tahan
terhadap asam.
VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan praktikum ini ada hal yang perlu diperhatikan
diantaranya :
pada saat melakukan penambahan larutan asam sulfat pekat seharusnya
dilakukan sedikit demi sedikit. Ini berfungsi jika seandainya pengujian daya asam
larutan ZAP berada dalam zona yang tidak tahan asam, maka akan terlihat
perubahannya secara jelas. Pemberian asam sulfat pekat menjadi ciri khas pengujian
larutan ZAP yang sangat tahan asam, karena larutan ZAP tidak mengalami reaksi
reduksi-oksidasi bahkan terjadi tidak penggaraman sekalipun dalam kondisi panas
karena larutan ZAP yang sangat tahan asam pada gugus hidrofil maupun hidrofobnya
menyesuaikan diri dari suasana asam yang diberikan oleh larutan asam sulfat pekat
tersebut sehingga larutan ZAP terhidrolisis saja dengan air oleh suasana asam itu.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP no 3 yang diuji adalah ZAP agak tahan asam
X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.
Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.
REFERENSI lainnya :
http://majarimagazine.com/2009/06/builder-dan-aditif-dalam-deterjen/
http://www.forumsains.com/index.php?page=daya-kerja-deterjen-kondisi-asam-basa/
http://searchwinds.com/search?q=proses+interaksi+dengan+surfaktan.
http://books.google.co.id/books.id=alkalisasi+surfaktan&source =alkalisasi%20surfaktan.
Ketahanan terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu.
- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak,, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali.
- Bila pada pengamatan II dan III terjadi penggaraman atau pemisahan minyak yang
larut dalam asam, ZAP dinyatakan tahan alkali.
- Bila pada pengamatan IV terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tahan alkali.
3. CARA KERJA
Pengamatan I: ZAP + 25gram NaOH padat tidak ada perubahan/ tetap bening
Pengamatan II: ZAP dididihkan selama 15menit, larutan berubah menjadi keruh
akibat proses penggaraman.
4. DISKUSI
Pada pengerjaan daya tahn alkali perlu diperhatikan bahwasanya pada Ketahanan
terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu.
- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak,, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali.
- Bila pada pengamatan II dan III terjadi penggaraman atau pemisahan minyak yang
larut dalam asam, ZAP dinyatakan tahan alkali.
- Bila pada pengamatan IV terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tahan alkali.
Dari hasil yang didapat menunjukan bahwa tidak terjadi perubahan atau penggaraman
5.Kesimpulan
Gambar 1
Suspensi adalah dispersi padat-cair yang tidak bercampur. Komponen dalam suspensi:
1. Pelarut/pembawa
2. Pembasah
3. Bahan pengflokulasi
4. Bahan pensuspensi
5. Dapar
6. Pewarna
7. Flavour
8. Pengawet
9. Bahan pengkhelat
10. Bahan Anti busa
11. Koloid pelindung
Suspensi sangat tergantung dari sifat antar permukaan zat padat, yaitu berhubungan dengan
sudut kontak (sudut anatar larutan dengan permukaan zat padat).
Persyaratan formulasi:
1. Ukuran partikel
2. Viskositas vs rheologi (sifat aliran). Yang menentukan viskositas adalah suspending
agent
3. Pembasahan, memakai wetting agent untuk zat yang sifatnya hidrofob, misalnya
talk….absorbannya adalah minyak.
4. Pencampuran
5. Flokulasi
6. Ketidakcampuran secara kimia
dimana: Sl/s = koefisien penyebaran zat padat dalam larutan, Ys/a = tegangan antar
permukaan zat padat-udara, Ys/l = tegangan antar muka zat padat – larutan,
Yl/a = tegangan antar muka larutan-udara.
dimana Ys/l bisa didapat dari perhitungan Ys = Ys/l + Yl cos θ. Ys = tegangan permukaan zat
padat.
Ys/l = tegangan antar muka zat padat-larutan, Yl = tegangan permukaan larutan, cos θ =
sudut antara zat padat dengan larutan. Cos θ = 1 berarti pembasahan sempurna.
III. PEREAKSI
V. CARA KERJA
1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (±0,01 gram).
2. Siapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung benang harus kuat.
4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu dilepas
perlahan – lahan ke dalam larutan ZAP.
5. Benang harus seluruhnya terendam.
6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari benang
pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung.
7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitungan waktu dihentikan.
8. Ulangi pekerjaaan tersebut diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama.
9. Lakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing – masing konsentrasi.
10. Buatlah grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.
VI. EVALUASI
1. Daya basah yang baik → 25 detik
2. Penilaian 25 detik :
a. 2 gram/liter → baik
b. 2-5 gram/liter → cukup
c. 75 gram/liter → kurang
VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan uji daya basah, ada beberapa diskusi yang menarik
untuk dikemukakan diantaranya adalah:
Pada saat menggantungkan pemberat pada ujung benang kapas,
pemberat/bandul sering kali lepas. Pengaruhnya adalah akan terjadi perlambatan
gerak turun benang kapas karena aktifitas gravitasi pada fluida mempunyai nilai
yang konstan, sehingga kemungkinan terjadinya waktu semu makin besar pada
saat melakukan pengujian dan secara prosedur praktikan harus mengulangi lagi
pengujian dari awal.
Perbedaan daya serap benang bisa mempengaruhi pengujian, ini terjadi ketika
praktikan menguji dua buah sampel benang kapas yang berlainan, dimana ketika
dilakukan pengujian daya basah ternyata terjadi perbedaan aktivitas. Pada
sampel benang kapas A proses pembasahan terjadi sangat cepat. Namun untuk
sampel benang kapas B proses pembasahan justru terjadi sangat lambat.
Kemungkinannya adalah sampel benang kapas B masih mengandung kanji yang
bersifat hidrofob, sehingga proses pembasahan benang kapas oleh fluida tidak
terjadi secara sempurna dan akibatnya mempengaruhi proses tenggelamnya
benang.
Dilihat dari pengamatan praktikan, pada konsentrasi yang semakin besar maka
waktu yang digunakan untuk pembasahan semakin cepat pula. Hal ini
dikarenakan pada ZAP mempunyai konsentrasi Kritik Missel (KKM) dimana
pada konsentrasi yang tinggi waktu untuk mencapai KKM cepat, sehingga
secara otomatis waktu untuk pembasahan sempurna bias terjadi. Tapi bisa juga
dimungkinkan apabila KKM yang belum mencapai kemampuan daya basahnya
apabila titik ini belum tercapai atau bahkan terlampaui maka kemampuan
pembasahan ZAP akan turun kembali.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP no.6 mempunyai daya basah yang baik, hal ini dibuktikan dengan
semakin besarnya konsentrasi larutan maka waktu yang diperlukan semakin cepat.
X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.
Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.
REFERENSI lainnya :
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/daya_basah/
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/suspensi/
bobotnya 1 kg, maka bilangan yang menyatakan berapa kali berat 1 dm3 zat itu dengan 1
dm3 air pada 40C disebut juga dengan bj. Akan tetapi dalam praktek bj yang ditetapkan
dengan piknometer akan membandingkan bobot pada volume tertentu dengan bobot air
pada volume yang sama pada suhu kamar (t0C), maka bj meneurut batasan lama diberikan
nama lain, yakni kerapatan (d).
bobot sejumlah isi suatu zat pada t 0 C
d
bobot sejumlah isi air pada 4 0 C
Viskositas
Uji viskositas pada ZAP ini bertujuan untuk menentukan kekentalan pada beberapa
konsentrasi dengan Viskometer.
d c x t c x aq
_ Contoh
d s x ts
keterangan :
dc : density contoh
Pengujian Density
Alat –alat Pereaksi
Piknometer
Thermometer
Neraca Larutan contoh uji
Oven 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;
Eksikator 0,5 %
Pipet ukur 10ml Aquades
Piala gelas
Gelas ukur 100ml
Pengujian Viskositas
Alat –alat Pereaksi
Viskometer
stopwatch
Contoh ZAP
selang karet
Aquades
pipet volume 10 ml
corong
Cara kejra
Perhitungan Viskositas: ɳ contoh uji =
Pengujian Berat Jenis / Density 𝑑𝐶 𝑥 𝑡𝐶 𝑥 ɳ𝑠
0,4; 0,5 %.
Piknometer kosong dioven selama 1
jam 105-110 C.
Piknometer kosong dieksikator selama
15 menit lalu timbang (a gram)
Masukkan contoh uji konsentrasi tiap
konsentrasi ke dalam masing- masing
piknometer lalu timbang. (b gram)
Amati suhunya!
6. Pengujian Viskositas
Menetapkan dc masing-masing contoh
uji dengan pikno meter
Memipet 5 ml larutan cu dan
memasukannya kedalam viskometer
Menetapkan berapa waktu alir yang
diperlukan untuk mengalirkan cu
dengan jalan menghisapnya sampai
melebihi tanda garis atas
Bila miniskus tanda garis atas
berimpit, perhitungan dimulai sampai
berimpit lagi samapai miniskus bawah
Dilakukan pengerjaan untuk larutan
cu yang selanjutnya
Hitung waktu alir cu dan h2o
Data percobaan
𝒃−𝒂
Perhitungan Density : 𝝆 = 𝒗
7. Viskositas
III. PEREAKSI
V. CARA KERJA
a. Masukkan Larutan standar ke dalam corong pemisah.
b. Tambahkan 3 – 5 tetes Indikator PP.
c. Tambahkan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes sampai basa.
d. Tambahkan larutan H2SO4 1 N.
e. Tambahkan 25 ml MB kedalam corong pemisah.
f. Tambahkan 10 ml CHCl3 dalam gelas ukur kocok 1 menit .
g. Keluarkan lapisan CHCl3 tampung dalam erlenmeyer tutup asam (3 kali).
h. Tambahkan 50 ml larutan pencuci, kocok 15 detik, biarkan pemisahan fase.
i. Lalu ukur dengan spektronik = 652 nm.
Metode yang digunakan spektrofotometri.
j. Buat kurva standar kalibrasi.
y = ax + b
a = n (x.y) – (x).( y)
n (x2) – (x)2
b = n (y).( x2) – (x).( x.y)
n (x2) – (x)2
MBAS
Perhitungan Larutan Standar LAS :
No. Konsentrasi (x) Absorbansi (y) xy x2
1 0,0 0,007 0 0
2 0,3 0,229 0,0687 0,09
3 0,5 0,373 0,182 0,25
4 1,0 0,483 0,483 1,0
5 1,5 0,674 1,011 2,25
6 2,0 0,749 1,498 4,0
n=6 x = 5,3 y = 2,541 xy = 3,2427 x = 7,59
2
A = 0,351
Faktor pengenceran 734,77 mg/l
B = 0,108
Y = 2,951
VII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan pengujian kadar MBAS, ada beberapa diskusi yang
menarik untuk dikemukakan diantaranya adalah:
Masalah larutan blanko
Larutan blanko adalaah larutan uji yang berfungsi sebagai
referensi/pembanding larutan contoh dan didalamnya tidak dibubuhi sampel
pengujian. Dalam praktikum MBAS, prosedur pembuatan larutan contoh adalah
mengencerkan larutan standar dengan air ditambah indicator PP, larutan NaOh
dan Larutan H2SO4. Dari prosedur itulah didapatkan larutan blanko, karena
sampel berupa metilen blue belum dibubuhkan.
Tapi, kesalahan prosedur terjadi disini karena tidak ada kelompok yang
melakukan uji larutan blanko MBAS dan sebagai gantinya larutan blanko
diasumsikan dengan air kran ketika diuji dengan spektrofotometer akan
mendapatkan nilai % transmitansi 100%. Kenyataannya, %T yang diperoleh
justru 77%, sisany 33% dianggap terserap oleh partikel-partikel pasir yang ada
didalam air kran tersebut. Sehingga nilai %T larutan blanko tidak valid karena
dengan konsentrasi 0,0 mg/L ada energi yang terserap sebesar 23%.
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum didapatkan bahwa nilai a 0,351 ,nilai b 0,108 sehinngga
nilai y adalah 2,951
Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.
Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.