Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Penggolongan zap cara wurtczmitt


Penggolongan zap cara linsenmeyer
Daya basah
Ketahanan asam, alkali, dan sadah
Viskositas dan density
MBAS

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil)

Nama : muhammad beno dwi sasongko supriadi


NRP : 15020108
Group : 2k4
Dosen : Juju Juhana., AT., M.Si.
Tanggal : 30 desember 2016

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2016
1 . Teori Dasar
PENGGOLONGAN ZAP CARA WURTCZMITT DAN LINSENMEYER

Zat aktif permukaan (ZAP) adalah suatu zat yang cenderung berpusat pada permukaan atau
antar muka dan memiliki kemampuan menaikan atau menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam satuan dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang satu cm dan dinyatakan dalam dyne/cm atau energi yang diperlukan untuk
memperbesar permukaan atau antar muka sebesar 1cm2 dinyatakan dalam erg/cm2.
Zat aktif permukaan atau surfakatan khususnya di industri tekstil digunakan hampir
pada semua proses basah tekstil, anatara lain sebagai zat pembasah, pencuci, pendispersi,
pengemulsi, perata, pembangun, dan lain-lain.
Suatu molekul zat aktif permukaan yang aktif, terdiri dari dua bagian yaitu :
 Gugus hidrofil yang mempunyai sifat afinitas cukup terhadap medium dan cenderung
untuk menarik pelarut air.
 Gugus hidrofob yang mempunyai sifat menolak pelarut air, karena afinitas gugus
tersebut terhadap pelarut lebih kecil dari afintias antar molekul pelarut iitu sendiri.
Apabila gaya tolak gugus hidrofob ini cukup kuat maka molekul zat aktif permukaan
akan berpusat pada bidang batas sehingga bagian yang bertolak tidak mengadakan
kontak dengan pelarut.
Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan ini, maka perlu dibedakan antara
penggolongan menurut sifat aktif ionnya, menurut struktur kimianya, dll. Klasifikasi zat aktif
permukaan:
a. Berdasarkan penggunaannya, maka zat aktif permukaan dapat digolongkan :
 Sebagai pembasah (wetting agent)
 Sebagai zat pencuci (detergent)
 Sebagai zat anti busa (anti foaming agent)
 Sebagai emulgator (emulsifier)
 Sebagai zat tahan air

b. Berdasarkan struktur kimianya :


 Menurut Wurtzchmitt (8 golongan)
 Menurut Linsenmeyer (9 golongan)
c. Berdasarkan sifat elektrokimia (ionisasi molekul di dalam larutan) terbagi menjadi :
 Zat anion aktif dimana didalam larutan akan terjadi ionisasi dengan ion panjang
bermuatan negatif , artinya yang aktif kapiler adalah kationnya
 Zat kation aktif dimana didalam larutan akan terjadi ionisasi dengan ion panjang
bermuatan positif, artinya yang aktif kapiler adalah kationnya.
 Zat non ion aktif, dimana keaktifan dari kapiler dari golongan ini disebabkab karena
adanya beberapa macam gugus hidrofil.
 zat amfolitik panjang bermuatan positif atau negatif, bergantung pada suasana pH
larutan.
Sifat – sifat zat aktif permukaan dapat dibagi menjadi :
a. Sifat – sifat umum
 Zat aktif permukaan sebagai larutan koloid. Molekul – molekulnya terdiri dari gugus
yang hidrofil dan gugus yang hidrofob. Bagian yang hidrofil menghadap air,
sedangkan bagian yang hidrofob menghadap ke udara atau ke fasa minyak dan pada
konsentrasi tinggi akan saling menggumpal, gumpalan ini disebut misel dan ada
dalam kesetimbangan bolak balik dengan sekitarnya.
 Adsorpsi. Karena sifatnya yang khas, maka zat aktif permukaan biasanya teradsorpsi
pada permukaan atau antarmuka.
 Kelarutan dan daya melarutkan. Pada temperatur rendah, kelarutan kecil, kemudian
naik pelan – pelan bersama – sama dengan naiknya temperatur.

b. Sifat – sifat khusus


 Pembasahan yaitu bila setetes cairan diteteskan pada permukaan zat padat sehingga
cairan tersebut dapat menutupi permukaan zat padat. Pembasahan dan penyebaran
pada permukaan benda padat bergantung pada besarnya sudut kontak pada antarmuka
padat – cair, hubungan waktu pembasahan, konsentrasi zat aktif permukaan dan
penurunan tegangan antarmuka.
 Daya busa. Busa adalah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan
memperkecil tegangan antarmuka sehingga busa akan stabil, jadi zat aktif permukaan
mempunyai daya busa.
 Daya Emulsi. Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain,
yang tidak saling melarutkan. Zat aktif permukaan akan menurunkan tegangan
antarmuka sehingga terjadi emulsi yang stabil.

Untuk mengetahui secara langsung mutu zat aktif permukaan, perlu dianalisa fungsi
pokok daripada zat aktif permukaan yang akan digunakan dalam proses, misalnya daya
basah dan daya cuci untuk zat – zat pembasah, perata dan pencuci (deterjen). Sedang untuk
zat – zat pelemas atau zat tolak air perlu diuji daya pelemasan dan daya tolak air.
Selain uji yang disebutkan, perlu dianalisa ketahanan zat aktif permukaan terhadap
medium, misalnya ketahanan terhadap asam, alkali dan kesadahan air. Uji ini diperlukan
mengingat ada beberapa ada proses memerlukan medium alkali kuat seperti pemerseran,
medium asam seperti pencelupan dengan zat warna asam dan beberapa proses yang terpaksa
menggunakan air yang kesadahannya cukup tinggi karena belum ada pengolahan air. Apabila
dalam pencucian dipakai air sadah akan membentuk garam – garam alkil sulfonat maupun
sabun kalsium yang tidak larut dalam air. Hal ini dapat berakibat berkurangnya daya
deterjensi daripada zat aktif permukaan yang dipakai dan terjadinya pengendapan pada bahan
yang dicuci sehingga tidak dapat tercapainya proses deterjensi yang sempurna. Juga
dilakukan uji density untuk mengetahui berat jenis ZAP, viscositas unruk mengetahui waktu
alir ZAP.
Pengujian ZAP pada praktikum ini terdiri dari :
. Penggolongan ZAP
Ada dua cara yang bisa digunakan,yaitu:
a. Cara wurtzmith
- Kondensat polialkohol
- Kondensat alkilol amin
- Zat aktif anion
- Zat aktif kation
- Polialkilena amina
- Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida tak tersulfonkan
- Polialkilena oksida dengan 10 mol etilena oksida tidak tersulfonkan
- Polialkilena tersulfonkan
b. Cara Linsenmeyer
- Sabun
- Minyak tersulfonkan
- Minyak tersulfonkan tingkat tinggi atau terkondensasi
- Naftalin sulfonat
- Alkilalkilol sulfonat
- Mersolat
- Kondensat asam lemak
- Kondensat protein asam lemak
- Kondensat protein etilena oksida

2. Alat dan bahan


Pengujian pada ZAP cara Wurtzschmitt
Alat –alat Pereaksi
Contoh ZAP no 18
Zat Anion
Zat Kation
Tabung reaksi
Asam tanin pH 3-5
Pipet
Lar jenuh iodium
Penjepit
NaCl 10%
Asam tanin pH 2-2,5
Asam tanin pH 4-4,5

 Pengujian pada ZAP cara Linsenmeyer


Alat –alat Pereaksi
Contoh ZAP no 18
Air sadah 20o DH
Air sadah 30o DH
Air sadah 40o DH
Tabung reaksi Lar H2SO4 10%
Pipet Lar pekat H2SO4
Penjepit Lar HCl 2N
Lar HCl pekat
Lar CH3COOH 15%
Lar Buret

3. Cara Kerja
1. Penggolongan ZAP
- Cara Wurtzmith
 Contoh ZAP dibuat larutan 1%
 uji kation
1 ml larutan contoh uji + 1-2 ml zat anion→ keruh/tidak
 Uji anion
1 ml larutan contoh uji + 1-2 ml zat kation→ keruh/tidak
 Pemanasan I
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi→ keruh/tidak
 Pemanasan II
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi+BaCl2→ keruh/tidak
 Tanin I (pH 7-8,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin I→ keruh/tidak
 Tanin II ( pH 4,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin II→ keruh/tidak
 Tannin III ( pH 2,5)
1 ml larutan contoh uji +tanin III→ keruh/tidak
 Iodium jenuh
1 ml larutan contoh uji +Iodium jenuh→ keruh/tidak

Pengamatan:
Keruh (+) : tidak keruh (-)

- Cara Linsenmeyer
 Contoh ZAP dibuat larutan 1%
 1 ml larutan contoh +1 ml asam asetat 15ml→keruh/tidak
 1 ml larutan contoh +1 ml CaCl2 20°dH→keruh/tidak
Keruh:golongan 1 dan2 (A)
 Untuk golongan 2 : larutan CU+BaCl2→↓putih/penguraian
 1 ml larutan contoh +1-2 ml HCl pekat→keruh/tidak
Keruh: golongan 3 dan 8
 Untuk golongan 8: larutan CU+NaOH 10% / NaOH 4N+CuSO4 5%→merah
ungu+HCl encer→coklat dan bau ikan
 1 ml larutan contoh +1-2 ml HCl pekat→ +10 ml air dingin
a. keruh: golongan 4 dan5
b. untuk golongan 4: memeberikan endapan dengan larutan CuSO4 5% → endapan
c. tidak terjadi kekeruhan; golongan 6,7,9
d. untuk golongan 6: 1 ml larutan contoh +BaCl2 10%→↓putih
e. untuk golongan 7: 1ml larutan contoh + amoniak→↓
f. untuk golongan 9: 1 ml larutan contoh +BaCl2 10%→↓putih→tidak ada abu

4. Data percobaan
- Metoda Wurtzschmitt (zap 3)
a. (-)
b.(-)
c.(-)
d.(-)
e.(-)
f.(-)
g.(-)
h.(-)
i. (-)

- Metoda Linsenmeyer (zap 3)

1. (–)
2. (-)
Pengujian gol 2 (-)
3. (-)
Penentuan gol 8 (-)
4. (-)
Penentuan gol 4 (-)
5. (+)
Penentuan gol 6 (+)
Penentuan gol 7 (-)
Penentuan gol 9 (-)

Rumus pengenceran
V1n1 = v2n2
V1.10%= 50.1%
V1= 50/10 = 5 ml

6. Diskusi
Pada penggolongan zap dengan cara linsenmeyer telihat lebih rumit karena lebih
banyak indicator yang harus dinilai untuk menyimpulkan penggolongan ZAP tersebut.

7. Kesimpulan
pada pengujian cara wurtchmitt dengan zap 3 menunjukan bahwa
terdapat golongan 1 dan 2 dan dengan cara linsenmeyer zap 3
menunjukan terdapat golongan 6.

PENGUJIAN DAYA TAHAN SADAH

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Menguji daya tahan zat aktif permukaan terhadap garam penyebab sadah dari air sadah
20o, 30o dan 40o dH.

II. TEORI DASAR

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan
kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga
bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling
sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun
akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa
atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Total Kesadahan Air ditunjukan dengan jumlah kandungan kalsium dan magnesium,
dan dinyatakan dalam grain per galon kalsium karbonat. Kalsium dan magnesium akan
bergabung dengan ion alkali untuk membentuk kalsium karbonat. Kalsium karbonat adalah
salah satu komponen pengerasan dan pengapuran. Pengapuran tidak dapat dilarutkan dengan
air sehingga residu putih akan tetap menempel pada permukaan yang terkena air yang
mengandung kalsium karbonat. Air alami kebanyakan mengandung bikarbonat dengan
sedikit ion karbonat. Bikarbonat dapat berubah menjadi karbonat jika dipanaskan sehingga
reaksi formasi pengapuran lebih sering muncul dalam air panas. Sebagian besar deterjen kami
memiliki batas toleransi kekerasan kurang dari 10 gpg (171 ppm) pada konsentrasi yang
efektif. Air dengan tingkat kekerasan 8 gpg (136.8 ppm) kekerasan total harus dilemahkan
demi kebersihan yang efisien. Apabila Kesadahan Air pelanggan lebih tinggi daripada
Kesadahan Air yang dapat ditoleransi oleh deterjen biasa, gunakan deterjen dengan level
yang lebih tinggi atau tambahkan konsentrasi penggunaan deterjen.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan
air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah
kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun
dengan menggunakan resin penukar ion

III. PEREAKSI
 Air sadah 20o
 Air sadah 30o
 Air sadah 40o

IV. ALAT DAN BAHAN


 Larutan ZAP No. 5
 Tabung Reaksi
 Pipet volume 10 ml
 Labu ukur 100 ml

V. CARA KERJA
1. Buatlah larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.
2. Untuk air 20o dH, 2 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
3. Untuk air sadah 30o dH, 3 ml air air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
4. Untuk air sadah 40o dH, 4 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh
uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
5. Masing – masing larutan dikocok – kocok dan diamati, pengujian dilakukan
pada suhu kamar

VI. EVALUASI
1. Apabila terjadi kekeruhan dan pengendapan air sadah 20o dH, 30o dH dan 40o
dH berarti ZAP tidak tahan sadah.
2. Apabila terjadi kekeruhan pada air sadah 30o dH dan pengendapan pada air
sadah 40o dH dan tidak ada perubahan pada air sadah 20o dH berarti ZAP
cukup tahan sadah.
3. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan pada ketiga air sadah tersebut
berarti ZAP tahan sadah.

VII. DATA PERCOBAAN


Data percobaan daya tahan sadah larutan ZAP no. 5 adalah :
1. Pada air sadah 20o dH larutan ZAP no.5 tidak ada kekeruhan.
2. Pada air sadah 30o dH larutan ZAP no.5 tidak ada kekeruhan.
3. Pada air sadah 40o dH larutan ZAP no.5 tidak ada kekeruhan

VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan praktikum ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
Pada saat praktikan melakukan pengenceran, dalam skedul praktikum
seharusnya pengenceran dilakukan tepat 9 ml air, sehingga jumlah ml larutan yang
ada dalam tabung reaksi adalah 9 ml air + 1 ml larutan contoh ZAP = 10 ml larutan
uji / sampel. Ini mempengaruhi dari pada hasil akhir pengamatan, namun karena
kebetulan setelah dilakukan pengujian ternyata larutan ZAP adalah tahan sadah yang
indikasinya adalah tidak terjadi kekeruhan di tiap-tiap pengamatan, larutan uji tetap
bening atau jernih maka hasil akhir pengamatan tidak terjadi hasil yang ganjil.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP contoh no.5 yang diuji praktikan tidak terjadi kekeruhan sama sekali
pada air sadah 20o dH, 30o dH dan 40o dH . ini menandakan ZAP no.5 yang diuji
adalah ZAP tahan sadah.

X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.
Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.

Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.

REFERENSI yang lainnya:


http://www.mysaltz.net/ICleanPortal/CleaningKnowledge/TextileLaundry/AirUntukLaundry/KesadahanAir/ta
bid/124/Default.aspx.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air.

PENGUJIAN DAYA TAHAN ASAM

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk menentukan daya tahan zat aktif permukaan terhadap asam dengan konsentrasi
tertentu.

II. TEORI DASAR

Dalam industri tekstil, terutama untuk proses basah seperti pemasakan,


pengelantangan, pencapan, pencelupan dan penyempurnaan, banyak digunakan zat aktif
permukaan sebagai zat pembantu tekstil. Zat aktif permukaan mempunyai sifat khas, yaitu
mempunyai kecenderungan untuk berpusat pada antarmuka dan mempunyai kemampuan
untuk menurunkan atau menaikan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan terdiri
dari dua gugus yaitu gugus hidrofil dan hidrofob ZAP sendiri dapat digolongkanmenjadi dua
kelompok :
1. An Organik
2. Organik : bersifat surfaktan : anionik, kationik, nonionik, amfoter.
Penggolongan dari ZAP Organik :

Zat Aktif Permukaan Anion


Zat aktif permukaan anion adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya didalam
medium air dengan rantai panjangnya membawa muatan negatif. Zat aktif anion berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan.
Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus
a. Senyawa karboksilat : -(R-COO-)-
b. Senyawa ester sulfat : -(R-COSO3)-
c. Senyawa aklil sulfonat : -(R-SO3)-
d. Senyawa anion lainnya yang bersifat hidrofil
Zat Aktif Permukaan Kation
Zat aktif permukaan kation adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya
didalam medium air dengan rantai panjangnya membawa muatan positif. Zat aktif kation
berfungsi untuk menaikan tegangan permukaan.
Biasanya dalam ZAP kation dalam strukturnya terdapat gugus
a. Senyawa amino : - [-R-N(R`R``)H-]+
b. Senyawa amonium : - [-R-N(R`R``R```)-]+
c. Senyawa basa yang tidak mengandung nitogen : - [-R-S(R`R``)-]+
d. Senyawa basa yang mengandung Nitrogen :

Zat Aktif Permukaan Nonion


Zat aktif permukaan nonion adalah ZAP yang tidak terjadi pengionan larutan atau
medium
Biasanya dalam ZAP nonionik dalam strukturnya terdapat gugus :
a. ikatan eter pada gugus terlarut : -R-R`(OR)x -OH
b. ikatan ester : -R-COO-R`-(OH)x
c. ikatan amida : -R-CO-NH-R`-(CONH)x -COOL
d. ikatan amina : -R-NH-(OR)x -OH

Zat Aktif Permukaan Amfoter


Zat aktif permukaan amfoter adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya didalam
medium dengan rantai panjangnya membawa muatan negatif atau postif, bergantung pada pH
larutan. Dalam suasana asam maka ZAP akan bermuatan positif atau bersifat kationik dan
dapat menaikkan tegangan permukaan. Dalam suasana alkali akan bermuatan negatif atau
bersifat anion dan dapat menurunkan tegangan permukaan. Dalam suasana netral maka ZAP
ini tidak akan bermuatan apa-apa.
Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus :
a. ikatan amino dan karboksilat
b. ikatan amino dan ester sulfat

III. PEREAKSI
 H2SO4 10 %
 H2SO4 pekat

IV. ALAT DAN BAHAN


 Larutan ZAP No. 5
 Gelas Erlenmeyer
 Perefluks
 Batu didih

V. CARA KERJA
1. 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% encerkan menjadi 100 ml) masukkan ke
dalam erlenmeyer, ta,bahkan batu didih dan 1 ml H2SO4 10%.
2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan, apakah
terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa. (Pengamatan I)
3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat didihkan dengan refluks
amati adanya perubahan pada perlakukan dengan konsentrasi H2SO4 1% ini.
(Pengamatan II)
4. Bila terjadi perubahan naikkan konsentrasi H2SO4 dalam larutan menjadi 3% dengan
menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan kemudian direfluks selama 15 menit. Amati
apakah ada perubahan pada kondisi ini. (Pengamatan III)
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat agar konsentrasi dalam
larutan menjadi 10% kemudian refluks selama 15 menit. Amati apakah ada
perubahan. (Pengamatan IV)
6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV terjadi
pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dengan air dalam volume
yang sama dan dikocok – kocok dengan teratur, kemudian amati apakah masih
timbul busa (Pengamatan V)

VI. EVALUASI
1. Bila pada pengamatan I, terjadi penguraian atau pemisahan mintak, ZAP dinyatakan
sangat tidak tahan asam.
2. Bila pada pengamatan II, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tak tahan asam.
3. Bila pada pengamatan III, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tidak tahan
asam.
4. Bila pada pengamatan IV, terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tahan asam.
5. Bila pada pengamatan V, ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan asam.
6. Bila pada pengamatan VI, tidak terjadi perubahan, ZAP dinyatakan sangat tahan
terhadap asam.

VII. DATA PERCOBAAN


Data percobaan daya tahan asam larutan ZAP no. 3 adalah :
Pada pengamatan yang ke 4 terjadi perubahan (keruh)

VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan praktikum ini ada hal yang perlu diperhatikan
diantaranya :
pada saat melakukan penambahan larutan asam sulfat pekat seharusnya
dilakukan sedikit demi sedikit. Ini berfungsi jika seandainya pengujian daya asam
larutan ZAP berada dalam zona yang tidak tahan asam, maka akan terlihat
perubahannya secara jelas. Pemberian asam sulfat pekat menjadi ciri khas pengujian
larutan ZAP yang sangat tahan asam, karena larutan ZAP tidak mengalami reaksi
reduksi-oksidasi bahkan terjadi tidak penggaraman sekalipun dalam kondisi panas
karena larutan ZAP yang sangat tahan asam pada gugus hidrofil maupun hidrofobnya
menyesuaikan diri dari suasana asam yang diberikan oleh larutan asam sulfat pekat
tersebut sehingga larutan ZAP terhidrolisis saja dengan air oleh suasana asam itu.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP no 3 yang diuji adalah ZAP agak tahan asam

X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.

Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.

REFERENSI lainnya :
http://majarimagazine.com/2009/06/builder-dan-aditif-dalam-deterjen/

http://www.forumsains.com/index.php?page=daya-kerja-deterjen-kondisi-asam-basa/

http://searchwinds.com/search?q=proses+interaksi+dengan+surfaktan.

http://books.google.co.id/books.id=alkalisasi+surfaktan&source =alkalisasi%20surfaktan.

Daya tahan alkali


1. TEORI DASAR

Ketahanan terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu.
- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak,, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali.
- Bila pada pengamatan II dan III terjadi penggaraman atau pemisahan minyak yang
larut dalam asam, ZAP dinyatakan tahan alkali.
- Bila pada pengamatan IV terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tahan alkali.

2. ALAT DAN BAHAN

Pengujian Daya tahan alkali


Alat –alat Pereaksi
Erlenmeyer 500ml NaOH padat
Piala gelas 250ml Indikator MO
Kertas saring HCl pekat
Corong HCl 1N
Refluks

3. CARA KERJA

. Pengujian Daya Tahan Alkali


 Larutan 1 g ZAP (10 ml ZAP 10 %) yang akan diuji dengan 65 ml air suling,
kemudian tambahkan 25g NaOH pekat dan batu didih,
 Kocok hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan (pengamatan 1),
 Didihkan pada larutan refluks selama 15 menit, amati adanya perubahan terjadi
penggaraman (pengamatan 2),
 Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa larutan yang tidak larut pada kertas
saring, pindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling
 Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (pengamatan 3),
 Kocok dengan hati-hati larutan tersebut, kemudian didihkan selama 5 menit dan
dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (pengamatan 4).

 Pengamatan I: ZAP + 25gram NaOH padat  tidak ada perubahan/ tetap bening
 Pengamatan II: ZAP dididihkan selama 15menit, larutan berubah menjadi keruh
akibat proses penggaraman.

4. DISKUSI
Pada pengerjaan daya tahn alkali perlu diperhatikan bahwasanya pada Ketahanan
terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu.
- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak,, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali.
- Bila pada pengamatan II dan III terjadi penggaraman atau pemisahan minyak yang
larut dalam asam, ZAP dinyatakan tahan alkali.
- Bila pada pengamatan IV terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tahan alkali.
Dari hasil yang didapat menunjukan bahwa tidak terjadi perubahan atau penggaraman
5.Kesimpulan

Pada pengamatan yang telah dilakukan cu no 3 menunjukan bahwa pada pengamatan 2


terjadi kekeruhan ( tahan alkali)

PENGUJIAN DAYA BASAH

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengetahui daya pembasah suatu zat aktif permukaan terhadap benang kapas
dengan konstruksi tertentu.

II. TEORI DASAR


Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan dinyatakan
oleh Hukum Dupre.Apa yang sedang membasahi kemudian di dalam ilmu pengetahuan
permukaan, ketika suatu alat penghubung digantikan dengan suatu cairan atau padatan
penghubung, benda padat / serat telah dibasahi dengan cairan. Peristiwa ini dinyatakan oleh
persamaan Hukum Dupre berikut:
A= s - i (I)
Di mana jika interfacial tegangan pada gas/padatan dan pada cairan/padatan berturut-
turut berhubungan, berarti terjadi proses pembasahan tegangan. Ketika hasilnya lebih besar
dari nol ( I ), dimana permukaan yang padat mempunyai tegangan muka yang lebih besar
untuk menarik cairan/padatan. Alat penghubungnya yakni permukaan padat yang mempunyai
interfacial tegangan lebih kecil, seperti hasil cairan menyebar pada bagian atas permukaan
padat itu.

Gambar 1

Suspensi adalah dispersi padat-cair yang tidak bercampur. Komponen dalam suspensi:

1. Pelarut/pembawa
2. Pembasah
3. Bahan pengflokulasi
4. Bahan pensuspensi
5. Dapar
6. Pewarna
7. Flavour
8. Pengawet
9. Bahan pengkhelat
10. Bahan Anti busa
11. Koloid pelindung

Persyaratan formulasi suspensi:

1. Ukuran partikel seragam, dapat diperoleh secara shiffing atau diayak


2. Tidak mudah mengendap: dosis seragam dan terdispersi secara stabil
3. Mudah didispersikan kembali
4. Viskositas menunjang redispersi partikel
5. Stabil secara fisika dan kimia selama usia guna
6. Penampilan sediaan baik

Suspensi sangat tergantung dari sifat antar permukaan zat padat, yaitu berhubungan dengan
sudut kontak (sudut anatar larutan dengan permukaan zat padat).

Persyaratan formulasi:

1. Ukuran partikel
2. Viskositas vs rheologi (sifat aliran). Yang menentukan viskositas adalah suspending
agent
3. Pembasahan, memakai wetting agent untuk zat yang sifatnya hidrofob, misalnya
talk….absorbannya adalah minyak.
4. Pencampuran
5. Flokulasi
6. Ketidakcampuran secara kimia

dinyatakan dalam hukum Stokes: v = d2 (ρ1 – ρ2) g/18 η

dimana: v = kecepatan pengendapan, d = diameter partikel, ρ = massa jenis/kerapatan massa,


η = viskositas.

Pembasahan partikel ditentukan oleh:

Sl/s = Ys/a – (Ys/l + Yl/a)

dimana: Sl/s = koefisien penyebaran zat padat dalam larutan, Ys/a = tegangan antar
permukaan zat padat-udara, Ys/l = tegangan antar muka zat padat – larutan,
Yl/a = tegangan antar muka larutan-udara.
dimana Ys/l bisa didapat dari perhitungan Ys = Ys/l + Yl cos θ. Ys = tegangan permukaan zat
padat.

Ys/l = tegangan antar muka zat padat-larutan, Yl = tegangan permukaan larutan, cos θ =
sudut antara zat padat dengan larutan. Cos θ = 1 berarti pembasahan sempurna.

III. PEREAKSI

 Larutan ZAP No. 6

IV. ALAT DAN BAHAN


 Gelas ukur 500 ml
 Bandul logam tahan karat ( berat 40 gr, D=4 cm )
 Kait logam tahan karat
 Benang penyangga 1,9-2,0 cm sebagai penghubung bandul dengan kait
 Benang kapas bentuk streng dengan keliling 45 cm dan berat 5 gr
 stopwatch

V. CARA KERJA
1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (±0,01 gram).
2. Siapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung benang harus kuat.
4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu dilepas
perlahan – lahan ke dalam larutan ZAP.
5. Benang harus seluruhnya terendam.
6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari benang
pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung.
7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitungan waktu dihentikan.
8. Ulangi pekerjaaan tersebut diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama.
9. Lakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing – masing konsentrasi.
10. Buatlah grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.

VI. EVALUASI
1. Daya basah yang baik → 25 detik
2. Penilaian 25 detik :
a. 2 gram/liter → baik
b. 2-5 gram/liter → cukup
c. 75 gram/liter → kurang

VII. DATA PERCOBAAN


Data percobaan daya basah larutan ZAP no. 3 adalah :
2 % = 400 ML
5%= 93,3 ML
6%= 71,4 ML
7%= 150ML

Konsentrasi ZAP (%) Waktu Tenggelam


2 >5MENIT
5 5,95 DETIK
6 3,50 DETIK
7 1,81 DETIK

GRAFIK. Hubungan antara Konsentrasi ZAP dengan Waktu Tenggelam.

VIII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan uji daya basah, ada beberapa diskusi yang menarik
untuk dikemukakan diantaranya adalah:
 Pada saat menggantungkan pemberat pada ujung benang kapas,
pemberat/bandul sering kali lepas. Pengaruhnya adalah akan terjadi perlambatan
gerak turun benang kapas karena aktifitas gravitasi pada fluida mempunyai nilai
yang konstan, sehingga kemungkinan terjadinya waktu semu makin besar pada
saat melakukan pengujian dan secara prosedur praktikan harus mengulangi lagi
pengujian dari awal.
 Perbedaan daya serap benang bisa mempengaruhi pengujian, ini terjadi ketika
praktikan menguji dua buah sampel benang kapas yang berlainan, dimana ketika
dilakukan pengujian daya basah ternyata terjadi perbedaan aktivitas. Pada
sampel benang kapas A proses pembasahan terjadi sangat cepat. Namun untuk
sampel benang kapas B proses pembasahan justru terjadi sangat lambat.
Kemungkinannya adalah sampel benang kapas B masih mengandung kanji yang
bersifat hidrofob, sehingga proses pembasahan benang kapas oleh fluida tidak
terjadi secara sempurna dan akibatnya mempengaruhi proses tenggelamnya
benang.
 Dilihat dari pengamatan praktikan, pada konsentrasi yang semakin besar maka
waktu yang digunakan untuk pembasahan semakin cepat pula. Hal ini
dikarenakan pada ZAP mempunyai konsentrasi Kritik Missel (KKM) dimana
pada konsentrasi yang tinggi waktu untuk mencapai KKM cepat, sehingga
secara otomatis waktu untuk pembasahan sempurna bias terjadi. Tapi bisa juga
dimungkinkan apabila KKM yang belum mencapai kemampuan daya basahnya
apabila titik ini belum tercapai atau bahkan terlampaui maka kemampuan
pembasahan ZAP akan turun kembali.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Larutan ZAP no.6 mempunyai daya basah yang baik, hal ini dibuktikan dengan
semakin besarnya konsentrasi larutan maka waktu yang diperlukan semakin cepat.

X. DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.

Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.

REFERENSI lainnya :
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/daya_basah/
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/suspensi/

. Densitas dan berat jenis


Bobot jenis atau berat jenis, adalah bilangan yang menyatakan berapa gram bobot 1
cm suatu zat atau berapa kg bobot 1dm3 zat, karena dalam 1dm3 air pada bobot 40Z
3

bobotnya 1 kg, maka bilangan yang menyatakan berapa kali berat 1 dm3 zat itu dengan 1
dm3 air pada 40C disebut juga dengan bj. Akan tetapi dalam praktek bj yang ditetapkan
dengan piknometer akan membandingkan bobot pada volume tertentu dengan bobot air
pada volume yang sama pada suhu kamar (t0C), maka bj meneurut batasan lama diberikan
nama lain, yakni kerapatan (d).
bobot sejumlah isi suatu zat pada t 0 C
d 
bobot sejumlah isi air pada 4 0 C

Viskositas

Uji viskositas pada ZAP ini bertujuan untuk menentukan kekentalan pada beberapa
konsentrasi dengan Viskometer.
d c x t c x aq
 _ Contoh 
d s x ts

keterangan :
dc : density contoh

tc : Waktu alir contoh


ds : density air

 ALAT DAN BAHAN

Pengujian Density
Alat –alat Pereaksi
Piknometer
Thermometer
Neraca Larutan contoh uji
Oven 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;
Eksikator 0,5 %
Pipet ukur 10ml Aquades
Piala gelas
Gelas ukur 100ml

 Pengujian Viskositas
Alat –alat Pereaksi
Viskometer
stopwatch
Contoh ZAP
selang karet
Aquades
pipet volume 10 ml
corong

Cara kejra
Perhitungan Viskositas: ɳ contoh uji =
Pengujian Berat Jenis / Density 𝑑𝐶 𝑥 𝑡𝐶 𝑥 ɳ𝑠

 Buat larutan contoh uji 0,1; 0,2; 0,3; 𝑑𝑆 𝑥 𝑡𝑆

0,4; 0,5 %.
 Piknometer kosong dioven selama 1
jam 105-110 C.
 Piknometer kosong dieksikator selama
15 menit lalu timbang (a gram)
 Masukkan contoh uji konsentrasi tiap
konsentrasi ke dalam masing- masing
piknometer lalu timbang. (b gram)
 Amati suhunya!

6. Pengujian Viskositas
 Menetapkan dc masing-masing contoh
uji dengan pikno meter
 Memipet 5 ml larutan cu dan
memasukannya kedalam viskometer
 Menetapkan berapa waktu alir yang
diperlukan untuk mengalirkan cu
dengan jalan menghisapnya sampai
melebihi tanda garis atas
 Bila miniskus tanda garis atas
berimpit, perhitungan dimulai sampai
berimpit lagi samapai miniskus bawah
 Dilakukan pengerjaan untuk larutan
cu yang selanjutnya
 Hitung waktu alir cu dan h2o

Data percobaan

𝒃−𝒂
Perhitungan Density : 𝝆 = 𝒗

ZAP 0,1 % = 1,0107 gr/ml x 0,99597


= 1, 0066
Zap 0,2% = 1,0116 gr/ml x 0,99597
= 1,0075
Zap 0,3 % = 1,0126 gr/ml x 0,99597
= 1,0085

7. Viskositas

Zap 0,1 % = 0,86463 cps


Zap 0,2% = 0,87110 cps
Zap 0,3 = 0,88330
MBAS
(METILEN BLUE ACTIVE SUBTANCES)

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengukur kadar MBAS pada larutan ZAP yang diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 652 nm.

II. TEORI DASAR


Reaksi surfaktan anionic termasuk ABS (Alkil Benzena Sulfonat), lAS (Linier Alkil
Sulfonat), Alkil sulfat dan Alkil polietiksil Sulfat dengan Metilen blue membentuk garam
biru yang larut dalam kloroform.
Metilen Blue dan surfaktan anionic sndiri larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
kloroform, sedangkan garamnya yang berwarna biru dapat diekstrksi dengan kloroform dan
kemudian absorbansinya diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang ± 625
nm.

III. PEREAKSI

a. Larytan Standr LAS (Linear Alkil Sulfonat)


 0 mg/l - aquades 100 ml.
 0,3 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
 0,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
 1,0 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
 1,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
 2 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
b. Indikator PP
c. Larutan NaOH 1N
d. Larutan H2SO4 1N
e. Larutan Metilen blue dan Larutan Reagen Metilen Blue
f. Larutan Kloroform
g. Larutan Pencuci
IV. ALAT DAN BAHAN
 Spektrofotometer
 Tabung Cuvet
 Corong Pemisah dengan kapasitas 500 mL.
 Erlenmeyer tutup asah 250 mL.
 Labu ukur 100 mL.

V. CARA KERJA
a. Masukkan Larutan standar ke dalam corong pemisah.
b. Tambahkan 3 – 5 tetes Indikator PP.
c. Tambahkan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes sampai basa.
d. Tambahkan larutan H2SO4 1 N.
e. Tambahkan 25 ml MB kedalam corong pemisah.
f. Tambahkan 10 ml CHCl3 dalam gelas ukur kocok  1 menit .
g. Keluarkan lapisan CHCl3 tampung dalam erlenmeyer tutup asam (3 kali).
h. Tambahkan 50 ml larutan pencuci, kocok  15 detik, biarkan pemisahan fase.
i. Lalu ukur dengan spektronik  = 652 nm.
Metode yang digunakan spektrofotometri.
j. Buat kurva standar kalibrasi.
y = ax + b
a = n (x.y) – (x).( y)
n (x2) – (x)2
b = n (y).( x2) – (x).( x.y)
n (x2) – (x)2

VI. DATA PERCOBAAN


Data percobaan pengujian kadar MBAS, didapat data sebagai berikut :
Larutan Contoh Uji

MBAS
Perhitungan Larutan Standar LAS :
No. Konsentrasi (x) Absorbansi (y) xy x2
1 0,0 0,007 0 0
2 0,3 0,229 0,0687 0,09
3 0,5 0,373 0,182 0,25
4 1,0 0,483 0,483 1,0
5 1,5 0,674 1,011 2,25
6 2,0 0,749 1,498 4,0
n=6 x = 5,3 y = 2,541 xy = 3,2427 x = 7,59
2

Grafik Regresi Linier:

A = 0,351
Faktor pengenceran 734,77 mg/l
B = 0,108
Y = 2,951

VII. DISKUSI
Pada saat praktikan melakukan pengujian kadar MBAS, ada beberapa diskusi yang
menarik untuk dikemukakan diantaranya adalah:
 Masalah larutan blanko
Larutan blanko adalaah larutan uji yang berfungsi sebagai
referensi/pembanding larutan contoh dan didalamnya tidak dibubuhi sampel
pengujian. Dalam praktikum MBAS, prosedur pembuatan larutan contoh adalah
mengencerkan larutan standar dengan air ditambah indicator PP, larutan NaOh
dan Larutan H2SO4. Dari prosedur itulah didapatkan larutan blanko, karena
sampel berupa metilen blue belum dibubuhkan.
Tapi, kesalahan prosedur terjadi disini karena tidak ada kelompok yang
melakukan uji larutan blanko MBAS dan sebagai gantinya larutan blanko
diasumsikan dengan air kran ketika diuji dengan spektrofotometer akan
mendapatkan nilai % transmitansi 100%. Kenyataannya, %T yang diperoleh
justru 77%, sisany 33% dianggap terserap oleh partikel-partikel pasir yang ada
didalam air kran tersebut. Sehingga nilai %T larutan blanko tidak valid karena
dengan konsentrasi 0,0 mg/L ada energi yang terserap sebesar 23%.

 Masalah takaran Metilen Blue


Metilen Blue adalah larutan berwarna biru pekat yang berfungsi sebagai
sampel dalam praktikum MBAS. Secara teorikal jika metilen blue ditambahkan
LAS maka akan terbentuk MBAS. Dalam praktikum ini praktikan gagal
melakukan pengujian karena larutan yang diuji tidak homogen dan terlalu pekat
ketika diuji dengan spektrofotometer.
Penyebabnya adalah tidak dilakukannya pengenceran terlebih dahulu terhadap
metilen blue, praktikan langsung menakarkan 25 mL metilen blue sehingga
pengujian yang dilakukan membrikan hasil yang kurang akurat, nbamun presisi
karena faktor pengenceran tidak dilibatkan pada saat praktikum dilakukan.
Namun praktikan mengulangi pengujian dengan menyertakan factor
pengenceran dalam penakaran Metilen blue dan hasil akhir cukup akuran dan
presisi.

 Masalah setting λ maksimum pada Spektrofotometer.


Yang terpenting pada saat melakukan pengujian dengan spektrofotometer
adalah setting λ maksimum. Praktikn tidak melakukan penyetingan λ maks
pada larutan contoh uji sehingga λ maks biru sebesar 652 nm tidak terdeteksi.
Rentang panjang gelombang ideal dari 600-700 nm untuk λ maks optimum
warna biru tidak terdeteksi, hasilnya adalah λ maks biru pada larutan contoh uji
parktikan agak kurang valid. Ini terlihat pada grafik regresi linier sumbu linier
y= ax+b tidak cukup linier dan konstanitas garis regresinya mendekati flat jika
pengujian variasi konsentrasi larutan contoh diteruskan sampai 10 mg/L.

VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum didapatkan bahwa nilai a 0,351 ,nilai b 0,108 sehinngga
nilai y adalah 2,951

IX. DAFTAR PUSTAKA


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil
Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif Permukaan.
ITT: Bandung.

Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan Zat
Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.

Fessenden and Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai