Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP NUTRISI PADA LANSIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Keperawatan Komunitas II

A. Konsep Gizi Pada Lansia

B. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia


1. Lingkuan sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi
,stres ,paranoia ,dan gangguan lain dengan cara :
a. Melakukan komunikasi dengan keluarga ,teman maupun tetangga sekitarnya
b. Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya untuk mengisi waktu
luang .
c. Berkumpul bersama teman-teman semua sekolah /kerja dan membuat teman baru
untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah pindah.
2. Asupan Makanan
Merupakan faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi status gizi pada lansia.
Gangguan asupan makanan sering dialami oleh lansia. Ada 2 jenis gangguan asupan
makanan, yaitu berkurangnya asupan makanan dari biasanya. Hal ini dapat
menyebabkan dampak yang buruk terhadap status gizi.
Selain itu, gangguan asupan makanan banyak disebabkan oleh berkurangnya daya
kecap lidah (loss of taste), dan hypsomia (berkurangmya bau). Hal ini banyak terjadi
karena pengobatan-pengobatan yang dilakukan lansia.
3. Penyakit
Sering bertambahnya usia, sistem imun pada lansia pun semakin menurun. Penyakit
berhubungan dengan proses inflamasi. Tubuh akan mensintesis mediator inflamasi
berupa sitoksin. Sitoksin ini akan berpengaruh buruk terhadap nutrisi. Gejala ini
berdampak pada berkurangnya napsu makan sehingga asupan makanan menurun dan
nutrisi tidak tercukupi.
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berhubungan erat dengan berat badan. Aktivitas fisik yang kurang
menyebabkan terakumulasinya nutrisi dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko
obesitas.
5. Kondisi Mental
Kondisi mental pada lansia sering menunjukan gejala depresi. Gejala depresi yang
timbul banyak disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh lansia tersebut.

C. Permasalahan Gizi pada Lansia


1. Malnutrisi Energi Protein
Malnutrisi dapat berarti gizi kurang ataupun gizi lebih. Pada gizi lebih terdapat
susunan makanan mungkin seimbang, tapi jumlah yang dikonsumsi secara
keseluruhan melebihan apa yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pada gizi kurang, mungkin susunan makanan juga masih seimbang, hanya jumlah
keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Walaupun penyebab yang tersering dari malnutrisi pada lanjut usia adalah aspek
sosial, gigi, psikologi dan farmakologi, penyebab lain seperti infeksi kronis dan
neoplasma harus diperhatikan.
2. Patofisiologi dari malnutrisi terjadi karena satu atau beberapa komponen berikut :
a. Berkurangnya asupan makanan dan mikronutrien
b. Menurunnya penyerapan makanan oleh karena penyakit saluran pencernaan
c. Meningkatnya kebutuhan akan protein, kalori dan mikronutrien karena
infeksi atau stress
3. Faktor resiko untuk status gizi kurang pada lanjut usia adalah :
a. Antropometris, bila berat badan menurun > 10% dalam 6 bulan terakhir.
b. Riwayat gizi, bila ada :
 Berbagai intoleransi terhadap makanan (diare)
 Tidak nafsu makan/menolak makan
 Makanan tidak seimbang
 Penggunaan vitamin (suplemen makanan) dengan dosis berlebihan
 Ketidaktahuan
 Masalah ekonomi
 Isolasi sosial
 Keadaan gigi yang buruk
c. Penyakit : penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya, alkoholisme,
depresi, demensia, polifarmasi.
4. Gejala dan tanda
Perawat harus memperhatikan satu atau lebih faktor resiko seperti isolasi sosial,
masalah gigi, polifarmasi dan depresi yang merawat dalam keadaan malnutrisi.
Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis, defisiensi
mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan, cepat lelah atau
penurunan kemampuan kognitif.
5. Beberapa indikator keadaan gizi kurang/buruk pada lanjut usia :
a. Penurunan berat badan secara berkelanjutan
b. Berat Badan / Tinggi Badan yang rendah secara bermakna
c. Penurunan serum protein secara bermakna
d. Perubahan fungsi tubuh secara bermakna
e. Asupan energi dan zat gizi lain di bawah AKG
f. Penurunan lingkar lengan atas secara bermakna
g. Penurunan tebal lemak bawah kulit/lipatan kulit secara bermakna
h. Munculnya obesitas berdasarkan berat badan ideal, indeks massa tubuh
i. Munculnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti
osteoporosis, defisiensi asam folat dan vitamin B12.
D. Penilaian Status Gizi Lansia
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui :
1. Pemeriksaan klinik, meliputi :
a. Tanda-tanda yang dianggap memiliki nilai dalam pemeriksaan gizi
b. Gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
c. Gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi
2. Pemeriksaan antropometrik, merupakan pengukuran variasi berbagai dimensi fisik
dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan usia dan derajat kesehatan,
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
bawah kulit.
3. Pemeriksaan biokimiawi, paling mudah adalah darah dan urin.
4. Pemeriksaan biofisik, misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis.
Status gizi secara kasar diukur dengan BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul).
IMT = BB ( Kg)/TB ( m² )

Klasifikasi IMT
IMT ≤ 18,49 Kekurangan berat badan
IMT 18,5 – 24,99 Normal
IMT 25 – 29,99 Kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight)
IMT ≥ 30 Kelebihan berat badan tingkat berat (obesitas)
IMT berdasarkan jenis kelamin :
Kekurangan berat badan : Pria : IMT < 20
Wanita : IMT < 19
Normal : Pria : IMT 20-25
Wanita : IMT 19-24
Kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight): Pria : IMT 25-27
Wanita : IMT 24-27

Kelebihan berat badan tingkat berat (obesitas): Pria : IMT > 27


Wanita : IMT > 27
Tapi perlu diingat, lanjut usia dalam perjalanan usianya dapat mengalami pengurangan tinggi
badan. Hal ini disebabkan antara lain :
1. Berkurangnya komponen cairan tubuh, sehingga discus intervertebralis relatif kurang
mengandung air sehingga menjadi lebih pipih dan mengakibatkan tinggi badan berkurang.
2. Makin tua makin kifosis sehingga tinggi tegak lurusnya berkurang.
3. Osteoporosis pada lanjut usia wanita mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi
badan berkurang.
Penurunan tinggi badan ini akan mempengaruhi hasil IMT.
Oleh sebab itu dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut (knee height) untuk menentukan
secara pasti tinggi badan lanjut usia.
TB pria : 59,01 + ( 2,08 X TL )
TB wanita : 75,00 + ( 1,91 X TL ) – ( 0,17 X U )
TL = Tinggi Lutut (cm)
U = Usia (tahun)

Tabel 5.2. Skala rasio menurut klasifikasi Bray,1992 :


RLPP Pria RLPP Wanita
≤ 0,95 Tidak beresiko terhadap -
penyakit kardiovaskular
> 0,95 Beresiko terhadap penyakit -
kardiovaskular
≤0,8 - Tidak berisiko terhadap
penyakit kardiovaskular
> 0,8 - Berisiko terhadap penyakit
kardiovaskuler

Yang saat ini digunakan untuk penilaian status gizi adalah :


Mini Nutritional Assessment (MNA) = Penilaian Status Gizi Mini

Nama : Jenis kelamin : Umur : Tgl :


BB (kg) : TB (cm) : TL/kneeheigt (cm) :
I. Penilaian Antropometrik II. Evaluasi Menyeluruh :
1. IMT (BB/TB dlm kg/m2) : 5. Apakah pasien hidup bebas, tidak
0 = IMT < 19 tergantung pada suatu nursing home
1 = 19 ≤ IMT < 21 ?
2 = 21 ≤ IMT < 23 0 = Tidak
3 = IMT ≥ 23 1 = Ya
2. LLA = Lingkar Lengan Atas (dlm cm) : 6. Apakah pasien menggunakan lebih
0,0 = LLA < 21 dari 3 jenis obat perhari ?
0,5 = 21 ≤ LLA ≤ 22 0 = Ya
1,0 = LLA > 22 1 = Tidak
3. LB = Lingkar Betis (dlm cm) : 7. Selama 3 bulan terakhir, apakah
0 = LB < 31 pasien
1 = LB ≥ 31 pernah menderita stres psikologis
4. Kehilangan BB selama 3 bln terakhir : atau
0 = Kehilangan BB > 3 kg penyakit akut ?
1 = Tidak tahu berapa besar 0 = Ya
kehilangan BB 1 = Tidak
2 = Kehilangan BB antara 1-3 kg 8. Mobilitas :
3 = Tidak ada kehilangan BB 0 = Terbaring di tempat tidur/
kursi
1 = Dapat berpindah dari tempat
tidur/kursi, tapi tidak dapat
berjalan keluar
2 = Dapat berjalan-jalan keluar
9. Masalah neuro-psikologik :
0 = Demensia berat/depresi
1 = Demensia sedang
2 = Tidak ada masalah neuro-
psikologik
10. Berapa banyak makan penuh (tidak
sisa) yang pasien makan tiap hari ?
0 = 1 X makan
1 = 2 X makan
2 = 3 X makan
III. Penilaian Terhadap diet IV. Penilaian Subjektif
11. Dekubitus / ulkus pada kulit : 17. Apakah pasien menaruh perhatian
0 = Ada akan adanya masalah gizi ?
1 = Tidak ada 0 = Malnutrisi berat
12. Bagaimana konsumsinya ? 1 = Tidak tahu/malnutrisi
- Sedikitnya 1 X konsumsi produk sedang
dari susu (susu, keju, yoghurt) 2 = Tidak ada masalah gizi
perhari ? 18. Dalam perbandingan dengan
Ya/Tidak orang lain yang usianya sama,
- 2 X atau lebih konsumsi kacang- bagaimana pasien memperhatikan
kacangan/telur perminggu ? status kesehatannya ?
Ya/Tidak 0,0 = Tidak baik
- Konsumsi daging, ikan, unggas setiap 0,5 = Tidak tahu
hari ? 1,0 = Baik
Ya/Tidak 2,0 = Lebih baik
0,0 = Jika 0/1 ya
0,5 = Jika 2 ya Total ( maks 30 point ) :
1,0 = Jika 3 ya Score :
13. Apakah mengkonsumsi 2 X/lebih ≥ 24 point = gizi baik
buah/sayuran perhari ? 17 – 23,5 point = resiko malnutrisi
0 = Tidak < 17 point = gizi kurang/buruk
1 = Ya
14.Apakah intake makanan pasien menurun
selama 3 bulan terakhir akibat
kehilangan nafsu makan, gangguan
GIT, kesulitan mengunyah dan
menelan ?
0 = Kehilangan nafsu makan tingkat
berat
1 = Kehilangan nafsu makan tingkat
sedang
2 = Tidak kehilangan nafsu makan
15. Berapa gelas – air, jus, kopi, teh,
susu, anggur, bir yang pasien
konsumsi perhari ?
0,0 = < 3 gelas
0,5 = 3 – 5 gelas
1,0 = > 5 gelas
16. Model pemberian makan :
0 = Makan butuh bantuan orang
lain
1 = Makan sendiri – dengan
beberapa kesulitan
2 = Makan sendiri tanpa kesulitan

E. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia


Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi berbagai
perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan
tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih sering muncul
pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ pengindra
termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya
sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif terhadap
makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi sehingga mengganggu
fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita memasuki masa
menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan
kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk terlalu gemuk,
terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, osteoporosis,
osteoartritis, dll. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi pada kelompok usia lanjut agak
berbeda pada kelompok dewasa, sehingga pola konsumsi agak berbeda, misalnya
membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan berlemak dan tinggi purin.
Mengonsumsi sayuran dan buah- buahan dalam jumlah yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai