Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN DASAR MANUSIA


JUDUL
Asuhan Keperawatan Pada dengan Masalah Perawatan Luka Operasi Sc di
Ruang Segera Anak Kelas II RSUP NTB
Ruang : Segera Anak Nama Mahasiswa : Efa Yuliana
Tanggal : Nim/Kelompok :
Inisial Pasien :
Umur/No.Reg :

I. Maasalah Keperawatan
Perawatan luka Operasi Sc.
II. Landasan Teori
A. Anatomi Fisiologi
Alat reproduksi wanita berada di bagian pelvis (panggul)
Secara anatomi dibagi 2:
1. Genitalia Eksterna
Bagian yang terlihat
2. Genitalia Interna
Terletak dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis
a) Genitalia Eksterna
 Mons pubis (pubis veneris)
 Labia Mayora
 Labia Minora
 Klitoris
 Vagina & Hymen
 Vestibulum
 Fourchette
 Perineum
External Generative Organ

1) Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris mengandung jaringan lemak yang menutupi simpisis pubis,
diliputi oleh rambut
2) Labia Mayora
Pada bagian posterior dari mons pubis terdapat labia mayora yang juga terdiri dari jaringan
lemak yang diliputi oleh rambut.
Labia mayora membentuk tepi lateral dari vulva dan berukuran panjang ± 7-9 cm dan lebar ± 2-4
cm. Permukaan superfisial dari labia mayora juga dipenuhi oleh rambut.
3) Labia Minora
Labia minora merupakan struktur yang tidak berambut dan berukuran panjang ± 5 cm dengan
ketebalan 0,5 – 1 cm.Struktur kutaneus dari labia minora tidak terdiri dari jaringan lemak namun
terdiri dari jaringan penyambung yang memungkinkan mobilisasi dari kulit selama proses
sanggama. Labia minora akan bersatu pada bagian anterior menjadi klitoris, sedangkan pada
bagian posterior bersatu pada sisi bawah dari glandula vestibularis menjadi frenulum
4) Klitoris
Klitoris merupakan bagian erektil, terletak tepat di bawah arkus pubis Ujung badan klitoris
disebut glans dan lebih sensitif dari badannya. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vagina
Merupakan saluran kopulasi yang menghubungkan vulva dan uterus.
Jika dilakukan inspeksi vagina melalui introitus vagina, maka dapat dilihat dinding anterior dan
posterior yang memiliki midline ridge yang disebut sebagai kolum anterior dan posterior
6) Hymen / Selaput Dara
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari lubang senggama, ditengahnya
berlubang agar kotoran menstruasi dapat mengalir keluar ter,erletak pd mulut vagina bentuknya
berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997). Himen
mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.
7) Vestibulum
Vestibulum merupakan struktur yang menyerupai biji almond atau perahu dan terletak di antara
labia minora, klitoris dan fourchette.
Pada vestibulum terdapat muara dari uretra, vagina, 2 duktus kelenjar Bartholini dan 2 duktus
kelenjar parauretral yang disebut sebagai Skene ducts and glands.
8) Fouechette
Lipatan jaringan transfersal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia
mayora dan minora di grais tengah di bawah orifisium vagina.
9) Perineum
Daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus, panjangnya lebih kurang 4
cm.

Female internal generative organ


1) Uterus
Uterus adalah sebuah organ muskuler dengan bentuk, berat, dan dimensi yang sangat bervariasi,
tergantung pada stimulasi estrogen dan riwayat persalinan. Uterus mempunyai ukuran panjang 7-
8 cm, lebar 4-5 cm serta tebal 3-4 cm dan tergantung pada ligamen latum.
Uterus dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
 Fundus uteri: letaknya di bagian kranial dan mempunyai permukaan yang bundar.
 Korpus uteri: merupakan bagian yang utama, terletak menghadap ke arah kaudal dan
dorsal.Fasies vesikalis uteri dipisahkan dari vesika urinaria oleh spasium uterovesikalis.
Fasies intestinalis uteri dipisahkan dari kolon sigmoid di bagian kranial dan dorsal oleh
excavatio rektouterina. Pada margo lateralis melekat lig.latum uteri.
 Isthmus uteri: bagian ini mengecil, panjang kira-kira 1 cm. Pada masa gravid bagian ini
menjadi bagian dari korpus uteri dan dalam klinis disebut ”segmen bawah rahim”
 Serviks uteri: letak mengarah ke kaudal dan dorsal. Merupakan bagian yang terletak
antara isthmus uteri dan vagina.
2) Tuba Uterina/Tuba Fallopi
Tuba uterina berfungsi menghubungkan ovarium dan uterus.
Fertilisasi terjadi pada tuba uterina
Tuba berukuran 7–14 cm panjang dan dapat dibagi menjadi isthmus ampula dan infundibulum
3) Ovarium
Ovarium merupakan sepasang organ yang terletak di setiap sisi uterus (rahim), di bawah dan di
belakang tuba falopii.
Ovarium berfungsi memproduksi hormon dan menyelenggarakan ovulasi.
III. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu
satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
1. Kelainan Letak Janin :
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka.
Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
IV. Manifestasi Klinis
1. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul
4. Rupture Uteri mengancam
5. Partus lama
6. Partus tak maju
7. Distosia servik
8. Pre eklamsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin:
- Letak lintang
- Letak bokong
- Presentasi dahi dan muka
- Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
- gemeli

VI. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus
uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran
dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

VIII. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

IX. Diagnosa Banding


1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit.
X. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Tujuan diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
4. Mencegah dan menghentikan perdarahan
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien
bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi.
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
 Obat-obatan lain
3. Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C.
4. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan
diganti.
5. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan.
B. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin,
kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara
sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin,
abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d kurangnya
sumber informasi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa  NOC  NIC
1. Menyusui tidak efektif  Setelah diberikan  Health Education:
berhubungan dengan tindakan  Berikan informasi
kurangnya keperawatan selama mengenai
pengetahuan ibu 3x24 jam klien - Fisiologi
tentang cara menyusui menunjukkan respon menyusui
yang benar breast feeding - Keuntungan
adekuat dengan menyusui
indikator: - Perawatan
 Klien payudara
mengungkapkan - Kebutuhan diit
puas dengan khusus
kebutuhan untuk - Faktor-faktor
menyusui yang
 klienmampu menghambat
mendemonstrasikan proses
perawatan payudara menyusui
 Demonstrasikan
breast care dan
pantau kemampuan
klien untuk
melakukan secara
teratur
 Ajarkan cara
mengeluarkan ASI
dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh
bayi
 Berikan dukungan dan
semangat pada ibu
untuk melaksanakan
pemberian Asi
eksklusif.
 Berikan penjelasan
tentang tanda dan
gejala bendungan
payudara,feksi
payudara
 Anjurkan keluarga
untuk memfasilitasi
dan mendukung klien
dalam pemberian ASI
 Diskusikan tentang
sumber-sumber yang
dapat memberikan
informasi/memberika
n pelayanan KIA
2. Nyeri akut  Setelah dilakukan  Pain Management
berhubungan dengan asuhan keperawatan  Kaji nyeri secara
injury fisik jalan lahir. selama 3x24 jam komprehensif
diharapkan nteri termasuk lokasi,
berkurang dengan karakteristik, durasi,
indicatoretelah frekuensi, kualitas dan
dilakukan asuhan faktor presipitasi
keperawatan  Observasi reaksi
diharapkan nyeri nonverbal dari
pasien berkurang ketidaknyamanan
 NOC :  Ajarkan tentang
 Pain Level, tehnik relaksasi
 Pain control,  Berikan analgetik
 Comfort level untuk mengurangi
nyeri
 Kriteria Hasil :  Tingkatkan istirahat
 Mampu  Kolaborasikan dengan
mengontrol nyeri dokter jika ada
(tahu penyebab keluhan dan tindakan
nyeri, mampu nyeri tidak berhasil
menggunakan tehnik
nonfarmakologi  Managemen
untuk mengurangi lingkungan
nyeri, mencari  Batasi pengunjung
bantuan)  Sediakan tempat tidur
 Melaporkan bahwa yang nyaman dan
nyeri berkurang bersih
dengan  Perhatikan hygiene
menggunakan pasien untuk menjaga
manajemen nyeri kenyamanan
 Mampu mengenali  Atur posisi pasien
nyeri (skala, yang nyaman
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital dalam
rentang normal

3. Kurang pengetahuan  Setelah dilakukan  Teaching : Disease


tentang perawatan ibu asuhan keperawatan Process
nifas dan perawatan selama 3x24 jam  Berikan penilaian
post operasi b/d diharapkan tentang tingkat
kurangnya sumber pengetahuan klien pengetahuan pasien
informasi meningkat dengan tentang proses
indicator: penyakit yang
 Kowlwdge : disease spesifik.
process  Jelaskan patofisiologi
 Kowledge : health dari penyakit dan
Behavior bagaimana hal ini
 Pasien dan keluarga berhubungan dengan
menyatakan anatomi dan fisiologi,
pemahaman tentang dengan cara yang
penyakit, kondisi, tepat.
prognosis dan  Gambarkan tanda dan
program pengobatan gejala yang biasa
 Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
mampu dengan cara yang
melaksanakan tepat
prosedur yang  Gambarkan proses
dijelaskan secara penyakit, dengan cara
benar yang tepat.
 Pasien dan keluarga  Identifikasi
mampu menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengna
dijelaskan cara yang tepat.
perawat/tim  Sediakan informasi
kesehatan lainnya pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat.
 Hindari jaminan yang
kosong
 Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
 Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

4. Defisit perawatan diri  Setelah dilakukan 


berhubungan dengan asuhan keperawatan
kelelahan sehabis selama 3x24 jam
bersalin ADLs klien
meningkat dengan
indicator:
 Self care : Activity
of Daily Living
(ADLs)
 Klien terbebas dari
bau badan
 Menyatakan
kenyamanan
terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLS
 Dapat melakukan
ADLS dengan
bantuan

5. Resiko infeksi  Setelah dilakuakan  Infection Control


berhubungan dengan asuhan keperawatan (Kontrol infeksi)
luka operasi selama 3x24 jam  Bersihkan lingkungan
diharapkan resiko setelah dipakai pasien
infeksi terkontrol lain
dengan indicator:  Pertahankan teknik
 Immune Status isolasi
 Knowledge :  Batasi pengunjung
Infection control bila perlu
 Risk control  Instruksikan pada
 Klien bebas dari pengunjung untuk
tanda dan gejala mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan
 Mendeskripsikan setelah berkunjung
proses penularan meninggalkan pasien
penyakit, factor yang  Gunakan sabun
mempengaruhi antimikrobia untuk
penularan serta cuci tangan
penatalaksanaannya,  Cuci tangan setiap
 Menunjukkan sebelum dan sesudah
kemampuan untuk tindakan kperawtan
mencegah timbulnya  Gunakan baju, sarung
infeksi tangan sebagai alat
 Jumlah leukosit pelindung
dalam batas normal  Pertahankan
 Menunjukkan lingkungan aseptik
perilaku hidup sehat selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake
nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu
 Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC jilid 3, Jogjakarta : Medication
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai