Anda di halaman 1dari 4

Fisiologin Jagung

Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok


akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang
tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan perkecambahan yang amat lebat
yang memberi hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan
untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas
permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke
tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Seperti halnya pada jenis rumput-rumputan yang lain,
akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur
karena sistem pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapat jumlah akar yang cukup banyak,
sedang pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (Warisno,
2007).

Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi
yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, potensi pertumbuhan akar perlu dicapai
sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa
semakin banyak akar semakin tinggi hasil tanaman, konsep keseimbangan morfologi merupakan
yang paling sering digunakan sebagaimana yang dilakukan dalam hubungan allometrik. Konsep
ini yang mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman diikuti dengan
pertumbuhan bagian lain. Hasil pengamatan akar dapat dinyatakan per satuan tanaman satuan
volume tanah dan per satuan luas tanah, parameter yang dapat diamati langsung adalah berat
akar, jumlah akar dan panjang akar. Sedang luas permukaan akar dan volume akar biasanya
diperoleh dengan penaksiran, indeks yang dapat dibentuk dari berat akar adalah Nisbah berat
akar yaitu nisbah berat akar dengan biomassa total tanaman. Ini dapat digunakan untuk
menjelaskan efisiensi akar dalam mendukung pembentukan biomassa total tanaman (Sitompul
dan Guritno, 1995).

Kebanyakan ordo Poales memiliki bentuk batang seperti silinder panjang, jelas berbuku-
buku dan beruas-reruas, bersekat pada buku-bukunya. Daun-daun tersusun berseling dalam dua
baris pada batang. Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas. Rata-
rata batang tanaman jagung antara 1-3 meter diatas permukaan tanah (Tjitrosoepomo, 2005).
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 4-48
helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun dan
helaian daun. Kelopak daun umumnya menembus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat
lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah
air masuk kedalam kelopak daun dan batang sempurna. Bentuknya memanjang antara helaian
dan pelepah daun terdapat ligula dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri atas 5 hingga 12 bunga.
Mahkota bunga nya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang,
berbentuk bola atau jurang melintang (Rismunandar, 2001).

Jagung merupakan tanaman berumah satu. Jagung menghasilkan bunga jantan dalam satu
pembungaan terminal (malai) dan bunga betina pada tunas samping (tongkol). Jagung adalah
protandus, yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasa terjadi satu atau dua hari
setelah muncul tangkai putik (umum dikenal sebagai rambut). Karena pemisahan tongkol dan
malai bunga jantan serta protandri pembungaan nya, jagung merupakan spesies yang terutama
menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992). Rambut pertama berasal dari putik dasar tongkol
dan ada satu helai rambut untuk satu biji jagung yang akan terbentuk. Rambut biasanya muncul
1-3 hari setelah sari mulai tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot.
Bergantung pada suhu dan kejaguran tanaman, diperlukan waktu 2-7 hari untuk memunculkan
semua rambut secara sempurna. Hampir semua biji jagung terbentuk pada 3-5 hari setelah
rambut pertama muncul. Suhu tinggi selama persebaran tepung sari dan munculnya rambut dapat
berpengaruh buruk karena tepung sari dapat mengering. Penyerbukan dapat terjadi dalam kisaran
suhu yang lebar, suhu optimumnya sekitar 30 o C. pada banyak kultivar, suhu di atas 36 o C
dengan terapan angin kering yang panas atau ketika tanaman mengalami cekaman kelengasan,
menyebabkan penyerbukan buruk yang berakibat pada buruknya pengisian biji (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).

Karakteristik Tanah Masam Tingginya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia


menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa, sehingga basa-basa dalam tanah
akan segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal dalam kompleks adsorpsi liat dan
humus adalah ion H dan Al. Akibatnya tanah menjadi bereaksi masam dengan kejenuhan basa
rendah, dan menunjukkan kejenuhan aluminium yang tinggi. Selain itu, tanah-tanah yang
terbentuk umumnya merupakan tanah berpenampang dalam, berwarna merah-kuning, dan
mempunyai kesuburan alami yang rendah (Subagyo et al., 1998). Lahan kering bertanah masam
dicirikan dengan ph < 5,0 dan kejenuhan basa < 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang
mempunyai sifat distrik. Sebaliknya lahan yang bertanah tidak masam adalah lahan dengan ph >
5,0 dan kejenuhan basa > 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang bersifat eutrik (Hidayat
dan Mulyani, 2002). Tingkat kemasaman (ph) tanah sangat mempengaruhi status ketersediaan
hara bagi tanaman. Reaksi (ph) tanah masam dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah
ketersediaan unsur hara tertentu dan kadang menyebabkan kelebihan ketersediaan unsur hara
lainnya. Hal ini dapat berakibat terganggunya serapan hara oleh tanaman sehingga menghambat
pertumbuhan dan menurunkan produktivitas tanaman.

Posfor merupakan salah satu unsur makro yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman tetapi kadarnya di dalam tanaman lebih rendah dari N, K dan Ca.Sifat mobil dari unsur
P di dalam tanah menyebabkan unsur ini cepat sekali berkurang konsentrasinya di dalam larutan
tanah, tetapi apabila kelarutan ini dapat diperbesar maka jumlah yang sedikit saja dari unsur ini
akan segera memperlihatkan pengaruhnya yang positif (Tufaila dan Alam, 2014). Rhizotron
Rhizotron adalah tempat tumbuh tanaman yang berisi tanah dengan sisi kaca transparan,
memungkinkan untuk analisis pertumbuhan akar. Hal ini Dapat dijadikan sebagai sebuah hasil
viasualisasi mengenai sistem perakaran (arsitektur sistem akar dan dinamika pertumbuhan akar )
dari berbagai spesies tanaman yang ditumbuhkan di dalam rhizotron. Telah terbukti bahwa akar
terlihat pada kaca transparan dan biomassa akar ditentukan dari sampel akar yang telah dicuci
(Pfeifer, 2013). Tanggap fisiologis pada kondisi cekaman Al dan defisiensi fosfor dalam
rhizotron, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat nyata akibat perlakuan kondisi
cekaman dan genotipe serta interaksinya terhadap bobot kering total. Perbedaan nilai tengah
bobot kering total menunjukkan perbedaan kemampuan membentuk bahan kering antara
genotipe toleran dan peka pada berbagai kondisi cekaman pada media (Agustina, 2010).
Pada sebuah penelitian menggunakan rhizotron yang telah dilakukan oleh Lubis et al.
(2013) menunjukkan bahwa bahwa ada perbedaan yang signifikan antara genotipe untuk semua
karakter morfofisiologi diamati, kecuali panjang akar (cm). Hal ini menunjukkan bahwa
keragaman genetik pada karakter morfofisiologi, berbeda secara signifikan antara media yang
digunakan. Pendugaan Parameter Genetik Dalam pendugaan parameter genetik, nilai ragam
genotipe, fenotipe, dan lingkungan dapat dipisahkan dan dapat diduga antara satu dan lainnya,
sehingga mudah mengukur nilai variabilitas, heritabilitas, dan kemajuan genetik. Pendugaan
parameter genetik dalam kaitan karakterisasi sifat-sifat tanaman merupakan komponen utama
dalam upaya perbaikan sifat tanaman sesuai dengan yang dikehendaki. Keberhasilan seleksi
tanaman dalam pemuliaan bergantung pada seberapa luas variabilitas genetik yang ada dari suatu
materi yang akan diseleksi (Akhtar et al., 2007).

Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan agar seleksi
efektif dan efisien adalah keragaman genetik, heritabilitas, korelasi dan pengaruh dari karakter-
karakter yang erat hubungannya dengan hasil. Adanya keragaman genetik, yang berarti terdapat
perbedaan nilai antar individu genotipe dalam populasi merupakan syarat keberhasilan seleksi
terhadap karakter yang diinginkan. Heritabilitas adalah salah satu alat ukur dalam sistem seleksi
yang efisien yang dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotipe berdasarkan penampilan
fenotipenya. Sedangkan korelasi antar karakter fenotipe diperlukan dalam seleksi tanaman, untuk
mengetahui karakter yang dapat dijadikan petunjuk seleksi terhadap produktivitas yang tinggi
(Suharsono et al., 2006). Heritabilitas Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil
kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting
dalam progam pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi
genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut
heritabilitas. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1.

Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan,
sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai
heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005). Variasi genetik akan
membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila variasi genetik dalam suatu populasi
besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh
genotip yang diharapkan akan besar. Sedangkan pendugaan nilai heritabilitas tinggi
menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila
dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat tersebut dapat
diturunkan pada generasi berikutnya (Steel dan Torrie, 1993).

Heritabilitas merupakan parameter genetik untuk memilih sistem seleksi yang efektif.
Digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman dalam
mewariskan karakter yang dimilikinya atau suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana
variabilitas penampilan suatu genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan
faktor genetik. Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses seleksi.
Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan
heritabilitas yang tinggi. Selain informasi ragam populasi, nilai tengah masing masing genotipe
juga berperan dalam efektivitas seleksi. Nilai tengah tersebut dihubungkan dengan idiotipe
tanaman yang ingin dicapai (Syukur et al., 2011). Koefisien keragaman genetik yang telah
diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 4 kriteria keragaman yaitu : keragaman rendah ( 0 25 %
), keragaman sedang (25 50%), keragaman tinggi (50-75 %) dan keragaman sangat tinggi (> 75
% ) (Moedjiono dan Mejaya, 1994)

Anda mungkin juga menyukai

  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen12 halaman
    Penda Hulu An
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 3
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Surat Izin
    Surat Izin
    Dokumen1 halaman
    Surat Izin
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • AS
    AS
    Dokumen12 halaman
    AS
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • PKP Pnyuuhn
    PKP Pnyuuhn
    Dokumen2 halaman
    PKP Pnyuuhn
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • 4.4 Penyuluhan
    4.4 Penyuluhan
    Dokumen10 halaman
    4.4 Penyuluhan
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • HAM DUNIA
    HAM DUNIA
    Dokumen32 halaman
    HAM DUNIA
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Cover, Pengesahan, Logo Laporan
    Cover, Pengesahan, Logo Laporan
    Dokumen3 halaman
    Cover, Pengesahan, Logo Laporan
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen1 halaman
    MAKALAH
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Teori Konsumsi
    Teori Konsumsi
    Dokumen22 halaman
    Teori Konsumsi
    Fitra Cahya
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 9
    Lampiran 9
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 9
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen11 halaman
    Book 1
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Latihan4 ShaniaPrahesty
    Latihan4 ShaniaPrahesty
    Dokumen2 halaman
    Latihan4 ShaniaPrahesty
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Latihan2 ShaniaPrahesty
    Latihan2 ShaniaPrahesty
    Dokumen2 halaman
    Latihan2 ShaniaPrahesty
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Latihan3 ShaniaPrahesty
    Latihan3 ShaniaPrahesty
    Dokumen2 halaman
    Latihan3 ShaniaPrahesty
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Latihan5 ShaniaPrahesty
    Latihan5 ShaniaPrahesty
    Dokumen1 halaman
    Latihan5 ShaniaPrahesty
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Shania Prahesty
    Belum ada peringkat