ISSN 2089-8916
J.C. Heldiansyah
Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat
jcheldiansyah@rocketmail.com
Abstrak
Pondasi Kacapuri adalah tipe pondasi dangkal yang mengapung di atas tanah gambut. Pondasi
Kacapuri menggunakan Kayu Ulin sebagai tiang dan Kayu Galam yang menerus sebagai telapaknya.
Terbatasnya Kayu Ulin sebagai bahan baku utama memaksa mayarakat menggunakan beton dan
pengurugan sebagai solusi pembangunan di tanah gambut. Inovasi desain Pondasi Desain Pondasi
Kacapuri serta stabilitas tanah gambut merupakan alternatif jawaban bagi pengurugan di lahan
gambut. Dana penelitian ini merupakan Hibah Gubernur Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun Anggaran 2013, bertujuan melakukan inovasi pondasi kacapuri yang kuat, aman, berdaya
dukung tinggi, ekologis serta relatif murah di daerah lahan basah .Penelitian ini berbasis kuantitatif
untuk mendapatkan rekomendasi desain sebagai tujuan penelitiannya (research for design). Produk
penelitiannya berupa desain pondasi kacapuri dan formulasi stabilisasi tanah gambut. Sampel
observasi adalah tanah gambut di Kota Banjarmasin. Manfaatnya adalah efisiensi penggunaan
material pondasi Kacapuri dan menjaga kelestarian lahan gambut.
Kata Kunci: pondasi Kacapuri, Stabilisasi Tanah Gambut.
Abstract
The Kacapuri foundation is a type of shallow foundation that floating on peat soil. This foundation
uses ironwood (Eusideroxylon zwageri) as the poles and galam (Melaleuca cajuputi Roxb) as the
base. Limited use of ironwood as the main material forces people to use concrete and landfilling as a
solution to build on peat soil. Design inovation of the kacapuri foundation and peat soil stability are the
alternative solution to peat land filling. This research uses a qualitative method to create design
recommendation (research for design). The result is the kacapuri foundation design and formulation
of peat soil stabilization.The sample of this observation is peat land in Banjarmasin. The benefit is to
preserve peat land.
Keywords: the Kacapuri foundation, Peat Soil Stabilization.
37
dapat menyebabkan masalah lingkungan KAYU ULIN 10/10
KAYU ULIN 10/10
KAYU ULIN
KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
TINJAUAN PUSTAKA 5/7 atau 5/10 Min 30 cm
SLOOF
tersebut mempengaruhi substansi dan TAMPAK PERSPEKTIF KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
d g
38
Tabel 1. Faktor Kapasitas Dukung Formula gambut yang tidak memiliki kandungan silica
Terzaghi yang dibutuhkan kapur untuk membentuk
ф° Nc Nq Ny Nc' Nq' Ny'
CaSiO3 dalam bentuk gel yang nantinya
0 5,71 1,00 0 3,81 1,00 0 perlahan akan mengkristal membentuk
5 7,32 1,64 0 4,48 1,39 0
10 9,64 2,70 1,20 5,34 1,49 0 Calcium Silicate Hydrates. Hal lain yang
15 12,80 4,44 2,40 6,64 2,73 1,20
20 17,70 7,43 4,60 7,90 3,88 2,00
masih menjadi masalah adalah lapisan yang
25 25,10 12,70 9,20 9,86 5,60 3,30 distabilisasi umumnya hanya setebal 60 cm
30 37,20 22,50 20,20 17,70 8,32 5,40
35 57,80 41,40 44,00 16,80 12,80 9,60 di permukaan tanah gambut saja sehingga
40 95,60 18,20 144,00 23,20 20,50 19,10
45 172,00 173,00 320,00 34,10 35,10 27,00
bagian bawah masih belum cukup kuat
menerima beban yang ada di atasnya.
Tabel 2. Faktor Bentuk Pondasi Penggunaan kombinasi abu sekam
padi dan kapur telah banyak digunakan
Faktor Nc Ny Nq ф° sebagai bahan tambahan pada dunia
Bentuk Menerus Persegi Persegi Lingkaran
Panjang ketekniksipilan. Pada stabilisasi tanah
α 1,0 1,3 1,0+0,3(B/L) 1,3
β 0,5 0,4 1,5-0,1(B/L) 0,3
lempung, penggunaan bahan kapur telah
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.
Metode Perbaikan Tanah Gambut Bowles (1997) menyatakan bahwa
Karena sifat tanah gambut yang penambahan kapur sebesar 2% - 4% dari
sangat tidak menguntungkan bagi konstruksi volume lempung yang akan distabilisasi
bangunan sipil di atasnya, diperlukan suatu akan menurunkan indeks plastisitasnya.
perbaikan tanah gambut (peat soil Namun penggunaan kapur untuk tanah
improvement) untuk meningkatkan daya gambut tidak dapat dilakukan karena
dukungnya (bearing capacity) sebelum ketiadaan kandungan silica pada gambut.
digunakan sebagai penopang bangunan sipil Untuk memecahkan masalah ini maka
di atasnya. Beberapa hal yang menjadi ditambahkan abu sekam padi (rice husk
perhatian dalam memilih metode perbaikan ash) yang memiliki kandungan silica yang
tanah gambut adalah : besar dan jumlahnya melimpah di Indonesia
1. Tebal lapisan gambut. serta masih kurang memiliki nilai ekonomis
2. Jenis tanah gambut, apakah termasuk di masyarakat.
gambut berserat atau tidak berserat. Dalam hal stabilisasi tanah gambut,
3. Besarnya pemampatan yang harus penggunaan kombinasi abu sekam padi dan
ditanggulangi. kapur telah diteliti, Hasil penelitian
Salah satu metode perbaikan tanah memberikan prosentase stabilisasi optimum
gambut adalah metode stabilisasi. campuran bahan stabilisasi 30% kapur dan
70% abu sekam dengan kadar campuran
Metode Stabilisasi Tanah Gambut bahan stabilisasi untuk tanah gambut
Metode perbaikan tanah gambut selain sebesar 10%. Pada umur stabilisasi 30 hari
metode mekanis adalah metode stabilisasi. diperoleh total regangan yang terjadi
Stabilisasi adalah mencampurkan bahan lain berkurang sampai dengan 27% dari total
ke dalam tanah gambut untuk memperbaiki regangan tanah gambut sebelum
sifat – sifat tanah gambut tersebut. Pada distabilisasi (Mochtar 2009). Untuk
tanah lempung stabilisasi yang dilakukan prosentase optimum bahan stabilisasi yang
terutama dengan bahan kapur memberikan diperlukan oleh tanah gambut yang
hasil yang memuaskan, namun penggunaan mendapat pengaruh air sekitar telah diteliti,
kapur pada gambut kurang berhasil dimana diperoleh prosentase bahan
dibanding metode perbaikan tanah secara stabilisasi yang dicampurkan sebesar 15%
mekanis yang teah dijelaskan sebelumnya. berat basah (112,5% berat kering) untuk
Hal ini kemungkinan disebabkan tanah umur stabilisasi minimum 30 hari dimana
39
total regangan yang terjadi berkurang Menentukan Sifat Fisik dan Teknis Tanah
hingga 55,86% dan daya dukungnya Gambut Stabilisasi
meningkat sampai dengan 28,44%. Dengan menggunakan campuran bahan
stabilisasi optimum 30% kapur dan 70% abu
PERMASALAHAN PENELITIAN sekam padi (Mochtar, N.E., dkk 2009),
penelitian dilakukan dengan memberikan
Permasalahan utama yang ingin prosentase bahan stabilisasi 15% (Ma’ruf,
dipecahkan dalam penelitian kali ini adalah M.A., 2012) dengan masa peram 10 hari.
bagaimana bentuk alternatif desain pondasi - Tahap I :
kacapuri untuk bangunan rumah bubungan Urutan pekerjaan untuk Tahap I diberikan
tinggi / rumah panggung di atas tanah pada Gambar 3 dengan uraian sebagai
gambut yang distabilisasi? Perumusan lebih berikut:
rinci dari masalah penelitian ini adalah : 1. Mempersiapkan sampel tanah gambut,
1. Bagaimana daya dukung tanah kotak peram, dan bahan lain yang
gambut yang distabilisasi dengan diperlukan.
prosentase bahan stabilisasi 2. Mencampurkan bahan stabilisasi yang
(campuran 30% kapur dan 70% abu telah disiapkan pada langkah no. 1
sekam) sebesar 15% dari berat basah dengan dua tahap, yaitu dimulai dengan
tanah gambut. mencampurkan abu sekam padi terlebih
2. Bagaimana bentuk alternatif konstruksi dahulu pada tanah gambut yang akan
pondasi kacapuri yang dapat menahan distabilisasi untuk memberi kandungan
beban rumah panggung berdasarkan silika pada tanah gambut dan diperam
daya dukung tanah gambut yang selama 24 jam kemudian ditambahkan
distabilisasi? kapur ke dalam campuran tersebut.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 3. Benda uji yang telah disiapkan diperam
Adapun tujuan penelitian ini adalah selama 10 hari untuk dilihat peningkatan
untuk memperoleh bentuk alternatif desain kekuatan tanah gambut yang telah
pondasi kacapuri untuk bangunan rumah distabilisasi.
bubungan tinggi / rumah panggung di atas 4. Mengambil sampel tanah gambut yang
tanah gambut yang distabilisasi Diharapkan telah disiapkan pada langkah 4 di bagian
pondasi alternatif ini nantinya dapat tepi dan tengah untuk dilakukan uji sifat
memberikan salah satu solusi dalam fisik dan teknis sampel yang
pembangunan rumah di atas tanah gambut bersangkutan.
pada aplikasi nyata. Menentukan Desain Alternatif Pondasi
Kacapuri
METODOLOGI - Tahap II :
1. Menghitung daya dukung tanah
Ada 3 (tiga) tahapan penelitian yang
gambut yang telah distabilisasi.
dilakukan dalam skala laboratorium dan
Daya dukung terhadap pondasi
perhitungan analisis numerik. Tahap I
dihitung dengan menggunakan
adalah kegiatan pengujian sifat teknis dan
rumus terzaghi.
sifat fisik tanah gambut setelah distabilisasi.
2. Menghitung kapasitas desain
Tahap II adalah perhitungan daya dukung
pondasi yang diperlukan
tanah gambut dan kekuatan pondasi
berdasarkan data daya dukung tanah
kacapuri alternatif yang diperlukan. Dan
gambut pada poin 1 dan aturan
tahap III adalah pembuatan desain pondasi
pembebanan bangunan rumah
kacapuri alternatif tersebut.
panggung
40
- Tahap III : TIANG BETON 10/10
MUKA AIR
3. Mengumpulkan hasil analisis daya
dukung dan kekuatan pondasi dari KAYU ULIN 5/7 atau 5/10 KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
SLOOF
MUKA AIR
Mulai Tahap II
KAYU ULIN 5/7 atau 5/10 KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
SLOOF
Persiapan campuran
bahan stabilisasi
optimum 30% kapur +
70% abu sekam padi
TIANG BETON 10/10
(referensi Mochtar, N.E.,
TAMPAK PERSPEKTIF KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
Pencampuran bahan
stabilisasi dan tanah SLOOF Galam(Menerus)
TELAPAK GALAM
gambut (Menerus)
Prosentase bahan
stabilisasi 15 % Gambar 5. Varian 2 Galam
terhadap berat (Sumber: J.C. Heldiansyah, dkk, 2013)
basah tanah gambut
TIANG BETON 10/10
MUKA AIR
Pemeraman campuran tanah
gambut yang telah KAYU ULIN 5/7 atau 5/10 KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
stabilisasi 10 hari.
TELAPAK (GALAM)
Uji konsolidasi dan geser
langsung serta uji sifat fisik
pada sampel tiap masa peram TIANG BETON 10/10
: GS, kadar air, kadar organik, TAMPAK PERSPEKTIF KAYU ULIN 5/7 atau 5/10
41
Mulai Tahap
kecil dari 2,0) menunjukkan bahwa tanah
III gambut memiliki kadar organik yang tinggi
yaitu sebesar 99,140.
Analisa data dari tahap I
dan II Tabel 3. Nilai Karakteristik Tanah Gambut
Sebelum Stabilisasi
Hasil
No. Parameter
Desain beberapa alternatif Uji
bentuk pondasi kacapuri Sifat Fisik
1 Specific Gravity (Gs) - 1.51
Menghitung masing – masing 511.26
2 Kadar air (wc) %
9
pembebanan sesuai dengan
Berat Volume Tanah 3
3 t/m 0.981
variasi bentuk pondasi kacapuri (γt)
alternatif. 4 Angka pori (e) - 7.512
5 Keasaman (pH) - 4.000
Kandungan Organik
6 % 99.140
Analisa dan kesimpulan (Oc)
7 Kadar Abu (Ac) % 0.860
8 Kadar Serat (Fc) % 50.913
42
b. Kemampumampatan Tanah Gambut Setelah distabilisasi diketahui bahwa
Vertical strain yang terjadi adalah sifat fisik tanah gambut secara umum
sebesar 0,29 dengan total pemampatan mengalami perbaikan. Nilai Gs menjadi
yang terjadi sebesar 5,80 mm, seperti 1,584, kadar air menurun menjadi 221,393
terlihat pada Gambar 8. % sedang berat volume tanah naik menjadi
1,158 t/m3. Hal ini menunjukkan kalau tanah
gambut menjadi lebih padat setelah
dilakukan proses stabilisasi. Hal ini juga
terlihat dari nilai angka pori yang menurun
menjadi 3,386 dikarenakan pori tanah
mengecil akibat memadatnya tanah gambut.
Nilai pH naik menjadi 5,2.
Sifat Teknis Tanah Gambut Yang Telah
Distabilisasi
Uji sifat teknis pada tanah gambut
Gambar 8. Kurva pemampatan tanah gambut
yang telah distabilisasi adalah pemampatan
sebelum stabilisasi : vertical strain vs waktu
(Sumber: Data Primer, 2013) dengan uji konsolidasi dan kuat geser
dengan uji direct shear.
Sifat Fisik Tanah Gambut Yang Telah
Distabilisasi Kemampumampatan
Dari hasil uji lab ditemukan sifat fisik
tanah gambut yang telah distabilisasi seperti
terlihat pada tabel 4.
2 Kadar air (wc) % 221,393 Dari uji konsolidasi diperoleh nilai total
pemampatan serta vertical strain yang
3 Berat Volume Tanah (γt) t/m3 1,158 terjadi. Total pemampatan secara umum
semakin kecil Pemampatan yang terjadi
4 Angka pori (e) - 3,386
berkurang menjadi 0,18 mm.
5 Keasaman (pH) - 5,2 Gambar 9 menunjukkan bahwa secara
umum pemampatan primer untuk tanah
Sifat Teknis gambut sebelum stabilisasi berlangsung
lebih lama daripada kondisi setelah
9 Kohesi (C) 0,1 distabilisasi, dimana untuk tanah gambut
10 Sudut Geser (ɸ) o
30,646
yang telah distabilisasi, waktu yang
diperlukan untuk pemampatan primer
11 Pemampatan mm 0,18 semakin pendek seiring dengan
bertambahnya porsentase admixture. Hal ini
karena dengan semakin bertambahnya
43
prosentase admixture, maka kadar air dikarenakan tanah gambut termasuk dalam
semakin kecil sehingga jumlah air pori yang frictional material / non kohesive material
dikeluarkan saat pemampatan primer dimana kuat gesernya tergantung dari
semakin sedikit dan waktu yang diperlukan lekatan antar butiran padat (serat) tanah
semakin pendek. gambut. Dari Gambar 10 dapat dilihat
Dari Gambar 9 juga terlihat bahwa bahwa nilai kuat geser tanah gambut
pemampatan sekunder untuk tanah gambut meningkat seiring dengan bertambahnya
sebelum distabilisasi memakan waktu lebih prosentase bahan stabilisasi. Hal ini karena
pendek dibandingkan pemampatan dengan semakin banyak bahan stabilisasi
sekunder tanah gambut setelah distabilisasi. yang diberikan, maka water-insoluble gel
Pada kondisi setelah distabilisasi, yang dihasilkan untuk melapisi serat gambut
pemampatan sekunder berlangsung dan menutup pori juga semakin besar
semakin lama seiring dengan bertambahnya sehingga gambut semakin padat dengan
prosentase admixture. Hal ini dikarenakan bertambahnya bahan stabilisasi yang
proses keluarnya air pori dari mikro pori ke melapisi serat gambut, sehingga kuat
makro pori memerlukan waktu yang lebih gesernya meningkat, hal ini sesuai dengan
lama dengan semakin banyaknya water- kecenderungan yang terlihat pada
insoluble gel yang terbentuk seiring parameter berat volume tanah. Terlihat
penambahan prosentase admixture. bahwa kuat geser tanah gambut mengalami
Gambar 9 menunjukkan bahwa untuk kenaikan dengan nilai kohesi 0,1 dan sudut
sampel yang distabilisasi, pemampatan geser 30,646o.
segera, pemampatan primer dan
pemampatan sekunder yang terjadi secara
umum semakin kecil seiring dengan
bertambahnya umur stabilisasi. Hal ini
karena reaksi bahan stabilisasi terus
berlangsung seiring dengan bertambahnya
umur stabilisasi dan gel bertambah padat Gambar 10. Kurva Direct Shear Tanah
sehingga pemampatan pun berkurang. Gambut Setelah Stabilisasi
Secara umum terlihat bahwa pemampatan (Sumber: Data Primer, 2013)
primer untuk tanah gambut sebelum
Penambahan umur stabilisasi juga
stabilisasi berlangsung lebih lambat
membuat nilai kuat geser tanah gambut
daripada kondisi setelah distabilisasi,
semakin bertambah seperti pada Gambar
dimana hal ini dikarenakan tanah gambut
10. Hal ini karena dengan bertambahnya
sebelum stabilisasi memiliki angka pori yang
umur stabilisasi, maka reaksi pembentukan
lebih besar, sehingga tanah gambut
water-insoluble gel dari bahan stabilisasi
sebelum stabilisasi bersifat lebih
terus berlangsung dan gel bertambah padat
kompresibel, selain itu kadar air tanah
sehingga kuat gesernya pun meningkat.
gambut sebelum stabilisasi lebih besar
sehingga proses keluarnya air dari makro Qu = 87,675 t/m2
pori yang merupakan proses pemampatan 30,646°
primer memerlukan waktu yang lebih lama
daripada kondisi setelah distabilisasi.
Kuat Geser
Gambar 11. Daya Dukung Pondasi Kacapuri
Parameter kuat geser tanah gambut Di Atas Tanah Gambut Yang Distabilisasi
terkait erat dengan kondisi serat dari gambut (Sumber: Data Primer, 2013)
dan parameter berat volume tanah. Hal ini
44
Daya Dukung Tanah Gambut Yang Telah untuk menahan beban lebih sebagai akibat
Distabilisasi pergantian bahan tiang pancang dari kayu
Dari data laboratorium tanah gambut ulin menjadi beton. Dengan berat jenis kayu
yang telah distabilisasi, kemudian dihitung galam sekitar 0,75 t/m 3 yang lebih kecil dari
nilai daya dukung tanah gambut terhadap berat jenis air yaitu 1 t/m3, maka dapat
pondasi kacapuri. Seperti yang telah diasumsikan jika satu kayu galam memiliki
disinggung pada Bab 2, nilai daya dukung daya apung sekitar 0,25 t/m 3.
dapat didekati dengan persamaan formula Rata-rata desain pondasi asli
Terzaghi. kacapuri mampu menahan beban sebesar 2
ton dengan berat jenis kayu ulin 0,88 t/m 3
Daya Dukung Formula Terzaghi sampai 1,2 t/m3 (Tabel 5). Jika dibandingkan
Menurut Iskandar (2000), pondasi kacapuri dengan berat jenis beton sebesar 1,9t/m 3
didekati perilakunya dengan asumsi pondasi sampai 2,4 t/m 3 (sekitar 2 kali berat jenis
menerus, sehingga formula terzaghi yang kayu ulin), maka beban sendiri pondasi
digunakan adalah: kacapuri menjadi lebih besar, sehingga perlu
ditambahkan kayu galam sebagai
qu = c.Nc + q.Nq + ½ .γ.B.Nγ pengapung, dimana dalam desain alternatif
penelitian ini ditambahkan hingga tiga kali
dimana nilai Nc, Nq, Nγ tergantung pada nilai lipat jumlah kayu galam dari desain asli,
sudut geser tanah. dimana diharapkan hal tersebut bisa
Menurut hasil lab, tanah gambut membantu menahan beban sendiri pondasi
yang telah distabilisasi memiliki nilai sudut sebelum nantinya menahan beban struktur
geser 30,646o. Sehingga menurut terzaghi, rumah panggung.
nilai Nc, Nq, Nγ nya adalah :
Ø = 30,646o Tabel 5 Hasil Loading Tes Pondasi Kacapuri
Nc = 37,20 (Sumber: Iskandar 2000)
Nq = 22,50 Beban Runtuh (Pr) model (kg)
Nγ = 20 Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Pr (minimium)
2119,84 2120,84 2118,80 2116,40 211,40
Dengan nilai parameter lain yaitu:
γ = 1,158
Dengan adanya penambahan berat
q = γ x h = 1,158 x 1 = 1,158 t/m2
sendiri pondasi tersebut, maka beban
C = 0,1
struktur yang dapat ditahan secara otomatis
B = asumsi panjang galam yang
berkurang, dimana dengan kenaikan berat
digunakan = 5 m
pondasi sebesar dua kali lipat diiringi
Dengan demikian, maka nilai daya dukung
dengan penambahan daya apung kayu
ultimit qu untuk daya dukung pondasi
galam menjadi tiga kali lipat, maka
kacapuri di atas tanah gambut yang
diperkirakan beban yang mampu ditahan
distabilisasi menurut formula Terzaghi
oleh pondasi kacapuri alternatif menjadi
adalah 87,675 t/m2 (Gambar 11)
sebesar sekitar 1,25 ton, yang lebih kecil
dari daya dukung desain asli pondasi
Pembebanan Pada Pondasi Kacapuri
kacapuri, namun secara umum masih
Desain asli pondasi kacapuri
mampu menopang beban struktur lantai
memanfaatkan gaya apung dari kayu galam
rumah tinggal yaitu sebesar 150 kg/m2 –
sebagai pelampung untuk menahan beban
250 kg/m2 (Gambar 12).
pondasi dan mentransfernya ke tanah dasar.
Oleh karena itu dalam desain alternatif, kayu
galam tidak digantikan namun ditambah
45
Gambar 12. Mekanisme pembebanan pondasi kacapuri
Sumber: J.C. Heldiansyah, dkk, 2013
46
Adanya kombinasi antara stabilisasi Berkelanjutan-Wetlands International-
dan inovasi kacapuri tentunya akan Indonesia Programe.
meningkatkan daya dukung konstruksi Heldiansyah, J.C. (2010). Kajian Peningkatan
Kualitas Lingkungan Binaan Tepian
pondasi bangunan lahan rawa, namun
Sungai Kota Banjarmasin. Thesis.
seperti yang telah dijelaskan di atas
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
penenelitian ini belum menyentuh pengujian
Iskandar (2000). Tinjauan Kapasitas Dukung
batas kekuatan inovasi desain kacapuri Teoritis Pondasi Kacapuri. Banjarbaru
yang dimaksud, sebab penelitian ini Info-Teknik Unlam.
menempuh 2 dari 3 tahapan penelitian Ma’ruf, M.A., (2012). Pengaruh Air Disekitar Area
secara menyeluruh. Lahan Gambut Yang Distabilisasi
Inovasi pondasi ini tidak tertutup pada Terhadap Sifat Fisik Dan Sifat Teknis
pondasi kacapuri saja, namun dapat Tanah Gambut. Surabaya: Magister
dikembangkan terhadap jenis-jenis pondasi Thesis Institut Sepuluh Nopember.
lokal lainnya seperti pondasi Pancang Mochtar, Noor E., Lily Pudjiastuti, Musta’in Arif
(2009). Pemakaian Campuran Bahan
galam, Pondasi Kapur Naga maupun
Pozzolan Dan Kapur Sebagai Bahan
pondasi yang tersebar di tanah gambut di
Stabilisasi Tanah Gambut Yang Ramah
Nusantara. Lingkungan Untuk Konstruksi Jalan. Hibah
Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas
DAFTAR PUSTAKA Nasional No:
342/SP2H/PP/DP2M/VI/2009.
_____.2009. Perda Kota Banjarmasin Tahun
Seman, Syamsiar., Irhamna. (2000). Arsitektur
2009. Banjarmasin: Pemerintah Kota
Tradisional Banjar Kalimantan Selatan.
Banjarmasin.
Banjarmasin: Ikatan Arsitek Indonesia
Bowles, J. E., (1997), Sifat – Sifat Fisis Dan Daerah Kalimantan Selatan.
Geoteknis, Jakarta : Erlangga. Terzaghi, K. (1925). Principles of Soil Mechanics.
Handayani, I.P. (2003). “Studi Pemanfaatan Engr. News Record, Vol. 95
Gambut Asal Sumatra”. Lokakarya
Pengelolaan Lahan Gambut
47