Anda di halaman 1dari 4

Nama : Solekhatun

Nim:117105035

Perjanjian Internasional dari Buku Peran Hukum Internasional dalam Hubungan Internasional
Kontemporer

A. ISTILAH , DEFINISI DAN PERAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM


HUBUNGAN INTERNASIONAL KONTEMPORER

Perjanjian internasional menurut pasal 2 (1a) Konvensi Wina 1969 tentang Law of Treaties
adalah persetujuan yang dilakukan oleh negara-negara bentuknya tertulis dan diatur oleh hukum
internasional. Syarat penting untuk dikatakan perjanjian internasional adalah perjanjian tersebut
tunduk pada rezim internasional.

B. KLASIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL

Dapat dibedakan menjadi 5 yakni

1) Bilateral
2) Trilateral
3) Multilateral
4) Regional
5) Universal

Berdasarkan kaidah hukum :

 Treaty Contract : sifatnya tertutup tidak memberikan kesempatan pada pihak lain
untuk mengikuti perundingan
 Law Making Treaty : perjanjian yang menciptakan kaidah atau prinsip hukum yang
tidak hanya mengikat peserta treaty tetapi juga pihak ketiga. Umumnya ditemukan
pada perjanjian multilateral

C. PRINSIP PRINSIP UTAMA HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL


a) Voluntary ; tidak ada pihak yang dapat diikat oleh suatu treaty melalui suatu cara
yang diakui HI
b) Pacta Sun Servanda : perjanjian mengikat seperti undang undang bagi para
pihaknya
c) Good faith : harus dilakukan dengan itikad baik oleh para pihaknya
d) Pacta tertiis nec nocunt nec prosunt : tidak memberikan hak dan kewajiban pada
pihak ketiga tanpa persetujuannya
e) Non retroactive : Tidak berlaku surut
f) Ketika seluruh perjanjian internasional merupakan kodifikasi hukumm kebiasaan
internasional yang sudah berlaku maka seluruh isi perjanjian akan mengikat pada
masyarakat internasional

D. STRUKTUR PERJANJIAN INTERNASIONAL

1) Judul
2) Preambul
3) Klausula subtantif
4) Klausula formal
5) Permbuktian formal
6) Tanda tangan delegasi

E. Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasiona;

1. Pemberian kuasa resmi kepada orang yang ditunjuk mewakili negara kuasa resmi dapat
berbentuk credentials
2. Negosiasi dan adopsi : tahapan inti, adopsi adalah persetujuan terhadap teks yang
dinegosiasikan
3. Autentifikasi dan penandatanganan : bagi yang menyetujui draf final maka wakilnya akan
memberikan autentifikasi tanda menyetujui draf tersebut. Penandatanganan hanya
berdampak pada morality suatu negara saja
4. Ratifikasi : proses konfirmasi untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjiian internasional.
F. PROSES PERATIFIKASIAN DI INDONESIA

Ratifikasi menurut pasal 2 huruf 1 .b konvensi wina adlahh persetujuan atau konfirmasi
kesediaan untuk diikat oleh perjanjian internasional. Perjanjian yang perlu diratifikasi menurut
surat presiden 2826 adalah :

1. Hal-hal politik atau hal-hal yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negerii seperti
halnya perjanjian perjanjian persahabatan, perjanjian aliansi, dll
2. Ikatan-ikatan yang sedemikian rupa sifatnya sehingga memengaruhi haluan politik luar
negeri negara
3. Hal-hal yang menurut UUD atau berdasarkan system perundang-undangan Indonesia harus
diatur oleh undang-undang seperti masalah kewarganegaraan dan masalah-masalah
kehakiman.

Selanjutnya pasal 11 UU 24/2000 Menetapkan sebagai berikut :

a. Pengesahan perjanjian internasional yang materinya tidak termasuk materi sebagaimana


dimaksud pasal 10 dilakukan dengan keputusan presiden

b. Pemerintah Republik Indonesiia menyampaikan salinan setiap keputusan presiden yang


mengesahkan suatu perjanjian internasional kepada DPR untuk dievaluasi

G. PERJANJIAN INTERNASIONAL YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM


NASIONAL

Pasal 62 dengan judul perubahan mendasar mengenai keadaan dikenal dengan asas rebus sic
stantibus. Asas ini memberikan kesempatan kepada suatu negara peserta perjanjian internasional
untuk mengakhiri atau menunda berlakunya suatu perjanjian.

Praktik Indonesia mengakui asas tersebut, dalam pasal 18 Undang undang nomor 24 tahun
2000 tentang perjanjian internasional, perjanjian internsional berakhir apabila :

1. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian;
2. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;
3. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian;
4. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;
5. dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
6. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;
7. objek perjanjian hilang;
8. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.

H. PERJANJIAN INTERNASIONAL YANG SALING BERTENTANGAN

Anda mungkin juga menyukai