BAB I
PENDAHULUAN
Pengadaan barang dan jasa pada awalnya dimulai dengan transaksi jual beli
barang di pasar. Cara atau metode pengadaan barang dan jasa dalam transaksinya
dilakukan dengan tawar menawar secara langsung antara pembeli (pengguna) dan
jumlah dan jenis barang yang akan dibeli membutuhkan waktu lama bila harus
tawar menawar. Biasanya pengguna membuat daftar jumlah dan jenis barang yang
akan dibeli secara tertulis. Kemudian diserahkan kepada penyedia barang agar
menawarkan secara tertulis pula. Daftar barang yang disusun secara tertulis itu
yang akan dibeli tidak hanya kepada satu, namun kepada beberapa penyedia
penawaran yang termurah. Cara tersebut merupakan cikal bakal pengadaan barang
1
2
dengan cara lelang. Pengadaan barang tidak terbatas pada barang yang berwujud,
namun juga barang tidak berwujud. Barang tidak berwujud pada umumnya
adalah jasa. Misalnya jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan pendidikan, jasa
kebutuhan barang atau jasa yang diartikan meluas, mencakup penjelasan dari
pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya. Pengadaan barang dan
jasa tidak sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan bagian pembelian
(purchasing) atau perjanjian resmi kedua belah pihak, namun mencakup seluruh
tahap pelaksanaan dan proses administrasi dalam pengadaan barang dan jasa.2
(pembeli) dan pihak penyedia (penjual). Pembeli atau pengguna barang dan jasa
adalah pihak yang membutuhkan barang dan jasa. Pihak pengguna adalah pihak
yang meminta atau memberi tugas kepada pihak penyedia untuk memasok,
Pihak pengguna dalam hal ini adalah pemerintah. Kedua pihak pun bisa
murahnya, sedangkan pihak penyedia dalam menyediakan barang dan jasa ingin
dipertemukan jika tidak ada saling pengertian dan kemauan untuk mencapai
kesepakatan. Untuk itu perlu adanya etika dan norma yang harus disepakati dan
dipatuhi bersama.4 Kedua pihak harus berpatokan pada filosofi pengadaan barang
dan jasa. Tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang
berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa
yang baku. 5
Etika adalah asas-asas akhlak atau moral. Menurut Kamus Umum Bahasa
dasar berpikir akhlak adalah watak, tabiat budi pekerti, sedangkan moral adalah
perbuatan baik-buruk. Etika dalam pengadaan barang dan jasa adalah perilaku
yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan. Perilaku yang
baik adalah perilaku untuk saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing-
masing pihak, bertindak secara profesional dan tidak saling mempengaruhi untuk
pihak lain. Etika pengadaan barang dan jasa diatur dalam Pasal 6 Perpres No. 54
Tahun 2010. Perbuatan yang sangat bertentangan dengan etika pengadaan adalah
4
Ibid hlm. 39-41.
5
Ibid hlm 3-5.
4
salah satu atau kedua pihak pengguna dan penyedia barang dan jasa secara
Suatu norma baru ada jika ada lebih dari satu orang, karena norma pada
dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain atau
jasa terdiri dari norma tidak tertulis dan norma tertulis. Norma tidak tertulis
adalah norma bersifat ideal, sedangkan norma tertulis adalah norma bersifat
operasional. Norma ideal pengadaan barang dan jasa tersirat dalam pengertian
hakekat, filosofi, etika, profesionalisme dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Norma pengadaan barang dan jasa bersifat operasional telah dirumuskan dan
Proses pengadaan barang dan jasa tersebut harus berdasarkan pada prinsip-
prinsip pengadaan yang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 5 Perpres No. 54
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan
sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
6
Ibid hlm. 40-41.
7
Ibid hlm. 41.
8
Ibid.
9
Ibid hlm. 42.
5
b. Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan
dan jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang dan
d. Terbuka, berarti pengadaan barang dan jasa dapat diikuti oleh semua penyedia
barang dan jasa yang memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu berdasarkan
e. Bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus dilakukan melalui persaingan
sehat antara penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif
dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam
f. Adil atau tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan sama bagi semua
calon penyedia barang dan jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
10
Ibid hlm. 42-43.
6
masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan. Saat ini proses pengadaan
barang dan jasa dapat dilakukan melalui media teknologi informasi yang disebut
pengetahuan dan teknologi yang pesat. Selain itu, juga adanya kelemahan
(Good Governance).
informasi secara lebih efisien, efektif, adil dan transparan. Transparansi dalam
11
ICT atau TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) adalah berbagai aspek yang melibatkan
teknologi, rekayasa dan teknik pengolahan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan
informasi serta penggunaannya, hubungan komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan
dengan sosial, ekonomi dan kebudayaan [British Advisory Council for Applied Research and
Development: Report on Information Technology; H.M. Stationery Office. 1980].
12
Croom, S.R., Brandon-Jones, A. (2007),”Impact of E-Procurement: Experiences from
Immplementation in the UK Public Sector”, Journal of Purchasing & Supply, page 294.
7
proses pengadaan barang dan jasa akan terjadi, sehingga peluang terjadinya
disinyalir mampu menghemat anggaran negara mencapai 10-20 % dari total beaya
supply cost (rata-rata 1%), mengurangi cost per tender (20 % cost per tender),
lead time savings (4,1 bulan - 6,8 bulan untuk tender terbuka dan 7,7 bulan -
di 5 (lima) wilayah sebagai pilot project yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo,
Pilot Project E-Announcement itu dimulai dari informasi pengadaan dan pelatihan
menjadi instansi pertama yang menguji coba E-Procurement pada 2004 dalam
Luar Negeri (Deplu), Garuda Indonesia dan Pemerintah Kota Bogor. Pada 2008,
Pada 2010, sudah ada 48 instansi pemerintah pusat dan daerah di Indonesia yang
16
Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemerintah Kota Yogyakarta
terhadap Implementasi Sistem E-Procurement, FE UNS 2009 dalam Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13
No. 2, Agustus 2009, www.wartaegov.com, diakses 13 Juli 2015.
17
. Implementasi E-Procurement di Indonesia - LKPP Galakkan Lelang Via Elektronik
(E-Procurement), 2009, Lembaga Kajian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) Jakarta.
9
penyedia barang dan jasa dan masyarakat umum yang hendak mengetahui proses
pengadaan barang dan jasa pada pemerintah bisa diakses secara terbuka. Bagi
lebih banyak dan proses administrasi lebih sederhana. Sedangkan bagi penyedia
barang dan jasa dapat memperluas peluang usaha, menciptakan persaingan usaha
yang sehat, membuka kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi siapapun dan
barang dan jasa harus mengacu pada aturan dasar hukum yang berlaku di wilayah
itu biasanya dilakukan oleh penyedia barang dan jasa dengan mekanisme
18
Loc.cit.
19
Konsultan Pengadaan Barang dan Jasa, Handoko, 2009, www.yogyakarya.com, diakses 13 Juli
2015.
20
Pengumuman Pelelangan Umum, www.jogjapolri.go.id diakses 10 Agustus 2015.
10
pelelangan pengadaan barang dan jasa melalui website yang telah ditegaskan
No. 54 Tahun 2010 itu memperkuat dasar hukum pengadaan barang dan jasa,
status hukum barang dan jasa. Perpres tersebut mengamanatkan salah satu tugas
pokok pejabat pembuat komitmen dalam pengadaan barang dan jasa yaitu
dari tujuan pelelangan yang biasanya dilakukan oleh oknum tertentu. Pada setiap
aturan yang berlaku, pasti ada celah untuk bisa dilanggar yaitu praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Biasanya dalam proses E-Procurement tidak sehat
Banyak pengadaan barang dan jasa dilakukan secara tersembunyi atau berpura-
pura melakukan proses transparan dengan pengaturan orang dalam. Padahal itu
21
Adrian Sutedi, op.cit.hlm. 253-254.
22
Ibid.hlm.78-80.
23
Adrian Sutedi, op.cit.hlm. 253.
11
Oleh karena itu, diperlukan dasar hukum E-Procurement yang berlaku khusus
untuk mencegahnya yaitu Perkap No. 7 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
efektivitas, transparansi, terbuka, persaingan sehat, akuntabel dan adil atau tidak
di lingkungan Polri.24
Polda DIY berdasarkan Perkap No. 7 Tahun 2011 dengan Perpres No. 54 Tahun
B. Perumusan Masalah
Perkap No. 7 Tahun 2011 dibandingkan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010
(beserta perubahannya) ?
24
Lihat ketentuan pertimbangan pada Perkap. No. 7 Tahun 2011.
12
C. Tujuan Penelitian
Polda DIY menurut Perkap No. 7 Tahun 2011 dibandingkan dengan Perpres
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Polda DIY ini menggunakan pendekatan hukum normatif menurut Perkap No. 7
Tahun 2011 dan perbandingannya dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 (beserta
25
Ibid, hlm 51.
13
sedang berlaku.26
Kantor Sekretariat Militer Presiden, hambatan apa saja yang terjadi dalam
Sekretariat Militer dan calon mitra kerja dalam mengatasi hambatan tersebut.
pengadaan barang dan jasa sesuai pelaksanaan Perpres No. 54 Tahun 2010.
pengadaan barang dan jasa pemerintah pada Perpres No. 54 Tahun 2010,
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta, 1982, hlm. 52.
27
Syafiin. 2014. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa melalui Sistem E-Procurement pada
Kantor Sekretariat Militer Presiden, Magister Hukum Program Pascasarjana Fakutas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
28
Indrawan Ditapradana, Dr. Fahmy Radhi, MBA.2012. Kajian terhadap Pelaksanaan Perpres
No. 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, untuk Menemukenali Penyimpangan,
Manipulasi dan Korupsi Yang Terjadi, Thesis. Magister Managemen UGM, Yogyakarta.
14
perbandingan antara sistem pengadaan barang dan jasa secara manual atau
dan jasa melalui internet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi
yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa terdiri dari dua jenis efisiensi
Kantor Sekretariat Militer Presiden, hambatan apa saja yang terjadi dan upaya
solusinya oleh Sekretariat Militer dan calon mitra kerja. Penelitian kedua tentang
29
Tuti Adiningsih, 2013, Efisiensi Implementasi E-Procurement pada Proses Pengadaan Barang
dan Jasa di Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2008-2012),
Thesis. Magister Ekonomi Pembangunan UGM, Yogyakarta.
15
Tahun 2010. Penelitian ketiga tentang mengetahui efisiensi yang dicapai dengan
Ada perbedaan mendasar dari ketiga penelitian itu dengan penelitian penulis.
Tahun 2010 (beserta perubahannya) dalam upaya untuk pencegahan praktek KKN