Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintahan di setiap negara berbeda-beda tergantung

dari sistem yang dianut oleh masing masing negara tersebut. Dengan begitu

birokrasi di Negara maju tentu akan berbeda dengan birokrasi di Negara

berkembang. Birokrasi yang diterapkan sudah bagus atau belum di Negara maju

dan Negara berkembang dapat terlihat dari penyediaan pelayanan publik oleh

pemerintah kepada masyarakatnya seperti pengadaan barang dan jasa terutama

dalam bidang transportasi, pelayanan kesehatan, pelayanan administrasi, dan

penyediaan pendidikan gratis.

Indonesia telah melalui proses reformasi politik dan administratif. Salah satu

reformasi ini adalah perubahan dari bentuk pemerintahan yang sentralis menjadi

struktur yang terdesentralisasi dengan devolusi berbagai fungsi pemerintahan ke

tingkat kabupaten/kota, desentralisasi memperkuat kewenangan dan memberikan

tanggung jawab. Secara umum, para pemangku kepentingan sepakat bahwa

prinsip desentralisasi adalah negara kesatuan yang terdesentralisasi, yang berati

kekuasaan dan kewenangan negara dilimpahkan sebagai otonomi daerah.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki paling

banyak perbedaan, dengan standar hidup yang berkisar mulai dari tingkat standar

hidup negara maju dunia pertama sampai dengan tingkat kemiskinan yang berakar.

Setelah penerapan desentralisasi pada tahun 2001, pemerintah pusat

1
mengalokasikan sumber daya yang cukup banyak ke daerah-daerah miskin untuk

mengatasi kesenjangan tersebut. Pada tahun 2006, jumlah transfer pemerintah

meningkat sebesar 47% terutama untuk memberikan manfaat bagi daerah-daerah

tantangan pembangunan yang utama adalah untuk memastikan bahwa sumber

daya tersebut dipergunakan secara efektif.

Tim Keuangan Publik dan Pembangunan Daerah Bank Dunia (World Bank)

sedang membantu pemerintah-pemerintah daerah, bersama dengan pemerintah

pusat, dalam upaya-upaya mereka untuk meningkatkan pembangunan daerah

melalui penggunaan keuangan publik yang efektif. Hal tersebut berarti membantu

perbaikan proses manajemen keuangan publik (PFM) pada tingkat pemerintah

daerah, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelanjaan publik yang

dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah. Pencapaian tujuan ini dilakukan

terutama melalui pemberian bantuan teknis dan pekerjaan analitis seperti:

Analisis belanja publik dan peningkatan kapasitas (PEACH), suatu RPEA (analisis

belanja publik daerah) yang diikuti oleh kegiatan-kegiatan pengembangan

kapasitas. lebih lanjut mengenai PEACH, pengukuran kinerja pemerintah

daerahdan manajemen salah satu pangkalan data fiskal daerah yang paling besar

di dunia.

Tim Keuangan Publik dan Pembangunan Daerah di Jakarta bekerjasama

dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (Bakti) guna mendukung

pengembangan kapasitas untuk kajian belanja publik daerah.

Sebuah tim gabungan dari universitas-universitas lokal terkemuka dan pejabat-

pejabat pemerintah daerah merancang dan melaksanakan pekerjaan analitis

2
dengan bantuan teknis yang diberikan oleh Tim Keuangan Publik dan

Pembangunan Daerah dari Bank Dunia. Analisis belanja publik daerah yang baru-

baru ini dilaksanakan di Papua, Aceh, Nias dan Gorontalo menunjukkan bahwa

pendekatan ini menjamin kepemilikan temuan serta rekomendasi yang lebih kuat.

Akibatnya, kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas yang seharusnya mengikuti

kajian belanja publik di suatu provinsi atau kabupaten dapat dirancang dengan lebih

efektif, dan dilaksanakan dengan keterlibatan yang lebih kuat dari para pemangku

kepentingan di daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah yang penulis susun adalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan desentralisasi ?

2. Apa saja fungsi-fungsi pemerintah pusat dan daerah ?

3. Apa saja keuntungan dari desentralisasi ?

4. Apa saja masalah-masalah yang berkenaan dengan desentralisasi ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengetian desentralisasi.

2. Mengetahui fungsi desentralisasi.

3. Mengetahui keuntungan dari desentralisasi.

4. Mengetahui masalah – masalah yang berkenaan dengan desentralisasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Istilah Desentralisasi

PBB telah menggunakan istilah desentralisasi yang mencakup:

1) Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang mengambil keputusan yang di

berikan kepada pegawai pemerintah yang bekerja di lapangan (desentralisasi

pemerintahan)

2) Pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah atau pada instansi – instansi

yang khusus (Desentralisasi Politik).

Desentralisasi menurut PASAL 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan

sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Encyclopedia of the Social Siences (1980)

menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat

pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang

menyangkut bidang legislatif, yudikatif, atau admisnistratif.

Menurut Hoogerwerf (1978), Desentralisasi adalah pengakuan atau

penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara

mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan

pengaturan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.

Dijabarkan juga oleh Koswara (1996) bahwa Desentralisasi pada dasarnya

mempunyai makna yaitu melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan

4
yang semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat sebagian

diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya

sehingga urusan tersebut beralih kepada dan menjadi wewenang dan tanggung

jawab pemerintah daerah.

Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara

untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi

yang lebih baik mengenai keadaan daerah, untuk menyusun program-program

daerah secara lebih responsif dan untuk mengantisipasi secara cepat manakala

persoalan-persoalan timbul dalam pelaksanaan. Lebih lanjut Soejito (1990)

menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem dipakai dalam bidang

pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian

kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.

2.2 Fungsi-fungsi Pemerintah Pusat dan Daerah

Fungsi dapat di bedakan dalam berbagai macam cara:

1) Sential function, service function and business function

2) External security function, maintenance of internal order, justice, social welfare

and freedom

3) Fungsi protection social order and fungsi keadilan / justice

Sementara itu, pakar yang lainnya membedakan negara dalam fungsi

protection, conservation dan development; fungsi kebudayaan cultural,

kesejahteraan social dan fungsi perekonomian; dan social conservation, social

control, social amelioration dan social improvement. Pada saat ini fungsi yang di

5
jalankan oleh pemerintah lebih cenderung mengarah pada pemberian fasilitas

kepada masyarakat untuk dapat lebih beraptisipasi lebihatu mengambil peran

dalam hampir semua sector kehidupan.

Memang diakui pula bahwa peraturan lebih cenderung melibatkan

masyarakat cenderung melibatkan masyarakat tidak selalu berdampak positif, ada

pula sisi negative dari peraturan semacam itu:

1) Di era globalisasi ini kehidupan bisnis semakin menguat. Upaya pengalihan

anggaran belanja pemerintah ke sector swasta akan lebih menghidupkan

aktivitas bisnis swasta dan efesiensi akan tercapai

2) Dengan pemberian keleluasaan pada masyarakat, dapat menciptakan

pelayanan public dan juga cepat dan murah.

3) Dengan privatisasi masyarakat memiliki banyak pilihan public. mereka di

berdayakan untuk menentukan dan menyediakan, melalui unit-unit social yang

ada.

4) Akan mengurangi ruang lingkup pemerintahan. Hal ini kan mendorong arti

demokratisasi dan upaya pemberdayaan masyarakat yang kuat.

Tentunya fungsi yang dilakukan pemerintah seperti diatas yang cenderung

memberikeleluasaan kepada masyarakat tidak hanya membawa dampak positif

saja seperti efesiansi, demokratisasi dll-nya, tetapi juga juga membawa dampak

yang kurangneguntungkan sepertikurang adanya jaminan terselenggarakannya

fungsi-fungsi social bagi anggota masyarakat. Untuk meminimalkan dampak yang

kurang menguntungkan, pemerintah memberi jaminan agar setiap individu

6
memperoleh pelayanan minimal, misalnya dengan pengaturan pemberian subsidi.

Fungsi-fungsi apa saja yang dijalankan oleh pemerintah (James E Anderson):

1) Menyediakan infrastruktur ekonomi

2) Menyediakan beberapa jasa dan barang kolektif

3) Menjembatani konflik dalam masyarakat

4) Menjaga kompentensi

5) Memelihara sumber daya alam

6) Menjamin akses minimal setiap individu kepada barang dan jasa

7) Menjaga stabilitas ekonomi.

DPA bertugas memberikan masukan baik diminta maupun tidak.Komponen

ini terdiri dari undur-unsur politik. BPK yang bertugas memeriksa pengelolaan

keuangan dan kepastian hukum dari MA sebagai komponen yudikatif.

Fungsi pengaturan dijalankan oleh MPR, presiden, DPR. MPR merubah dan

menetapkan undang-undang dasar, ketetapan dan keputusan. DPR membuat

undang-undang. Presiden membuat peraturan pemerintah, dan peraturan

pengganti undang-undang, juga mempunyai hak membuat KEPRES dan INPRES.

Fungsi pemberdayaan di jalankan oleh pihak eksekutif. Lembaga ini sebagai

pemegang wewenang untuk melaksanakan kebijakan dan mendorong

pemberdayaan rakyat.Fungsi pelayanan lebih bayak dilakukan oleh Eksekutif /

presiden. DPR dan DPA menjalankan fungsi ini relatif terbatas, MA menekan pada

kepastian hukum.

7
Fungsi – fungsi pemerintah daerah:

1) Pengkajian kebijakan di bidang kelembagaan pemerintahan daerah termasuk

penataan daerah otonom baru dan sinkronisasiperaturan perundangan daerah.

2) Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional

di bidang kelembagaan pemerintahan daerah termasuk penataan daerah

otonom baru dan sinkronisasi peraturan perundangan daerah.

3) Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang kelembagaan

pemerintahan daerah termasuk penataan daerah otonom baru dan sinkronisasi

peraturan prundangan daerah.

4) Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang kelembagaan

pemerintahan daerah otonom baru dan sinkronisasi peraturan perundangan

daerah.

5) Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang

berkaitan dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang

kelembagaan pemerintahan daerah termasuk penataan daerah otonom baru

dan sinkronisasi peraturan perundangan daerah.

6) Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana

kebijakan, dan program – program pembangunan di bidang pengembangan

kelembagaan pemerintahan daerah termasuk penataan daerah otonomm baru

dan sinkronisasi peraturan perundangan daerah.

Pasal 18 UUD 1945 menyatakan bahwa cita-cita negara RI menganut sistem

desentralisasi. Daerah-daerah otonom adalah daerah yang menguasai hak untuk

mengatur dan mengrus rumah tangganya sendiri. Hal ini bertujuan untuk mencapai

8
daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

serta pelayanan kepada masyarakat. Namun kenyataannya alokasi yang lebih

bayak itu berada di kepala daerah, dimungkinkan kepala daerah memiliki dua fungsi

yaitu kepala daerah otonom yang menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas

pemerintah daerah serta sebagai kepala wilayah yang memimpin penyelenggaraan

pemerintahan umum. Tetapi peran DPRD disini juga sangat diperhitungkan karena

hak-hak yang dimilikinya.

Fungsi pengaturan dapat ditujukan melalui peraturan daerah atau PERDA,

yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan daerah yang bersangkutan

sepanjang ada dalam ruang lingkup urusan yang telah diserahkan menjadi rumah

tangga sendiri. Fungsi pembayaran pada saat sekarang ini diperlukan dengan

munculnya kecenderungan semakin dituntutnya daerah untuk mampu lebih mandiri.

Seperti mengeluarkan kebijakan isinya menentukan dinas-dinas tertentu yang yang

dimiliki daerah untuk menghasilkan dana. Pemberdayan yang ditujukan bagi

masyarakat antara lain dapat memberikan rangsangan sehingga pada gilirannya,

masyarakat lebih berpatisipasi dalam penyelenggaraan dan pembangunan.

Sementara itu dalam menjalankan fungsi pelayanan, dinas-dinas yang memiliki

Fungsi lebih banyak dalam memberikan pelayanan dalam masyarakat; dimana

dinas tersebut hampir tidak mungkin menghasilkan dana. Dinas sosial, harus lebih

didorong untuk lebih meningakatkan pelayanan kepada masyarakat.

9
2.3 Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari 33 propinsi, yang

masing-masing propinsi tersebut setelah berlakunya undang-undang tentang

pemerintahan daerah (mulai tahun 1974 sampai sekarang) telah memiliki

kewenangan penuh dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Sehingga dalam

pelaksanaanya pun dibutuhkan sebuah administrasi pemerintah daerah. Dalam

mata kuliah ini akan dibahas lebih dalam mengenai administrasi pemerintah

daerah. Untuk itu sangat perlu kiranya pembahasan diawali dengan pengertian

administrasi pemerintah daerah.

Administrasi pemerintah daerah, terdiri dari 3 kata yaitu administrasi,

pemerintah dan daerah. Administrasi dapat diartikan dalam 2 hal yaitu administrasi

dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas. Secara sempit administrasi

diartikan sebagai kegiatan yang bersifat tulis menulis tentang segala sesuatu yang

terjadi dalam organisasi, jadi kegiatan yang dimaksud tidak lebih dari kegiatan tata

usaha. Seperti mengetik, mengirim surat, mencatat keluar dan masuk surat,

penyimpanan arsip dan yang termasuk pada proses pelayanan lainnya.

Sedangkan administrasi dalam arti luas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Dalam pengertian luas ini,

pengertian tata usaha termasuk didalamnya. Administrasi yang dimaksud tidak

hanya pada badan-badan pemerintah saja, tetapi juga terdapat pada badan-badan

swasta.

10
Kemudian, kita masuk dalam pengertian administrasi pemerintah. Pada

hakekatnya administrasi pemerintah adalah administrasi Negara dalam arti sempit.

Administrasi Negara dalam arti luas sebagai obyeknya adalah Negara lengkap

dengan badan-badan Negara baik itu eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

Sedangkan dalam arti sempit yang menjadi obyek adalah pemerintah (eksekutif).

Administrasi pemerintah berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pemerintahan

yang dapat dikelompokkan dalam 3 fungsi/kegiatan dasar yaitu: perumusan

kebijakan, pelaksanaan tugas administrasi , pengunaan dinamika administrasi.

Perumusan kebijakan politik pemerintah dalam system pemerintahan kita

didasarkan pada kebijakan politik yang lebih tinggi. Sebagai ilustrasi presiden dan

para menteri yang bersangkutan menetapkan kebijakan pemerintah dibidang

ideology, politik, ekonomi, social budaya dan hankam dengan berpedoman pada

UUD 1945, ketetapan-ketetapan MPR dan berbagai UU yang berlaku. Adapun

langkah-langkah dalam perumusan kebijakan adalah sebagai berikut:

1) Analisis yang baik terhadap keadaan-keadaan yang nyata.

2) Melakukan perkiraan (forecast) keadaan-keadaan yang akan dating dan

menyusun alternative-alternatif langkah kegiatan yang harus ditempuh.

3) Menyusun strategi.

4) Pengambilan keputusan.

Pelaksanaan tugas administrasi adalah merumuskan kebijakan pelaksanaan

dari kebijakan politik pemerintah yang telah ditetapkan sebelumnya. Para pejabat

yang bertugas merumuskan kebijakan pelaksanaan/operasional adalah para

pejabat professional yang pada umumnya bekerjan pada kantor-kantor menteri

11
negara/ departemen teknis/ lembaga-lembaga pemerintah yang secara fungsional

mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing.

Pelaksanaan tugas administrasi ini meliputi kegiatan-kegiatan pengaturan/

pengendalian dibidang:

1) Struktur organisasi

2) Keuangan

3) Kepegawaian

4) Sarana/peralatan

Semua kebijakan yang telah ditetapkan perlu dilaksanakan secara

operasional agartercapai tujuan yang dimaksud dalam kebijakan itu sendiri. Dalam

hal ini peranan unsure dinamika administrasi adalah sangat besar yakni dalam

rangka proses pencapaian tujuan secara berdaya guna dan berhasil guna. Unsur

dinamika penggerak administrasi ini meliputi:

a. Pimpinan

b. Koordinasi

c. Pengawasan

d. Komunikasi dan kondisi yang menunjang

2.4 Beberapa kelebihan Pemerintahan yang di Desentralisasi

Apakah Desentralisasinya melalui Dekonsentrasi atau melalui Pendelegasian

wewenang? Beberapa keuntungan yang dapat di petik sebagai berikut:

12
1) Mencegah penumpukan masalah : pengambilan keputusan di ambil oleh satu

orang. Dekonsentrasi akan membantu memecahkan penumpukan masalah di

pusat pemerintahan.

2) Kecepatan penyelesaian: pemerintah memerlukan pemecahan masalah dalam

bidang poleksosbud oleh karna itu, memerlukan waktu yang lama untuk

memperoleh jawaban dari pemerintah pusat, maka perlu bagi orang yang

bekerja di lapangan untuk bisa mengambil keputusan.

3) Kenyataan ekonomi: para Birokrat di kota harus bisa melakukan kontak

langsung terhadap masyarakat yang tinggal di pedesaan, pelosok, pegunungan.

Untuk mengingat dan mengerti masalah- masalah penduduk tersebut untuk

pembangunan ekonomi yang di lakukan secara realistis.

4) Kenyataan sosial: instansi- instansi pemerintah setempat dapat memberikan

himbauan agar pemerintah pusat mengatur masalah tradisi dan adat istiadat

daerah.

5) Masalah ekonomi: Petugas daerah memiliki wewenang untuk menanami tanah

pertanian atau usaha dagangnya . Hal demikian merupakan hal yang umum

dalam sistem pemerintahan yang di dekonsentrasikan atau pemerintahan yang

mendapat pelimpahan wewenang . tetapi terdapat beberapa keuntungan pada

sistem pemerintah yang di devolusikan.

2.5 Masalah – masalah yang Berkenaan dengan Desentralisasi

Sejak diberlakukannya UU mengenai Otonomi Daerah, banyak orang sering

membicarakan aspek positifnya. Memang tidak disangkal lagi, bahwa otonomi

13
daerah membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk

mengatur diri sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem

pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku

pembangunan yang tidak begitu penting atau pinggiran. Pada masa lalu,

pengerukan potensi daerah ke pusat terus dilakukan dengan dalih pemerataan

pembangunan. Alih-alih mendapatkan manfaat dari pembangunan, daerah justru

mengalami proses pemiskinan yang luar biasa. Dengan kewenangan tersebut

tampaknya banyak daerah yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak

menguntungkan tersebut.

Akan tetapi apakah di tengah - tengah optimisme itu tidak terbersit

kekhawatiran bahwa otonomi daerah juga akan menimbulkan beberapa persoalan

yang jika tidak segera dicari pemecahannya akan menyulitkan upaya daerah untuk

memajukan rakyatnya? Jika jawabannya tidak, tentu akan sangat naif. Mengapa?

Karena, tanpa disadari beberapa dampak yang tidak menguntungkan bagi

pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi. Ada beberapa permasalahan yang

dikhawatirkan bila dibiarkan berkepanjangan akan berdampak sangat buruk pada

susunan ketatanegaraan Indonesia.

Masalah-masalah tersebut antara lain :

1) Adanya eksploitasi Pendapatan Daerah

2) Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum

mantap

3) Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai

14
4) Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya

pelaksanaan otonomi daerah

5) Korupsi di Daerah

6) Adanya potensi munculnya konflik antar daerah

Suatu sistem yang berjalan dengan baik di suatu negara pada suatu saat

tertentu, mungkin tidak akan berjalan baik di suatu negara lainnya, atau bahakan

pada negara yang sama tetapi dalam kurun waktu yang berbeda. Ada beberapa

faktor yang harus di pertimbangkan bila suatu pemerintah mencoba memutuskan

mengenai sistem yang paling cocok bagi pemerintah daerah.

Di bawah ini dikemukakan beberapa masalah yang paling menonjol.

1) Wilayah : wilayah pemerintah daerah dalam satu segi harus cukup besar untuk

berdiri sendiri. Dalam arti kata harus mempunyai jumlah penduduk yang lebih

besar untuk membayar pajak daerah yang akan memberikan pada

pemerintahan setempat.

2) Ukuran fisik dan ekonomi dari pemerintahan daerah merupakan bahan

penetapan bagi pemberian pelayanan yang harus diberikan.

3) Masalah struktur: masalah yang menyangkut struktur meliputi juga hal- hal yang

berikut: apakah merupakan gagasan yang baik bila setiap tingkat perwakilan

rakyat tergantung kepada struktur yang diuraikan diatas atau mungkin ada yang

lebih baik bila berbagai tingkatan mempunyai fungsi yg berbeda dan bertindak

bebas tidak atas persetujuan yang lain.

4) Masalah Manajemen: Mempercayakan pengawasan pelaksanaan administrasi

pada komisi DPRD.

15
5) Wewenang Hukum: Pemerintah Pusat memberi wewenang pada daerah dengan

memberikan kepada penguasa di daerah kewenangan umum.Sebaliknya

Penguasa tidak di perbolehkan melakukan kewenangan bila mereka di

intruksikan untuk melakukannya(itulah apa yg di namakan sistem ultravires)

6) Sumber-sumber keuangan: Keefektifan Pemerintah Daerah tergantung pada

pajak dan pendapatan yang mereka peroleh.

7) Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah: Ikatan keuangan

merupakan masalah berkenaan dengan wewenang Pemerintah Daerah dalam

hal pemeriksaan dan pengawasan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri

berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan

Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi

suatu pemerintahan daerah Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang

memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang

dimilikinya secara optimal.Dimana untuk mewujudkan keadaan tersebut,berlaku

proposisi bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada

daerah untuk mengidentifikasikan,merumuskan,dan memecahkannya, kecuali untuk

persoalan-persoalan yang memang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu

sendiri dalam perspektif keutuhan negara- bangsa. dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa desentraalisasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah (pusat) kepada daerah

otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun dampak negative dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi

oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran,

munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya

kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih

17
berkembang.Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahan yang mengiringi

berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan itu tentu

harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi daerah dapat tercapai.

3.2 Saran

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di

seluruh pelosok Negara, dan dalam membina kestabilan politik serta kesatuan

bangsa maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah atas

dasar keutuhan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab yang dapat

menjamin perkembangan dan pembangunan daerah dan dilaksanakan bersama-

sama dengan dekonsentrasi. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan

hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah daerah, potensi dan

keanekaragaman daerah.

Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah

juga perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat

memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan aparat

pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.

Karena pada dasarnya Otonomi Daerah ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktif

dan berperan serta dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Otonomi Daerah.

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebaiknya

18
membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan

kelompoknya dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak

tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta

kewajibannya dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA.

Syafrudin, ateng. 2006. Kapita selekta, Yogyakarta: citra medika

http://nafiitusaya.blogspot.com/2013/12/tugas-kapita-selekta-peranan.html

http://dickyandrika.blogspot.com/2009/04/fungsi-fungsi-pemerintahan.html

http://keuda.kemendagri.go.id

20

Anda mungkin juga menyukai