PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
metode dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan ketrampilan
operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun kerja yang ada.
Keuntungan keseimbangan lintasan adalah pembagian tugas secara merata sehingga
kemacetan bisa dihindari.
2. Bagaimana perbandingan antar metode sebelum dan setelah trial and eror ?
4. Metode manakah yang lebih baik digunakan untuk perusahaan meja kantor?
2
1.5. Metode penelitian
a. Studi Pustaka
Metode ini menggunakan teori- teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dipakai sebagai dasar untuk pembahasan laporan
ini. Bahan bacaan yang digunakan dalam studi pustaka ini adalah buku-buku
yang berhubungan dengan perancangan dan peramalan produksi.
b. Studi Lapangan
Kami melakukan pengamatan langsung untuk mendapatkan data
waktu siklus pada setiap perakitan meja kantor. Oleh karena itu studi
lapangan ini dapat digunakan pedoman dalam penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini dilakukan pengolahan data berdasarkan pengumpulan data dan
juga dilakukan analisis hasil pengolahan data, untuk memperoleh suatu hasil
penelitian yang dapat memberikan jalan keluar atau alternatif pemecahan
masalah.
Pada bab ini dilakukan analisis msalah yang ada yang telah tersedia oleh data
dan pengolahannya dengan tujuan mencari penyeimbangan lintasan dengan
beberapa metode sebagai acuan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
waktu dari produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work station) (Baroto,
2002).
6
d. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
e. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
f. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya: waktu diantara penyelesaian
produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas
toleransi dari waktu (batas waktu yang yang diijinkan).
g. Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin.
h. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stasion) yang dibutuhkan
untuk mempoduksi output yang diinginkan.
i. Menilai efektifitas dan efisiensi dari solusi.
j. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaiki proses terus menerus (continous
process improvement).
Line balancing biasanya dilakukan untuk meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin- mesin atau personel agar memenuhi output yang
diinginkan dari assembly line itu. Menyelesaikan masalah line balancing,
manajemen industri harus dapat mengetahui tentang metode kerja, peralatan-
peralatan, mesin- mesin, dan personel yang digunakan dalam proses kerja. Selain itu,
diperlukan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship diantara aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan
urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan (Gaspersz, 2004).
7
2. Stasiun kerja: suatu lokasi pada lini perakitan di mana elemen kerja/
elemen-elemen yang dilakukan pada produk, jumlah
minimum dari stasiun kerja, k, ≥ 1.
4. Waktu stasiun: jumlah dari waktu elemen kerja yang dilakukan pada
8
Efisiensi Lini atau Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu
stasiun terhadap keterkaitan waktu siklus dengan jumlah stasiun.
Biasanya efisiensi lini ini dinyatakan dalam nilai persentase.
𝒊∑ 𝑺𝑻
LE = (𝑲)(𝑪𝑻) x 100%
Keterangan:
9
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 /𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
CT =
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 /𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
berikutnya
10
dan diikuti oleh elemen kerja yang lebih rendah. Proses ini dilakukan
dengan memberikan bobot.
5. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu dalam hal
ini waktustasiun melebihi waktu siklus, tukar atau ganti elemen
pekerjaan yang ada dalamstasiun kerja tersebut ke stasiun kerja
berikutnya selama tidak menyalahi precedence diagram.
11
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam
penggunaan metode ini adalah hasil yang dihasilkan lebih akurat
dalam hal akurasi dibandingkan dengan metode Largest Candidate
Rule(LCR) dan metode Region Approach (RA). Kelemahan dari
metode ini adalah tidak mempertimbangkan efisiensi aliran (flow
efficiency), sehingga mungkin saja akan dihasilkan penugasan yang
paling tinggi tingkat efisiensinya dan akan meningkatkan biaya
transportasi atau biaya pemindahan bahan.
12
2.4.3 Metode Region Approach (RA)
Langkah- langkah penyeimbangan lini dengan menggunakan
metode Region Approach (RA) ini adalah:
1. Membuat precedence diagram
13
menghasilkan solusi yang optimal, tetapi solusi yang dihasilkan sudah
cukup baik dan mendekati optimal.
Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing. Berikut adalah
istilah- istilah yang dimaksud (Baroto, 2002):
1. Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian
menggunakan metode keseimbangan lintasan.
Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara grafis dari urutan
operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk
memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya,
adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah
identifikasi asli dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Hal ini
operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada
ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap proses operasi.
2. Assemble Product
Assemble Product adalah produk yang melewati urutan work station dimana, setiap
work station memberkan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.
3. Waktu menunggu (Idle Time)
Dimana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja ataupun
kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara
Cycle time (CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi Stasiun Time (ST).
14
Idle Time = n.Ws - ∑𝑛𝐼=1 𝑊𝑖
𝑛.𝐶 − ∑ 𝑡𝑖
D= x 100%
(𝑛𝑡𝑖 )
5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja
(Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑊𝑖
Efisiensi stasiun kerja = x 100%
𝑊𝑠
15
6. Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus
dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi
jumlah stasiun kerja.
Line efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑𝑘
𝑖=1 𝑆𝑇𝑖
Line Efficiency = ( 𝐾) (𝐶𝑇)
x 100%
∑𝑘
𝑖=1 𝑡𝑖
Kmin = x 100%
𝐶
8. Smoothing index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
Keterangan: maks ST = Maksimum waktu di stasiun
Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i
SI = √∑𝒌𝒊=𝟏(𝑆𝑇𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑇𝐼 2 )
16
BAB III
1'
D F I 0,5' 0,42'
0,5' 0,5' 1,5' 2' 1,5' 2' 120' 0,5'
L N O P Q R S T U V
3,67' 2,5'
A B C
E G M
17
Operasi Nama Operasi Waktu Operasi
175’
A Pengukuran
175’
B Pemotongan 1(Gergaji)
70’
C Penyerutan (Mesin Serut)
22’
D Pengukiran (Pahat dan Palu)
26’
E Pengamplasan (Amplas)
44’
F Pengamplasan (Amplas)
2,33’
G Pemeriksaan 1
1’
H Pemeriksaan 2
0,67’
I Pemeriksaan 3
3,67’
J Pemeriksaan 4
2,5’
K Perakitan 1 (Sekrup)
0,5’
L Pemasangan rumah kunci
1’
M Perakitan 2 (Palu)
Pemasangan engsel, rumah 0,5’
N
kunci, dan handle
0,5’
O Perakitan 3
0,42’
P Pemeriksaan 5
1,5’
Q Pendempulan
2’
R Pengamplasan (Amplas)
Pengecatan/ pernis 1,5’
S
(Kompresor)
2’
T Penguasan (Kuas)
120’
U Pengeringan
0,5’
V Pemeriksaan 6
Total 652,6'
18
3.2 Metode Bobot Posisi
= 120.000
175 unit
Waktu siklus :
686 unit
= 120.000
686 unit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit, dan hasilnya sama dengan kecepatan
lintasan yang diinginkan maka yang digunakan adalah 175 menit sebagai kecepatan
lintasan aktual.
19
Operasi Waktu (menit)
A 175
B 175
C 70
D 22
E 26
F 44
G 2,33
H 1
I 0,67
J 3,67
K 2,5
L 0,5
M 1
N 0,5
O 0,5
P 0,42
Q 1,5
R 2
S 1,5
T 2
U 120
V 0,5
Tabel 3.1 Operasi dan Waktu Operasi
20
2. Matriks Pendahuluan
Hal yang pertama yang dilakukan adalah membuat matriks pendahuluan, berikut ini adalah
tabel matriks pendahuluan metode bobot posisi dapat dilihat sebagai berikut :
Operasi A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V
pendahul
u
A - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D 0 0 0 - 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 0 0 0 0 - 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
M 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 1
N 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1
O 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1
P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1
Q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1
R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1
S 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1
T 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1
U 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1
V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
Tabel 3.2 Matriks Pendahuluan
21
3. Menghitung bobot posisi
Setelah membuat matriks pendahuluan, maka hal yang harus dilakukan adalah menghitung
bobot posisi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
22
L (0,5’) 0,5, 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 129,42 menit
0,5
M (1’) 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 129,42 menit
N (0,5’) 0,5, 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 128,92 menit
O (0,5’) 0,42, 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 128,42.menit
P (0,42’) 1,5, 2, 1,5, 2, 120, 0,5 127,92 menit
Q (1,5’) 2, 1,5, 2, 120, 0,5 127,50 menit
R (2’) 1,5, 2, 120, 0,5 126,00 menit
S (1,5’) 2, 120, 0,5 124,00 menit
T (2’) 120, 0,5 122,50 menit
U (120’) 0,5 120,50 menit
V (0,5’) 0 0,5 menit
Tabel 3.3 Bobot Posis i
Setelah membuat bobot posisi, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengurutkan
prioritas operasi berdasarkan bobot posisi dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
23
L 129,42 menit 0,5
M 129,42 menit 1
N 128,92 menit 0,5
O 128,42.menit 0,5
P 127,92 menit 0,42
Q 127,50 menit 1,5
R 126,00 menit 2
S 124,00 menit 1,5
T 122,50 menit 2
U 120,50 menit 120
V 0,5 menit 0,5
Tabel 3.4. Prioritas Operasi
Setelah itu yang harus dilakukan selanjutnya adalah menghitung jumlah stasiun kerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
24
Jumlah 372,91%
Rata-rata 93,23 %
Tabel 3.5. Tabulasi Stasiun Kerja
Smoothing indeks :
= 47,08
25
Waktu operasi terpanjang = 175 menit
= 120.000
175 unit
Waktu siklus :
686 unit
= 120.000
686 unit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit, dan hasilnya sama dengan kecepatan
lintasan yang diinginkan maka yang digunakan adalah 175 menit sebagai kecepatan
lintasan aktual.
Langkah yang pertama dilakukan adalah membuat matriks keterdahuluan. Berikut ini adalah
tabel Matriks Keterdahuluan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
26
Operasi
Operasi Waktu Operasi Operasi Pendahulu pengikut
A 175' 0 0 0 B 0 0
B 175' A 0 0 C 0 0
C 70' B 0 0 D E 0
D 22' C 0 0 F 0 0
E 26' C 0 0 G 0 0
F 44' D 0 0 H I J
G 2,33' E 0 0 N M 0
H 1' F 0 0 N P 0
I 0,67' F 0 0 L 0 0
J 3,67' F 0 0 K 0 0
K 2,5' J 0 0 L 0 0
L 0,5' I K 0 N 0 0
M 1' G 0 0 O 0 0
N 0,5' G H L O 0 0
O 0,5' M N 0 P 0 0
P 0,42' H O 0 Q 0 0
Q 1,5' P 0 0 R 0 0
R 2' Q 0 0 S 0 0
S 1,5' R 0 0 T 0 0
T 2' S 0 0 U 0 0
U 120' T 0 0 V 0 0
V 0,5' U 0 0 0 0 0
A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U-V
27
Tabel perhitungan efisiensi dengan menurut stasiun kerja dapat dilihat sebagai berikut
Smoothing indeks
= 38,96
28
3.3 Metode Pendekatan Wilayah (Weston)
= 120.000
175 unit
Waktu siklus :
686 unit
= 120.000
686 unit
Karena waktu operasi terpanjang 175 menit dan hasil perhitungan tersebut sama
dengan kecepatan lintasan yang diinginkan, maka yang digunakan sebagai kecepatan
lintasan aktual adalah 175 menit.
29
Pembagian wilayah dalam proses pembuatan meja kantor ini mengikuti precedence diagram, berikut merupakan hasil dari
pembagian wilayah untuk setiap operasi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.4.
D F I
L N O P Q R S T U V
J K
A B C
E G M
Gambar 3.4. Jaringan Kerja Proses Operasi pada Metode Pendekatan Wilayah
Berdasarkan Gambar 3.4. maka dibuat prioritas operasi untuk setiap wilayah serta dihitung waktu operasi untuk setiap wilayah seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 3.8.
30
Wilayah Operasi Waktu Operasi Prioritas Operasi
I A 175’ 1
II B 175’ 2
III C 70’ 3
IV D,E 48’ 4
V F,G 46,33’ 5
VI H,I,J 5,34’ 6
VII K 2,5’ 7
VIII L,M 1,5’ 8
IX N 0,5’ 9
X O 0,5’ 10
XI P 0,42’ 11
XII Q 1,5’ 12
XIII R 2’ 13
XIV S 1,5’ 14
XV T 2’ 15
XVI U 120’ 16
XVII V 0,5’ 17
Tabel 3.8. Prioritas Operasi
Selanjutnya dari pembagian wilayah yang sudah dilakukan pada Tabel 3.8.
dibuatlah stasiun kerja dimana tetap memperhatikan proses pendahulunya.
Pembuatan stasiun kerja pada metode ini ditunjukkan oleh Tabel 3.9.
Operasi Waktu Waktu Stasiun Stasiun Kerja Efisiensi
Operasi Kerja
A 175’ 175’ I 100%
B 175’ 175’ II 100%
C 70’
D 22’
E 26’
F 44’
174,67’ III 99,81%
G 2,33’
H 1’
I 0,67’
J 3,67’
31
K 2,5’
L 0,5’
M 1’
N 0,5’
O 0,5’
P 0,42’
Q 1,5’
R 2’
S 1,5’ 127,92’ IV 73,10%
T 2’
U 120’
V 0,5’
Total
652,59’ Jumlah 372,91%
Waktu
Efisisensi Rata-rata 93,23%
Tabel 3.9. Pembebanan Operasi pada Stasiun Kerja
652 ,59
Line efisiensi rata-rata= ( 4)( 175)
x 100% = 93,23%
Smoothing indeks =
32
Stasiun Kerja I Stasiun Kerja II
Bahan Baku A B
Gambar 3.5. Stasiun Kerja Setelah Trial and Error pada Metode Pendekatan Wilayah.
33
BAB IV
ANALISIS MASALAH
4.1 Analisis Stasiun Kerja Sebelum dan Sesudah Trial and Eror
34
4.3 Analisis Smoothing Indeks
Smoothing indeks :
√(175 − 175)2 + (175 − 175)2 + (175 − 174,67)2 + (175 − 127,92)²
= 47,08
Smoothing indeks
= 38,96
Smoothing indeks =
Dari ketiga metode di atas semua perhitungan smoothing indeks tidak ada yang
mendekati 1 karena ada proses operasi yang tingkat efisiensi yang tidak maksimal
dibandingkan yang lainnya.
35
BAB V
5.1 Kesimpulan
36
- Metode Pendekatan Wilayah
37
2. Pada upaya penyeimbangan lini pada sebuah Meja Kantor H.M Soleh
Furniture didapatkan sebuah waktu siklus dengan nilai sebesar 175 menit.
Metode yang digunakan adalah Metode Bobot Posisi (Hegelson-Barnie),
Metode Pembebanan Berurut, Metode Pendekatan Wilayah (Weston) dengan
sama-sama membutuhkan 4 stasiun kerja.
3. Metode Bobot Posisi (Hegelson-Barnie), Metode Pembebanan Berurut, dan
Metode Pendekatan Wilayah (Weston) menghasilkan nilai efesiensi yang
sama yaitu sebesar 93,23%. Metode Bobot Posisi menghasilkan nilai
smoothness index sebesar 47,08 menit. Metode Pembebanan Berurut 38,96
menit, dan Metode Pendekatan Wilayah (Weston) menghasilkan nilai
smoothness index yaitu 47,1 menit.
4. Dari perhitungan nilai efesiensi ketiga metode dihasilkan nilai yang sama.
Nilai efesiensi tersebut dikatakan masih sangat tinggi sehingga dapat
dikatakan bahwa efesiensi stasiun kerja pada proses pembuatan meja kantor
kayu kamper tersebut masih sudah baik. Dari perhitungan nilai smoothness
index didapatkan nilai yang terbaik yaitu menggunakan metode Pembebanan
Berurut dengan nilai 38,96 menit. Metode tersebut dapat digunakan dalam
merancang stasiun kerja agar meningkatkan nilai efesiensi dikarenakan
metode tersebut memiliki nilai smoothness index yang paling rendah
dibandingkan metode lain. Meskipun nilai tersebut masih belum baik karena
masih jauh dari angka 0 menit sehingga dapat dikatakan keseimbangan lini
pada stasiun kerjanya belum seimbang dan masih perlu dilakukan perbaikan.
5.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39