Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia atau disingkat “HAM” merupakan hak dasar yang dimiliki oleh
setiap manusia yang didapatkan sejak lahir dimana secara kodrati HAM sudah melekat dalam
diri manusia dan tak ada satupun orang yang berhak mengganggu gugat karena HAM bagian
dari anugrah Tuhan, itulah keyakinan yang dimiliki oleh manusia yang sadar bahwa kita
semua makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat yang sama dengan manusia yang
lainnya sehingga mesti berhak bebas dan memiliki martabat serta hak-hak secara sama.
Hak Asasi Manusia (HAM) mucul dari keyakinan manusia itu sendiri bahwasanya
semua manusia selaku makhluk rakitan Tuhan adalah sama serta sederajat. Manusia
dilahirkan lepas dan memiliki martabat juga hakhak yang sama. Bagi dasar itulah manusia
mesti diperlakukan secara sama setimpal dan beradab. HAM bersifat universal, artinya
berlaku bakal semua manusia tanpa mebeda-bedakannya berdasarkan atas ras, keyakinan,
suku dan bangsa (etnis).
Berbicara tentang Hak Asasi Manusia (HAM), cakupannya sangatlah luas, baik ham
yang bersifat individual (perseorangan) maupun HAM yang bersifat komunal atau kolektif
(masyarakat). Upaya penegakannya juga sudah berlangsung berabad-abad, walaupun di
berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, secara eksplisit baru terlihat sejak berakhirnya
perang Dunia II, dan semakin intensif sejak akhir abad ke-20. Sudah banyak juga dokumen
yang dihasilkan tentang hal itu, yang dari waktu ke waktu terus bertambah.
Khusus dalam kehidupan kita berbangsa, sejak beberapa dasawarsa terakhir ini terlihat
perkembangan yang cukup menggembirakan sehubungan dengan upaya penegakan dan
pemenuhan HAM ini. Misalnya kita melihat terbentuknya sejumlah komisi Nasional HAM;
ada yang bersifat umum atau menyeluruh (yaitu Komnas HAM), dan ada juga yang bersifat
khusus, misalnya 54 S1 Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pamulang untuk
perempuan (Komnas Perempuan) dan untuk anak (Komnas Anak). Di bidang perundang-
undangan, perkembangan terakhir yang patut dicatat antara lain adalah hasil amandemen ke-

1
4 UUD 1945 pada tahun 2002, yang antara lain membuat ditambahkannya satu bab khusus
tentang HAM (yaitu bab XA, yang terdiri dari 10 pasal, yaitu pasal 28 A -28 J. Bab dan
pasal-pasal ini banyak menyerap (mengadopsi dan meratifikasi ) isi the Universal
Declaration of Human Rights maupun dokumen-dokumen HAM lainnya yang disusun dan
disepakati secara internasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM ?
3. Bagaimana permasalahan dan penegakkan HAM di Indonesia ?
4. Apa saja contoh-contoh kasus pelanggaran HAM ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)


Landasan HAM tersebut menjadi cikal bakal hadirnya keadilan dan keberadaban,
menyatukan perbedaaan tanpa membeda-bedakan antar agama, ras, suku, dan bangsa.
Pernyataan ini juga mendapat dukungan dari para ahli sehingga memberikan beberapa
pengertian HAM menurut para ahli, berikut pengertian HAM menurut para ahli:
1. Pengertian ham menurut John Locke
John Locke mengartikan HAM ialah suatu hak yang dihadiahkan oleh Tuhan yang
bersifat kodrati dimana hak asasinya tidak pernah dan tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya, sehingga hak asasi merupakan sesuatu yang suci dan mesti dijaga.
2. Pengertian ham menurut David Beetham dan Kevin Boyle
Pengertian ham menurut david beetham dan kevin boyle adalah suatu kebebasan
yang fundamental dan memiliki keterhubungan dengan kapasitas manusia dan kebutuhan
manusia.
3. Pengertian ham menurut C. de Rover
Pengertian ham menurut C. de Rover adalah hak hukum yang sama kepada setiap
manusia baik miskin maupun kaya, perempuan atau lakilaki. Walaupun hak-hak yang
telah mereka langgar akan tetapi ham mereka tetap tidak dapat dihilangkan. Hak asasi
adalah hukum, yang mesti terlindungi dari aturan nasional agar semuanya terpenuhi
sehingga ham dapat ditegakkan, dilindungi dan dijunjung tinggi.
4. Pengertian ham menurut Frans Magnis Suseno
Pengertian ham menurut frans magnis suseno adalah hak-hak yang dimiliki manusia
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif
yang berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia.

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan


bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan

3
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:


1. Hak pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
2. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
3. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan, serta
4. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

 Sejarah Perkembangan HAM


1. Perkembangan HAM masa sejarah
a) Nabi Musa (6000 SM) → bebaskan umat yahudi dari perbudakan
b) Hukum Hammurabi di Babylonia (2000 SM) → jaminan keadilan bagi warga negara
c) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), Aristoteles (384-322 SM) → ajaran
untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, cita-cita,
kebijaksanaan.
d) Nabi Muhammad SAW (600 M) → membebaskan bayi wanita dan wanita dari
penindasan bangsa Quraisy.
2. Perkembangan HAM di Inggris
a) Magna Charta – Piagam Agung (1215) → batasi kekuasaan Raja John: bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat dan pok bangsawan.
b) Petition of Rights (1628) → pertanyaan tentang hak-hak rakyat dan jaminannya: pajak
dan pungutan harus dengan persetujuan, warga negara tidak boleh dipaksa terima
tentara di rumah, tentara tidak boleh gunakan hukum perang pada masa damai.
c) Habeas Corpus Act (1679) → UU mengatur tentang penahanan seseorang: tahanan
segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah ditahan, alasan penahanan harus disertai
bukti sah menurut hukum.
d) Bill of Right (1689) → UU yang diterima parlemen Inggris untuk perlawanan terhadap
Raja James II: kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen, kebebasan dalam
berbicara dan mengeluarkan pendapat, pajak undang-undang pembentukan tentara

4
seijin parlemen, hak warga negara memeluk agama dan kepercayaan masing-masing,
parlemen berhak mengubah keputusan raja.
3. Perkembangan HAM di Amerika Serikat
a) Didasari pemikiran John Locke : hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), hak milik
(property) → Declaration of Independence of The United States (4 Juli 1776) →
Konstitusi Negara.
b) Perjuangan sebagai emigran Inggris.
4. Perkembangan HAM di Perancis
a) Naskah awal revolusi Perancis (1789) → Declarations des Droits de L’ homme et Du
Citoyen (pernyataan tentang HAM dan Warga Negara) : ketidakpuasan kaum borjuis
dan rakyat terhadap Raja Louis XVI → HAM adalah hak alamiah sesuai kodrat
manusia dan tidak dapat dipisahkan, bersifat suci.
b) Revolusi Perancis → perjuangan penegakan HAM di Eropa : Liberty, Egality,
Fratemity → Konstitusi Perancis (1791)
5. Atlantic Charter (1941)
a) PD II → F.D. Roosevelt → The Four Freedom (f of religion, f of speech & thought, f
of fear, f of want)
6. Pengakuan HAM PBB
a) Deklarasi 10 Desember 1948 → 10 Desember : Hari HAM
b) Pasal 1 : Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.
c) Sidang Majelis umum PBB 1966 → convenants on Human rights dalam hukum
internasional → diratifikasi negara-negara anggota PBB.

 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia


Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan,
baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1
(3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan

5
melalui suatu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling
menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang
berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme,
serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan
hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:


1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.
9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.

6
 Contoh Kasus Pelanggaran HAM

Tuti Tursilawati: Arab Saudi Eksekusi TKI Tanpa Pemberitahuan,


Indonesia Protes
30 Oktober 2018

Hak atas foto Migrant Care Image caption Tuti Tursilawati, dieksekusi pada Senin (29/10) tanpa notifikasi
pemerintah Indonesia.

Indonesia melayangkan protes langsung kepada Arab Saudi yang telah menghukum mati tenaga
kerja Indonesia Tuti Tursilawati tanpa pemberitahuan.

Menteri Luar Negeri Retno Masudi telah memanggil duta besar Saudi di Jakarta Selasa (30/10)
untuk menyampaikan "protes secara langsung" dan juga menyampaikan "keprihatinan
mendalam" karena eksekusi dilaksanakan tanpa "notififikasi" kepada pemerintah Indonesia.

Sebelum Tuti dieksekusi, Menlu Retno juga telah menyampaikan kasus Tuti kepada menteri luar
negeri Arab dalam pertemuan di Bali pada tanggal 23 Oktober lalu.

Keluarga Tuti di Majalengka, Jawa Barat, telah diberitahu dan menyatakan "ikhlas menerima
keputusan meskipun mereka menampakkan kekagetan," kata Lalu Muhammad Iqbal, Direktur
Perlindungan Warga Negara Indonesia, Kemenlu.

"Baru tanggal 19 (Oktober) lalu Tuti mengontak melalui video call dan tak menyampaikan
indikasi apapun akan dilakukan eksekusi. Bahkan tanggal 28 (Oktober), KJRI Jeddah mengontak
dan Tuti menyampaikan dalam kondisi sehat," tambah Lalu.

Eksekusi dilakukan pada Senin (29/10) pada pukul 09:00 waktu setempat dan pihak KJRI Jeddah
ikut melakukan salat dan pemakaman di Thaif. Tuti adalah TKI Indonesia kelima yang
dieksekusi sejak 2011.

Meminta perjanjian notifikasi

Sejak hukuman mati pertama sampai saat ini, Indonesia telah melayangkan protes karena lima
eksekusi sebelumnya juga dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Sejak eksekusi pertama tahun 2011 belum pernah ada yang diberikan notifikasi oleh pemerintah
saudi. Sejak eksekusi kedua tahun 2015, kita meminta kepada pemerintah saudi untuk
memberikan notifikasi secara tertulis ataupun lisan," kata Lalu.

Terkait dengan protes terakhir, Lalu menyatakan belum ada jawaban resmi dari Arab Saudi dan
hanya jawaban bahwa "praktek di Arab Saudi memang begitu."

7
Tetapi dalam pertemuan di Bali dengan menteri luar negeri Saudi, Menlu Retno secara resmi
meminta agar negara kerajaan itu mempertimbangkan perjanjian Mandatory Consuler
Notification, atau memberitahu bila terjadi eksekusi.

Indonesia memiliki perjanjian seperti ini dengan sejumlah negara namun Arab Saudi tak
memiliki kesepakatan itu.

"Protes yang kita buat, kita harapkan dapat memperkuat momentum untuk mempertimbangkan
usulan menandatangani perjanjian mandatory consuler notification sehingga kejadian yang
terjadi seperti saat ini dapat dihindari di kemudian hari," kata Lalu.

Sementara itu Wahyu Susilo, Direktur Eksekutif Migrant CARE, organisasi pekerja migran,
mengatakan saat ini ada 19 tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi yang masuk dalam daftar
hukuman mati.

"Ini tantangan berat bagi pemerintah," kata Wahyu terkait atas permintaan agar negara kerajaan
itu mempertimbangkan menerapkan langkah notifikasi atas eksekusi.

Wahyu juga mengatakan ia percaya semua kasus yang menimpa TKI terpidana mati karena
membela diri namun tertutupnya proses peradilan menyulitkan TKI mendapatkan sidang yang
adil.

"Kasus-kasus (TKI terpidana mati) hampir semua adalah upaya untuk pembelaan diri, kekerasan
dan bahkan ada percobaan perkosaan oleh majikan atau orang lain," kata Wahyu.

Ia juga mengatakan saat ini momentumnya tepat untuk menuntut Saudi di tengah kasus
pembunuhan wartawan veteran Jamal Khasoggi.

Tuti divonis mati karena membunuh majikannya. Namun Tuti membela diri, kata ibunya, Iti
Sarniti, yang sempat bertemu dengannya pada April lalu selama sekitar satu setengah jam.

Tuti (39) disebutkan memukul majikannya, seorang pria tua di rumah majikannya di Thaif,
sekitar 80 kilometer dari Mekah pada Mei 2010.

Ibu Tuti - Iti, seperti dikutip dalam acara MataNajwa akhir Maret lalu menyatakan, "Tuti dibujuk
untuk berhubungan badan oleh majikannya yang sudah tua dan duduk di kursi roda. Suatu hari,
Tuti jengkel dan mendorong kursi roda yang dipakai kakek itu."

"Ya cuma katanya didorong kursinya, terus jatuh, dibawa ke rumah sakit, tiga hari baru
meninggal. Apa itu namanya pembunuhan?" kata Iti saat itu.

Pemerintah Indonesia sendiri telah meminta pemerintah Saudi agar mengurangi hukuman
terhadap Tuti, termasuk dengan surat yang dilayangkan Presiden Joko Widodo kepada Raja
Salman pada 2011 dan 2016.

8
Kronologi

- Pada tanggal 12 Mei 2010 Tuti Tursilawati ditangkap oleh kepolisian atas tuduhan membunuh
ayah majikannya WN Saudi, atas nama Suud Mulhaq AI-Utaibi.

- Tuti Tursilawati ditangkap sehari setelah peristiwa kejadian pembunuhan yang terjadi pada
tanggal 11 Mei 2010.

- Tuti telah bekerja selama 8 bulan dengan sisa gaji tak dibayar 6 bulan.

Setelah membunuh korban, Tuti Tursilawati kemudian kabur ke Kota Mekkah dengan membawa
perhiasan dan uang SR 31,500 milik majikannya.

- Namun dalam perjalanan kabur ke Kota Mekkah, Tuti diperkosa oleh 9 orang pemuda Arab
Saudi dan mereka mengambil semua barang curian tersebut.

- Sembilan orang pemuda itu ditangkap dan telah dihukum sesuai dengan ketentuan hukum Arab
Saudi.

- Sejak ditangkap dan ditahan oleh pihak Kepolisian, KJRI Jeddah melalui satgasnya di Thaif,
Said Barawwas telah memberikan pendampingan dalam proses investigasi awal di kepolisian
dan investigasi lanjutan di Badan Investigasi.

- Selama proses investigasi, Tuti Tursilawati mengakui telah membunuh ayah majikan dengan
alasan sering mendapatkan pelecehan seksual.

Langkah Hukum

- KJRI Jeddah mendampingi proses investigasi di kepolisian dan Badan Investigasi : 3 kali

- Menghadiri persidangan di pengadilan : 10 kali

- KJRI Jeddah menunjuk pengacara Abdurahim M. AI-Hindi (2011), Khudran AI-Zahrani (2013)
dan Mazen AI-Kurdi (2017 hingga sekarang)

- KJRI Jeddah melakukan penelusuran secara langsung ke aparat hukum terkait lainnya, seperti
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan: 20 kali

- Penyampaian memori banding: 3 kali. Peninjauan Kembali (PK): 1 kali. (PK sudah diterima
namun masih dipelajari majelis hakim)

- Pada tanggal 4 Februari 2018, Pengacara Mazin Kurdi telah menyerahkan Peninjauan Kembali
(PK) ke Mahkamah Jazaiyah di Thaif atas keputusan hukum Had Ghilah yang dikuatkan oleh
Mahkamah Ulya Riyadh.

Langkah Diplomatik Pemerintah Indonesia

9
- Mengirimkan nota diplomatik kepada Kemlu Arab Saudi: 19 kali

- Mengirimkan Surat Pribadi Dubes RI Riyadh dan Konjen RI Jeddah kepada Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kehakiman dan Putra MahkotalWakii PM Arab Saudi: 4 kali

- Surat Presiden RI kepada Raja Arab Saudi: 1 kali (Presiden SBY (2011)

- Pada 25 Desember 2011, Presiden ke-3 BJ Habibie bertemu dengan Pangeran Waleed Bin Talal
dalam upaya mengusahakan pemaafan dari ahli waris korban.

Langkah Informal dan Bantuan Sosial

- Melakukan pendekatan dengan keluarga korban melalui Lembaga Pemaafan dan Rekonsiliasi:
5 kali

- Melakukan pendekatan dengan Kantor Gubernur Mekkah dan Kantor Wali Kota Thaif guna
menjajaki kemungkinan bantuan mediasi serta rekomendasi tokoh terpandang yang kiranya dapat
membantu proses mediasi dengan ahli waris korban: 4 kali

- Pemerintah RI telah memfasilitasi kunjungan ayahanda dan ibunda Tuti Tursilawati untuk
bertemu sang anak di Penjara Thaif, : 2 kali

- Guna memberikan dukungan moril, termasuk menyampaikan perkembangan kasus serta


mengatur strategi pembelaan, KJRI Jeddah secara rutin mengunjungi Tuti Tursilawati di Penjara
Thaif:

- Kunjungan oleh staf KJRI Jeddah: 20 kali

- Kunjungan oleh Dubes RI dan Konjen RI: masing-masing 10 kali

- Kunjungan pejabat tinggi pusat : 2 kali

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kronologi Kasus TKI Tuti Tursilawati
yang Dieksekusi Mati di Arab Saudi, Tanpa Pemberitahuan ke RI,
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/30/kronologi-kasus-tki-tuti-tursilawati-yang-
dieksekusi-mati-di-arab-saudi-tanpa-pemberitahuan-ke-ri?page=all.

Editor: Sri Juliati.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara
HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran
HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-
Undang pengadilan HAM.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM
kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

 https://drive.google.com/file/d/1wyJXV2GI1Wj0dqQ6aFIAtSf3xtgZVcUb/view
 https://www.academia.edu/17494539/Makalah_Hak_Asasi_Manusia
 http://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/30/kronologi-kasus-tki-tuti-tursilawati-
yang-dieksekusi-mati-di-arab-saudi-tanpa-pemberitahuan-ke-ri?page=all

12

Anda mungkin juga menyukai