Anda di halaman 1dari 3

Review Jurnal

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Materi Larutan


Penyangga dengan Model Pembelajaran Predict Observe Explain

Judul : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Materi Larutan Penyangga
dengan Model Pembelajaran Predict Observe Explain
Pengarang : Adisti Fernanda, Sri Haryani, Agung Tri Prasetya, dan Mahmud Hilmi
Sumber : Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 13, No. 1, 2019, halaman 2326-2336

Pendahuluan
Standar kompetensi lulusan menurut Permendikbud No. 20 tahun 2016 mengharuskan siswa
untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi melalui pendekatan ilmiah.

Hasil survei berskala internasional Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
International Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2015 menyatakan
bahwa performa siswa-siswi Indonesia dalam prestasi sains secara umum berada pada tahapan
terendah atau yang dikenal sebagai low international benchmark (Kemendikbud, 2016).

Hasil observasi Ajunda, et al., (2017) dalam penelitiannya, menunjukkan sebagian besar siswa
menjawab soal uraian dengan kalimat yang dihafal di buku teks tanpa bisa membuat kesimpulan
sendiri.

POE (Predict Observe Explain) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen yang dimulai dengan penyajian masalah kemudian siswa diajak untuk memberikan
dugaan sementara terhadap kemungkinan yang akan terjadi, dilanjutkan dengan observasi atau
pengamatan langsung terhadap masalah yaitu dengan melakukan percobaan untuk menemukan
kebenaran dan prediksi awal dalam bentuk penjelasan (Indrawati dan Kurniawan, 2009).

Rumusan masalah : pencapaian masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penerapan model pembelajaran Predict Observe Explain.

Tujuan penelitian : menganalisis pencapaian masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis


siswa dengan menerapkan model pembelajaran Predict Observe Explain.

Metodologi
Penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 5 SMA 1 Kudus tahun ajaran 2017/2018.
Pelaksanaan penelitian dari tanggal 7 Maret - 27 April 2018.
Metode analisis data yang digunakan melalui mix method atau penggabungan metode kuantitatif
yang berupa tes dan kuisioner respon siswa, serta metode kualitatif yang berupa wawancara lalu
diproses dalam bentuk data kualitatif

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan post test setelah pembelajaran materi larutan
penyangga dengan model Predict Observe Explain dilakukan. Jumlah nilai seluruh siswa
dianalisis dan dicari rata-rata serta standar deviasinya. Hasil rata-rata dan standar deviasi
digunakan untuk membagi siswa ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, kelompok
sedang, dan kelompok rendah.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data diskrit yang didapatkan melalui nilai hasil tes dan
kuisioner yang diisikan oleh siswa XI MIPA 5 SMA 1 Kudus.\

Indikator yang diteliti yaitu (1) memfokuskan pertanyaan, (2) bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan atau tantangan, (3) mempertimbangkan kredibilitas sumber, (4)
mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, (5) Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, (6) Membuat keputusan dan menentukan hasil pertimbangan,
dan (7) mengidentifikasi asumsi-asumsi.

Hasil Penelitian
Untuk indikator pertama, ketiga kelompok mendapatkan hasil yang baik, dimana siswa
kelompok tinggi sebanyak 86,21%, siswa kelompok sedang mendapat pencapaian 74,51%, dan
siswa kelompok rendah mendapat pencapaian 70,34 %.

Untuk indikator kedua, ketiga kelompok siswa mendapat hasil yang cukup baik yaitu kelompok
tinggi sebanyak 98,33%, siswa kelompok sedang sebesar 87,17%, dan siswa kelompok rendah
sebesar 65,00%.

Untuk indikator ketiga, siswa sudah meraih pencapaian yang cukup baik kecuali kelompok
rendah. Pencapaian siswa kelompok tinggi sebesar 95,24%, sedangkan siswa kelompok sedang
78,78%. Bagi siswa kelompok rendah pencapaiannya hanya sebesar 31,43%.

Untuk indikator keempat, hanya siswa kelompok tinggilah yang mendapatkan pencapaian yang
baik yaitu sebesar 75,56%, sementara siswa kelompok sedang dan rendah masing-masing
sebesar 53,91% dan 18,67%.

Untuk indikator kelima, kelompok siswa tinggi meraih pencapaian yang cukup rendah yakni
sebesar 51,85%, sedangkan pencapaian yang diraih oleh siswa kelompok sedang dan siswa
kelompok rendah berturut-turut sebesar 48,31% dan 26,67%.

Untuk indikator keenam, didapatkan hasil pencapaian siswa kelompok tinggi sebesar 66,67%,
sedangkan pencapaian siswa kelompok sedang sebesar 48,67%, dan siswa kelompok rendah
sebesar 0%. Pencapaian yang didapat siswa kelompok sedang dan rendah mengindikasikan siswa
masih kesulitan dalam menentukan keputusan akhir.
Untuk indikator ketujuh, siswa dalam kelompok tinggi mampu memperoleh pencapaian sebesar
83,33%. Sementara itu, siswa dalam kelompok sedang memperoleh 61,35% dan siswa kelompok
rendah 35,56%. Siswa kelompok sedang dan rendah nampaknya masih kesulitan dalam
memberikan argumen yang valid.

Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa capaian indikator keterampilan berpikir kritis untuk siswa dalam
kelompok tinggi hampir semuanya baik. Rata-rata pencapaian yang didapat sebesar 79,60%.
Siswa dalam kelompok sedang masih mengalami kesulitan di beberapa indikator dengan rata-
rata pencapaian indikator sebesar 64,67%. Pencapaian siswa yang berada di kelompok rendah
merupakan yang paling buruk dengan rata-rata pencapaian indikatornya hanya sebesar 35,38%.
Indikator keterampilan berpikir kritis yang paling sukses dicapai oleh metode pembelajaran ini
adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sementara indikator yang paling kurang
sukses dicapai siswa adalah indikator membuat induksi.

Kelebihan
Penulis mampu menjawab rumusan masalah yang ada dengan menggunakan metode ini. Tujuan
diadakannya penelitian ini juga dapat dicapai dengan data yang berhasil didapatkan. Penyajian
data dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif mempermudah pemahaman pembaca dalam
memahami hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Kekurangan
Masih banyaknya kesalahan penulisan yang dibuat oleh penulis sehingga mengakibatkan
ambiguitas kalimat. Selain itu, metode pengumpulan data pendukung melalui wawancara kurang
dapat tergambarkan dengan jelas dalam tulisan sehingga membuat pembaca kurang dapat
memahami bentuk dari wawancara tersebut. Hal ini, membuat pembaca bertanya tanya apakah
wawancara yang diajukan merupakan bentuk tes lisan ataukah bentuk lainnya.

Saran
Diharapkan penulis dapan menjelaskan lebih detil mengenai teknik pengambilan data yang
dilakukannya sehingga memudahkan pembaca dalam memahami metode yang dilakukan oleh
penulis. Penyuntingan akhir dirasa perlu adanya agar tulisan yang dihasilkan lebih baik lagi dan
tidak menimbulkan adanya kesalahan persepsi pembaca mengenai apa yang ditulis oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai