Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definisi Penyakit
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja
dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge
S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga
diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM)
yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup
signifikan di Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan
meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada
Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat
mengakibatkan kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang
anakanak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang
tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan
traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma.
Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan
WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi .DM tipe 1

4
5

terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang


terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada
DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2
terjadi akibat resistensi insulin.Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam
jumlah normal atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya dikaitkan
dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia,
kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium
(Rustama DS, dkk. 2010).
2. Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1) Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini
autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan
pemeriksaanlaboratorium.
2) Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi
insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat.
Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis
osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan
elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah
tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar
(polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini
penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-
uptakekedalam sel.
6

3) Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode
ini sisasisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa
dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada
orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4) Periode ketergantungan insulin yang menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada
periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar
tubuh seumur hidupnya.
3. Etilogi
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
7

4. Manifestasi Klinik dan Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya
tidak jauh berbeda.

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330


mOsm/l e) Elektrolit :
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
5. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru).
6. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
7. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)

9. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya


pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
10. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (
pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
8

penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat


berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
11. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
12. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.

13. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran


kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila


dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah
abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan
bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali pemeriksaan gula
darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010;
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau

3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.

Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan


pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini
merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih
berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell
autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase autoantibodies(65K
GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase)
autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya autoantibodi
mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010;
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
9

5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan
yaitu :
a) Diet
Diet harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan –
jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri
dan optimal.
d) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
e) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
f) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang
dikeluarkan.
g) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika
diperlukan. Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan
pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk mengetahui
perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut. (Smelzer & Bare, 2005)
10

h) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :
1) Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak
ada.
2) Derajat I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis,
dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan
luka terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Wawancara
Wawancara mengenai identitas klien meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat
atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
a) Data Subjektif
1) Klien mengeluh sering kesemutan
2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan
(polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah
6) Klien mengeluh pandangannya kabur
b) Data Objektif
1) Klien tampak lemas.
2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi otot
11

5) Kulit dan membrane mukosa tampak kering


6) Tampak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.

Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan
diabetes mellitus:

1) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
3) Integritas Ego
Stress, ansietas
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
12

7) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

e. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum, meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan
respon verbal klien.
Tanda-tanda Vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah
sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi, pulse, rate,
respiratory rate dan suhu.
1) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak
adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan
cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.
2) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
3) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.

Pemeriksaan penunjang

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL


2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
13

5. Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
c) Fosfor : lebih sering menurun
d) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden
( mis, ISK baru)
e) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik. Trombosit darah : Ht
mungkin meningkat ( dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau
infeksi.
f) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (
dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
g) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
h) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak
ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II)
yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
i) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone
tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.
14

j) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas


mungkin meningkat.
k) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya
infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka.

f. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Respon auto imun Risiko ketidakstabilan
- Ibu pasien kadar glukosa dalam darah
mengatakan
anaknya susah Kegagalan fungsi sistem
minum dan imun
makan
- Ibu pasien
mengatakan anak Tubuh menyerang
nya sesak jaringan sendiri
- Ibu pasien
mengatakan
anaknya sering Kerusakan sel pankreas
buang air kecil

DO : Defisiensi insulin
- Pasien terlihat
sangat lemas
- Pada pemeriksaan Glikolisis
diagnostik kadar
gula darah
menigkat Risiko ketidakstabilan
- Pasien terlihat kadar glukosa dalam
tremor darah
- Berat badan
pasien menurun

2 DS : Reaksi autoimun Ketidak seimbangan


- Ibu pasien nutrisi : kurang dari
mengatakan anak kebutuhan tubuh.
tidak mau makan DM tipe 1
- ibu psien
mengatakan anak
nya muntah Sel B pankreas hancur
DO :
- pasien terlihat
lemas Difisiensi insulin
- turgor kulit pasien
jelek
- kulit pasien Katabolisme protein
terlihat kering
- Berat badan
15

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


pasien menurun Merangsang hipotalamus

|pusat lapar dan haus

Polidipsi dan polifagi

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan


hiperglikemia.
2) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat
badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan
muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200
mg/dl .
16

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. Untuk megetahui
kadar glukosa tindakan keperawatan yang menjadi tanda gejala
dalam darah selama 3x24 jam di penyebab ketidak stabilan
berhubungan harapkan kadar glukosa ketidakstabila glukosa
dengan dalam darah stabil dapat n glukosa 2. Terjadi atau tidak
hiperglikemia. teratasi dengan kriteria 2. Pantau urin komplikasi
hasil sebagai berikut: ketoadosis diabet
3. Gambarkan
Kadar Glukosa Darah
mengenai 3. Memberikan
Definisi: Tingkat kadar proses sebuah gambaran
perjalanan tentang masalah
gulukosa dalam plasma
penyakit yang dialami
dan urin yang berada 4. Pantau tanda pasien
dalam rentang normal. gejala 4. Upaya untuk
terjadinya mengontrol kadar
Indikator A T hipoglikemi glukosa dalam
dan darah
Glukosa hiperglikemi 5. Merencanakan,
darah 5. Berikan melakukan
penyuluhan proram
Berat badan
kepada orang penyuluhan
tidak
tua dan
mengaami
keluarga
penurunan
17

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional


2 Ketidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui
seimbangan tindakan keperawatan 2. Monitor berat status
nutrisi : kurang selama 3x24 jam di badan tiap perkembangan
dari kebutuhan harapkan Ketidak hari kesehatan pasien
tubuh seimbangan nutrisi : 3. Libatkan 2. Mengkaji
berhubungan kurang dari kebutuhan kelurga pasien pemasukan
dengan tidak tubuh dapat teratasi dan orangtua makanan yang
mampu dalam dengan kriteria hasil dalam adekuat
mengabsorbsi sebagai berikut: perencanaan
makanan makanan
3. Meningkatkan
rasa
karena faktor sesuai dengan
Indikator A T keterlibatannya
biologi indikasi
memberikan
(defisiensi Pasien dapat 4. Berikan terapi
informasi pada
insulin) mencerna insulin sesuai
orangtua ataupun
jumlah dengan
keluarga untuk
kalori atau program
membantu
nutrien yg 5. Ciptakan
kebutuhan nutrisi.
tepat. lingkungan
yang optimal 4. Insulin reguler
saat memiliki awitan
Berat badan mengkomsum cepat dan
stabil atau si makanan karenanya dengan
penambahan 6. Orientasikan cepat dapat
ke arah pasien dengan membantu
rentang lingkungan memindahkan
biasanya. sekitarnya glukosa ke dalam
7. Pantau adanya sel
keluhan 5. Meningkatkan
parestesia,nye nafsu makan
ri atau
kehilangan
sensori
18

1. Implementasi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


o Hasil
1 Ketidakstabil Setelah dilakukan 1. Mengkaji faktor yang 1. Untuk
an kadar tindakan keperawatan menjadi penyebab megetahui
glukosa selama 3x24 jam di ketidakstabilan glukosa tanda gejala
dalam darah harapkan kadar 2. Memantau urin ketidak
berhubungan glukosa dalam darah stabilan
dengan stabil dapat teratasi
3. Menggambarkan
mengenai proses glukosa
hiperglikemia dengan kriteria hasil 2. Terjadi atau
perjalanan penyakit
. sebagai berikut: tidak
Kadar Glukosa 4. Memantau tanda gejala
terjadinya hipoglikemi komplikasi
Darah dan hiperglikemi ketoadosis
diabet
Definisi: Tingkat 5. Memberikan
penyuluhan kepada 3. Memberikan
kadar gulukosa dalam orang tua dan keluarga sebuah
gambaran
plasma dan urin yang
tentang
berada dalam rentang masalah yang
dialami
normal.
pasien
Indikator A T 4. Upaya untuk
mengontrol
Glukosa kadar glukosa
darah dalam darah
5. Merencanaka
Berat
n, melakukan
badan
proram
tidak
penyuluhan
mengaami
penurunan
19

N Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


o Hasil
2 Ketidak Setelah dilakukan 1. Memonitor TTV 1. Untuk
seimbangan tindakan keperawatan 2. Memonitor berat mengetahui
nutrisi : selama 3x24 jam di badan tiap hari status
kurang dari harapkan Ketidak perkembang
kebutuhan seimbangan nutrisi :
3. Melibatkan kelurga an kesehatan
pasien dan
tubuh kurang dari kebutuhan pasien
orangtua dalam
berhubungan tubuh dapat teratasi 2. Mengkaji
perencanaan
dengan tidak dengan kriteria hasil pemasukan
makanan sesuai
mampu sebagai berikut: makanan
dengan indikasi
dalam yang
mengabsorbsi 4. Memberikan terapi adekuat
Indikator A T insulin sesuai 3.
makanan Meningkatk
karena faktor dengan program an rasa
Pasien
biologi dapat
5. Menciptakan keterlibatan
(defisiensi lingkungan yang nya
mencerna
insulin) optimal saat memberikan
jumlah
mengkomsumsi informasi
kalori atau
makanan pada
nutrien yg
tepat. 6. Mengorientasikan orangtua
pasien dengan ataupun
lingkungan keluarga
Berat sekitarnya untuk
badan 7. Memantau adanya membantu
stabil atau keluhan kebutuhan
penambaha parestesia,nyeri nutrisi.
n ke arah atau kehilangan 4. Insulin
rentang sensori reguler
biasanya. memiliki
awitan cepat
dan
karenanya
dengan
cepat dapat
membantu
memindahka
n glukosa ke
dalam sel
5. Meningkatk
an nafsu
makan

2. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai