TAK BERWUJUD
PEMERIKSAAN KEUANGAN II
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas
mengenai “Pemeriksaan Aset Tak Berwujud”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis sadar makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................3
BAB IV : PENUTUP...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada
kurang akuratnya pencatatan terhadap transaksi aktiva tidak berujud tersebut.
Sebagai bagian dari neraca, aktiva tidak berujud juga memerlukan standar
akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran,
serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga
terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan
amortisasi dan penghentian serta penghapusannya. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka kelompok kami membuat makalah yang berjudul “Aktiva Tidak
Berwujud”.
b) Apa klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tidak berwujud?
1
d) Apa yang dimaksud dengan contoh aktiva tidak berwujud yang dapat
dipertukarkan?
1.3. Tujuan
d) Menjelaskan yang dimaksud dengan contoh aktiva tidak berwujud yang dapat
dipertukarkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud (in tangible asset) adalah aktiva tak lancar
(noncurrent asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan
hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara
terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat
ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari. Aktiva tak
berwujud dan mempunyai nilai karena eksistensinya yang berkaitan dengan
aktiva berwujud perusahaan.
3
2.2. Dasar Penggolongan Aktiva Tidak Berwujud
c. Masa manfaat yang diharapkan: tergantung pada pembatasan yang diatur oleh
hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka
waktu yang tidak terbatas atau tidak terbatas atau tidak dapat ditentukan di
masa depan.
Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar
atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Biaya yang terjadi sehubungan
dengan aktiva tak berwujud yang dikembangkan sendiri dicatat sebagai badan
usaha, kecuali aktiva tak beruwjud tersebut dapat diidentifikasikan secara
spesifik.
Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian
dari perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada
tanggal akuisisi. Penilaian harga perolehan ini tergantung pada – apakah aktiva
tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak. Harga
perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah sebagian dari
harga perolehan sekelompok aktiva atau perusahaan yang diakuisisi yang
biasanya ditentukan dari nilai wajar masing-masing aktiva tersebut.
Hak Sewa adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu
(sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan
kurun waktu tertentu, disahkan oleh penjabat pembuat akte (notaris). Hak
sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
5
2) Manfaat yang diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan
dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun
buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-
milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak
berwujud atau sebagai biaya sewa.
b. Organization Cost
d. Hak Paten
Hak Paten adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu.
Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu
6
untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa
berupa suatu produk, atau rekayasa, atau sistem, atau cara tertentu.
PT. Adil mengeluarkan tunai untuk hak paten atas suatu penemuan
baru pembuatan produk handphone sebesar Rp 6 juta. Taksiran umur paten 15
tahun. Paten diperoleh pada tanggal 1 April 2010.
Jawab:
Paten Rp 6.000.000
Kas Rp 6.000.000
7
( 9/180 ) × Rp 6.000.000 = Rp 300.000
Paten Rp 300.000
Merk Dagang (Trade Merk) yang bisa disingkat TM, adalah hak yang
diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo,
tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu
organisasi/perusahaan tertentu.
Tanggal 1 April 2010, Firma Halomoan & Co memperoleh hak merk atas
produk pabriknya dengan biaya Rp 7.800.000. Harga perolehan tersebut
diamortisasi selama 6 tahun.
Kas Rp 7.800.000
(7.800.000:6) × Rp 1 = Rp 1.300.000
f. Hak Penggandaan
Copyright adalah hak yang berikan atas suatau penulisan, baik itu
berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama
tertentu, script atau skenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk
memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
Contoh:
PT. Mutiara memperoleh hak dari KFC memproduksi suatu produk makanan
& menjual kepada umum.
Jurnal untuk mencatat hak franchise produk tersebut tanggal 1 Mei 2010
Franchise Rp 15.000.000
Kas Rp 15.000.000
9
Mencatat jurnal penyesuaian 31 Desember jika kontrak disepakati 1 Mei
2010
Franchise Rp 1.000.000
h. Goodwill
Contoh:
10
Macam-macam aktiva Rp 24.000.000.000
Goodwill Rp 1.000.000.000
Kas Rp 15.000.000.000
Goodwill Rp 50.000.000
i. Hak Cipta
Pada tanggal 1 Januari 2010, Arnold memperoleh hak cipta atas lagu yang
dikarangnya. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan,
pendaftaran dan hak memperoleh hak cipta tersebut sebesar Rp 9.000.000.
Menurut taksiran hasil penjualan karangan, taksiran umur hak cipta 9 tahun.
11
Jawab:
b. ATB yang memiliki masa manfaat terbatas disajikan terpisah dari ATB
yang memiliki masa manfaat tidak terbatas.
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
aktiva tak berwujud.
12
d. Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
a. Keberadaan ATB
b. Kelengkapan ATB
Saldo awal
13
Ditambah jumlah pendebitan
d) Mengusut saldo awal ATB (pada buku besar) ke kertas kerja tahun lalu.
Perubahan akuntansi
Perubahan usaha
Fluktuasi acak
Salah siji
b) Pengujian penilaian
b) ATB yang mempunyai masa manfaat terbatas disajikan terpisah dari ATB
yang mempunyai masa manfaat tidak terbatas
15
BAB III
STUDY KASUS
1. Contoh Kasus I :
Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh dengan
cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp 750,000,000,-.
Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa sebuah
mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari.
16
Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang telah
disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT. Royal Bali
Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :
Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud: Pada saat
pembayaran sewa dicatat :
Penjelasan :
(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud
(intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut
berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa yang dikeluarkan
sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya sebagai tempat
usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu transaksi
sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud..
(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2),
diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh
nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle,
17
bukankah setiap potensi pengeluaran maupun kewajiban, hendaknya diakui
sesegera mungkin ?
[-Credit-].Kas=Rp15,000,-
Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas
pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya akan
memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku
pemotong.
2. Contoh Kasus II
Berbagai nama merek dagang telah banyak beredar. Ratusan bahkan ribuan
merek dagang telah muncul untuk berbagai jenis produk, antara lain Aqua, Coca-
18
Cola, Indomie, Rinso, dan masih banyak lagi. Bahkan terkadang suatu merek
dagang menjadi nama generik dari suatu produk. Sebut saja Aqua, merek dagang
minuman kemasan ini telah menjadi sebutan untuk kategori produk air dalam
kemasan.
Merek dagang yang baik harus dikelola dengan baik. Merek dagang menjadi
aktiva tak berwujud yang nilainya harus dapat dinyatakan dalam satuan moneter.
Dalam Jurnal Financial World disebutkan bahwa pengukuran ekuitas merek
dagang bukan berdasarkan top of mind tetapi berdasarkan kinerja keuangan
produk-produk tersebut.
19
Beberapa pengukuran dan disclosure harus dipertimbangkan dalam era
pemasaran untuk mengukur nilai merek dagang. Akuntansi untuk merek dagang
telah menjadi bahan studi bagi pasar yang berkembang secara global, seperti
Inggris, Australia, dan Kanada. Oleh karena itu, profesi akuntan harus berani
menerima tantangan baru, yaitu melakukan brainstorm ing mengenai ide-ide
tentang akuntansi merek dagang dalam tahun-tahun mendatang.
Value
Yang menjadi masalah sekarang terletak pada evaluasi kelebihan profit yang
menjadi hak secara langsung terhadap brand’s image. Untuk itu ada beberapa
metode yang dapat digunakan, antara lain the premium pricing method, the
royalties method, the brand sensitivity method, dan the capitalization of the
brand pendapatan (discounted cashflow).
21
Akuntansi Merek Dagang di Negara Lain
Isu akuntansi merek dagang yang berkembang tidak dapat dipisahkan dari
perlakuan akuntansi untuk goodwill, seperti yang terdapat dalam ICAEW’s
Research Board (1989). Untuk membuat laporan keuangan lebih konsisten ASC
mengeluarkan TR 738 (1989), yang isinya menyarankan agar perusahaan dapat
memasukkan merek dagang yang dibeli dalam disclosure sebagai aktiva tetap tak
berwujud dalam neraca. Akan tetapi, merek dagang yang dihasilkan sendiri tidak
dapat diperlakukan sebagai aset.
Sejak saat itu, muncul pemisahan antara merek dagang yang dibeli
dengan merek dagang yang dihasilkan sendiri dalam praktik akuntansi. Pada
tahun 1990, ASC mengambil langkah berani dengan menyatakan bahwa merek
dagang seharusnya dimasukkan dalam goodwill dan diperlakukan sama dengan
goodwill. Bahkan secara jelas dinyatakan bahwa merek dagang yang dimiliki
22
karena adanya penggabungan bisnis (merger) dihitung sebagai goodwill yang
dibeli dan harus diamortisasikan tidak lebih dari 20 tahun. Sedangkan goodwill
yang dihasilkan sendiri harus dikeluarkan dari neraca. Meskipun begitu, AARF
ED-49 tidak menjelaskan secara detail kapan periode amortisasi melebihi 20
tahun.
4. Biaya-biaya aktiva tak berwujud dapat diukur terlepas dari goodwill aset
lain
23
yang masih berlaku saat ini. Untuk itu sebuah conceptual framework akuntansi
untuk merek dagang sangat diperlukan.
Adapun metode yang digunakan dalam menilai merek dagang, merek dagang
tidak dapat dipisahkan dari pandangan perusahaan dan dari bentuk aktiva tak
berwujud lainnya seperti paten, trademark dan business channel. Suatu merek
24
dagang yan g sudah diperkenalkan dan sudah terkenal memang betul-betul
memiliki nilai ekonomis. Namun hampir tidak mungkin memisahkan nilai
ekonomis yang khusus meskipun menggunakan sense of accounting yang kuat.
Kekuatan merek dagang terdiri dari berbagai faktor. Masalah timbul ketika
menentukan bagian yang overvalue dalam membagikan secara adil untuk merek
dagang. Hal ini tidak jauh berbeda dengan ketidakmungkinan pembagian merek
dagang dari aktiva tak berwujud lainnya. Dalam penilaian untuk tujuan
administrasi internal pun sulit untuk dipisahkan karena nilai merek dagang
merupakan ju m lah total faktor-faktor yang membangunnya. Fakta tersebut
menunjukkan adanya kekurangan alat untuk mengukur nilai merek dagang secara
obyektif yang menjadikan akuntansi merek dagang sebagai sebuah isu yang
kontroversial. Untuk itu dibutuhkan alat evaluasi untuk brand equity.
Merek dagang mempunyai berbagai kekuatan dan nilai yang berbeda dalam
suatu pangsa pasar. Merek dagang yang kuat mempunyai brand equity yang
tinggi. Makin tinggi ekuitas merek dagang maka makin tinggi pula loyalitas
konsumen pada merek dagang tersebut.
Sebuah pengukuran nilai ekuitas merek dagang adalah harga premi merek
dagang acuan dikalikan volume tambahan yang bergerak melebihi rata-rata
sebuah merek dagang acuan. Ekuitas sebuah merek dagang seharusnya tidak
hanya mencerminkan nilai kapitalisasi dari keuntungan tambahan dari
25
penggunaan merek dagang pada saat ini tetapi juga nilai potensial pengembangan
ke produk lain.
Ekuitas sebuah merek dagang seharusnya tidak hanya m encerm inkan nilai
kapitalisasi dari keuntungan tambahan dari penggunaan merek dagang pada saat
ini tetapi juga nilai potensial pengembangan ke produk lain.
3. Brand equity yang kuat menjamin persepsi terhadap kualitas produk yang
dijual.
5. Brand equity yang tinggi mendorong nilai tambah dengan pembebanan harga
yang lebih tinggi dari harga yang diperlihatkan oleh kompetitor dengan
kualitas yang lebih baik.
26
6. Perusahaan dapat meluncurkan merek dagang baru sebagai pengembangan
karena nama merek dagang membawa kepercayaan.
Merek dagang yang diperoleh dari pihak lain maupun yang dihasilkan sendiri
berdasarkan definisi aset dapat dikapitalisasi menjadi aktiva pemasaran. Namun
manajemen harus berhati-hati agar brand equity tidak mengalami penyusutan.
Untuk mengelola secara tepat, butuh investasi riset dan pengembangan yang terus
menerus, kemahiran beriklan, penjualan dan pelayanan yang terbaik kepada
konsumen, serta pengembangan yang konstan dan terus-menerus untuk menjaga
kualitas. Bahkan beberapa perusahaan, seperti Canada Dry dan Coltage Palmolive
siap menunjuk “Brand Equity Manager” untuk mengarahkan image atas kualitas
merek dagang serta membuat strategi jangka pendek untuk melindungi merek
dagang dari kerugian. Perhatian yang tepat terhadap merek dagang akan
menambah nilai manfaat bagi konsumen yang loyal. Dan Brand Equity Manager
dapat digunakan sebagai alat pemasaran yang utama dalam marketing mix.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan dan Saran
Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva tak lancar (noncurrent asset) dan tak
berbentuk (hak sewa, organization cost, permit & license, hak paten, trademark,
copyright, franchise, goodwill, hak cipta, dsb) yang memberikan hak
keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak
dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Oleh karena itu, dalam
melakukan pemeriksaan, diperlukan prosedur-prosedur yang kempleks.
Inti dari pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa apakah penyajian aktiva
tak berwujud dalam laporan keuangan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
28
tentang bagaimana seharusnya pengakuan, pencatatan, serta pengukuran terhadap
aktiva tak berwujud dilakukan.
29
panduan untuk seluruh pihak yang terkait dengan keberadaan aktiva tak berwujud
ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/190614977/Pemeriksaan-Aset-Tak-Berwujud
http://biecantik.blogspot.com/2012/06/aktiva-tidak-berwujud.html
http://fe.umy.ac.id/learning/file.php/114/Audit2-08-ATB.pdf 3.
http://b_sundari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33683/BAB_13+Pemeriksaan
_AktivaTakBerwujud.ppt
http://ethasyahbania.blogspot.com/2011/11/psak-no19-aset-tidak-berwujud.html
http://www.scribd.com/doc/83772931/Pemeriksaan-Aktiva-Tak-Berwujud
31