Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GASTRITIS

Oleh :

Nama : Putu Novi Rusmiyanti


No : P07120015008
Kelas : 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES DENPASAR

TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GASTRITIS

A. Defenisi

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.

Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik
kronis. (Price & Wilson, 2006)

B. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi
kronik (Sudoyo Aru, dkk 2009)

Klasifikasi gastritis : (Wim de Jong et al. 2005)


1. Gastritis akut
- Gastritis akut tanpa perdarahan
- Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)

Gastritis akut berasal dari :

- Tercenanya makanan yang dapat yang menyebabkan iritasi secara kronis,


misalnya merica pedas.
- Obat (Aspirin, obat anti-inflamatorik nonsteroidal, alcohol, kafein kortikosteroid)
- Endotoksin yang dilepaskan dari bakteri penginfeksi (stafilokokus, Escheria coli
dan salmonella)
- Infeksi Helicobacter Phylori atau oleh bakteri penginfeksi akut lainnya.
- Tercernanya racun.

2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori (H. pylori)

3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari
duodenum.
C. Pohon Masalah Berdasarkan Patofisiologi

Obat-obatan (NSAID, aspirin, H. phylori Kafein


sulfanomida steroid, digitalis)

Melekat pada epitel lambung Me  produksi bikarbonat (HCO-3-)


Mengganggu pembentukan sawat
mukosa lambung

Menghancurkan lapisan epitel


Me  kemapuan proteksi terhadap
lambung
asam

Me  barier lambung terhadap Menyebabkan difusi kembali asam


asam dan pepsin lambung & Pepsin

Kekurangan volume cairan

Inflamasi Erosi Mukosa lambung Perdarahan

Nyeri epigastrium
Me  tonus dan peristaltic lambung Mukosa lambung kehilangan
integritas jaringan

Me  sensori untuk makan Refluk isi duodenum ke lambung


Anoreksia
Mual Dorongan ekspulsi lambung ke
mulut

Nyeri Akut
Ketidakseimbangan nutrisi kurang Muntah
dari kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan

D. Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut : Nyeri epigastrium, mual, muntah dan perdarahan terselubung maupun
nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin
juga ditemukan erosi dan perdarah aktif.
2. Gastritis kronik : Kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan
komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia
pernisiosa, dan karsinoma lambung.
(Wim de Jong)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya. Tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi bacteri
H.pylori atau tidak
3. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengidetifikasi terjadinya infeksi.

Pemeriksaan

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X.
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini dapat melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

F. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
porsi kecil dan sering. Obat-obata ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2, Inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid
juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaikanya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan
resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat
yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2
sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi
pada umumnya masih tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama untuk pasien yang
menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau
anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah Misaprastol, atau Derivat
Prostaglandin.
Penatalaksanaan medical untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari
alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan
carian intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat,
gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.

2. Gastritis Kronis
Faktor utama ditandai oleh kondisi progresif epitel kelenjar disertai sel parietal
dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan
yang rata, Gastritis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau
Fundal) dan Tipe B (Antral).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena gastritis
terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis Tipe A merupakan penyakit
autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibody terhadap sel parietal kalenjar
lambung dan faktor intrinsic. Tidak adanya sel parietal dan Chief cell dapat
menurunkan sekresi asam dan dapat menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama Gastritis kronis Tipe B adalah infeksi kronis
oleh Helicobacter Phylory. Fakor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan
alcohol yang berlebihan, merokok, dan refluk yang dapat mencetuskan terjadinya
ulkus peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi tergantung penyakit yang dicurigai. Bila
terdapat Ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi Helicobacteer
Phylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alcohol
dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia
defisiensi zat besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus
diobati. Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang
sesuai. Gastritis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat serta
memulai farmakoterapi. Helicobacter Phylory dapat diatasi dengan antibiotic (seperti
Tetrasiklin dan Amoxicilin) dan garam bismuth (Pepto bismol). Pasien dengan
Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B12.

G. Komplikasi Gastritis
Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati.
Beberapa di antaranya adalah:

 Tukak lambung

 Pendarahan di dalam lambung

 Kanker lambung

 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

Anamnesa meliputi:
a. Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Jenis pekerjaan
Alamat
Suku/bangsa
Agama

Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan


pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.\

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit. Merupakan penjelasan dari
permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit. Keluhan utama yang
umumnya dirasakan pasien adalah nyeri didaerah Epigastrium. Nyeri yang dialami dipengaruhi
oleh penglaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan
yang lain penuh dengan toleransi dan optimis. ( Long, 1996 ).

Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang terdapat pada pasien gastritis biasanya berupa mual dan muntah.
Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat
muntah dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat
nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus. Pusat ini terletak dekat dengan pusat salivasi,
vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat terserang akibat proses – proses sentral atau
perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang
terlibat dalam proses muntah. (Long, 1996).

Riwayat Kesehatan Dahulu


Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal.
Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit? Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat
pasien, perawata mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan
gastrointestinal sebelumnya. Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap tentang obat yang
diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya. Tanyakan
tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat
memperberat gastritis.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat mempengaruhi
masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
c. Pemeriksaan fisik : Review of System
B 1 (breath) : Mengkaji Pernafasan Pasien
B 2 (blood) : Mengkaji tekanan darah, dan sirkulasi darah pasien
B 3 (brain) : mengkaji keadaan keluhan sakit kepala, kelemahan dan tingkat
kesadaran
B 4 (bladder) : Mengkaji system perkemihan dan gangguan keseimbangan cairan.
B 5 (bowel) : Mengkaji system ekskresi Fekal
B 6 (bone) : Mengkaji tentang keadaan tulang dan persendian

d. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

 Uji Napas Urea


Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH.Pylori dalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

 Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

 Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas


Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

 Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

 Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung.Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).

 Analisis Stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal MAO (maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin.Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. (aklorhidria adalah
kelainan pada lambung yang ditandai dengan sekresi asam lambung yang sangat sedikit)

e. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan
terhadap penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient
yang tidak adekuat.
b. Kekurangan volume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan
yang berlebihan karena muntah.
c. Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi.
d. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi
 Ketidakseimbanga NOC NIC
n nutrisi kurang  Nutritional Status : Nutrition Management
dari kebutuhan  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
food and fluid makanan
 Intake  Kalaborasi dengan ahli
 Nutritional Status : gizi untuk menentukan
nutrient intake jumlah kalori dan
 Wight control nutrisi yang dibutuhkan
Kriteria Hasil : pasien
 Adanya peningkatan  Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal meningkankan intake
sesuai dengan tinggi protein dan Vitamin C
badan  Berikan substansi gula
 Mempu  Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
 Tidak ada tanda-tanda mencegah konstipasi
malnutrisi  Berikan makanan yang
 Menunjukan terpilih (sudah
peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan
pengecapan dari ahli gizi)
menelan  Ajarkan pasien
 Tidak terjadi bagaimana cara
penurunan berat membuat catatan
badan yan g berarti makanan harian
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitoring adanya
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jenis
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan dan
rambut kusam dan
mudah patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Monitor pucat ,
kemerahan, kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
NIC
Fluid Management
 Timbang
popok/pembalut bila
diperlukan
 Pertahankan catatatn
 Kekurangan intake dan output yang
Volume Cairan akurat
NOC  Monitor status hidrasi
 Fluid Balance (Kelembaban
 Hydration membrane mukosa,
 Nutritional Status : nadi adekuat, tekanan
Food and fluid darah ortostatik), jika
 Intake diperlukan
Kriteria Hasil :  Monitor vital sigh
 Mempertahakan urine  Monitor masukan
output sesuai dengan makanan/cairan dan
usia dan BB, BJ urine hitung intake kalori
normal, HT normal harian
 Tekanan darah, nadi  Kalaborasikan
dan suhu tubuh dalam pemberian cairan IV
keadaan normal  Monitor status nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda  Berikan cairan IV pada
dehidrasi suhu ruangan
 Elastisitas turgor kulit  Dorong masukan oral
baik, membrane  Berikan penggantian
mukosa lembab, tidak nesogatrik sesuai output
ada rasa haus yang  Dorong keluarga pasien
berlebihan untuk membantu pasien
makan
 Tawarkan snack (Jus
buah, buah segar)
 Kalaborasi dengan
dokter
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingakat HB
dan Hematokrit
 Monitor tanda vital
 M onitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal

NOC
Management Of Pain
 Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
karakteristik, durasi,
lokasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
pretisipasi
 Observasi reaksi
 Nyeri akut NOC nonverbal dari
 Pain Level ketidaknyamanan
 Pain control  Gunakan tekhnik
 Comfort Level komunikasi terapiutik
Kriteria Hasil : untuk mengetahui
 Mampu mengontrol pengalaman nyeri
nyeri (tahu penyebab pasien
nyeri, mampu  Kaji kultur yang
menggunakan tekhnik memengaruhi respon
nonfarmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri,  Evaluasi pengalaman
mencari bantuan) nyeri di masa lampau
 Melaporkan bahwa  Evaluasi bersama
nyeri berkurang pasien dan tim
dengan menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan
 Mampu mengenali n pengendalian nyeri
yeri (skala, intensitas, masa lampau
frekuensi, dan tanda  Bantu pasien dan
nyeri) keluarga pasien untuk
 Menyatakan rasa menemukan dukungan
nyaman setelah nyeri  Control lingkungan
berkurang yang dapat
memengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan penanganan
nyeri (farmakologi,
non-farmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang tekhnik
non-farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
control nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kalaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgetic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instrruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
 Cek riwayar alergi
 Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
Satu
 Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
rute secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
 Berikan analgesi tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala
NOC
Teaching : disease process
 Berikan penilian
tentang tingkat tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
 Jelaskan tentang
patofisiologi dari
penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses
penyakit dengan cara
 Defisiensi yang tepat
Pengetahuan  Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
 Sediakan informasi
pada pasien tentang
NOC kondisi dengan cara
 Knowledge : disease yang tepat
process  Hindari jaminan yang
 Knowledge :health kosong
behavior  Sediakan bagi keluarga
Kriteria Hasil : atau SO infomasi
 Pasien dan keluarga tentang kemajuan
menyatakan pasien dengan cara
pemahaman tentan g yang tepat
penyakit, kondisi,  Diskusikan perubahan
prognosis dan gaya hidup yang
program pengobatan mungkin diperlukan
 Pasien dan keluarga untuk mencegah
mampu melaksanakan komplikasi yang terjadi
prosedur yang di masa yang akan
dijelaskan secara datang dan atau proses
benar pengontrolan penyakit
 Pasien dan keluraga  Diskusikan pilihan
mampu menjelaskan terapi atau penanganan
kembali apa yang  Dukung pasien untuk
dijelaskan perawat/ mengeksplorasi atau
tim kesehatan lainnya mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup
atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
 DAFTAR PUSTAKA

1. Lippincott Williams, Wilkins.2011.Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.


Diterjemahkan oleh : Paramita. Jakarta Barat : Indeks.
2. Prince, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine, Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 6 Volume 1 & 2. Jakarta: EGC
3. Bulechek M. Gloria dkk.2016.Nursing Interventions Classification(NIC).Diterjemahkan
oleh : CV. Mocomedia.
4. Nanda International.2015-2017.Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta.EGC
5. Bulechek M. Gloria dkk.2016.Nursing Outcomes Classification(NOC).Diterjemahkan
oleh : CV. Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai