Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perusahaan dapat menjadi lebih bersaing dengan cara meningkatkan
produktivitas dan memperbaiki kualitas. Prinsip dasar memperbaiki kualitas akan
menurunkan biaya kualitas. Sebagian besar biaya yang berkaitan dengan kualitas
timbul karena adanya kualitas yang kurang bagus. Mengukur dan melaporkan
berbagai biaya kualitas akan memungkinkan para manajer mengidentifikasi
berbagai area berpotensi untuk perbaikan dan untuk menilai berbagai hasil
aktivitas perbaikan. Sistem pelaporan biaya kualitas yang solid dan handal untuk
pengembangan dan operasional perusahaan serta membantu dalam pengembalian
keputusan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas. Era industrialisasi yang
semakin kompetitif sekarang ini menuntut setiap perusahaanuntuk dapat ikut serta
dalam persaingan.Salah satu usaha yang dilakukanperusahaan agar dapat bersaing
adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya.Dengan hasil produksi yang
berkualitas, maka diharapkan para pelanggan/konsumenakan tertarik dan membeli
hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan harus selalu
melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya untuk
mencapai produk yang berkualitas, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang
optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak
sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada
akhirnyameningkatkan laba.
Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan usahapeningkatan
kualitas produk disebut biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi
atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Biaya kualitas (cost of
quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang buruk kualitasnya (Hansen dan Mowen, 2009: 498). Biaya kualitas
didefinisikan sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan produk yang berkualitas rendah dan dengan

1
opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat dari
rendahnya kualitas. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya
kualitas merupakan biaya yang terjadi karena adanya kesadaran akan perlunya
menghindari kesalahan sehingga tidak terjadi pemborosan atau biaya yang terjadi
karena adanya kesalahan pada produk yang sudah terlanjur terjadi dan harus
diperbaiki.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana konsep biaya kualitas?
2) Bagaimana konsep produktivitas?
3) Bagaimana pelaporan biaya kualitas?
4) Bagaimana pengukuran biaya kualitas?
5) Bagaimana pengendalian biaya kualitas?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan pembahasan materi Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran,
Pelaporan dan Pengendalian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui konsep biaya kualitas
2) Untuk mengetahui konsep produktivitas
3) Untuk mengetahui pelaporan biaya kualitas
4) Untuk mengetahui pengukuran biaya kualitas
5) Untuk mengetahui pengendalian biaya kualitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Biaya Kualitas


2.1.1. Definisi Biaya Kualitas
Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang
dilakukan karena mungkin ada atau telah terjadi kualitas yang buruk. Biaya-biaya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Berikut ini
beberapa pengertian dari biaya kualitas yaitu sebagai berikut :
a. Biaya kualitas merupakan pencegahan, deteksi, dan aktivitas yang lain
berkaitan dengan produk cacat memakan biaya (Garisson, 2012:79).
b. Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen dan
Mowen, 2009: 498).
c. Biaya mutu (cost of quality) adalah biaya dari aktivitas yang berkaitan
dengan pencegahan, pengidentifikasian, pembetulan produk yang bermutu
rendah, serta biaya peluang dari waktu produksi dan penjualan yang hilang
akibat mutu yang rendah (Blocher et. al, 2007: 404).
d. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah, atau biaya
yang timbul sebagai akibat dari produksi produk berkualitas rendah. Biaya-
biaya ini fokus pada kualitas kesesuaian dan terjadi di semua fungsi bisnis
rantai nilai ( Bhimani et. al, 2008: 702).
e. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas
produk. (Garvin dalam Gasperz, 2007:27)

2.1.2. Jenis-Jenis Biaya Kualitas


Menurut Garrison (2012:80) biaya kualitas berhubungan dengan dua sub
kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kualitas, yaitu:
a. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian (control activities) dilakuakan oleh suatu
perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Jadi,

3
kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan
penilaian. Biaya pengendalian (control cost) adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian.
b. Kegiatan karena kegagalan
Kegiatan karena kegagalan (failure activities) dilakuakan oleh perusahaan
atau oleh pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk. Jadi, kualitas
yang buruk tersebut memang telah terjadi. Sehubungan dengan hal
tersebut, biaya kegagalan (failure cost) adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan karena telah terjadinya kegiatan karena
kegagalan.
Menurut Bhimani (2008:702) menyatakan bahwa definisi mengenai
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan adanya
empat kategori biaya kualitas, yaitu:
a. Biaya pencegahan (preventional cost)
Biaya ini digunakan untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk
atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan,
diharapkan biaya kegagalan pun akan turun. Contoh biaya pencegahan
adalah biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit
kualitas, siklus kualitas, uji lapangan, serta peninjauan desain. Biaya
pencegahan berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi jumlah produk
atau jasa yang cacat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang jauh
lebih rendah apabila dapat mencegah terjadinya cacat dibandingkan
menemukan dan memperbaiki cacat yang telah terjadi. Pengendalian
proses statistik (statistical process control) adalah teknik yang digunakan
untuk mendeteksi apakah proses yang dijalankan masih berada dalam
kendali. Proses yang sudah tidak terkendali akan menyebabkan unit cacat
dan mungkin akan menyebabkan ketidaksesuaian dengan mesin ataupun
faktor-faktor lainnya. Macam-macam biaya pencegahan :
1) Biaya pelatihan kualitas: Biaya pelatihan kualitas adalah
pengeluaranpengeluaran untuk program-program pelatihan internal dan

4
eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam
pelatihan, biaya instruksi, dan macam-macam biaya dan bahan habis
pakai untuk menyiapkan pegangan dan manual instruksi (Bhimani ,
2008:703)
2) Biaya perencanaan kualitas: Biaya perencanaan kualitas adalah upah
dan overhead untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain
prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas,
kehandalan, dan evaluasi supplier instruksi (Bhimani , 2008:703)
3) Biaya pemeliharaan peralatan: Biaya pemeliharaan peralatan adalah
biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan,
mempertahankan, memperbaiki dan menginspeksi peralatan produksi,
proses, dan sistem. instruksi (Bhimani , 2008:703)
4) Biaya penjaminan supplier: Biaya penjaminan supplier adalah biaya
yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran
data, auditing, dan pelaporan kualitas instruksi (Bhimani , 2008:703)
b. Biaya penilaian (appraisal cost)
Biaya penilaian terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah
sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya
penilaian antara lain :
1) Biaya pengujian dan inspeksi: Biaya pengujian dan inspeksi adalah
biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi bahan yang
datang, produk dalam proses dan produk selesai atau jasa. instruksi
(Bhimani , 2008:704)
2) Peralatan pengujian: Peralatan pengujian adalah pengeluaran yang
terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan atau mempertahankan
fasilitas, software, mesin dan peralatan-peralatan pengujian atau
penilaian kualitas produk, jasa atau proses instruksi (Bhimani ,
2008:704)
3) Audit kualitas: Audit kualitas adalah gaji dan upah semua orang yang
terlibat dalam penilaian kualitas produk atau jasa dan pengeluaran lain

5
yang dikeluarkan selama penilaian kualitas instruksi (Bhimani ,
2008:704)
4) Pengujian secara laborat
5) Pengujian dan evaluasi lapangan
6) Biaya informasi: Biaya informasi adalah biaya untuk menyiapkan dan
membuktikan laporan kualitas. instruksi (Bhimani , 2008:704)
c. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Biaya ini terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan tidak sesuai
dengan spesifikasi kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi
sebelum dikirim kepihak luar. Kegagalan ini adalah kegagalan yang
dideteksi oleh kegiatan penilaian. Contoh biaya kegagalan internal antara
lain :
1) Biaya tindakan koreksi: Biaya tindakan koreksi adalah biaya untuk
waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan
untuk mengkoreksi masalah instruksi (Bhimani , 2008:704)
2) Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi: Biaya
pengerjaan kembali dan biaya sisa produksi adalah bahan, tenaga kerja
langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan
inspeksi ulang instruksi (Bhimani , 2008:704)
3) Biaya proses: Biaya proses adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendesain ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak
direncanakan, dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses
untuk perbaikan dan pengerjaan kembali instruksi (Bhimani ,
2008:704)
4) Biaya ekspedisi: Biaya ekspedisi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang
dihabiskan untuk perbaikan atau pengerjaan kembali instruksi
(Bhimani , 2008:704)
5) Biaya inspeksi dan pengujian ulang : Biaya inspeksi dan pengujian
ulang adalah gaji, upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi

6
ulang atau pengujian ulang produk-produk yang telah diperbaiki
instruksi (Bhimani , 2008:704)
d. Biaya kegagalan eksternal (exsternal failure cost)
Biaya ini terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi
persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk
disampaikan kepada pelanggan. Contoh biaya kegagalan eksternal :
1) Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan
Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan
adalah gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan
kepada pelanggan (departemen ‘customer servis’) memperbaiki produk
yang dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan
biaya angkut instruksi (Bhimani , 2008:705)
2) Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk: Biaya
penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk adalah biaya
administrasi untuk menangani pengembalian produk. instruksi
(Bhimani , 2008:705)
3) Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan:
Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan adalah
margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan
yang hilang dan menurunnya pangsa pasar instruksi (Bhimani ,
2008:705)

2.1.3. Optimalisasi Biaya Kualitas


Menurut Hansen dan Mowen (2009:503) manajer bertanggung jawab
untuk menentukan tingkat biaya kualitas yang optimal dan menentukan
proporsinya disetiap kelompok biaya kualitas. Ada dua pandangan terkait dengan
optimalisasi biaya kualitas, yaitu:
b. Pandangan Tradisional
Hansen dan Mowen (2009:503) menyatakan pandangan tradisional
mengasumsikan bahwa terdapat trade off antara biaya pengendalian dan
biaya produk gagal. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya produk

7
gagal harus turun. Selama penurunan biaya produk gagal lebih besar
daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus
meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang
cacat. Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana setiap kenaikan
tambahan biaya dalam usaha tersebut menimbulkan biaya yang lebih
besar dari pengurangan biaya produk gagal. Titik ini menggambarkan
tingkat minimum total biaya kualitas, dan merupakan saldo optimal antara
biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Titik ini juga yang disebut
sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level-
AQL) (Hansen dan Mowen, 2009:502).
Gambar 2.1: Kurva Tingkat Kualitas yang Dapat Diterima

c. Pandangan Kontemporer
Hansen dan Mowen (2009:503) menyatakan dalam pandangan ini
digunakan model cacat nol (zero defect). Model ini menyatakan bahwa
dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperolah
keunggulan biaya. Perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk
cacat akan lebih kompetitif daripada perusahaan yang menggunakan
model AQL. Model cacat nol kemudian disempurnakan lagi dengan
model mutu kaku (robust quality model). Menurut model ini, kerugian

8
terjadi karena diproduksinya produk yang menyimpang dari nilai target,
dan semakin jauh penyimpangannya semakin besar kerugian. Selain itu
kerugian masih mungkin terjadi meskipun deviasi masih dalam batas
toleransi spesifikasi. Dengan kata lain, variasi spesifikasi ideal adalah
merugikan dan batas toleransi tidak menawarkan manfaat apapun. Model
cacat nol menekan biaya kualitas dan dengan demikian menawarkan
penghematan baik dalam biaya maupun pekerjaan mutu yang berlebihan
(Hansen dan Mowen, 2009:503).
Gambar 2.1: Kurva Tingkat Kerusakan Nol

2.2. Konsep Produktivitas


2.2.1. Pengukuran dan Pengendalian Produktivitas
Menurut Rayburn (1999:86) Produktivitas berkaitan dengan
memproduksi output secara efisien, dan secara spesifik mengacu pada hubungan
antara output dan input yang digunakan untuk memproduksi output. Biasanya,
kombinasi atau bauran dari input yang berbeda-beda dapat digunakan untuk
memproduksi suatu tingkat output tertentu. Efisiensi produktif total adalah suatu
titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap bauran input untuk
memproduksi output tertentu, tidak satu input pun yang digunakan lebih dari yang

9
diperlukan untuk menghasilkan output, dan (2) atas bauran-bauran yang
memenuhi kondisi pertama, dipilih bauran dengan biaya terendah. Kondisi
pertama digerakkan oleh hubungan teknis dan, karena itu, disebut sebagai
efisiensi teknis (technical efficiency). Dengan melihat berbagai kegiatan sebagai
input, maka kondisi pertama mensyaratkan penghapusan seluruh kegiatan tak
bernilai tambah dan pelaksanaan kegiatan bernilai tambah dengan kuantitas
minimal yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah output. Kondisi kedua
digerakkan oleh hubungan relatif dari harga input dan, karena itu disebut efisiensi
trade off input (input trade off efficiency). Harga input menentukan proporsi
relative masing-masing input yang harus digunakan. Penyimpangan dari proporsi
tetap tersebut menciptakan trade-off input yang tidak efisien. Menurut Rayburn
(1999:87) Produktivitas dapat diukur dengan 2 cara berikut ini:
a) Partial Produktivity atau produktivitas parsial ditentukan dengan
mengukur produktivitas untuk setiap satu jenis output saja.
b) Total Productivity atau produktivitas total ditentukan dengan mengukur
produktivitas semua jenis input yang digunakan, dan dapat dilakukan
dengan 2 pendekatan, yaitu:
1) Profile Productivity, di mana produktivitas dihitung untuk setiap jenis
input dan dibandingkan selama periode waktu tertentu
2) Profit-Linked Productivity, dapat dilakukan dengan menghitung
perbedaan jumlah input yang akan dikeluarkan dengan tanpa adanya
perubahan produktivitas dengan jumlah input yang sesungguhnya
digunakan

2.2.2. Hubungan kualitas dan produktivitas


Menurut Rayburn (1999:86) menyatakan Hubungan antara kualitas dan
produktivitas adalah bahwa peningkatan kualitas dapat meningkatkan
produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang
berkurang karena menurunnya unit produk cacat maka lebih sedikit tenaga kerja
dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama. Penurunan
jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah output

10
yang digunakan meningkatkan produktivitas. Oleh karena sebagian besar
peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi dan menjual output perusahaan maka kebanyakan peningkatan
kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran-ukuran produktivitas. Namun,
ada juga cara-cara lain untuk meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan
mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih
menjalankan proses yang tidak efisien.

2.3. Pengukuran Biaya Kualitas


Menurut Hansen dan Mowen (2009:517), biaya kualitas merupakan
penjumlahan baik observable quality cost maupun hidden quality cost.
a. Observable quality cost
Observable quality cost merupakan biaya kualitas yang dapat diketahui
jumlahnya dari catatan yang terdapat dalam sistem akuntansi yang
digunakan perusahaan
b. Hidden quality cost
Hidden quality cost merupakan biaya atau kerugian yang muncul karena
rendahnya kualitas tetapi jumlah biaya ini tidak dapat diketahui dari
catatan akuntansi perusahaan. Untuk menentukan jumlah hidden quality
cost diperlukan estimasi. Estimasi dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Metode pengali (multiplier method)
Menurut Hansen dan Mowen (2009:517) Metode ini mengasumsikan
bahwa total biaya kegagalan adalah hasil pengali dari biaya-biaya
kegagalan yang terukur dengan formulasi sebagai berikut.
Total biaya kegagalan eksternal = k (Biaya kegagalan
eksternal yang
terukur)
Di mana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan
pengalaman. Sebagai contoh, Westinghouse Electric melaporkan nilai
k antara 3 dan 4. Dengan demikian, jika biaya kegagalan eksternal
yang terukur adalah $2 juta, maka biaya kegagalan eksternal aktual

11
adalah antara $6 juta sampai $8 juta. Dengan memasukkan biaya
kualitas yang tersembunyi dalam menilai jumlah biaya kegagalan
eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat pengeluaran sumber
daya untuk kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih akurat.
Dengan kata lain, dengan meningkatnya biaya kegagalan, manajemen
diharapkan akan meningkatkan investasinya dalam biaya
pengendalian. Metode ini memiliki kelemahan karena penentuan
besarnya k hanya didasarkan atas pengalaman masa lalu, sehingga
besarnya hidden cost yang timbul dari kegagalan eksternal tidak dapat
mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2) Metode penelitian pasar (market research method)
Menurut Hansen dan Mowen (2009:517) Metode ini digunakan untuk
menilai dampak kualitas yang buruk terhadap penjualan dan pangsa
pasar. Survei pelanggan dan wawancara dengan anggota tim penjualan
perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
besarnya biaya tersembunyi perusahaan. Hasil penelitian pasar dapat
digunakan untuk memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat
kualitas yang burukMetode ini sulit untuk diterapkan karena dalam
penyelidikan terhadap pasar, sistem sampling yang dilakukan
terkadang tidak bisa mewakili seluruh lapisan konsumen yang
menggunakan produk tersebut. Selain itu kelemahan dari metode ini
adalah kurang bisa mencerminkan kondisi kerugian perusahaan yang
sebenarnya akibat adanya produk rusak/kualitas jelek.
3) Fungsi kerugian kualitas Taguchi (taguchi quality loss function)
Menurut Hansen dan Mowen (2009:517) Fungsi ini mengasumsikan
bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit
yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah. Setiap
penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat
menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi. Oleh karena itu, biaya
kualitas yang tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat pada saat

12
nilai aktual menyimpang dari nilai target. Persamaan Taguchi
diformulasikan sebagai berikut.

L(y) = k (y – T)2
k = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada
struktur biaya kegagalan eksternal perusahaan.
y = Nilai aktual dari karakteristik kualitas
T = Nilai target dari karakteristik kualitas.
L = Kerugian kualitas.
Adapun k merupakan konstansta yang dapat diestimasi dengan cara:
k = c/d²
c = rugi pada lower atau upper specification limit
d = jarak limit dari target value
Taguchi mendeskripsikan tujuan utama dari formulasi metode ini
adalah: untuk meningkatkan dan mengembangkan desain produk dan
proses produksi melalui pengidentifikasian faktor-faktor kegagalan
kualitas yang dapat dikendalikan yang dapat meminimisasi terjadinya
penyimpangan produk dan selalu menempatkan produk pada posisi
pencapaian target value.

2.4. Pelaporan Biaya Kualitas


2.4.1. Laporan Biaya Kualitas
Garrison (2012:76) menyatakan bahwa sebagai langkah awal dalam
program perbaikan kualitas, perusahaan menyusun laporan biaya kualitas yang
memberikan sebuah perkiraan adanya konsekuensi keuangan dari tingkat produk
cacat yang ada di perusahaan. Laporan biaya kualitas (quality cost report)
menguraikan biaya pencegahan, biaya penilaian, serta biaya kegagalan internal
dan eksternal yang timbul dari tingkat kecacatan produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan. Manajer sering kali terkejut dengan besarnya biaya-biaya ini.
Format laporan biaya kualitas adalah sebagaimana diilustrasikan dalam gambar
2.2.

13
Gambar 2.2.
Laporan Biaya Kualitas Venture Company

Sumber: Garrison (2012)


.Dalam ilustrasi laporan biaya kualitas tersebut, terdapat beberapa hal yang
perlu untuk diperhatikan yaitu:
a. Berdasarkan gambar 2.2.dapat diketahui bahwa biaya kualitas Venture
Company didistribusikan secara kurang baik. Sebagian besar biaya
kualitas digunakan untuk biaya kegagalan internal dan eksternal. Porsi
biaya kegagalan internal pada tahun pertama jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan komponen biaya kualitas lainnya.
b. Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa perusahaan menaikkan
pengeluran untuk aktivitas pencegahan dan penilaian pada tahun kedua.
Sebagai hasilnya biaya kegagalan internal meningkat dari tahun pertama

14
sebesar $2,000,000.00 menjadi $3,000,000.00 ditahun kedua. Namun,
biaya kegagalan eksternal justru turun tajam dari $5,150,000.00 pada
tahun pertama menjadi hanya $2,000,000.00 juta pada tahun kedua.
Sebagai akibat dari peningkatan aktivitas penilaian pada tahun kedua,
banyak produk cacat yang dapat diidentifikasi sebelum produk-produk
tersebut dikirim kepada konsumen. Sebagai hasilnya, terdapat peningkatan
biaya untuk produk sisa (scrap), pengerjaan ulang, dan seterusnya. Namun,
terjadi penghematan yang cukup signifikan dalam biaya garansi perbaikan,
garansi penggantian, dan biaya kegagalan eksternal lainnya.
c. Ilustrasi di atas juga menginformasikan bahwa sebagai hasil dari perhatian
yang lebih besar pada pencegahan dan penilaian, total biaya kualitas
menurun pada tahun kedua. Sebagai akibat dari perhatian yang besar pada
pencegahan dan penilaian tersebut, total biaya kualitas total akan semakin
menurun pada tahun-tahun mendatang. Oleh sebab itu, peningkatan biaya
pencegahan dan penilaian di masa yang akan datang seharusnya dapat
memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar penurunan biaya kegagalan.
Biaya penilaian seharusnya dapat menurun dengan adanya aktivitas
pencegahan yang lebih intensif.

2.4.2. Laporan Biaya Kualitas dalam Bentuk Grafik


Garrison (2012:77) menyatakan sebagai tambahan untuk laporan biaya
kualitas seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 di atas, perusahaan sering kali
juga menyediakan laporan biaya kualitas dalam bentuk grafik. Penyajian
grafiknya bisa berupa diagram pie, grafik batang, garis tren, dan sebagainya.
Informasi terkait biaya kualitas dari Venture Company dapat disajikan dalam
bentuk grafik sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.3. berikut.

15
Gambar 2.3
Biaya Kualitas Venture Company dalam Bentuk Grafik

Sumber: Garrison (2012)

Dari gambar di atas, grafik batang pada sebelah kiri diukur dalam skala
nilai dolar dari biaya kualitas. Sedangkan pada grafik batang sebelah kanan diukur
dalam skala persentase terhadap nilai penjualan. Pada kedua grafik tersebut data
disusun ke atas dengan susunan biaya pencegahan berada di susunan paling
bawah, kemudian biaya penilaian, dan kemudian biaya kegagalan internal dan
eksternal. Tampilan persentase terhadap penjualan dalam grafik sebelah kanan
memperlihatkan bahwa total biaya kualitas adalah sebesar 18% dari penjualan
pada tahun pertama dan 15% pada tahun kedua. Data dalam bentuk grafik
membantu manajer untuk melihat dengan lebih jelas adanya tren dan besarnya
bermacam-macam biaya dalam hubungannya dengan biaya yang lain.

16
2.4.3. Manfaat Informasi Biaya Kualitas
Garrison (2012:81) menyatakan Informasi tentang biaya kualitas memiliki
manfaat-manfaat sebagai berikut.
a. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat dari sisi
keuangan hal-hal yang terkait dengan produk cacat. Para manajer biasanya
tidak sadar dengan besarnya biaya kualitas karena biaya-biaya ini terkait
beberapa departemen serta tidak dapat ditelusuri dan diakumulasi secara
normal oleh sistem biaya. Maka dari itu, ketika pertama kali disajikan
dengan laporan biaya kualitas, para manajer sering kali terkejut dengan
jumlah biaya yang diakibatkan oleh kualitas yang buruk.
b. Informasi biaya kualitas membantu para menajer mengidentifikasi hal-hal
penting dari masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan. Sebagai
contoh, laporan biaya kualitas dapat memperlihatkan bahwa sisa bahan
adalah masalah kualitas yang utama atau bahwa perusahaan mengeluarkan
biaya garansi dalam jumlah besar. Dengan adanya informasi ini, para
manajer mempunyai ide yang lebih bagus mengenai dimana harus
memfokuskan usaha-usaha perbaikan kualitas produk perusahaan.
c. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat keberadaan
biaya-biaya kualitas yang disistribusikan secara tidak baik. Umumnya,
biaya-biaya kualitas seharusnya lebih difokuskan pada aktivitas-aktivitas
pencegahan dan penilaian daripada aktivitas-aktivitas kegagalan.

2.5. Pengendalian Biaya Kualitas


Menurut Besterfield (2009:44), biaya mutu digunakan oleh manajemen
dalam rangka mengejar pengembangan mutu, kepuasan pelanggan, pangsa pasar,
dan perolehan laba. Secara lebih spesifik biaya mutu - ukuran dan proporsinya -
dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan tindakan apa yang diambil
dan prioritas apa yang akan dialokasikan. Biaya mutu merupakan pengukur
ekonomis yang menyediakan data-data yang mendasar untuk Total Quality
Management. Jika biaya mutu terlalu besar, atau melebihi 20% dari nilai
penjualan pada perusahaan manufaktur dan 35% dari nilai penjualan pada

17
perusahaan jasa, hal itu merupakan pertanda perusahaan memiliki indikasi situasi
keuangan yang berbahaya, terjadinya inefektifitas manajemen, dan dapat
mempengaruhi posisi persaingan perusahaan. Lalu ukuran apa yang dipakai dalam
menilai apakah biaya mutu sudah terkendali atau belum? Pertama, jumlah total
biaya mutu yang menunjukkan trend menurun dan cenderung menuju ke sasaran
jangka panjang, yaitu sampai sebesar 2,5% - 3% dari persentase nilai penjualan
(Hansen dan Mowen, 2009:506) atau tidak melebihi anggaran yang telah
ditetapkan perusahaan menunjukkan bahwa biaya mutu telah terkendali. Kedua,
jika suatu trend analysis menunjukkan bahwa biaya-biaya kegagalan internal dan
eksternal terus menurun dan sebagian besar biaya dialokasikan pada biaya
pengendalian, maka informasi tersebut menunjukkan bahwa biaya mutu telah
terkendali.
Pengendalian biaya mutu dapat dilakukan dengan menyediakan suatu
grafik atau diagram trend yang menelusuri perubahan biaya mutu dari waktu ke
waktu (trend anaysis), seperti yang ditunjukkan oleh Hansen dan Mowen
(2009:506). Bagaimanapun, trend analysis hanya menyediakan informasi
mengenai kecenderungan atau trend biaya mutu berdasarkan dasar perbandingan
tertentu (nilai penjualan, tenaga kerja, produksi, atau jumlah unit) dari periode ke
periode tanpa memberikan informasi lebih jauh mengenai elemen-elemen apa saja
di dalam perusahaan yang perlu diperbaiki atau menjadi sumber masalah
tingginya biaya kegagalan. Oleh sebab itu analisis Pareto digunakan. Analisis ini
menyoroti fakta bahwa sebagian besar masalah berasal dari sedikit penyebab
utama, maka penyebabpenyebab atau kategori utama dari suatu masalah tersebut
dirangking dan dianalisis berdasarkan frekuensi mana yang paling banyak
menimbulkan masalah, atau memberikan kontribusi terbesar terhadap munculnya
masalah. (Hansen dan Mowen, 2009:506)

18
Gambar 2.4. Diagram Pareto Penyebab- Penyebab Retur Penjualan

Sumber : Besterfield (2009:46)


Besterfield (2009:46) menjelaskan bahwa sebuah diagram Pareto
memilah-milah jumlah total biaya ke dalam beberapa item berdasarkan kategori
atau elemen tertentu suatu perusahaan. Dengan demikian dapat diketahui kategori
atau elemen apa yang memberikan persentase terbesar dari total biaya (yang
kemungkinan besar menjadi sumber utama tingginya biaya kegagalan). Gambar
2.4 adalah contoh dari diagram Pareto, dimana masalah yang dianalisis adalah
tingginya retur penjualan pada suatu perusahaan. Sumber-sumber masalah
penyebab tingginya retur dirangking berdasarkan persentase kontribusi terhadap
retur, dimana presentase dapat diukur berdasarkan biaya atau unit.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
a. Biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas
merupakan biaya yang terjadi karena adanya kesadaran akan perlunya
menghindari kesalahan sehingga tidak terjadi pemborosan atau biaya yang
terjadi karena adanya kesalahan pada produk yang sudah terlanjur terjadi dan
harus diperbaiki.
b. Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.
Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit
produk cacat maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan
untuk menghasilkan output yang sama. Penurunan jumlah unit cacat
memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah output yang
digunakan meningkatkan produktivitas. Oleh karena sebagian besar
peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi dan menjual output perusahaan maka kebanyakan peningkatan
kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran-ukuran produktivitas
c. Biaya kualitas merupakan penjumlahan baik observable quality cost maupun
hidden quality cost.
d. Perusahaan menyusun laporan biaya kualitas yang memberikan sebuah
perkiraan adanya konsekuensi keuangan dari tingkat produk cacat yang ada
di perusahaan. Laporan biaya kualitas (quality cost report) menguraikan
biaya pencegahan, biaya penilaian, serta biaya kegagalan internal dan
eksternal yang timbul dari tingkat kecacatan produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan.

20
e. Ukuran yang dipakai dalam menilai apakah biaya mutu sudah terkendali
atau belum yaitu Pertama, jumlah total biaya mutu yang menunjukkan trend
menurun dan cenderung menuju ke sasaran jangka panjang, yaitu sampai
sebesar 2,5% - 3% dari persentase nilai penjualan atau tidak melebihi
anggaran yang telah ditetapkan perusahaan menunjukkan bahwa biaya mutu
telah terkendali. Kedua, jika suatu trend analysis menunjukkan bahwa biaya-
biaya kegagalan internal dan eksternal terus menurun dan sebagian besar
biaya dialokasikan pada biaya pengendalian, maka informasi tersebut
menunjukkan bahwa biaya mutu telah terkendali.

21
DAFTAR PUSTAKA

Besterfield, Dale H. 2009. Quality Control. 8th edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall

Bhimani, Alnoor, Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, and George Foster.


2008. Management and Cost Accounting. Fourth Edition. Upper Saddle
River, New Jersey, USA: Prentice-Hall, Inc,.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins, and Thomas W. Lin. 2007.
Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Translated by Tim Penerjemah
Salemba Empat. Vol. 2. Jakarta: Salemba Empat,.

Garrison dan Noreen. 2012. Akuntansi Manajerial. Buku 1. Penerbit Salemba


Empat, Jakarta.

Gaspersz, Vincent. 2007. Total Quality Manajement. Jakarta: PT Sun Printing,.

Hansen, Don R., and Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. 8.


Edited by Lulu Alfiah. Translated by Deny Arnos Kwary. Vol. 1. Jakarta:
Salemba Empat,.

Rayburn, L.Gayle. 1995. Cost Accounting Using Management Approach, Edisi


empat,United States of America, Von Hoffman Press Inc

22

Anda mungkin juga menyukai