Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ROTASI DAN KOMPOSISI ROTASI


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Geometri Transformasi
Dosen Pengampu :
Hj. Ipah Muzdalifah, Dra.,M.Pd

Disusun Oleh:

Aditya Dwi Saputra 162151065


Anisa Safitri 172151050
Nanda Risma Silviana 172151117
Rizky Mauldan M Yusuf 172151121

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena limpahan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nyalah maka makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula kiriman salam dan shalawat
teruntuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW, pembawa terang bagi gelap umatnya.
Makalah tentang Rotasi dan Komposisi Rotasi merupakan tugas kelompok dalam mata
kuliah Geometri Transformasi yang disusun guna mendukung terciptanya proses belajar mengajar
yang lebih aktif dan efektif.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Ipah Muzdalifah,Dra,M.Pd selaku dosen mata kuliah Geometri Transformasi.
2. Rekan – rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda. Makalah ini bukanlah karya
yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.

Tasikmalaya, 1 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
A. Pengertian Rotasi ............................................................................................................ 5
B. Rotasi Sebagai Suatu Transformasi .............................................................................. 10
C. Komposisi Rotasi Di Suatu Titik .................................................................................. 14
D. Komposisi Rotasi Pusat Berlainan ................................................................................ 16
E. Komposisi Rotasi Dengan Translasi ............................................................................. 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan
resmi yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang bisa memperjelas
dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi through abstrak, idealisasi, atau
generalisasi untuk menjadi suatu studio atau memecahkan masalah.
Di kehidupan sehari –hari kita sering menjumpai peristiwa atau kegiatan yang
berhubungan dengan ilmu matematika. Salah satunya “ Transformasi Geometri”.
Transformasi geometri telah dikenal sejak lama dari jaman babilonia, yunani, para ahli
aljabar muslim abad ke – 9 sampai ke abad ke – 15 dan melanjutkan matematikawan eropa
abad ke – 18 dan sejak pertama abad ke – 19. Transformasi geometri digunakan sebagai
contoh seseorang yang berada di eskolator. Saat seserang berada di eskalator, yang berubah
adalah tempat atau posisi orang tersebut tidak berputar, tidak meningkat tinggi, tidak
memendek atau tidak berubah bentuk namun eskalator yang membawa orang tersebut
beralih dari atas ke bawah atau sebaliknya. Aplikasi yang lainnya bisa kita lihat dalam
kehidupan sehari – hari seperti ukiran – ukiran bali, gapura, dan arsitektur pura di bali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rotasi ?
2. Bagaimana Rotasi sebagai suatu transformasi ?
3. Bagaimana Komposisi rotasi di suatu titik ?
4. Bagaimana Komposisi rotasi pusat berlainan ?
5. Bagaimana Komposisi rotasi dengan translasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari rotasi
2. Untuk mengetahui rotasi sebagai suatu transformasi
3. Untuk mengetahui komposisi rotasi di suatu titik
4. Untuk mengetahui komposisi rotasi pusat berlainan
5. Untuk mengatahui komposisi rotasi dengan translasi
D. Manfaat
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pengertian dari rotasi
2. Memberikan informasi kepada pembaca untuk mengetahui rotasi sebagai suatu
transformasi.
3. Memberikan informasi kepada pembaca untuk mengetahui komposisi rotasi di suatu
titik.
4. Memberikan informasi kepada pembaca untuk mengetahui komposisi rotasi pusat
berlainan.
5. Memberikan informasi kepada pembaca untuk mengetahui komposisi rotasi dengan
translasi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Rotasi
Apabila anda akan mempelajari pengertian sebuah rotasi, anda perlu mengetahui
tentang sudut berarah dan sudut antara dua garis. Kedua hal ini anda dapat pelajari pada
definisi teorema – teorema berikut ini:
1. Definisi 5.1.
Sebuah sudut berarah adalah suatu sudut yang salah satu kakinya
ditetapkan sebagai kaki awal dan kaki lainnya sebagai kaki akhir

Contoh 5.1.
Diberikan ∠ABC seperti pada gambar 5,1, apabila kaki awalnya anda tetapkan sinar
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ , maka anda akan mendapatkan sudut daerah ABC, yang di
𝐵𝐴 dan akhirnya sinar 𝐵𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗ dan
notasikan ∠ABC. Sedangkan apabaila anda menetapkan kaki awalnya sinar 𝐵𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗ , maka anda akan mendapatkan sudut berarah CBA, yang
kaki akhirnya sinar 𝐵𝐴
dinotasikan ∠CBA. Jelaskan bahawa ∠ABC≠ ∠CBA.

Gambar 5.1
Contoh 5.2.
Misal diberikan (∠ABC)=45°, dengan kondisi seperti pada gambar 5.2.

Gambar 5.2
Tentukan : a) m(∠ABC)
b) m(∠CBA)
Penyelesaian:
a) Karena orientasi ganda (B, A, C) negatif, maka m(∠ABC)= - 45°.
b) Karena orientasi ganda (B, C, A) positif, maka m(∠CBA)= 45°.
Berdasarkan contoh 5.2. apakah anada cukup beralasan untuk mengatakan bahwa jika
diberikan ∠ABC, maka m(∠ABC)=-m(∠CBA)? Ya jawaban anda benar, bahwa anda
tidak cukup alasan untuk hal itu, sebab kemungkinan hal ini diatas hanya berlaku untuk
kasus itu saja. Untuk itu, anda pelajari teorema berikut.

2. Teorema 5.1.
Misalkan diberikan ∠ABC, maka m(∠ABC)= - m(∠CBA).

a) Orientasi ganda (B, A, C) positif, akibatnya m(∠ABC)= m(∠ABC) karena orientasi


ganda yaitu (B, A, C) positif, maka orientasi ganda (B, C, A) negatif. Akibatnya
m(∠CBA)= -m(∠ABC).
Jadi m(∠ABC)= -m(∠CBA).
b) Orientasi ganda (B, A, C) negatif, akibatnya m(∠ABC)= -m(∠ABC) karena
orientasi ganda yaitu (B, A, C) negatif, maka orientasi ganda (B, C, A) positif.
Akibatnya m(∠CBA)= m(∠ABC).
Jadi m(∠ABC)= -m(∠CBA).

3. Definisi 5.2.
Misalkan diberikan ukuran sudut ABC, m(∠ABC) ditetapkan
sebagai besar ukuran sudut ABC dan m(∠ABC) ditetapkan sebagai
besar ukuran sudut berarah ABC (∠ABC).

𝑚(∠𝐴𝐵𝐶)𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑜𝑟𝑖𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 (𝐵, 𝐴, 𝐶) 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓


M(∠ABC) = {
−𝑚(∠𝐴𝐵𝐶) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑜𝑟𝑖𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 (𝐵, 𝐴, 𝐶) 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

4. Definisi 5.3.
Misal diberikan dua garis berpotongan l dan m tidak tegak
lurus.Sudut antara l dan m ditetapkan sebagai sudut lancip yang
dibentuk kedua garis tersebut.

Contoh 5.3.
Perhatikan gambar 5.3. Besar sudut antara s dan t adalah 60°, sedangkan besar sudut
antara t dan u adalah 30°.
5. Definisi 5.4.
Misalkan diberikan dua garis l dan m berpotongan tidak tegak lurus
di titik A dan P titik pada l sedangkan B dan C titik – titik pada m,
sehingga A terletak antara B dan C ( perhatikan gambar 5.4.).
Apabila ∠PAB lancip, diterapkan dari l ke m adalah sudut ∠PAB,
apabila ∠PAB tumpul, ditetapkan sudut dari l ke m adalah sudut
∠PAC.

Gambar 5.4.

Perhatikan s, t dan u pada contoh 5.3. Ukuran sudut s ke t adalah m(∠APB)= 60°,
karena orientasi ganda (P, A, B) positif. Sedangkan ukuran sudut dari u ke t adalah
m(∠CPB) = - 30°, sebab ganda (P,C,B) negatif.

6. Teorema 5.2.
Misalkan diberikan dua garis s dan t yang berpotongan di titik A
tidak tegak lurus. Andaikan P dan Q dua titik yang berbeda dari A,
maka m(∠PAPII)= m(∠QAQII) dimana PII = (𝜇t o 𝜇 s)(P) dan Q11 =
(𝜇 s o 𝜇 t)(Q).
Bukti : karena kedudukan P, Q terhadap garis s dapat P, Q ∈ s; P ∈ s, Q ∉ s, Q ∈ s; atau
P ∉ s, Q ∉ s, maka akan terjadi empat buah kasus, tetapi untuk kasus P ∈ s, Q ∉ s, atau
P ∉ s, Q ∈ s, pembuktian serupa, maka dianggap kasus serupa. Sehingga hanya ada tiga
kasus, yaitu : i) P, Q ∈ s, ii) salah satu dari P atau Q ∈ s, dan iii) P ∉ s, Q ∉ s.
Untuk kasus P, Q ∈ s
(𝜇t o 𝜇 s)(A) = 𝜇 t[𝜇 s(A)] = 𝜇 t(A) = A. Namakan peta ini A11 = A. Karena 𝜇 t , 𝜇 s masing
– masing isometri dan A1, Q, P kolinear, maka A = A11, Q11, P11 juga kolinear.
Akibatnya m(∠PAP11) = m(∠QAQ11). ( lihat Gambar 5.5)

P s
Q
1
1
t
A
Q P s
Untuk kasus P ∉ s, Q ∈ s.
Misal P1 = 𝜇 s (P), maka m(∠PAQ) = m (∠QAP1). Misal P11 = 𝜇 t (P1) dan B ∈ t, maka
m(∠P1AB) = m(∠BAP11). Misalkan (𝜇t o 𝜇 s)(Q) = 𝜇 t[𝜇 s(Q)] = 𝜇 t(Q)= Q11, maka
m(∠QAB) = m(∠BAQ11).
Karena m(∠QIAPII) = m(∠QIIAB) – m(∠PIIAB)
= m(∠BAQ) – m(∠BAP1)
= m(∠P1AQ)
= m(∠QAP)
Jadi m(∠PAQ) = m(∠P11AQ11)
Jadi m(∠PAP1) = m(∠QAQ11). Perhatikan keadaan gambar 5.6.

Gambar 5.6
Untuk kasus P ∉ s, Q ∉ s
Misalkan P1 = 𝜇 s (P), Q1 = 𝜇 s (Q), P11 = 𝜇 t (P1) dan Q11 = 𝜇 t (Q1). Maka m(∠PAQ) =
m(∠BAQ) – m(∠BAP), dengan B ∈ t.
m(∠PAQ) = m(∠Q1AB) –m(∠P1AB)
= m(∠Q1AP1)
= m(∠CAP1) – m(∠CAQ1), C∈ t.
= m(∠P11AC) – m(∠Q11AC)
= m(∠P11AQ11)
Jadi m(∠PAP11) = m(∠QAQ11), perhatikan gambar 5.7.

Jadi dapat disimpulkan bahwa:


m(∠PAP11) = m(∠QAQ11), jika P11 = (𝜇t o 𝜇 s)(P) dan Q11 = (𝜇t o 𝜇 s)(Q).

7. Definisi 5.5.
Andaikan A sebuah titik pada bidang euclid v dan 𝜑 sebuah bilangan
real yang memenuhi -180° < 𝜑 <180°. Sebuah rotasi mengelilingi
A adalah sebuah relasi 𝜌A,𝜑 yang ditetapkan sebagai berikut: untuk
P ∈ V,
i) 𝜌A,𝜑 (P) = A , jika P=A
ii) 𝜌A,𝜑 (P) = PI, sehingga m(<PAP1) = 𝜑 dan API = AP jika
P≠A.

Contoh 5.5
Diberikan suatu titik A, Q, P.
Lukis:
a) 𝜌A,60° (P)
b) 𝜌A,60° (P)
Penyelesaian
a) i) Buat ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝑃 ,
ii) Buat (∠PAB = 60°)
⃗⃗⃗⃗⃗ sehingga AP1 = AP. 𝜌A,60°(P) = P1.
iii) Buat P1 ∈ 𝐴𝐵
b) i) Buat ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝑄 ,
ii) Buat (∠QAB = - 60°)
iii) Buat Q1 ∈ ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 sehingga AQ1 = AQ. 𝜌A,60°(Q) = Q1.

Gambar 5.8

B. Rotasi Sebagai Suatu Transformasi


1. Teorema 5.3
Misalkan 𝜌𝐴,𝜑 relasi yang ditetapkan sebagai berikut. Untuk setiap 𝑃 ∈ 𝑣 , berlaku:
i) 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = 𝐴 , jika 𝑃 = 𝐴
ii) 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝑚(∠𝑃𝐴𝑃′ ) = 𝜑 dan 𝐴𝑃′ = 𝐴𝑃 jika 𝑃 ≠ 𝐴 merupakan
suatu transformasi
Pembuktian:
a. Akan ditunjukkan 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) fungsi dari 𝑣 ke 𝑣
Ambil 𝑃 sebarang titik pada 𝑣.
i) 𝑃 mempunyai peta yang tunggal yaitu 𝐴 ∈ 𝑣, jika 𝑃 = 𝐴
ii) 𝑃 mempunyai peta yang tunggal yaitu 𝑃′ ∈ 𝑣, jika 𝑃 ≠ 𝐴
Jadi, 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) merupakan fungsi dari 𝑣 ke 𝑣
b. Akan ditunjukkan bahwa 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) adalah injektif
Pandang dua titik 𝑃, 𝑄 ∈ 𝑣 dengan 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = 𝜌𝐴,𝜑 (𝑄) = 𝑃′. Maka 𝑚(∠𝑃𝐴𝑃′ ) =
𝑚(∠𝑃𝐴𝑄 ′ ) = 𝜑 dan 𝐴𝑃′ = 𝐴𝑃 = 𝐴𝑄. Akibatnya 𝑃 = 𝑄.
Jadi, 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) merupakan fungsi injektif
c. Akan ditunjukkan bahwa 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) adalah surjektif
Ambil sebarang titik 𝑄 ∈ 𝑣, maka 𝑄 = 𝐴 atau 𝑄 ≠ 𝐴.
- Jika 𝑄 = 𝐴, maka ada 𝐴 ∈ 𝑣 sehingga 𝜌𝐴,𝜑 (𝐴) = 𝑄 = 𝐴.
- Jika 𝑄 ≠ 𝐴, maka ada sinar ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝑄 . Berdasarkan postulat kontruksi sudut sinar, ada ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝑅
sehingga 𝑚(∠𝑄𝐴𝑅) = −𝜑. Berdasarkan postulat penggaris ada 𝑃 ∈ 𝐴𝑅 ⃗⃗⃗⃗⃗ sehingga
𝐴𝑃 = 𝐴𝑄. Dari uraian ini dapat disimpulkan 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = 𝑄. Jadi ada 𝑃 ∈ 𝑣 sehingga
𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = 𝑄 untuk sebarang 𝑄 ≠ 𝐴.
Jadi, 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) merupakan fungsi surjektif
Karena 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) merupakan fungsi 𝑣 ke 𝑣, fungsi injektif, dan fungsi surjektif, maka
𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) merupakan suatu transformasi.

2. Teorema 5.4
1
Jika garis 𝑠 dan 𝑡 berpotongan di titik A dan sudut dari 𝑠 ke 𝑡 adalah 𝜑 maka 𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) =
2
𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 .

K t

P’’

P’
1
𝜑
2 ∟
K s
A
P

Gambar 5.9
Pembuktian:
Pandang titik 𝑃 ≠ 𝐴 dan 𝐾 ≠ 𝐴, 𝐾 ∈ 𝑠. Misal 𝑃′′ = (𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 )(𝑃) dengan 𝜇𝑠 (𝑃) = 𝑃′ dan
1
𝜇𝑡 (𝐾) = 𝐾′. Karena sudut dari 𝑠 ke 𝑡 adalah 𝜑 maka 𝑚(∠𝐾𝐴𝐾′) = 𝜑. Tetapi kita
2
mengetahui bahwa 𝑚(∠𝑃𝐴𝑃′ ) = 𝑚(∠𝐾𝐴𝐾 ′ ) jadi 𝑚(∠𝑃𝐴𝑃′′ ) = 𝜑. Karena 𝐴′′ =
(𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 )(𝐴) = 𝐴 dan 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 suatu isometri maka 𝑃′′ 𝐴′′ = 𝑃𝐴. Jadi 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 = 𝜌𝐴,𝜑 .

3. Teorema 5.5
Komposit dua pencerminan pada garis adalah suatu rotasi atau translasi.
𝜌𝐴,𝜑 = 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 , 𝑡 ∩ 𝑠
𝛾𝐴,𝜑 = 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 , 𝑡//𝑠
Pembuktian:
Ambil sebarang pencerminan 𝜇𝑡 dan 𝜇𝑠 . Keadaan 𝑡 dan 𝑠 dapat 𝑡//𝑠 atau 𝑡 memotong 𝑠.
Untuk 𝑡//𝑠, maka 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 suatu translasi. sedangkan untuk 𝑡 memotong 𝑠, maka 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠
suatu rotasi.

4. Teorema 5.6
Setiap rotasi adalah isometri langsung.
Pembuktian:
Karena setiap rotasi dapat ditulis sebagai komposisi dua pencerminan dengan sumbu
cermin tidak sejajar dan karena komposisi dua pencerminan adalah suatu isometri (sebab
pencerminan pada garis suatu isometri) akibatnya, setiap rotasi merupakan suatu isometri.
Untuk menunjukkan bahwa rotasi adalah isometri langsung: Ambil 𝜌𝐴,𝜑 = 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 dan
gambar tiga (B, C, D) berorientasi positif, maka oleh 𝑚𝑠 ganda tiga (B, C, D) berorientasi
negatif (sebab 𝜇𝑡 isometri lawan). Akibatnya ganda tiga (B, C, D) oleh 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 berorientasi
positif. Jadi 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 tidak mengubah orientasi ganda tiga (A, B, C). Sehingga 𝜇𝑡 ∘ 𝜇𝑠 suatu
isometri langsung. Jadi rotasi 𝜌𝐴,𝜑 juga merupakan suatu isometri langsung.

5. Teorema 5.7
𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = (𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑 − 𝑦 𝑠𝑖𝑛𝜑 , 𝑥 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝑦 𝑐𝑜𝑠𝜑) atau
𝑥1 𝑐𝑜𝑠𝜑 −𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑥
𝜌𝐴,𝜑 (𝑃) = (𝑦 ) = ( ) (𝑦)
1 𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑐𝑜𝑠𝜑
untuk 𝑃 = (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑣 dan 𝑂 = (0,0)

Pembuktian:
Misalkan 𝑚(∠𝐴𝑂𝑃) = 𝛼. Karena 𝜌0,𝜑 (𝑃) = 𝑃′, maka 𝑚(∠𝑃𝑂𝑃′) = 𝜑 dan 𝑚(∠𝐴𝑂𝑃′) =
𝛼 + 𝜑. Perhatikan gambar di bawah ini:
y

P’(x’,y’)

y’ P(x,y)

∟ 𝜑

x’ 𝛼 x
x
𝑂 A Gambar 5.10
𝑥 = 𝑂𝑃 cos 𝛼 dan 𝑦 = 𝑂𝑃 sin 𝛼
𝑥 ′ = 𝑂𝑃 cos(𝛼 + 𝜑)
= 𝑂𝑃(cos 𝛼 cos 𝜑 − sin 𝛼 sin 𝜑)
= ( 𝑂𝑃 cos 𝛼) cos 𝜑 − (𝑂𝑃 sin 𝛼) sin 𝜑
= 𝑥 cos 𝜑 − 𝑦 sin 𝜑

𝑦 = 𝑂𝑃 sin(𝛼 + 𝜑)
= 𝑂𝑃(sin 𝛼 cos 𝜑 + cos 𝛼 sin 𝜑)
= ( 𝑂𝑃 sin 𝛼) cos 𝜑 + (𝑂𝑃 cos 𝛼) sin 𝜑
= 𝑦 cos 𝜑 + 𝑥 sin 𝜑

Bila ditulis ke dalam bentuk matriks:


𝑥1 𝑐𝑜𝑠𝜑 −𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑥
(𝑦 ) = ( )( )
1 𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑐𝑜𝑠𝜑 𝑦

6. Teorema 5.8

P1 = ρAφ (P) = ((x − a) cos φ − (y − b) sin φ + a, (x − a) sin φ + (y − b) cos φ + b)

Atau
x1 cos φ − sin φ x − a a
ρ A1 φ ( ) = ( )( )+( )
y1 sinφ cosφ y−b b

Bukti:
Perhatikan gambar 5.11 . system koordinat diubah menjadi x̅A ̅y dengan aturan:
x = x̅ + a, y = y̅ + b, sehingga:
P(x̅, y̅) = (x − a, y − b) dan
P1 (x1 , y1 ) = (x1 − a, y1 − b)
y y̅
Gunakan teorema 5.7 pada system x̅ A ̅y didapat:
x1 − a cos φ − sin φ x − a P (x1 , y1 )
( 1 )=( )( )
y −b sinφ cosφ y−b
Gunakan system xo y, maka didapat:
x1 cos φ − sin φ x − a a P(x̅, y̅)
( 1) = ( )( )+( )
y sinφ cosφ y−b b
¬


¬ A
x
0 (0,0) (a,b)

Gambar 5.11
Contoh 5.7
Diberikan A = (1,0) dan garis s = {(x,y) | y = 2x – 3}.
Tentukan persamaan s1 = ρA,90° (s)
Penyelesaian:
Misalkan (xo , yo) ∈ s , maka yo = 2xo – 3 …….(1)
cos 90° − sin 90° xo −1
Karena ρA,90° (s) (xo ,yo) = ( ) (y −0) + (10)
sin 90° cos 90° o
0 −1 xo −1 1
=( ) (y −0) + (0)
1 0 o
−yo 1
= (x −1) + (0)
o
= (−yo + 1, xo − 1)
Misalkan ρA,90° (s) (xo ,yo) = (x,y), maka didapat:
X = -yo + 1 dan y = xo – 1 atau yo = 1 – x dan xo = y + 1 ……… (2)
Dari (1) dan (2) didapat:
(1 – x) = 2(y + 1) – 3 atau 2y + x – 2 = 0
Jadi persamaan s1 = ρA,90° (s) = {(x,y) | 2y + x – 2 = 0)}

7. Teorema 5.9

Apabila diberikan ρA,φ , maka ρ−1 A,φ = ρA,−φ

Bukti:
Ambil garis s dan t pada v sehingga t ∩ s = {A} dan sudut dari s dan t
1
adalah2 φ , maka berdasarkan teorema 5.4 didapat bahwa ρA,φ = μt ∘ μs
1
dan sudut dari t ke s adalah − 2 φ
Karena (ρA,φ )−1 = (μt ∘ μs )−1 = μs −1 ∘ μt −1 = μs ∘ μt = ρA,−φ ,
1
sebab {A} =s ∩ t dan sudut dari t ke s adalah − 2 φ.

C. Komposisi Rotasi Di Suatu Titik


1. Teorema 5.10

Komposisi dua rotasi dengan pusat pada titik yang sama


merupakan rotasi dengan pusat yang sama pula.

Bukti:
Ambil A titik pada bidang Euclid v , dan −180° < 𝜑1 < 180°
dan −180° < 𝜑2 < 180°, 𝜌𝐴𝜑1 𝑑𝑎𝑛 𝜌𝐴𝜑2
Berdasarkan teorema 5.4 𝜌𝐴𝜑1 = μt ∘ μs dengan {A} = t ∩ s dan sudut
1
dari s ke t adalah 2 𝜑1 dan 𝜌𝐴𝜑2 = μm ∘ μt dengan {A} = m ∩ t dan sudut
1 1
dari m ke t adalah 2 𝜑2 . Jelas sudut dari s ke m adalah2 (𝜑1 + 𝜑2 ).
Karena, 𝜌𝐴𝜑1 ∘ 𝜌𝐴𝜑2 = (μm ∘ μt )(μt ∘ μs )
= μm ∘ (μt ∘ μt ) ∘ μs
= μm ∘ ε ∘ μs
= μm ∘ μ s
= 𝜌𝐴1
(𝜑1 +𝜑2 )
2
1
= 𝜌𝐴𝜑 , 𝜑 = 2 (𝜑1 + 𝜑2 ).

Hubungan antara 𝜑1, 𝜑2 dan 𝜑 sehingga 𝜌A𝜑2 ° 𝜌A𝜑2 dapat dipelajari pada teorema
berikut ini.
Teorema 5.11 Bila diberikan, maka terdapat hubungan berikut ini:
1. Jika 0° < | 𝜑1 + 𝜑2 | <180° maka 𝜑 = 𝜑1 + 𝜑2
2. Jika | 𝜑1 + 𝜑2 | = 180° maka 𝜌A𝜑 suatu setengah putaran
3. Jika 𝜑1 + 𝜑2 > 180° maka 𝜑 = 𝜑1 + 𝜑2 - 360°
4. Jika 𝜑1 + 𝜑2 < 180° maka 𝜑 = 𝜑1 + 𝜑2 + 360°
5. Jika 𝜑1 + 𝜑2 = 0° maka 𝜌A𝜑 suatu identitas
Teorema 5.11

Himpunan yang terdiri dari semua rotasi dengan pusat yang sama membentuk
sistem matematika grup terhadap operasi komposisi “o”

Bukti :
Himpunan semua transformasi T membentuk grup terhadap operasi komposisi
transformasi. Karena setiap rotasi merupakan transformasi, apabila R himpunan
semua rotasi-rotasi dengan pusat yang sama, maka R ⊂T.

Berdasarkan teorema 5.10, Anda mengetahui bahwa operasi komposisi “o” tertutup
pada R, dan berdasarkan teorema 5.9 apabila 𝜌A𝜑 ∈ R maka (𝜌A𝜑)-1 = (𝜌A𝜑) ∈ R.
Karena R tertutup terhadap operasi “o” dan setiap 𝜌A𝜑 ∈ 𝑅 mengakibatkan
(𝜌A𝜑)-1∈ R. berdasarkan teorema pada struktur Aljabar tentang subgrup, maka
(R,o) merupakan subgroup dari grup transformasi (T,o). Jadi (R,o) adalah grup.
2. Komposisi Rotasi Pusat Berlainan
Dalam bagian ini ada satu teorema yang harus anda pelajari, yang tertuang
dalam teorema berikut ini.
Teorema 5.12

Komposisi dua rotasi dengan pusat pada titik berbeda adalah sebuah rotasi atau
sebuah translasi

Bukti :
Ambil dua rotasi sebarang 𝜌A𝜑2 dan 𝜌A𝜑2, A ≠ B. Tarik garis s = 𝐴𝐵 . Ambil
1
garis l, s, t sehingga s ∩ t = {A}, l ∩ s = {B} dan sudut dari t ke s adalah 2
1
𝜑1 dan sudut dari s ke l adalah 2 𝜑2. Maka 𝜌A𝜑1 = 𝜇 s 𝜊 𝜇 t dan 𝜌B𝜑2 = 𝜇 l 𝜊 𝜇 s

Karena 𝜌B𝜑2 𝜊 𝜌A𝜑1 = (𝜇 l 𝜊 𝜇 s) 𝜊 (𝜇 s 𝜊 𝜇 t)


= 𝜇 l 𝜊 (𝜇s 𝜊 𝜇 s) 𝜊 𝜇 t
= 𝜇l 𝜊 𝜀 𝜊 𝜇t
= 𝜇l 𝜊 𝜇t

3. Komposisi Rotasi Dengan Translasi


Setelah anda mempelajari komposisi rotasi dengan rotasi, baik itu
untuk rotasi yang sama pusatnya, maupun rotasi dengan rotasi yang berbeda
pusatnya. Sekarang anda akan mempelajari komposisi rotasi dengan
translasi seperti tertuang dalam teorema teorema berikut.
Teorema 5.13

Komposisi sebuah rotasi dan sebuah translasi adalah sebuah rotasi yang
sudut rotasinya sama dengan sudut rotasi yang diketahui.

Bukti :
Ambil sebarang rotasi 𝜌A𝜑 dan translasi 𝛾BC . Komposisi kedua isometri ini
adalah

a) 𝜌A𝜑 𝜊 𝛾BC dan


b) 𝛾BC 𝜊 𝜌A𝜑

Untuk a) 𝜌A𝜑 𝜊 𝛾BC

Misalkan 2 𝐴𝐷 = 𝐵𝐶 . Misalkan garis t melalui D tegak lurus 𝐵𝐶 dan garis


s melalui A sejajar T maka 𝛾BC = 𝜇 s 𝜊 𝜇 t . Misalkan garis r melalui A sehingga
1
sudut s ke r adalah 2 𝜑 maka 𝜌A𝜑 = 𝜇 r 𝜊 𝜇 u . Akibatnya didapat

𝜌A𝜑 𝜊 𝛾BC = (𝜇 r 𝜊 𝜇 s) 𝜊 (𝜇 s 𝜊 𝜇 t)

= 𝜇 r 𝜊 (𝜇s 𝜊 𝜇 s) 𝜊 𝜇 t

= 𝜇r 𝜊 𝜀 𝜊 𝜇t

= 𝜇r 𝜊 𝜇t

Dimana 𝜑1 = 𝜑 dan {E} = r ∩ t


Untuk b) 𝛾BC 𝜊 𝜌A𝜑

⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐵𝐶
Misalkan 2 𝐴𝐹 ⃗⃗⃗⃗⃗ . Misalkan garis v melalui F tegak lurus 𝐵𝐶
⃡⃗⃗⃗⃗ dan s
melalui A sejajar v, maka 𝛾BC = 𝜇 v 𝜊 𝜇 s . Misalkan garis u melalui A sehingga
1
sudut dari u ke s adalah 2 𝜑 maka 𝜌A𝜑 = 𝜇 s 𝜊 𝜇 u . Akibatnya didapat :

𝛾BC 𝜊 𝜌A𝜑 = ( 𝜇 v 𝜊 𝜇 s ) 𝜊 ( 𝜇s 𝜊 𝜇 u )

= 𝜇v 𝜊 ( 𝜇s 𝜊 𝜇s ) 𝜊 𝜇u

= 𝜇v 𝜊 𝜀 𝜊 𝜇u

= 𝜌 H𝜑 2

Dimana {H} = v ∩ u dan 𝜑2 = 𝜑

Teorema 5.14

Himpunan semua translasi dan rotasi membentuk sistem matematika grup


terhadap operasi komposisi “o”.

Bukti :

Apabila dibuat Tabel Cayley

0 𝛾AB 𝜌 E𝜑 1
𝛾CD 𝛾GH 𝜌J𝜑1
𝛾MN
𝜌F𝜑1 𝜌K𝜑1
𝜌 L𝜑 1
Akibatnya, himpunan semua translasi dan rotasi tertutup terhadap
operasi komposisi, “o”. Ambil 𝛾AB suatu translasi, maka 𝛾-1 AB =𝛾BA suatu
translasi, begitu pula apabila 𝜌A𝜑 suatu rotasi, maka 𝜌-1A𝜑 = 𝜌A𝜑 suatu
rotasi lagi. Sehingga setiap unsur dari himpunan translasi dan rotasi
balikannya (inversnya) juga unsur dari himpunan translasi dan rotasi.

Berdasarkan teori subgrup, dengan kedua alasan diatas, dapat


disimpulkan bahwa himpunan semua translasi dan rotasi membentuk sistem
matematika subgrup dari grup transformasi. Jadi himpunan semua translasi
dan rotasi membentuk grup terhadap operasi komposisi “o”.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Rotasi adalah suatu transformasi yang memutar setiap titik pada
suatu bidang. Rotasi pada bidang tersebut khususnya pada bidang datar
ditentukan oleh titik pusat rotasi, besar sudut rotasi., dan arah rotasi. Apabila
arah rotasi berlawanan dengan arah putar jarum jam, arah putarnya
dikatakan positif. Sebaliknya, jika arah rotasi searah dengan arah putar
jarum jam, arah putarnya dikatakan negatif. Suatu rotasi dengan sudut putar
360° disebut rotasi satu putaran penuh, rotasi dengan sudut putar 180°
disebut rotasi setengah putaran, dan rotasi dengan sudut putar 90° disebut
rotasi seperempat putaran. Rotasi dengan pusat titik A(a,b) dan sudut putar
𝜃 dapat ditulis dengan notasi R(A,𝜃). Jenis – jenis rotasi sendiri terdiri dari
rotasi dengan pusat titik O (0,0) dan rotasi dengan pusat titik P (a,b).
B. Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk belajar geometri
transformasi dimana dalam makalah ini membahas geometri transformasi
secara detail yang memuat rotasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai