Sken D - CHF
Sken D - CHF
Sken D - CHF
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Skenario Kasus
Nyonya M, 35 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak napas.
Keluhan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu. Dua bulan sebelumnya,
Ny. M sudah mengeluh sesak napas bila beraktivitas seperti naik tangga
karena sesak nafas dan selalu menggunakan 3 bantal untuk mengurangi sesak.
Dalam 2 hari terakhir sesak napas tidak hilang meski sudah beristirahat.
Demam tidak ada, batuk tidak ada. Perut terasa penuh dan cepat kenyang
setelah makan. Dia tidak memiiki riwayat hipertensi dan kencing manis.
Riwayat keluarga menderita tekanan darah tinggi dan sakit jantung tidak ada.
Saat berusia 10 tahun Ny. M pernah mengalami demam dan dikatakan
penyakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
composmentis, tampak sakit sedang, orthopneu, sianosis (-)
BB: 45 kg TB: 160 cm
Tanda vital:
TD 100/70 mmHg, RR 28x/menit, Nadi 120x/menit, regular, suhu: 36,8⁰C
Leher: JVP 5-3 cm H2O, struma (-)
Jantung
Inspeksi: iktus kordis terlihat ICS V linea axillaris anterior kiri
Palpasi : iktus kordis teraba ICS V linea axillaris anterior kiri
Perkusi :
batas jantung kiri : ICS V linea axillaris anterior kiri,
batas jantung kanan : 2 jari lateral linea parasternalis dekstra ICS V
batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi :
HR 120x/menit, regular, opening snap, murmur mid diastolic grade ¾ di area
katup mitral, murmur pansistolik 3/6 di area parasternalis dekstra ICS III-IV,
gallops (+)
Pulmo: Ronchi basah sedang (+/+) di basal paru, wheezing ekspirasi (+/+)
3
Abdomen: Hepar teraba 2 cm di bawah arcus costae, tumpul, rata, tidak nyeri,
shifting dullness (-)
Ekstremitas inferior: pitting edema (+/+)
Pemeriksaan Penunjang:
Electrocardiogram: irama sinus, HR:120x/menit, regular, aksis kanan, RV
strain (+)
Chest X-Ray: CTR >50%, double contour (+), pinggang jantung menghilang,
Kerley A. Line (+), Sefalisasi (+)
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb 12,3 g/dL, ureum 45mg/dL, creatinine 1,2 mg/dL, Natrium 135 mEq/L,
Kalium 3,5 mEq/L, GDS 100 mg/dL
4
2.3 Klarifikasi Istilah
Istilah Pengertian
Kencing manis Sindrom kronik gangguan KH, Protein, san lemak akibat
sekresi insulin tidak mencukupi.
Opening snap Bunyi nyaring yang singkat pada awal diastolic akibat
terjadinya jeda secara tiba-tiba sewaktu pembukaan
maksimal katub AV.
5
Edema Pengumpulan cairan secara abnormal secara intertisial.
6
2.5 Analisis Masalah
1. Nyonya M, 35 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak napas.
Keluhan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu. Dua bulan
sebelumnya, Ny. M sudah mengeluh sesak napas bila beraktivitas
seperti naik tangga karena sesak nafas dan selalu menggunakan 3
bantal untuk mengurangi sesak. Dalam 2 hari terakhir sesak napas
tidak hilang meski sudah beristirahat.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi pada organ yang terlibat?
Jawab:
Jantung adalah organ beronggga dan berotot seukuran kepalan
tangan. Organ ini terletak dirongga toraks (dada) sekitar garis tengah
antara sternum (tulang dada) disebelah anterior dan vertebra (tulang
belakang) di posterior. Lokasi ini dinamakan mediastinum
(Sherwood,2014). Dua pertiga massa jantung berada di sebelah kiri
dari garis tengah tubuh. Pangkal jantung berada di bagian paling atas,
di belakang sternum, dan semua pembuluh darah besar masuk dan
keluar dari daerah ini Apeks jantung yang dibentuk oleh ujung
ventrikel kiri menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta
berada di atas diafragma (Snell, 2011).
Membran yang membungkus dan melindungi jantung disebut
perikardium. Perikardium merupakan sebuah kantong fibroserosa
yang membungkus jantung dan pangkal pembuluh-pembuluh besar.
Fungsinya adalah membatasi pergerakan yang berlebihan dari jantung
secara utuh dan sebagia kantong pelumas dimana bagian-bagian yang
berbeda dari jantung dapat berkontraksi. Perikardium terletak didalam
mediastinum medius dan posterior terhadap cospus sterni dan
cartilago cartilago costalis II sampai IV dan anterior terhadap
vertebrae thoracica V sampai VIII (Snell, 2011).
7
Jantung mempunyai empat ruangan. Dua ruangan penerima di
bagian superior adalah atrium, sedangkan dua ruangan pemompa di
bagian inferior adalah ventrikel. Atrium dextrum terdiri atas rongga
utama dan sebuah kantong kecial, auricula. Pada permukaan jantung,
pada tempat pertemuan atrium dextrum dan auricula dextra terdapar
sebuah sulcus terminalis, yang pada permukaan dalamnya berbentuk
rigi. Bagia utama atrium yang terletak posterios terhadapa rigi,
berdinding licin, sedangkan dinding dalam auricula kasr disebabkan
oleh berkas serabut-serabutotot. Ventriculus dextrum membentuk
sebagian besar facies anterior cordis, dan terletak anterior terhadap
ventriculus sinister. Ventriculus dexter berhubungan dengan atrium
melalui ostium atrioventriculare dan dengan truncus pulmonalis,
dinding venticulus dexter jauh lebih tebal dibandingan atrium
dextrum, karena terdapat 3 macam trabeculae carnae. Atrium sinister
sama dengan atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan auricula
sinistra. Atrium sinistrum terletaj dibelakan atrium dextrum.
Ventriculus sinister berada dibelakang venriculus dexter, sebagian
kecil menonjol ke kiri dan membentuk batas kiri jantung serta apex
cordis (Snell, 2011).
8
Vaskularisasi jantung
Jantung memiliki peredaran darahnya tersendiri, yaitu sirkulasi
koroner. Arteri coronaria berasal dari aorta ascenden, dan terbagi 2
yaitu arteri coronaria dextra dan sinistra. Arteri coronaria sinistra
terbagi menjadi 2 cabang yaitu arteri interventricularis anterior
(left anterior descending/LAD) yang menyuplai darah ke kedua
ventrikel bagian anterior dan arteri circumflex yang berjalan ke
posterior jantung dan menyuplai darah ke atrium sinistra dan ventrikel
sinistra. Sementara arteri coronaria dextra terbagi juga menjadi 2
cabang yaitu arteri marginalis dextra yang memperdarahi ventrikel
dextra dan arteri interventricularis posterior yang memperdarahi
kedua ventrikel bagian posterior. Setelah darah mengalir melalui arteri
coronaria jantung menuju kapiler, darah yang ter deoksigenasi dari
myocardium akan dialirkan menuju sinus coronaries. Sinus
coronaries menerima darah dari vena cardiac magna, vena cardiac
media dan vena cardiac parva. Darah dari sinus coronaries
kemudian akan dialirkan langsung ke atrium dextra (Tortora, 2009).
9
Histologi Jantung:
10
diastolic, semakin banyak serat otot jantung yang diregangkan
sebelum stimulasi akan meningkatkan kekuatan dari kontraksi
selanjutnya. Hal inilah yang disebut mekanisme Frank-Starling.
Pada orang yang sehat, cardiac output (CO) adalah sama dengan
hasil stroke volume (volume darah yang dikeluarkan sekali kontraksi)
dan denyut jantung. Sementara tiga penentu utama dari stroke volume
adalah preload, afterload, dan kontraktilitas. Preload adalah tegangan
dinding ventrikel saat akhir diastolic. Atau regangan serat otot
ventrikel sesaat sebelum kontraksi, sering disamakan dengan volume
akhir diastolic atau tekanan akhir diastolic. (berlaku hukum frank-
starling). Afterload adalah tegangan dinding ventrikel saat kontraksi;
tahanan/hambatan yang harus dilewati oleh ventrikel untuk
mengeluarkan/ejeksi isi nya. Sering disamakan dengan tekanan
sistolik ventrikel (atau arteri). Lebih didefinisikan sebagai stress
dinding ventrikel yang timbul ketika ejeksi sistolik.
Bunyi Jantung:
Bunyi jantung tambahan dapat terjadi pada fase sistolik atau fase
diastolic.
SISTEM PERNAFASAN
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
11
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan
tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung
ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua
bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan
septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang
ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian
bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila.
Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang
maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian
tengah dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka
nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah
pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di
dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel
goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu.
Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang
mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf
otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara
yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk
melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari
akan melewati hidung.(Djojodibrot. 2007 dan Sherwood. 2012)
Faring (Pharynx)
Faring / tekak terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan
di depan ruas tulang belakang. Faring berupa saluran dengan panjang
sekitar 7 cm.
Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa dan
tersambung dengan esofagus dan trakhea. Tersusun atas lapisan
mukosa, fibrosa dan otot, dimana otot utamanya adalah otot
konstriktor yang berkontraksi pada saat makanan masuk ke faring dan
mendorongnya ke esofagus.
12
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan. Keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Pada pangkal faring, terdapat katup pernapasan yang disebut
epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan
(laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1) Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana
terdapat tuba eustachius, kelenjar adenoid.
2) Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil
(amandel).
3) Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari
faring yang terletak di bagian laring.
Pangkal Tenggorokan (Larynx)
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan
atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan
yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah,
katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan
gelang tulang rawan.
Bagian dalam dinding laring digerakan oleh otot untuk menutup
serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang
menghubungkan faring dengan trakea.
Laring dapat ditutup oleh epiglotis (katup pangkal tenggorokan).
Saat menelan makanan, epiglotis menutupi pangkal tenggorokan. Saat
bernapas, epiglotis tersebut akan membuka.
Pada Laring terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara
melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
13
Batang Tenggorokan (Trachea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan
tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan. Pada bagian
dilapisi oleh selaput lendir dan mempunyai lapisan yang terdiri dari
sel-sel bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
Cabang Tenggorokan (Bronchus)
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru
dengan trakea. Bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan
dindingnya terdiri dari otot halus.
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih
vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan
akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan
seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.
Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali
percabangan membentuk bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan
tidak bertulang rawan. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus
yang berbentuk seperti buah anggur.
Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke
tengah rongg dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang
bernama pleura.
Paru kanan terdiri dari 3 lobus superior, inferior dan media dexter
sedangkan paru kiri terdiri dari 2 lobus superior dan inferior.
Persarafan pada paru : Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal
dari truncus sympaticus dan serabut parasympatiscus berasal dari
nervus vagus.(Snell,2006)
14
F
i
s
i
o
l
o
g
i
Bernapas melalui paru memiliki 2 fungsi
1. Untuk menyuplai O2 ke dalam darah
2. Untuk mengatur keseimbangan asam basa melalui konsentrasi CO2
di dalam darah.
Mekanisme pernapasan berperan untuk ventilasi alveolus, yang
melalui dindingnya, O2 dapat berdifusi ke dalam darah, sementara
CO2 beridfusi keluar. Gas pernapasan didalam darah sebagian besar
ditranspor dalam bentuk yang terikat.(Sherwood, 2012)
Tracheabronchus principalis dexter dan sinisterbronchus
lobalisbronchus segmentalisbronchiolus terminalisbronchilus
respiratorius2-11 ductus alveolaris yang masuk sacculus alveolaris.
Alveoli berasal dari dinding sacculus sebagai diverticula.
Setiap paru memiliki apex yang tumpul, yang menonjol ke atas ke
dalam leher kira-kira 1 inchi (2,5 cm) diatas clavicula, basis yang
konkaf dan terletak diatas diaphragma; facies costalis yang konveks,
sesuai dengan dinding dada yang konkaf; dan facies mediastinalis
yang konkaf, yang berlekuk sesuai pericardium dan struktur
mediastinal lain. Pada pertengahan facies terdapat hilum, lekukan
tempat bronchus, pembuluh darah, dan saraf membentuk radiks masuk
dan meninggalkan paru. Margo anterior tipis dan tumpang tindih
dengan jantung; diarea ini pada pulmo sinister ditemukan incisura
15
cardiaca. Margo posterior tebal dan terletak disamping columna
vertebralis. Pulmo dibagi menjadi pulmo dexter dan pulmo sinister.
Pulmo dexter terbagi lagi menjadi lobus superior, lobus medius, lobus
inferior,fissura obliqua dan fissura horizontal. Pulmo sinistra terbagi
lagi menjadi lobus inferior dan lobus superior.
Suplai darah
Arteri bronchialis cabang dari aorta descendens. Vena bronchialis
(berhubungan dengan vena bermuara ke dalam vena azygos dan
hemiazygos). Alveoli menerima darah yang miskin O2 dari ramus
terminalis arteriae pulmonalis. Darah yang kaya O2 meninggalkan
kapiler alveolus bermuara ke cabang vena pulmonalis menuju atrium
sinistrum. (Snell, 2014)
Fisiologi Utama Sistem Respirasi:
1) Pertukaran gas antara atmosfer dan darah. Tubuh memasukkan O2
untuk didistribusikan ke jaringan dan mengeluarkan sampah CO2
yang dihasilkan oleh metabolisme.
2) Pengaturan homeostasis pH tubuh. Paru dapat mengatur pH tubuh
dengan menahan atau membuang CO2 secara selektif.
3) Perlindungan terhdapa substansi patogen dan iritan yang terhirup.
Seperti epitel lain yang berhubungan dengan lingkungan luar, epitel
respiratorik dilengkapi dengan mekanisme pertahanan untuk
menangkap dan menghancurkan substansi yang berpotensi
berbahaya sebelum substansi tersebut dapat masuk ke dalam tubuh.
4) Vokalisasi. Udara yang bergerak melalui pita suara menghasilkan
getaran yang digunakan untuk berbicara, bernyayi dan segala
bentuk komunikasi lainnya (Silverthorn, 20014).
16
b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada
kasus?
Jawab:
Sesak Nafas
- Usia
Semakin bertambah usia maka akan semakin meningkatkan
kejadian sesak nafas, karena telah terjadi proses degenerative
yang mengakibatkan fungsi fisiologis tubuh. Tidak ada perbedaan
dalam jenis kelamin Sekitar 3 – 20 per 1000 orang pada populasi
meningkat seiring bertambahnya usia, dan tidak ada referensi
yang menyatakan bahwa laki – laki maupun perempuan lebih
sering mengalami keluhan sesak nafas. (Sudoyo, 2009)
- Jenis Kelamin
Untuk jenis kelamin, pada kasus ini semua jenis kelamin dapat
mengalami kelainan pada kasus ini. Sedangkan pada usia
lanjut,terjadi penurunan berbagai fungsi organ dalam tubuh.
Seperti terjadinya proses degenerative pada arteri,sehingga arteri
akan mengalami vasokontriksi dan dapat memperberat keadaan
aterosklerosis dan juga wanita yang sudah menoupouse lebih
rentan dari pada wanita muda, dikarenakan pengaruh dari
hormone estrogen yang melindungi. (Sudoyo, 2009)
Sintesis:
Menurut Lingamanaicker (2007) semakin tua usia seseorang
kemungkinan terhadap serangan jantung lebih besar, juga faktor jenis
kelamin..Dengan meningkatnya umur seseorang akan semakin tinggi
kemungkinan terjadi penyakit jantung. Peningkatan umur berkaitan
dengan pertambahan waktu yang digunakan untuk proses
pengendapan lemak pada dinding pembuluh nadi. Disamping itu
proses kerapuhan tersebut semakin panjang sehingga semakin tua
seseorang semakin besar kemungkinan serangan penyakit
jantung.Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang terus
17
berkembang di dunia dengan jumlah penderita lebih dari 20 juta jiwa.
Prevalensi rata-rata gagal jantung pada kelompok usia dewasa di
negara-negara maju adalah 2%. Prevalensi gagal jantung meningkat
secara eksponensial sejalan dengan pertambahan usia dan menyerang
6-10% orang-orang dengan usia di atas 65 tahun. Peningkatan
insidensi berkisar kurang dari 1% pada usia kurang dari 50 tahun, 5%
pada usia 50-70 tahun, dan 10% pada usia di atas 70 tahun.
Dari hasil penelitian Framingham menunjukan mortalitas dalam
5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita. Menurut Smeltzer
(2002), angka kematian pada semua umur laki-laki lebih tinggi
daripada angka kematian wanita karena tingkat estrogen pada wanita
dapat melindungi dari penyakit jantung, namun penelitian yang
dilakukan pada tahun 2001 oleh perkumpulan ahli jantung di Amerika,
mengemukakan bahwa memang semula penyakit jantung kebanyakan
diderita oleh kaum laki-laki, dihubungkan dengan kebiasaan merokok,
minuman keras serta akivitas yang lebih tinggi. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman, penyakit mematikan ini juga menjadi penyebab
kematian nomor satu pada perempuan. Mungkin ada hubungannya
dengan gaya hidup perempuan yang kini hampir sama dengan laki-
laki. Pada masa reproduksi kemungkinan perempuan terkena penyakit
Gagal Jantung Kongestif jauh lebih kecil dibanding laki-laki, dengan
rasio 1 : 7, namun memasuki masa menopause, risikonya meningkat
menyamai laki-laki. Banyak faktor berperan dalam mempercepat
terjadinya penyakit jantung pada wanita.
18
c. Apa klasifikasi sesak napas?
Jawab:
Klasifikasi sesuai tingkat aktivitas fisik yang dapat menimbulkan
gejala oleh New York Heart Association (NYHA), yaitu:
Derajat 1 : Pasien dengan penyakit
jantung tetapi tanpa dispnea
selama aktivitas normal.
Sintesis:
A. Orthopnea
Orthopnea yaitu sesak ketika terlentang dan berkurang dengan
meninggikan kepala. Ini terjadi karena terjadi penumpukan aliran
balik yang menyebabkan peningkatan tekanan pengisian ventrikel
kiri. Derajat orthopnea dapat dinilai dengan banyaknya
bantal yang digunakan oleh penderita. Orthopnea merupakan
dispneu dalam posisi berbaring biasanya merupakan manifestasi
akhir dari gagal jantung. Terjadi karena redistribusi cairan dari
19
abdomen dan ekstremitas bawah ke dalam dada menyebabkan
peningkatan diafragma. Pasien dengan orthopnea harus
meninggikan kepalanya dengan beberapa bantal pada malam hari
dan sering kali terbangun karena sesak nafas atau batuk jika
bantalnya hilang atau tejatuh. Sensasi sesak nafas biasanya dapat
hilang dengan duduk tegak, karena posisi ini mengurangi aliran
balik vena dan tekanan kapiler paru dan banyak pasien
melaporkan bahwa sesak nafasnya berkurang jika mereka duduk
di depan jendela terbuka. Bila gagal jantung bertambah berat
orthopnea dapat menjadi begitu berat sehingga pasien tidak dapat
berbaring sama sekali dan pasien harus tidur dalam posisi duduk.
B. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu sesak mendadak di
tengah malam. Alasan terjadinya sama seperti pada orthopnea
yaitu peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri. Biasanya
pasien terbangun dan ingin menambah bantal lagi sehingga kepala
lebih tinggi.
C. Dispneu
Dispnue adalah gawat pernapasan yang terjadi sebagai akibat dari
meningkatnya usaha pernapasan adalah gejala gagal jantung yang
paling umum. Biasanya timbul saat beraktivitas. Namun bisa juga
pada saat beristirahat jika gagal jantung terus berlanjut.
D. Pernapasan Cheyne-stokes
Pernapasan Cheyne-stokes disebut juga pernapasan periodik atau
siklik. Ditandai dengan berkurangnya sensitivitas pusat
pernapasan terhadap PCO2. (Georage, 2000)
d. Apa makna keluhan sesak napas semakin berat sejak 3 hari yang lalu?
Jawab:
Terjadi progresivitas penyakit yang bertambah berat karena tidak
segera ditatalaksana, sehingga terjadi peningkatan derajat dispnea dari
NYHA derajat III ke NYHA derajat IV.
20
e. Bagaimana etiologi sesak napas?
Jawab:
a. Obstruksi aliran napas (sentral atau perifer) – Asma, PPOK –
Tumor endobronkial – Stenosis trakea / laring
b. Gangguan pengembangan paru (stiff lung) – Interstitial fibrosis –
Gagal jantung kiri – Tumor linfangitik
c. Gangguan pengembangan dinding dada atau diafragma –
Penebalan pleura, kifoskoliosis, obesiti, masa intraabdomen,
kehamilan
Etiologi sesak napas lainnya:
21
6. Penyakit vaskular paru
7. Penyakit pleura
22
inferior ke arah sirkulasi sentral. Hal ini terjadi karena kegagalan
ventrikel kiri. Pada pasien dengan ortopnea dapat dikurangi dengan
meninggikan dada dengan bantal, karena posisi ini mengurangi
aliran balik vena dan tekanan kapiler paru. (Price dan Wilson, 2005).
Sintesis:
23
i. Apa makna Ny. M sejak 1 bulan terakhir Ny. M selalu terbangun dari
tidur karena sesak napas?
Jawab:
Karena terjadi kongesti pembuluh darah paru dan perubahan
kemampuan pengembangan paru. Pada pasien kemungkinan
mengalami ortopnea dimana pasien merasa kesulitan bernapas saat
berbaring. Hal ini terjadi karena kegagalan ventrikel kiri. Pada pasien
dengan ortopnea dapat dikurangi dengan meninggikan dada dengan
bantal. Disebabkan karena adanya pengaruh gaya gravitasi, ketika
pasien berbaring, maka akan terjadinya penambahan penumpukan
cairan pada dada sehingga terasa lebih sesak.
Sintesis:
Paroximal nocturnal dyspnea atau pada saat pasien telentang
ketika tidur. Posisi ini meningkatkan volume darah intratorakal dan
jantung yang lemah akibat penyakit misalnya gagal jantung, tidak
dapat mengatasi peninggian beban ini. Kerja pernapasan meningkat
akibat kongesti vaskular paru oleh edema di alveoli yang mengurangi
kelenturan paru. Waktu timbulnya lebih lambat dibandingkan
dengan ortopnea (kesulitan bernapas ketika berbaring lurus) karena
mobilisasi cairan edema perifer dan peninggian volume intravaskuler
pusat. PND juga dapat melalui mekanisme berikut : tidur pada malam
hari akan menurunkan adrenergic supportterhadap fungsi ventrikel.
Akibatnya, aliran balik darah meningkat sehingga ventrikel kiri
kelebihan beban. Akhirnya timbul kongesti pulmonar akut yang
menyebabkan penekanan nokturnal di pusat pernapasan sehingga
timbullah dispnea (Price dan Wilson, 2005).
24
memacu terjadinya sesak nafas. Akan tetapi pada orang dengan HF
sesak nafas terjadi akibat gangguan fungsional dari jantung, sehingga
aktivitas ringan pun dapat menyebabkan sesak napas.
l. Apa makna 2 hari terakhir sesak tidak hilang meski sudah beristirahat?
Jawab:
Ny. M mengalami peningkatan derajat sesak napas menjadi derajat IV
dalam klasifikasi NYHA.
25
2. Demam tidak ada, batuk tidak ada. Perut terasa penuh dan cepat
kenyang setelah makan.
a. Apa makna demam dan batuk disangkal?
Jawab:
Sesak napas bukan disebabkan oleh kompensasi sistemik dari demam
dan atau keluhan batuk.
b. Apa makna perut terasa penuh dan cepat kenyang setelah makan?
Jawab:
Maknanya adalah terjadi hepatomegali (pembesaran hati).
Sintesis:
Pasien dengan gagal jantung juga dapat disertai dengan gejala
gastrointestinal.Anoreksia, mual, dan cepat kenyang berhubungan
dengan nyeri perut dan kepenuhan sering keluhan dan mungkin
berhubungan dengan edema dinding usus besar dan / atau hati
sesak.Kemacetan pada hati dan peregangan kapsul yang dapat
menyebabkan nyeri kanan atas kuadran.
26
pecahnya sinusoid centrolobulus dan nekrosis sel hati sekitarnya, yang
dinamai nekrosis hemoragik sentral (CHN).
27
b. Apa makna riwayat keluarga tidak ada yang menderita hipertensi dan
sakit jantung?
Jawab:
Ny. M tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung keturunan dari
keluarganya yang mana berarti penyakit ini merupakan penyakit yang
didapat atau congenital.
c. Apa makna saat berusia 10 tahun Ny. M pernah mengalami demam
dan dikatakan penyakit jantung?
Jawab:
Ny. M memiliki riwayat Penyakit Jantung Rematik. Demam reuma
akut merupakan satu penyakit pada masa anak-anak dengan insidensi
puncak antara usia 5 dan 11 tahun dengan 20% kasus dapat terjadi
pada orang dewasa.
d. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit jantung rematik?
Jawab:
Diagnosis demam reuma kadang sulit ditegakkan. Kriteria Jones
berfungsi sebagai penuntun dan mengurangi kemungknan over-
diagnosis. Dibutuhkan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan
dua kriteria minor, dengan bukti infksi streptokokus sebelumnya
untuk menegakkan diagnosis demam reuma. Namun, tidak ada
manifestasi spesifik karena kriteria bersifat klinis, penting dilakukan
pemeriksaan berulang, terutama karena beberapa tanda, misalnya
murmur jantung yang mungkin transien.
e. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?
Jawab:
Penyakit demam reuma berkaitan dengan respons imunologis terhadap
antigen membrane sel streptokokus grup A Lancefield. Sejumlah
faktor dapat memengaruhi suseptibilitas terhadap kerusakan jantung,
antara lain usia, kondisi sosio-ekonomi, faktor genetik. Demam reuma
menyerang seluruh lapisan jantung (pankarditis)
28
4. Pemeriksaan Fisik
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
a. Bagimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab:
Pemeriksaan Keadaan pada Keadaan Interpretasi
Fisik kasus Normal
Tanda vital TD 150/90 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi
stage I
RR 28 x/menit 18-24 x/menit Takipneu
HR 120x/menit 60-100 x/menit Takikardia
Temp 36,8 °C 36-37 ° C Normal
29
sampai linea
parasentralis
dekstra, batas atas
ICS II linea
parasentralis
sinistra.
Auskultasi:
HR 120x/menit, Takikardia
Murmur sistolik Abnormal,
grade III di katup murmur
mitral, gallops (+) terdengar kuat
tanpa thrill.
Normal
30
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik abnormal?
Jawab:
Kardiomegali
Respon kompensatorik dari kegagalan pengosong ruang
ventrikel peningkatan jumlah sarkomer dalam sel
miokardium hipertrofi ventrikel kardiomegali. (Price,
2005)
Takikardi
Hipertrofi ventrikel kiri besar volume sekuncup berkurang
volume sisa ventrikel meningkat peningkatan tekanan
jantung sebelah kiri respon simpatis kompensatorik
kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi meningkat
untuk mempertahankan curah jantung. (Price, 2005)
Mur-mur sistolik (+) di katup mitral
Kardiomegali terjadi karena telah terjadi hipertrofi ventrikel
kiri.
Respon kompensatorik dari kegagalan pengosong ruang
ventrikel peningkatan jumlah sarkomer dalam sel
miokardium hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri ventrikel
kardiomegali ventrikel kiri gagal memompa darah ke
aorta besar volume sekuncup berkurang volume sisa
ventrikel meningkat darah dari vena pulmonalis terus
mengalir ke ventrikel kiri, sedangkan ruang ventrikel kiri
mengecil karna hipertrofi ventrikel darah mengalami
stagnant di vantrikel kiri dan atrium kiri terus menerus
stagnant meluas sampai ke vena pulmonalis sewaktu
ventrikel kiri berkontraksi, darah mengalir berbalik arah
melalui katup yang insufisien (katup mitral) dan bertumbukan
dengan darah yang mengalir dalam arah berlawanan,
menimbulkan murmur yang berdesir atau berdeguk murmur
31
sistolik (+) di katup mitral.Katup insufisien terjadi karena
dilatasi ventrikel kiri. (Price, 2005)
Gallops (+)
Respon kompensatorik dari kegagalan pengosong ruang
ventrikel peningkatan jumlah sarkomer dalam sel
miokardium hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri ventrikel
sinyal konduksi dari AV node ke sel purkinye ventrikel kiri
lebih lambat dibandingkan ventrikel kanan dan pengosongan
ruang ventrikel kiri lebih cepat dibandingkan ventrikel kanan
kontraksi dan penutupan katup pada ventrikel kiri tidak
sama dengan ventrikel kanan terdengar suara tambahan
gallop (+). (Price, 2005)
Edema Tungkai
Edema pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan
jantung kanan dalam mengosongkan darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.Edema ini di mulai pada
kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap
bertambah keatas Universitas Sumatera Utara tungkai dan paha
dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian
bawah.Edema sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring
lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen.Bila
terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman edema
dengan pitting edema.
32
dalam/ 4mm, menghilang dalam waktu 10-15 dtk 3+: lubang
yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu 1 mnt 4+: lubang
yang sangat mendalam/ 8mm berlangsung 2-5 mnt, ekstremitas
dep terlalu terdistruksi.
33
Waktu merujuk pada kapan terjadinya murmur tersebut, apakah
pada fase sistolik atau diastolic
Intensitas biasanya memakai sistem grading
34
Lokasi murmur: murmur terdengar di area auskultasi spesifik
o Aortic : ICS 2-3 linea parasternalis dextra
o Pulmonic : ICS 2-3 linea parasternalis sinistra
o Tricuspid : ICS 4 linea parasternalis sinistra
o Mitral : ICS 5 linea mid clavicularis sinistra/apex
Dari lokasi primer, murmur dapat menjalar ke area lain sesuai
arah aliran turbulen darah. Murmur juga dapat dibedakan dengan
yang lain dengan maneuver ringan, seperti berdiri tegak,
melakukan valsalva, dll.
Opening snap
35
Bunyi jantung ketiga (S3)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan penunjang?
Jawab:
Electrocardiogram :
Hasil Hasil Intrepretasi
Normal
36
Reguler Reguler Normal
37
Sintesis :
- CTR (Cardio Thoracic Ratio)
Normal: <50% (48%-50%).
Interpretasi: Meningkat. Hal ini menandakan kardiomegali.
Cara pengukuran:
A : jarak garis lurus pertengahan thorax dengan dinding kanan
terjauh jantung.
B : jarak garis lurus pertengahan thorax dengan dinding kiri terjauh
jantung.
C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri
A. Kerley’s line
Interpretasi: Abnormal.
Garis Kerley merupakan garis mendatar dari dinding thorak ke medial
kira-kira 3-4 cm. Edema interstitial menyebabkan paru berbercak-
bercak tipis, halus, sehingga gambaran radiolusen paru berubah
menjadi suram. Garis Kerley ini muncul akibat terbendungnya aliran
limfe karena edema intraalveolar. Edema ini menunjukkan septal line
yang dikenal sebagai Kerley’s line, ada 4 jenis yaitu:
38
a. Kerley A: garis panjang di lobus superior paru, berasal dari
daerah hilus menuju ke atas dan perifer
b. Kerley B: garis-garis pendek dengan arah horizontal tegak lurus pada
dinding pleura dan letaknya di lobus inferior, paling mudah terlihat
karena letaknya tepat diatas sinus costophrenicus.Garis ini adalah
yang paling mudah ditemukan di gagal jantung
c. Kerley C: garis-garis pendek, bercabang, ada di lobus inferior. Perlu
pengalaman untuk melihatnya, karena hampir sama dengan pembuluh
darah.
d. Kerley D: garis-garis pendek, horizontal, letaknya retrostrenal hanya
tampak pada foto lateral.
Mekanisme:
Kerley;s line menandakan adanya edema di paru. Edema di paru
ini diakibatkan oleh berkurangnya volume cardiac output yang bisa
dipompa jantung ke sistemik. Turunnya cardiac output menyebabkan
darah menumpuk di ventrikel kiri, atrium kiri, dan juga diparu-paru
sehingga menyebabkan edema paru.
Kebocoran cairan ke dalam interlobular dan interstisium
peribronkial sebagai hasil dari meningkatnya tekanan di kapiler.
Ketika cairan bocor ke dalam septum interlobular perifer, itu
memperlihatkan Kerley B atau garis septal. Kerley B terlihat sebagai
garis horizontal pendek 1-2 cm di perifer dekat sudut costaphrenicus.
Garis ini tegak lurus terhadap pleura.
B. Double contour
Double contour yang menandai adanya pembesaran atrium kiri
Sefalisasi ditandai adanya bendungan vena pulmonalis pada bagian
atas lapangan paru atau adanya peonjolan segmen pulmonal akibat
pembesaran arteri pulmonalis terutama bila sudah terjadi peningkatan
tekanan arteri pulmonalis.
39
c. Bagaimana chest x-ray yang normal?
Jawab:
1. Tulang
Periksa apakah terdapat gambaran blastik atau litik fraktur,
kelurusan spina dan rongga antar sendi. Vertebrae pada regio
dada biasanya memiliki opasitas yang lebih rendah
2. Kardio – mediastinum
Ukur lebar mediastinum. Dalam keadaan normal trakea dan aorta
berjalan didaerah tengah rongga toraks tanpa deviasi bermakna
pada kedua sisi. Arkus aorta harus terlihat. Diameter terbesar
jantung pada proyeksi PA harus kurang dari 50% dibandingkan
rongga terbesar dada. Peningkatan rasio ini disebut kardiomegali.
Kontur jantung yang normal adalah:
a. Aorta asendens biasanya tidak terproyeksikan lebih ke kanan
dibandingkan batas jantung kanan
b. Arkus aorta biasanya berukurang tidak lebih dari 35 mm.
c. Atrium kiri normal biasanya tidak mempengaruhi kontur
jantung dan memberikan gambaran pinggang jantung yang
konkaf. Pinggang jantung yang mendatar menandakan
pembesaran atrium kiri.
d. Aorta desendens paralel dengan spina dan tidak terlihat pada
foto frontal
3. Diafragma
Sudut kstofrenikus harus terlihat licin dan tajam. Perhatikan
adanya udara bebas berupa bayangan radiolusen di bawah
diafragma. Kedua diafragma harus terlihat pada proyeksi lateral,
dengan diafragma kanan lebih tinggi sedikit dari pada diafragma
kiri dengan ditemukannya bubble gaster dibawah diafragma kiri.
4. Lapang paru
Pada dasarnya, hampir semua garis putih pada lapang paru
merupakan pembuluh darah. Pembuluh darah memiliki ciri
40
bercabang dan mengecil perlahan dari hillus di sentral menuju
daerah perifer. Bronkus biasanya tidak terlihat.
5. Pleura
Pleura parietalis dan viseralis normalnya tidak terlihat pada
radiografi konvensional kecuali ketika dua lapis viseral melipat
dan membentuk fisura.
6. Pada foto lateral perhatikan area-area berikut:
a. Rongga bebas retrosternal. Daerah lusen berbentuk bulan
sabit, dibelakang sternum dan anterior dari bayangan aorta
asendens
b. Regio hilus. Sebagian besar densitas di hilus dibentuk oleh
arteri pulmonalis, biasanya tidak ditemukan masa diskret
pada daerah ini.
c. Fisura. Pada foto lateral fisura oblik dan fisura horizontal
dapat terlihattipis.penebalan dari fisura dapat diakibatkan
oleh cairan atau fibrosis
d. Vertebrae torakal. Korpus vertebrae berbentuk persegi
dengan rongga antar diskus yang tingginya sama dari atas
hingga bawah dari spina torakal
e. Diafragma dan sulkus posterir. Diafragma kanan sedikit lebih
tinggi dibandingkan kiri, sulkus kostofrenikus posterior yang
tajam.
(Pambudy, 2014)
41
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Perempuan: 35 – 135
mg/dl
42
menuju hati → kemudian menjadi kolesterol → bersama
trigliserida dan apoprotein → menjadi Very Low Density
Lipoprotein (VLDL) → kemudian dipecah oleh enzim lipoprotein
→ menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL) → kemudian
menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) → LDL dioksidasi →
kolesterol menumpuk diluar LDL → hiperkolesterolemia →
dislipidemia. (Price, 2005)
1. Anamnesis Symptoms:
- Dispneu (terdapat tiga jenis dispneu
yang sering dialami penderita
dekompensatio cordis, dyspneu d’effort,
ortopneu, dan paroxysmal nocturnal
dispneu).
- Homptisis (batuk berdahak merah muda,
berbusa dan kadang ada serat darah)
- Nocturia
2. Pemeriksaan fisik Signs:
- Takikardia, takipneu
- Edema ekstremitas inferior sinistra dan
dextra
- Edema abdomen (asites), terbukti
dengan shifting dullness (+)
- Hepatomegali, splenomegali atau
keduanya sekaligus
- Ronkhi di 2 basal paru
- Pernapasan Cheyne-Stokes
43
- Distensi vena leher, dilihat dari
abdormal JVP
- Inspeksi, palpasi, dan perkusi jantung
terdapat cardiomegali
- Auskultasi jantung terdengar S3 gallop/
S4
Sintesis:
1) Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat Sosial dan Ekonomi
a. Kriteria Mayor:
Paroksismal nokturnal dispnea
Distensi vena pada leher
Ronkhi basah
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular
b. Kriteria Minor:
Edema ekstremitas
44
Batuk malam hari
Dispnea d’ effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia(>120/menit)
Major atau minor Penurunan BB≥4.5kg dalam 5 hari pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor (Sudoyo, 2009).
Berdasarkan kasus Ny.M sudah memenuhi kriteria minimal 1
major (Ronkhi basah, kardiomegali, gallop S3, Peningkatan JVP) dan
2 kriteria minor (Edema ekstremitas, hepatomegali, takikardi). Jadi,
Ny.M sudah bisa didiagnosis gagal jantung.
2) Pemeriksaan fisik
a. Umum penampilan dan tanda-tanda vital
Orthopneu
Tekanan darah sistolik
Normal atau tinggi pada gagal jantung awal
Umumnya berkurang pada gagal jantung lanjut
Sinus tachycardia
b. Leher
Peningkatan tekanan vena jugularis
c. Pemeriksaan Paru
Ronkhi basah
Wheezing ekspirasi
Edema pulmonal
d. Pemeriksaan jantung
Kardiomegali
Takikardi
Opening snap
45
Murmur stenosis mitral dan regurgitasi trikuspid
Gallops
e. Perut dan ekstremitas
Hepatomegali
Pitting edema
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Electrocardiogram
Aksis kanan, RV strain → Hipertrofi ventrikel kanan
b. Chest X-ray
CTR>50%, double contour, Kerley A line, Sefalisasi → edema
paru
Pinggang jantung menghilang → kardiomegali
c. Pemeriksaan ASTO (+)
46
10. Bagimana working diagnosis?
Jawab:
Congestive Heart Failure (CHF) et causa Valvular Heart Disease NYHA
IV.
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna
perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup,
morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat
didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga
stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi
dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan
berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas
pertmbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)
Asupan cairan
47
Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung,
mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi
IIa, tingkatan bukti C)
Latihan fisik
TATALAKSANA FARMAKOLOGI
48
Saturasi O2 arterial < 95% lakukan peningkatan pemberian O2.
Pertimbangkan CPAP NI PPV, ventilasi mekanis.
49
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa
atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.(Konsil Kedokteran Indonesia. 2012)
50
2.6 Kesimpulan
Ny. M , 35 tahun, mengeluh sesak nafas bila beraktifitas sedang karena
mengalami Congestive Heart Failure (CHF) et causa Valvular Heart
Disease NYHA IV.
Demam rematik
Kekakuan katup
51
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology (Twelfth Edition). Elsevier. Philadelphia, USA. Hal. 588-589
Price, S., dan Wilson, L. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol. 1, Ed. 6. Jakarta: EGC.
QS. Anfal: 24
QS. Yunus: 57
Pambudy, Indra M. 2014. Kapita Selekta Kedotekran “Radiologi” (edisi ke-4, jilid
ke-2). EGC, Jakarta, Indonesia. Hal 949-951
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem “Jantung”
(Edisi ke-8). EGC, Jakarta, Indonesia. Hal. 347-354.
Silbernagl, Stefan. 2014. Patofisiologi “Jantung dan Sirkulasi”. EGC, Jakarta,
Indonesia. Hal. 212-213.
Silbernagl, Stefan. 2014. Patofisiologi “Lambung usus dan hati”. EGC, Jakarta,
Indonesia. Hal. 140
Snell, Richard S. 2011. Anatomi klinis berdasarkan sistem “Jantung” . EGC,
Jakarta, Indonesia. Hal. 132-139.
Sudoyo, Aru W. 2014. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamEdisi V Jilid III. Interna
Publishing. Jakarta, Indonesia. Hal :1162, 1255,1259, 1260, 1262, 1263,
1264.
Tim Penyusun. 2015.Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.PERKI : Jakarta,
Indoneis. Hal. 1
Tim Penyusun. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.PERKI : Jakarta,
Indoneis. Hal. 12
Tirtosastro, S. 2010. Jurnal Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok, Vol 2.
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia, Hal. 33-43 ISSN 2085-6717
Tortora, Gerard J, Derrickson, Bryan H. 2009. Principles of Anatomy and
Physiology: Maintenance and Continuity of the Human Body (Twelfth
Edition). John Wiley and Sons, Inc
52
William Cayley, Jr., M.D., 2015. Diagnosing the Cause of Chest Pain. Eau Claire
Family Medicine Residency, Eau Claire, Wisconsin Am Fam Physician.
15;72(10).
53