Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Cerebral Palsy


1.1.1 Definisi
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas sistem motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak
kecil)yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis,gangguan ganglia basal dan sebelum juga
kelainan mental.
Cerebral palsy adalah ensefalopati statis yang mungkin didefinisikan
sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsi
dan ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau
lesi otak yang sedang berkembang.
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan
jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda
(sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan
ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental.

1.1.2 Etiologi
Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga bagian masa pranatal, perinatal dan postnatal, yaitu sebagai berikut:
1.1.2.1. Pranatal
Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal,
kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain – lain)
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada
janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik.

1
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat
menimbulkan “cerebral palsy”.
1.1.2.2. Perinatal
Adapun penyebab terjadinya cerebral palsy pada masa intranatal adalah
sebagai berikut:
1. Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain
injury. Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan
persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa,
infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan
sectio caesar.
2. Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan
CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat
menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim,
faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
4. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
5. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidaktepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa“cerebral palsy”.
2.1.2.3 Pascanatal

2
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan
dapat menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis,
ensefalitis dan luka parut.

1.1.3 Manifestasi Klinik


Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukanmotorik yang
menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.
1.1.3.1 Spastik
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks
Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu
gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan terjadi
kontraktur.Golongan spastitis ini meliputi 2/3-3/4 penderita “cerebral palsy‟ Bentuk
kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggotagerak lebih hebat dari yang
lainnya.
2) Hemiplegia/diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
3) Diplegia/diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebatdari pada lengan
4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai
1.1.3.2 Tonus otot yang berubah
Bayigolongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring seperti kodok
terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.
1.1.3.3 Athetosis atau koreoathetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakanyang terjadi
sendirinya (involuntary movement).

3
1.1.3.4 Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
1.1.3.5 Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada
golongan koreo- atetosis.
1.1.3.6 Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.Gerakan yang terjadi
dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut,
sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
2.1.4.7 Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita cerebral palsy menderita
kelainan mata.

1.1.4 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti,gejala–gejala
klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.(Soetjiningsih, 1995) Berikut adalah
beberapa tes yang digunakan untukmendiagnosis CP adalah:
1.1.4.1 Elektroensefalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salahsatu pemeriksaan
penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip
mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak
yang tebal). Denganpemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya
untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam.Pada infeksi
susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis,pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk
melihat kemungkinan, misalnyaterjadi kejang yang tersembunyi atau adanya bagian otak yang
terganggu (Anonim, 2004).

1.1.4.2 Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)


Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot atau
syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur
kecepatan saat dimana saraf–sarafmentransmisikan sinyal.Selama pemeriksaan NCV,
elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu otot atau
4
sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan
melaluielektrode, kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan dari
sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat menyebabkan NCV melambat
atau menjadi lebih lambat pada salahsatu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam
otot. Elektrode kecil diletakkandalam otot pada lengan dan kaki dan respon elektronik diamati
denganmenggunakan suatu alat yang menampilkan gerakan suatu arus listrik(oscilloscope).
Alat ini mendeteksi bagaimana otot bekerja.
1.1.4.3 Tes Laboratorium
1) Analisis kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomaligenetik (contohnya
Down’s Syndrome) ketika anomali tersebut munculpada sistem organ.
2) Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendahyang dapat
menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasimental berat.
3) Tes kadar ammonia dalam darah
Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia) bersifattoksik terhadap
sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulangbelakang). Defisiensi beberapa enzim
menyebabkan kerusakan asamamino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat
disebabkanoleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.
1.1.4.4 Imaging test
Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus,abnormalitas
struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis
jangka panjang seorang anak.
1) Magnetic Resonance Imaging atau MRI
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untukmenciptakan gambar dari
struktur internal otak. Studi ini dilakukanpada anak–anak yang lebih tua. MRI dapat
mendefinisikanabnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas
daripadametode–metode lainnya.
2) CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer,menghasilkan suatu
gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak
dan organ-organ tubuh.Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan
malformasibawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.
3) Ultrasound

5
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yangdipantulkan ke dalam tubuh
untuk membentuk suatu gambar yangdisebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada
bayi sebelumtulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untukmendeteksi kista
dan struktur otak yang abnormal.

1.1.5 Penatalaksanaan Medis


1.1.5.1 Gizi
Gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderitaCP. Karena sering
terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan,sukar untuk menyatakan keinginan untuk
makan. Pencatatan rutin perkembangan berat badan anak perlu dilaksanakan.Hal–hal yang
sewajarnya perlu dilaksanakan seperti imunisasi,perawatan kesehatan dan lain–lain.Konstipasi
sering terjadi pada penderita CP. Dekubitus terjadi pada anak–anak yang sering tidak
berpindah–pindah posisi.
1.1.5.2 Terapi dengan obat–obatan
Dapat diberikan obat–obatan sesuai dengan kebutuhan anak, seperti obat–obatan untuk
relaksasi otot, anti kejang, untuk athetosis, ataksia, psikotropik dan lain–lain.
2 Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan bedah ortopedi, misalnyatendon yang memendek
akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakityang terlalu mengganggu dan lain–lain yang
dengan fisioterapi tidakberhasil. Tujuan dari tindakan bedah ini adalah untuk
stabilitas,melemahkan otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.
3 Fisioterapi
(1) Teknik Tradisional, latihan luas gerak sendi, stretching, latihan penguatan
danpeningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihanpindah, latihan jalan.
Contohnya adalah teknik dari Deaver.
(2) Motor function training dengan menggunakan sistem khusus yang umumnya
dikelompokkan sebagai neuromuskular facilitationexercise. Dimana digunakan pengetahuan
neurofisiologi danneuropatologi dari refleks di dalam latihan, untuk mencapai suatupostur dan
gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihanini berdasarkan prinsip bahwa dengan
beberapa bentuk stimulasiakan menimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian
bila ini dilakukan berulang–ulang akan berintegrasi ke dalam polagerak motorik yang
bersangkutan.Contohnya adalah teknik dari : Phelps, Fay-Doman, Bobath,Brunnstrom, Kabat-
Knott-Vos.

6
4 Terapi Okupasi
Terutama untuk latihan melakukan aktifitas sehari–hari, evaluasi penggunaan alat–alat
bantu, latihan keterampilan tangan dan aktifitas bimanual. Latihan bimanual ini dimaksudkan
agar menghasilkan pola dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
5 Ortotik
Dengan menggunakan brace dan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod,walker, kursi roda
dan lain–lain.Masih ada pro dan kontra untuk program bracing ini. Secara umum program
bracing ini bertujuan :
− Untuk stabilitas, terutama bracing untuk tungkai dan tubuh
− Mencegah kontraktur
− Mencegah kembalinya deformitas setelah operasi
− Agar tangan lebih berfungsi
6 Terapi Wicara
Angka kejadian gangguan bicara pada penderita ini diperkirakan
berkisar antara 30 % - 70 %. Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia,
disartria, disfasia dan bentuk campuran. Terapi wicara dilakukan oleh terapis wicara.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,
merupakan proses untuk menghimpun informasi tentang tentang status kesehatan pasien, ada
beberapa datang yang akan didapat pada pasien dengan Cerebral Palsy yaitu
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2. Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayipersisten, ataxic, kurangnya
tonus otot.
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kaji kemampuan fungsi intelektual

7
6. Pemeriksaan Fisik
1) Muskuluskeletal : spastisitas, ataksia
2) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, gangguan bicara, anak
berliur, bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, strabismus konvergen dan
kelainan refraksi.
3) Eliminasi : konstipasi
4) Nutrisi : intake yang kurang

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan Cerebral Palsy (CP)
adalah
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan
kelemahan otot
2. Risiko injuri berhubungan dengan ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak
terkontrol
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan sistem nervous.
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungaan dengan proses
penyakit.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan kelemahan
otot.
Tujuan dan
No Intervensi Keperawatan Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Monitor lokasi dan 1. Cara untuk
tindakan kegelisahan atau mengalihkan
keperawatan selama aktivitas pengalihan nyeri.
6 kali pertemuan nyeri anak
diharapkan 2. Berikan pakaian yang 2. Agar anak leluasa
gangguan mobilitas tidak membatasi dalam bergerak.
fisik pasien mulai pergerakan anak
teratasi dengan 3. Motivasi anak untuk 3. Motivasi agar
kriteria hasil; pemulihan dalam anak tidak putus
1. Anak dapat mobilisasi. asa.

8
mempertahankan 4. Jelaskan kepada anak
keseimbangan (jika memungkinkan) 4. Agar keluarga
tubuh. atau keluarga tentang dapat
2. Anak dapat tujuan dan rencana mempraktikkan
melakukan untuk ikut serta latihan sendiri dan
gerakan dengan gerak badan. mengajar
mengunakan 5. Kolaborasi dengan ahli anaknya.
kedua otot secara fisioterapi dalam 5. Keahlian
bergantian. melakukan terapi dibidangnya
3. Anak dapat mobilitas membantu lebih
melakukan tepat
mobilitas fisik
secara bertahap.

2. Risiko injuri berhubungan dengan ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak
terkontrol
Tujuan dan Intervensi
No Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkah 1. Mengetahui faktor
tindakan laku dan faktor yang penyebab jatuh
keperawatan selama dapat menyebabkan dapat
6 kali pertemuan resiko jatuh. meminimalkan
diharapkan 2. Identifikasi resiko.
keamanan diri anak karakteristik dari
terjamin dengan lingkungan yang 2. Mengetahui
kriteria hasil; dapat meningkatkan lingkungan yang
1. Anak dapat potensial untuk jatuh berbahaya dapat
melakukan 3. Ajarkan anak menghindari
langkah-langkah bagaimana cara jatuh lingkungan
untuk yang dapat tersebut
mengurangi meminimalkan 3. Meminimalisasi
resiko cidera. cedera. cedera, agar tidak
2. Anak dapat 4. Ajarkan anggota terlalu parah.
memberikan keluarga tentang 4. Mengetahui faktor-

9
gambaran untuk faktor resiko jatuh faktor harapannya
mencegah dan bagaimana keluarga dapat
terjadinya jatuh. mereka dapat menghindarkan
3. Anak dapat menurunkan resiko. anak dari faktor
mengambarkan 5. Sarankan adaptasi resiko tersebut.
tingkah laku yang rumah untuk 5. Supaya keamanan
beresiko tinggi. meningkatkan pasien terjamin.
keamanan

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
sistem nervous.
Tujuan dan Intervensi
No Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Monitor makanan 1. Indikator apakah
tindakan atau cairan dan nutrisi pada anak
keperawatan selama pemasukan kalori terpenuhi atau
6 kali pertemuan harian anak. tidak.
diharapkan 2. Anjurkan pemilihan 2. Meningkatkan
kebutuhan nutrisi makanan yang tinggi kebutuhan kalsium
anak seimbang dan kalsium. dan gizi seimbang.
adekuat dengan 3. Anjurkan anak 3. Mencegah
kriteria hasil; duduk setelah makanan yang
1. Pemasukan makan. sudah ada di
vitamin, 4. Atur pola makan lambung tidak
karbohidrat, pada anak. dikeluarkan
kalsium, protein 5. Lakukan Oral kembali/ di
dan kalori hygiene sebelum muntahkan.
adekuat. dan setelah anak 4. Pola makan yang
makan. teratur agar
6. Berikan pendidikan pemenuhan
kesehatan kepada kebutuhan nutrisi
keluarga sampel diet pada anak
pada cerebral palsy. terpenuhi.
7. Kolaborasi dengan 5. Menjaga

10
dokter dalam kebersihan mulut
pemberian suplemen 6. Meningkatkan
tambahan yang tepat pemahaman
untuk anak keluarga
7. Menambah suplai
vitamin dari luar.

4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungaan dengan proses penyakit.


Tujuan dan Kriteria Intervensi
No Rasional
Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Melatih anak agar
tindakan keperawatan kebutuhan spesial tidak tergantung
selama 6 kali anak. pada orang lain.
pertemuan diharapkan 2. Fasilitasi perhatian 2. Untuk
orang tua dan atau kontak dengan menghilangkan
pengasuh anak teman kelompoknya stres dan
mengerti tentang 3. Berikan perhatian merasakan udara
stimulasi tumbuh saat-saat yang segar.
kembang pada anak dibutuhkan. 3. Motivasi agar anak
dengan kriteria hasil; 4. Ajarkan anak untuk tidak putus asa.
1. Orang tua dapat mencari pertolongan 4. Bila anak perlu
menstimulasi dari orang lain. bantuan, anak tahu
pertumbuhan 5. Sediakan aktivitas cara untuk
spiritual dan yang dianjurkan meminta tolong.
emosional anak. untuk berinteraksi 5. Untuk
2. Orang tua dapat dgn teman menghilangkan
menstimulasi sebayanya. stress pada anak
perkambangan 6. Menyanyi dan 6. Untuk melatih
kognitif anak. bicara pada anak kerja otak anak
3. Orang tua dapat setiap kali
dapat berinteraksi pertemuan
dan berempati
pada anak.
4. Orang tua dapat

11
mengunakan
bahasa positif saat
berbicara dengan
anak

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan
keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur spesifik yang terdiri dari
partisipasi aktif keluarga, penyuluhan kesehatan, konseling, manajemen kasus, dan konsultasi.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat dengan melihat respons keluarga dan
hasil yang dicapai yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi disusun
dengan menggunakan SOAP secara operasional.

12
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 6 November 2019 Pukul 09.00 wib
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. L
TTL : Jombang, 10 Januari 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Pendidikan :-
Alamat : Panti Asuhan Bhakti Luhur Surabaya
Diagnosa medis : Cerebral Palsy
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. Y
TTL : Manggarai, 17 November 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Flores
Pendidikan : Perguruan Tinggi STPP
Pekerjaan : Perawat Bhakti Luhur Surabaya
Alamat : Bhakti Luhur Surabaya
Hubungan keluarga : Pengasuh

3. Keluhan utama
Pengasuh mengatakan klien mengalami kekakuan tubuh padan bagian bagian.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengasuh mengatakan An. L mengalami Cerebral Palsy. An. L mengalami kekakuan
tubuh bagian kanan, An. L tidak bisa berbicara hanya bisa tersenyum dan menyerang,
semua ADL dibantu oleh pengasuh. An. L berusia 26 tahun dengan BB: 43 kg, TB: 155
cm.

13
b. Riwayat kesehatan lalu
An. L masuk Panti Bhakti Luhur Surabaya sejak tanggal 30 April 2002 ditemukan
dijalan oleh salah satu suster panti. An. L tidak bisa berbicara dan mengalami kekakuan
otot sejak ditemukan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ditemukan untuk riwayat keluarga An. L
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi
Tidak ditemukan data tentang susunan genogram
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum An. L cukup rapi, kesadaran compos mentis, klien duduk dan
menundukan kepalanya. Ttv : tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 80 x/m, suhu 36’5 ˚C,
respirasi 20 x/m.
b. Kepala dan wajah
1. Ubun-ubun menutup, keadaanya rata, tidak cembung dan tidak cekung dan tidak ada
kelainan.
2. Rambut berwarna hitam, tampak lebat, tidak rontok, dan di cabut, rambut tanpak
bersih dan tidak kusam
3. Kepala klien tidak ada kelainan, keadaan kulit kepala klien bersih dan tidak ada lesi,
tidak ada terdapat peradangan dan benjolan.
4. Mata klien tidak simetris kiri dan kanan, konjungtiva klien berwarna merah muda,
skelera berwarna putih.
5. Bentuk telinga kiri-kanan simestris,tidak ada serumen dan secret,tidak ada
peradangan dan pasien memberikan respon ketika di panggil namanya
6. Bentuk hidung simestris kiri kanan ,tidak ada kotoran,pasien bisa mencium bau
makanan di depannya
7. Bibir klien tampak lembab,bewarna merah muda,platum lunak
8. Gigi pasien lengkap,tidak ada caries
9. Leher dan tenggorokan klien simetris, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran
tonsil, tidak ada peradangan.
10. Dada klien simetris, ada retraksi dada saat bernafas.
11. Punggung klien simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan
12. Abdomen simetris, tidak ada massa, tidak hepatomegali, dan tidak spenomegali.
13. Ekstremitas tonus otot baik, tidak ada oedem, dan tidak ada sianosis.

14
14. Genetelia : tidak dikaji
6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Kemandirian dalam bergaul : klien mampu bersosialisasi dengan lingkungan
b. Motorik halus : klien tidak mampu mengenggam ketika
diberikan pensil atau sendok
c. Motorik kasar : klien hanya bisa melangkah 2-3 langkah dan
aktivitas dibantu
d. Kognitif dan bahasa :klien tidak mampu berbicara hanya bisa
mengerang dan tersenyum
e. Psikososial :klien tidak mampu beriteraksi hanya bisa
tersenyum
7. Pola Aktifitas sehari-hari
No Pola kebiasaan Keterangan
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 x sehari
b. Nafsu makan/selera baik
c. Jenis makanan nasi, sayur, ikan, ayam
2 Eliminasi
a. BAB 1 x sehari (lembek)

b. BAK ±5 sehari memakai popok (kuning


bening)
Istirahat/tidur
3 a. Siang/ jam 2 jam
b. Malam/ jam 8 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2 x sehari
b. Oral hygiene 2 x sehari

15
I. Data penunjang
Obat Rute Dosis Indikasi
Haloperidol Oral 2x1 Obat ini membantu mengurangi gerakan otot yang tidak
terkontrol

Fisioterapi hari senin dan kamis

Palangka Raya,6 November 2018

Mahasiswa,

Emilensia Feninda Wulandari

16
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

Cerebral palsy Kerusakan Mobilitas Fisik


1. DS : pengasuh
mengatakan tangan dan
kanan klien lebih kaku, Kerusakan pada saraf
klien hanya dapat 2-3 muskuloskeletal
langkah.

DO : Kelumpuhan ekstremitas
- Gangguan pergerakan kanan
ekstremitas kanan
-klien tampak kaku saat
berjalan

2. DS : pengasuh Cerebral Palsy Gangguan Persepsi Sensori


mengatakan klien ketika verbal
ditanya pandangan mata
tidak fokus pada objek Kerusakan nervus
penanya. okulomotorius

DO :
- pergerakan bola mata Strabismus
tidak simetris
- pandangan tidak fokus

17
PRIORITAS MASALAH

1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan


2. Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus

18
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. L


Ruang Rawat : Wisma Srikandi

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan 1. Orientasikan lingkungan dan situasi serta 1. Meningkatkan pengenalan dan meningkatkan
Gangguan sensori persepsi keperawatan selama 1 x 6 jam keadaan disekitar pasien. daya ingat terhadap lingkungan sekitar
visual berhubungan dengan diharapkan klien dapat 2. Anjurkan pasien untuk mempelajari kembali 2. Meningkatkan respon stimulus dan
strabismus meningkatkan ketajaman ADL yang sering dilakukan menurunkan ketergantungan
penglihatan dalam batas 3. Mengatur lingkungan sekitar pasien, jauhkan 3. Mencegah cidera dan meningkatkan
situasi individu dengan benda benda yang dapat menimbulkan kemandirian
kriteria hasil: kecelakaan 4. Meminimalkan resiko cidera memberikan
- Klien dapat merespon 4. Awasi / temani pasien saat melakukan perasaan aman bagi pasien
rangsangan suara aktivitas 5. Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan
- Pandangan fokus 5. Motifasi pasien melakukan aktivitas bahaya keamanan.
terhadap objek sederhana
-

19
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dengan S : Pengasuh mengatakan pasien tidak dapat melakukan
cara memperkenalkan keadaan lingkungan disekitar aktivitas ringan dan harus dibantu
tempat pasien melakukan adl
2. Meletakan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan O : - pasien tampak dibantu ketika makan
pasien dengan cara menyimpan benda yang dibutuhkan - pasien nampak dibantu ketika berjalan
Rabu
pasien di dekat pasien misalnya sendok ketika pasien - pasien nampak dibantu mandi
7/11-2018 ingin makan.
3. Melatih makan dengan cara meraba sendok, kemudian A : Masalah belum teratasi
Emilensia F.W
menyendok nasi dan memasukan nya ke mulut
4. Melatih pasien berjalan dengan cara meraba tembok dan P : lanjutkan intervensi
benda disekitar pasien.
5. Memberi penjelasan kepada pengasuh untuk proteksi
terhadap pasien dengan cara menjelaskan kepada
pengasuh bahwa jika tidak di lindungi dn diawasi maka
pasien bisa cidera.

20
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. L


Ruang Rawat : Wisma Srikandi

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan 1. Merilekskan otot
Kerusakan mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 6 jam anak 2. Anak dapat meningkatkan kemampuan yang
berhubungan dengan diharapkan klien dapat 2. Ajarkan klien untuk menggenggam dimiliki anaknya walaupun terbatas
hemiplegi kanan meningkatkan setelah 3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 3. Membantu proses perawatan
dilaksanakan perawatan, tidak 4. Anjurkan pengasuh turut membantu program 4. Membantu pemenuhan kebutuhan
terjadi gangguan aktivitas lagi latihan di rumah
dengan kriteria hasil:
- Ekstremitas tidak kaku
- Berjalan tanpa dibantu
- Makan dan minum tanpa
dibantu

21
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1. Memberikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan anak S : pengasuh mengatakan klien ektremitas masih kaku
2. Mengajarkan klien untuk menggenggam
3. Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi
4. Menganjurkan pengasuh turut membantu program O : - Klien masih dibantu untuk berjalan
latihan di rumah - Makan dan minum dibantu
Rabu
- Mandi dibantu
7/11-2018 - Hanya dapat 2-3 dalam melangkah

Emilensia F.W

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

22

Anda mungkin juga menyukai