Perbedaan pendapat :
Pendapat I (jumhur) : sunnah muakkadah bagi setiap orang, fardhu kifayah bagi
masyarakat.
Sholat berjama’ah adalah sunnah muakkadah. Adapun bagi wanita, maka yang
lebih baik adalah sholat dirumahnya. Akan tetapi wanita juga boleh mendatangi sholat
berjama’ah di masjid jika bisa menghindari adanya fitnah. Dan sholat di masjid kecil
(musholla) adalah lebih baik bagi wanita daripada sholat di masjid besar.
Apabila seseorang masuk kedalam masjid padahal dia sudah sholat, maka apakah dia
wajib sholat lagi bersama jama’ah yang ada saat itu ?
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Syafi’i) :
Pendapat II (Malikiyah) :
Pendapat IV (Al-Auza’i) :
Bagi yang sudah melakukan sholat, baik sendirian ataupun berjama’ah, lalu menemui
sholat berjama’ah yang lain, maka sholat lagi bersama jama’ah yang ditemui tersebut
merupakan nafilah baginya.
Perbedaan pendapat :
Perbedaan dalam memahami kata “aqra-uhum likitabillah” dalam hadits shahih :”Yang
menimami suatu kaum ialah ‘aqra-uhum likitabillah’. Jika sama dalam hal qira-ah, maka
yang paham tentang As-Sunnah. Jika sama dalam hal pengetahuan terhadap As-Sunnah
maka yang lebih dahulu berhijrah. Jika sama dalam hal kapan berhijrah maka yang lebih
dahulu masuk Islam. Dan janganlah seseorang mengimami seseorang dalam daerah
kekuasaannya dan jangan pula duduk di rumahnya kecuali dengan ijinnya.
Yang paling berhak manjadi imam adalah yang paling baik dalam membaca Al-Qur’an.
Jika sama maka yang paling paham tentang As-Sunnah. Jika sama maka yang lebih dulu
berhijrah. Jika sama maka yang lebih tua usianya.
Perbedaan pendapat :
Pendapat I : boleh
Diantara keimaman yang sah adalah keimaman anak yang sudah tamyiz.
Komentar :
Masa tamyiz adalah masa dimana seseorang sudah bisa membedakan antara yang baik dan
yang tidak baik. Masa ini sudah terjadi sebelum seseorang menjadi baligh.
Perbedaan pendapat :
Pendapat I :
tidak boleh
Pendapat II :
boleh
Pendapat III :
boleh jika kefasiqannya dalam hal-hal yang tidak qath’iy atau dalam hal-hal yang
ditetapkan dengan takwil.
Setiap orang yang mana sholatnya secara sendirian adalah sah maka keimamannya juga sah.
Hanya saja, keimaman seorang fasiq atau seorang mubtadi’ adalah makruh.
Wanita mengimami laki-laki
Terdapat pula pendapat syadzdz yang memperbolehkan wanita mengimami siapa saja, termasuk
laki-laki.
Perbedaan pendapat :
Pendapat II (Syafi’i) :
Perbedaan pendapat :
Disunnahkan membaca amin setelah membaca Al-Fatihah bagi imam, makmum, ataupun
yang sholat sendirian, dilakukan secara jahri dalam sholat jahri dan secara sirri dalam sholat
sirri.
Perbedaan pendapat :
Tidak dinyatakan.
Kapan makmum berdiri dari duduknya untuk mulai menunaikan sholat berjama’ah?
Perbedaan pendapat :
Pendapat I :
di awal iqamat
Pendapat II :
Pendapat III :
Pendapat IV :
Pendapat V :
tidak ada ketetapan dalam masalah ini, tergantung pada kesanggupan setiap orang.
Tidak ada nash yang menerangkan masalah ini kecuali satu hadits saja yakni hadits Abu
Qatadah: Rasulullah saw bersabda,”Jika iqamat diucapkan maka janganlah kalian berdiri sampai
kalian melihat aku”. Masalahnya, terjadi perbedaan dalam menilai keshahihan hadits ini.
Jika hadits Abu Qatadah shahih, maka kita harus mengamalkannya. Apabila tidak shahih maka
masalah ini adalah maskut ‘anhu sehingga kapanpun seseorang berdiri adalah baik.
Jumhur bersepakat bahwa jika makmumnya satu orang maka ia berdiri di sebelah kanan
imam, dan jika makmumnya tiga orang atau lebih maka mereka berdiri di belakang imam.
Perbedaan pendapat :
Pendapat II (Hanafiyah) :
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (jumhur) :
Perbedaan dalam menyikapi hadits Waabishah : Rasulullah saw bersabda,”Tidak sah sholat
orang yang berdiri sendirian di belakang shaf”.
Berdiri sendirian dibelakang shaf adalah boleh dan tidak mengharuskan pengulangan sholat.
Akan tetapi, mengulang sholatnya adalah mandub.
Dalam kasus seseorang tidak kebagian tempat dalam shaf, maka terdapat dua pendapat :
Dia mengikuti sholat berjama’ah dengan berdiri sendiri dan makruh jika meminta seseorang
dalam shaf untuk menemaninya.
Dia bertakbiratul ihram lalu meminta satu orang dalam shaf yang alim dalam hal hukum
agama untuk menemaninya. Dan orang yang diminta tersebut disukai (mustahab) jika
memenuhi permintaan tersebut.
Ketika mendengar iqamah, berlari menuju masjid ataukah berjalan dengan tenang?
Perbedaan pendapat :
Pendapat II : bergegas-gegas
Sebab perbedaan pendapat :
Tidak sampainya hadits Abu Hurairah kepada yang menganut pendapat II.
Disunnahkan berjalan dengan tenang menuju sholat berjama’ah dan dimakruhkan berjalan
dengan tergesa-gesa, meskipun iqamat telah dikumandangkan, karena berangkat menuju
sholat berjama’ah adalah seperti dalam keadaan sholat itu sendiri.
Jika masuk masjid dan imam sedang ruku, apakah langsung ruku’ tanpa shaf lalu
menuju shaf jika khawatir imam akan segera bangkit dari ruku’-nya?
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Malik) : ya
Perbedaan dalam menilai keshahihan hadits Abu Bakrah : Dia masuk masjid sementara
Rasulullah sedang sholat berjama’ah dalam keadaan ruku’, maka dia pun ruku’ kemudian
menuju shaf. Maka Rasulullah bersabda,”Semoga Allah menambah sifat hirsh pada dirimu, dan
kamu tidak usah mengulang sholatmu”.
Perbedaan pendapat :
orang yang sholat dengan duduk tidak boleh menjadi imam. Jika mamkum sholat
dibelakang imam yang sholat dengan duduk, maka sholatnya batal (baik ia sholat dengan
berdiri ataupun dengan duduk).
Pendapat IV :
makruh bermakmum di belakang imam yang sholat dengan duduk. Jika terjadi, maka
sebaiknya ia mengulangi sholatnya pada waktunya.
Sholat jama’ah dimana imam duduk dan makmum berdiri adalah sah.
Bacaan apa yang ditanggung oleh imam untuk seluruh makmumnya ?
Para fuqaha sepakat bahwa imam tidak menanggung makmum kecuali bacaan Al-Qur’an.
Perbedaan pendapat :
Pendapat II (Malik) :
Dalam sholat jahr : makmum tidak membaca. Adapun dalam sholat sirr : makmum
membaca.
Dalam sholat jahr : makmum hanya membaca Al-Fatihah. Dalam sholat sirr : makmum
membaca semuanya.
Pendapat IV (Ahmad) :
Jika makmum mendengar bacaan imam maka ia tidak membaca, tetapi jika ia tidak
mendengar maka ia membaca.
Jika terdapat hal-hal yang membatalkan sholat imam, apakah sholat para makmum
tetap sah?
Para fuqaha sepakat bahwa jika tiba-tiba imam berhadats maka sholat makmum tetap sah.
Bagaimana jika imam dalam kondisi junub dan baru diketahui setelah sholat usai?
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Syafi’i) :
sholat rusak.
Jika imam tahu hal itu maka sholat rusak, akan tetapi jika imam lupa maka sholat tetap sah.
Perbedaan mengenai apakah sahnya sholat makmum tergantung pada sahnya sholat imam.
Pendapat Sayyid Sabiq :