1
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana, yakni semua aspek ekonomi
dianggap sebagai milik bersama dan digunakan untuk kepentingan bersama. Pandangan sosialisme
bertentangan dengan liberalisme yang menekankan kebebasan individu.
Kebaikan sistem ekonomi sosialis adalah:
a. Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain- lain. Setiap individu
mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mental berada
dalam tanggung jawab Negara.
b. Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara Yang sempurna. Dengan
demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang berlaku dalam Sistem
Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
c. Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang
diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara yang mempunyai kewajiban
memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.
4. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat" dan
antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit." Kata "demokrasi" pertama muncul pada
mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga
Athena mendirikan negara yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun
508-507 SM. Oleh karena itu Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi Athena." Demokrasi
Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis, tetapi juga
sangat langsung dalam artian rakyat mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar
warga negara terus terlibat dalam urusan publik.
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama
dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi,
yaitu:
a. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk
lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil;
dan
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh
hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung
maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
c. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan
hukum
e. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku
dan kebijakan pemerintah.
g. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
2
h. Adanya p e m i l i h a n umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
i. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
3
perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme negara-negara Barat. Perlawanan mereka
melahirkan beberapa peristiwa penting:
a. Perang Candu (1839-1842)
Berawal dari penjualan Candu oleh pedagang Inggris. Kantor pusat perdagangan Inggris di
Nanking. Perdagangan Candu ini sangat merugikan kekaisaran Cina. Untuk menghentikannya,
pasukan Kekaisaran Cina menyerang kantor pusat perdagangan candu Inggris di Nanking.
Dalam perang ini Cina mengalami kekalahan. Perang Nanking diakhir dengan perundingan
damai. Berdasarkan perjanjian Nanking, pihak Cina diharuskan membuka lima pelabuhannya dan
menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
b. Perang Cina melawan Inggris-Perancis (1856-1860)
Perjanjian Nanking membuka jalan negara-negara Eropa untuk merebut wilayah Cina. Sejak
itulah dimulai kolonilisasi dan imperialisasi Cina oleh negara- negara Eropa seperti Inggris,
Perancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Kekaisaran Cina menentangnya sehingga
menimbulkan perang yang kedua melawan negara Eropa pada tahun 1856. Dalam perang ini
Cina menghadapi pasukan gabungan Inggris dan Perancis. Pihak Cina mengalami kekalahan.
Perang berakhir pada tahun 1860 dengan Perjanjian Peking. Berdasarkan perjanjian ini seluruh
pelabuhan Cina terbuka untuk pedagang asing dan dikelola badan internasional yang terdiri dari
Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.
c. Pemberontakan Tai Ping (1860-1864)
Perjanjian Peking sangat merugikan kepentingan Kekaisaran Manchuria dan membangkitkan
gerakan nasionalisme bangsa Cina. Mereka melancarkan pemberontakan terhadap Kekaisaran
Manchuria karena dinilai tidak dapat mempertahankan wilayah Cina dari negara-negara Eropa.
Pemberontakan mereka dikenal sebagai pemberontakan Tai Ping . Pasukan mereka dihancurkan
oleh pasukan Manchuria.
d. Pemberontakan Boxer (1900-1901)
Pada tahun 1900 para pendekar Cina bersatu untuk mengusir bangsa-bangsa Eropa dari Cina.
Pusat pemberontakan berada di kota Peking. Negara-negara Eropa mengenang perang ini
sebagai Pemberontakan Boxer (Boxer = Pendekar). Perjuangan mereka mendapatkan bantuan
dari Kaisar Manchuria. Oleh karena itu kekaisaran Manchuria harus membayar seluruh kerugian
perang yang dialami negara-negara Eropa selama pemberontakan Boxer.
3. Gerakan Nasionalisme Filipina
Pada tahun 1898 bangsa Filipina melancarkan pemberontakan Katipunan terhadap pemerintah
kolonial Spanyol. Pemberontakan Katipunan dipimpin Yose Rizal. Ia ditangkap pasukan
Spanyol dan dihukum mati oleh pemerintah kolonial Spanyol. Pemberontakan ini mengawali gerakan
nasionalisme di Filipina. Selanjutnya gerakan nasionalisme Filipina dilanjutkan oleh Emilio Aqunaldo
dengan mendirikan Liga Pembebasan Filipina. Pada 12 Juni 1898, ia memproklamasikan pendirian
negara Republik Filipina Merdeka. Namun kemerdekaannya dibatalkan oleh pemerinta Amerika
Serikat yang merebut Filipina dari Spanyol.
Perjuangan kemerdekaan beralih dari melawan Spanyol menjadi melawan Amerika Serikat.
Pada tahun 1934 pemerintah Amerika Serikat menjanjikan kemerdekaan bangsa Filipina. Untuk
menyiapkan kemerdekaan Filipina itu pemerintah Amerika Serikat menerbitkan Undang-Undang
"The Tydings Mc Duffie Act" yang menegaskan Filipina berstatus Commonwealth selama 12 tahun.
Pada 4 Juli 1946 bangsa Filipina memperoleh kemerdekaannya dengan Manuel Roxas sebagai
presiden pertamanya.
4. Gerakan Nasionalisme Mesir
4
Mesir sebelum dijajah negara-negara Eropa berada di wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Usmani yang berpusat di Turki. Kekuatan Kekhalifahan Usmani mengalami penurunan
sehingga banyak wilayahnya yang dikuasai kekaisaran Inggris, Perancis, Jerman dan Italia.
Kebangkitan nasionalisme Mesir berawal dari penolakan rakyat Mesir terhadap pengangkatan
seorang Pasha (Gubernur) Mesir oleh Sultan Usmani. Rakyat Mesir menginginkan Muhammad Ali,
seorang tokoh pejuang rakyat Mesir menentang kolonialisme dan imperialisme Eropa. Sultan
akhirnya menyetujui dan mengesahkan Muhamad Ali sebagai Pasha Mesir.
Untuk memajukan Mesir, Muhamad Ali melakukan serangkaian pembaharuan dalam bidang
angkatan perang, pendidikan, pertanian , dan industry. Ia banyak mempekerjakan para ahli dari
Perancis. Modernisasi menjadi langkah pertama munculnya gerakan nasionalisme bangsa
Mesir yang memperjuangkan kemerdekaan dari Kekhalifahan Usmani.
8
Kehancuran juga melanda negara- negara jajahan bangsa Barat di Asia, Afrika dan
Amerika.
2. Terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa
Usaha-usaha untuk menciptakan perdamaian selalu muncul setelah berakhirnya sebuah
konflik atau pun sebuah peperangan. Setiap manusia baru menyadari betapa dahsyatnya dampak
dari perang setelah mengalami kengrian dari perang yang terjadi dan setiap mata menyaksikan
betapa merugikannya perang yang telah terjadi. Beberapa upaya perdamaian telah dilakukan oleh
tokoh-tokoh dunia, salah satunya adalah pemikiran Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat dari
1913-1921. Sebelum Amerika Serikat terlibat dalam kancah Perang Dunia I, Woodrow Wilson
telah mengajukan usul untuk mengakhiri perang dan menjamin adanya perdamaian. Usulan
Woodrow Wilson ini dikenal dengan nama Peace Without Victory. Isi dari usulan tersebut antara
lain
a) Tidak diperbolehkan adanya perjanjian-perjanjian rahasia
b) Semua bangsa memiliki kedudukan yang sama
c) Melakukan pengurangan perlombaan senjata
Usulan Woodrow Wilson ini kemudian di deklarasikan dengan nama 14 Pasal Wilson (Wilson’s
Fourteen Point) pada 8 Januari 1918 dan menjadi tujuan Amerika Serikat untuk sesegera mungkin
menyelesaikan perang. Dari 14 pasal tersebut, isi terpentingnya adalah :
a) Perjanjian rahasia tidak diperbolehkan
b) Pengurangan persenjatan
c) Bangsa-bangsa diberikan hak untk menentukan nasib sendiri
d) Pembentukan Liga Bangsa-Bangsa..
Dari empat belas pasal yang diusulkan yang dapat terlaksana hanya pembentukan Liga
Bangsa-Bangsa yang didirikan pada 20 Januari 1919.. Sedangkan lainnya meskipun ada yang
disetujui, namun tidak ada yang terlaksana. Liga Bangsa-Bangsa ini bertujuan antara lain :
a) Menjamin perdamaian dunia
b) Melenyapkan perang
c) Diplomasi terbuka
d) Mentaati hukum dan perjanjian internasional
Dalam pelaksanaanya, Liga Bangsa-Bangsa ini memiliki badan-badan untuk menjalankan
aktivitasnya. Diantara badan-badan tersebut antara lain
a) Sidang Umum, merupakan sidang dari semua anggota setahun sekali di Jenewa. Tiap negara
anggota memiliki tiga orang wakil dengan satu suara. Badan ini bertugas
1) merundingkan permasalahan yang muncul dan memberi nasihat yang tidak mengikat.
2) Membuat rencana keuangan untuk biaya kegiatan Liga Bangsa-Bangsa c. Memilih hakim
untuk mahkamah internasional
3) Menerima anggota baru
4) Menetapkan dan atau mengubah perjanjian internasional
b) Dewan Keamanan, memiliki 15 orang anggota yang terdiri dari wakil-wakil tetap dari negara
besar (5 orang) dan wakil-wakil tidak tetap dari negara- negara kecil (10 orang) bergantian
setiap 3 tahun. Adapun tugas dari dewan ini adalah
1) Menyelesaikan perselesihan-perselisihan internasional
2) Menjaga negara-negara anggota terhadap serangan negara lain
3) Pengurangan senjata
4) Melindungi dan membela Liga Bangsa-Bangsa
c) Sekretaiat Tetap, sekretariat tetap berkedudukan di Jenewa Swiss. Badan ini bertugas :
1) Melayani kebutuhan Liga Bangsa-Bangsa
9
2) Mencatat perjanjian-perjanjian internasional
d) Organisasi-organisasi tambahan terdiri dari panitia-panitia mengenai urusan ekonomi,
keuangan, teknik, kesehtan, mandat, ilmu pengetahuan dan perhubungan. Diantaranya adalah
ILO (International Labour Organization) dan Mahkamah Internasional (Internasional Court of
Justice)
Dalam segala hal, sifat Liga Bangsa-Bangsa adalah sukarela (keputusannya tidak mengikat
anggotanya), kedaulatan suatu bangsa tidak boleh dilanggar atau dikurangi. Setiap anggota secara
sukarela mentaati atau tidak mentaati semua keputusan Liga Bangsa-Bangsa. Sebagai contoh
misalnya sangsi boikot terhadap suatu negara, setiap anggota dibebaskan untuk menjalankan
secara sukarela apakah mendukung atau tidak, sehingga sangsi yang diberikan seperti tidak
berguna. Disinilah salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Liga Bangsa-Bangsa. Karena jika negara
yang diberi sangsi itu negara yang kuat, maka negara- negara kecil umumnya tidak berani
melaksanakan keputusan Liga Bangsa-Bangsa tersebut. Namun Liga Bangsa-Bangsa tetap
menjalankan sifat seperti ini, sehingga Liga Bangsa-Bangsa gagal dalam menjalankan tugasnya
mengawai perdamaian internasional. Hasil-hasil perjanjian perdamaian Liga Bangsa-Bangsa antara
lain :
a) Protokol Jenewa (1924)
b) Perjanjian Locarno (1925)
c) Perjanjian Kellog-Briand (Perjanjian Perdamaian Paris, 1928) Hasil-hasil Liga Bangsa-Bangsa
adalah : Soal Kepulauan Aaland, Soal wilna, Soal Mosul, Soal Manchuria, dan Soal Ethiopia.
Munculnya Perang Dunia II menjadi bukti kegagalan Liga Bangsa-Bangsa. Faktor yang
menyebabkan hancurnya Liga Bangsa-Bangsa antara lain
a) Tidak adanya peraturan yang mengikat dan semuanya dilakukan secara sukarela
b) Tidak mempunyai alat kekuasaan yang nyata dalam menindak setiap negara yang
melanggar
c) Terlalu lemah terhadap negara-negara besar
d) Adanya pergeseran tujuan dari masalah keamanan ke masalah politik.
Karena Liga Bangsa-Bangsa tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, kemudian
fungsinya digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Organisation) yang
didirikan pada 24 Oktober 1945.
3. Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II berakhir, pada tahun 1939-1945 dunai kembali mencekam dengan
terjadinya Perang Dunia II. Perang Dunia II (1939) terjadi dalm dua periode. Periode pertama, yaitu
periode untuk mencari perdamaian yang berlangsung dari tahun 1919-1930. Periode Kedua, periode
mencari kawan (aliansi) yang berlangsung dari tahun 1930-1939.
a. Latar Belakang Perang Dunia II
Perang Dunia II terjadi karena oleh sebab umum dan sebab khusus berikut ini.
1) Sebab umum
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menjalankan tugas-tugasnya. LBB yang
diharapkan mampu menjadi suatu lembaga yang dapat menciptakan perdamaian dunia,
ternyata gagal menjalankan perannya dengan baik
Munculnya politik Aliansi (mencari kawan)
Perlombaan Senjata
Jerman tidak mengakui lagi perjanjian Versailles
2) Sebab Khusus
10
Berdasarkan perjanjian Versailles, wilayah Prusia Timur dipisahkan dari Jerman dengan
dibentuknya negara Polandia (jalan keluar Jerman menuju laut). Di tengah-tengah negara ini
terletak kota Danzig yang dituntut Jerman karena penduduk wilayah itu berbangsa Jerman.
Polandia sendiri menolak untuk menyerahkan wilayah tersebut bahkan kemudian mengadakan
perjanjian dengan Inggris, Perancis, Rumania dan Yunani yang berisi saling menjamin
kemerdekaan masing-masing negara. Hitler menjawab kesepakatan ini dengan
mengadakan perjanjian Jerman-Rusia pada 23 Agustus 1939 yang berisi kesepakatan Non-
Agresi, dimana kedua negara tidak akan saling menyerang. Jerman pada 1 Septemer
1939 menyerang Polandia. Serangan yang dilancarkan Jerman ini mengawali Perang Dunia II
di front Eropa. Untuk kawasan Asia Pasifik, sebab khusus yang mengawali Perang Dunia II
adalah penyerangan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii oleh
Jepang pada 7 Desember 1941. Penyerangan iini mengawali berkobarnya Perang Pasifik atau
Perang Asia Timur Raya.
b. Medan Pertempuran Perang Dunia II
Medan pertempuran PD II lebih luas, mencakup Eropa, Asia, Afrika. Perang Dunia II diilayah Eropa
terdiri atas beberapa medan pertempuran (front), yaitu front Eropa Barat, Eropa Timur, dan Eropa
Tenggara. Wilayah Afrika juga menjadi ajang Perang Dunia II karena menjadi wilayah rebutan untuk
dijajah oleh Bangsa Eropa.
c. Akhir Perang Dunia II
Akhir dari Perang Dunia II ialah dengan penandatanganan perjanjian perdamaian antara Sekutu
dengan negara yang kalah perang. Perjanjian tersebut antara lain Perjanjian Potsdam antara
Jerman dan Sekutu yang dilakukan pada 2 Agustus 1945. Isi Perjanjian Postdam antara lain :
1) Wilayah Jerman dibagi empat daerah pendudukan, yaitu Jerman Timur oleh Rusia dan Jerman
Barat oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
2) Danzig dan daerah Jerman bagian timur Sungai Oder dan Neisse diberikan kepada Polandia
3) Demiliterisasi Jerman
4) Penjahat Perang harus dihukum
5) Jerman harus membayar ganti rugi.
Perjanjian San Fransisco pada 8 September 1951 antara Jepang dan Sekutu. Isi dari perjanjian
tersebut adalah :
1) Jepang di perintah oleh tentara pendudukan Amerika Serikat
2) Jepang membayar pampasan perang
3) Daerah pendudukan Jepang dikembalikan kepada pemiliknya
4) Penjahat perang akan dihukum
d. Dampak Perang Dunia II
Perang Dunia II merupakan perang terbesar dan terdahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah
umat manusia. Perang Dunia II sudah pasti membawa kehancuran. Akibat kehancuran ini sangat
berpengaruh luas dalam kehidupan bangsa dan negara yang bersengketa baik dalam bidang
politik, ekonomi sosial dan budaya.
1) Bidang Politik
Memunculkan dua kekuatan besar dunia yakni Amerika Serikat dengan ideologi
demokrasi liberalnya (liberalisme), dan Uni Soviet dengan ideologi komunisnya.
Terjadi perebutan hegemoni di antara kedua ideologi yang berbeda berakibat munculnya
perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang dingin ini sudah
berakhir ketika Uni Soviet terpecah pada 1991 menjadi Commonwealth of Independent
State (CIS). Pada masa perang dingin ini kedua kekuatan mencoba mempengaruhi negara-
negara sepaham untuk membentuk aliansi (persekutuan), seperti North Atlantic Treaty
11
Organization (NATO), yaitu fakta pertahanan Amerika Serikat bersama negara-negara Eropa
Barat. Adapun aliansi bentukan Uni Soviet adalah Pakta Warsawa, yaitu pertahanan Uni Soviet
bersama negara- negara Eropa Timur,
Balance of Power Policy mengakibatkan munculnya politik aliansi yang berdasarkan
atas kemauan bersama (Collective Security) misalnya adanya METO (middle eastern treaty
organiszation) dan SEATO (south east asian treaty organization)
Berakhirnya Perang Dunia II membawa dampak jatuhnya imperialis. Jatuhnya imperialisme
ini membawa dampak menguatnya semangat nasionalisme di wilayah Asia dan Afrika
untuk melepaskan diri dari cengkeraman negara Asing. Hal ini membawa dampak
semangat untuk merdeka, Misalnya di Asia, muncul negara-negara baru seperti Indonesia,
Filipina, India, Pakistan dan Srilanka. Di Afrika misalnya muncul Mesir dan Aljazair.
2) Bidang Ekonomi
Setelah Perang Dunia II berakhir, keadaan Eropa sangat kacau dan semakin parah, sehingga
Eropa tenggelam dalam kesengsaraan dan penderitaan. Amerika Serikat muncul sebagai
kreditor bagi seluruh dunia, terutama Eropa. Amerika Serikat menyadari bahwa Wilayah Eropa
yang rusak akan mudah dicengkeram oleh pihak komunis, oleh karena itu harus dibantu.
Berkaitan dengan itu ada beberapa lembaga donatur diantaranya
a) Thruman Doctrin (1947), lembaga ini membantu pertumbuhan ekonomi Yunani dan Turki
b) Marshall Plan (1947), lembaga ini memberi bantuan ekonomi dan militer untuk
membangun kembali ekonomi atas rencana yang terlebih dahulu dibuat oleh negara-negara
Eropa dan disetujui oleh Amerika Serikat.
c) Point Four Thruman, lembaga ini memberikan bantuan kepada negara- negara yang masih
terbelakang di Asia dalam bentuk bantuan ekonomi dan militer (Mutual Security Act=MSA)
3) Bidang Sosial
Reaksi yang muncul dalam bentuk kerja sama bangsa-bangsa di dunia, salah satunya
dengan berlatar belakang dari akibat perang mendorong mereka mendirikan United
Nation Relief Rehabilitation Administration (UNRRA) dengan membantu ,asyarakat yang
menderita dalam bentuk
a) Memberi makan orang-orang terlantar
b) Mengurus pengungsi-pengungsi dan menyatukan anggota keluarga yang terpisah akibat
perang
c) Mendirikan rumah sakit dan balai pengobatan
d) Mengerjakan kembali tanah-tanah yang rusak
Di sisi lain, kesengsaraan yang berkepanjangan akibat Perang Dunia II mendorong manusia
untuk mewujudkan dan menciptakan perdamaian abadi. Niat ini semakin kuat setelah Liga
Bangsa-Bangsa gagal dalam usaha mencari perdamaian. Sehingga memunculkan tekad
untuk membentuk lembaga internasional yang berwibawa dalam melakukan perdamaian, yaitu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Adapun para pelopor pendiri PBB ialah
Franklin Delano Roosevelt (AS), Winston Churchill (Inggris) dan Josef Stalin (Uni Soviet).
4. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Dalam upaya untuk mencapai perdamaian dunia dan belajar dari kegagalan pembentukan Liga
Bangsa-Bangsa yang tidak berdaya mengahadapi ancaman dari negara besar, kemudian
dibentuklah Perseriakan Bangsa-Bangsa (United Nation Organitation) berdasarkan konferensi San
Fransisco yang dihadiri oleh 50 negara di dunia. Dalam Konferensi ini berhasil dibentuk suatu
piagam perdamaian bangsa-bangsa. Pada tanggal 24 Oktober piagam tersebut secara resmi
diterima oleh dunia dan secara resmi ditetapkannya Perserikatan Bangsa-Bangsa Pembentukan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa berkaitan pula dengan
12
Atlantic Charter (14 Agustus 1941) yang disusun oleh Presiden Roosevelt bersama Perdana
Menteri Churchil. Piagam ini berisi tentang rencana pembentukan tatanan dunia baru yang
demokratis setelah Perang Dunia II selesai. Rumusan singkatnya menentukan nasib sendiri
diantara bangsa-bangsa di dunia. Hasil dari Atlantic Charter semakin diperkuat dengan
Declaration of the United Nation (1 Januari 1942). Landasan-landasan lain dari pembentukan
Perserikatan Bangsa- Bangsa adalah Dumbarton Oaks (7 Oktober 1944) dan Yalta
Conference (14 Februari1945).
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang lahir pada 24 Oktober 1945, namun baru diresmikan secara
formal pada 10 Januari 1946 dalam sidang pertamanya di London. Pendirian Perserikatan Bangsa-
Bangsa ini bertujuan untuk :
a) Menjamin perdamaian dunia, hak-hak manusia, kemajuan sosial, dan ekonomi
b) Menyelesaikan perselisihan dengan jalan damai dan tidak boleh perang
c) Tidak boleh melanggar kedaulatan negara lain
d) Tidak boleh campur tangan urusan dalam negeri suatu negara
e) Mengadakan tindakan kerja sama terhadap negara-negara yang membahayakan perdamaian
dunia.
Dalam rangka mengimpletasikan kerja-kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian
dibentuk badan-badan keorganisasian yaitu :
1) Sidang Umum
a) Sidang umum diadakan setiap tahun sekali, namun bisa dilakukan setiap waktu sesuai
dengan permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa
b) sidang umum tiap-tiap negara diwakili oleh 5 orang dengan satu suara
c) Hak veto tidak berlaku
d) Putusan diambil atas dua pertiga jumlah suara
e) Tugasnya merundingkan segala hal yang dianjukan oleh Dewan Keamanan dan Anggaran
Belanja Perserikatan Bangsa-Bangsa
2) Dewan Keamanan
a) Dewan ini beranggotakan 5 negara tetap dengan hak veto yaitu, Amerika Serikat, Rusia,
Inggris, Perancis dan Cina. Serta 6 anggota tidak tetap yang dipilih dalam sidang umum setiap
dua tahun sekali.
b) Dewan Keamanan bertugas memlihara keamanan dan perdamaian dan memutuskan sangsi
dan mengambil tindakan yang diperlukan
3) Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)
a) Dewan ini beranggotakan 18 negara dengan hak yang sama
b) Masa kerja dewan selama 3 tahun
c) Dewan ini bertugas mengurus perkembangan sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan, hak-
hak manusia, emansiapasi wanita, transportasi
d) Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh badan-badan khusus seperti ILO, FAO, UNESCO,
WHO, World Bank, IMF, GATT, ICAO, UPU, TU WMO dan IMCO
4) Dewan Perwakilan
Dewan ini bertugas mengurusi perkembangan sosial, ekonomi dan budaya bagi negara
secara politis maih di bawa perwakilan negara.
5) Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional bertugas menyelesaikan masalah-masalah internasional. Anggota
Mahkamah ini dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan
6) Sekretariat
13
Bandan ini diketuai oleh seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat oleh Majelis Umum atas
usul Dewan Keamanan dengan masa jabatan 5 tahun. Sekretaris Jenderal bertugas
menyelenggarakan Pekerjaan Administrasi PBB.
14
BAB VI
KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN
16
samping untuk memperkuat kedudukan Belanda melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol.
Berdirinya VOC ini dibantu oleh pemerintah kerajaan Belanda, sehingga VOC diberi hak-hak
sebagai berikut :
a) Hak monopoli untuk berdagang di wilayah antara Amerika dan Afrika
b) Dapat membentuk angkatan perang sendiri, mengadakan peperangan, mendirikan
benteng dan bahkan menjajah.
c) Berhak untuk mengangkat pegawai sendiri.
d) Berhak untuk membuat peradilan sendiri (justisi).
e) Berhak mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
Sejalan dengan hak yang diperoleh oleh VOC maka kewajiban yang harus dipenuhi terhadap
pemerintah kerajaan Belanda, yaitu Bertanggung jawab kepada Staten General (Dewan Perwakilan
Rakyat Belanda) dan Pada waktu perang harus membantu pemerintah dengan uang dan angkatan
perang. Di Indonesia, VOC pertama kali berpusat di Ambon. Gubernur Jenderal pertamanya
adalah Pieter Both. Di bawah kepemimpinannya, VOC berhasil menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku. Namun, itu belum cukup bagi VOC sebab Malaka sebagai pusat perdagangan di
Asia Tenggara masih dikuasai Portugis. Oleh karena itu, untuk menyingkirkan Portugis, Pieter Both
merasa perlu memindahkan pusat kegiatan VOC dari Ambon ke Jayakarta (Wiharyanto, Pergantian
Kekuasaan di Indonesia Tahun 1800 2007). Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata
keuntungan yang diperoleh semakin kecil , kasnya semakin menipis, sedang anggaran belanja
VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak semakin bertambah baik tetapi justru semakin merosot.
Itulah sebabnya VOC akhirnya membubarkan diri pada tanggal 31 Desember 1799 (Khoo, 1976
dalam Wiharyanto, 2007).
Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda (Republik Bataaf).
Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah Belanda. Hutang VOC juga menjadi
tanggungan negeri Belanda. Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari 1800 Indonesia dijajah
langsung oleh negeri Belanda. Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda. Sejak itu di
Indonesia berlangsung masa kolonialisme33 (Wiharyanto 2007a). Setelah Indonesia menjadi
Hindia Belanda, ternyata nasibnya juga tidak lebih baik dibanding masa VOC. Hal ini disebabkan
karena karakter pimpinan kolonial di Indonesia yang kurang bersahabat dengan rakyat dan tujuan
Belanda menguasai Indonesia juga tidak berubah. Indonesia yang sejak dahulu telah dikenal
sebagai penghasil rempah-rempah, selalu menjadi incaran banyak bangsa untuk menguasai
Indonesia. Tidak heran banyak terjadi perang antarbangsa untuk memperebutkan Indonesia. Seiring
dengan uraian di atas, maka pada bagian berikut ini akan diuraikan tentang masa politik kolonial
liberal (1800-1811), masa penjajahan liberal di Indonesia atau masa pemerintahan Raffles (1811-
1816), masa Komisi Jenderal (1816-1819), sampai dengan masa pemerintahan Van der
Capellen (1819-1825) (Wiharyanto 2007a).
4. Bangsa Perancis
Bersamaan dengan tertanamnya pengaruh Belanda di kepulauan Nusantara saudagar Perancis
mencoba membuka perdagangan dengan Asia Tenggara. Pada tahun 1601 sebuah ekspedisi
mendarat di Banten, pada tahun 1603 maskapai dagang Hindia Timur didirikan di Paris. Bangsa
Belanda berhasil Menahan masuknya Portugis dan Inggris. Menghadapi Hindia Timur Perancis
kemudian terhenti kegiatannya. Perdagangan Perancis kemudian diselenggarakan terbatas kepada
perdagangan individual, mereka mengunjungi Sulawesi dan Sumatera (Darmawan tanpa tahun).
Kedatangan Perancis di Indonesia lebih bersifat individual, Perancis lebih menguasai Indo China
diantaranya yaitu Vietnam, Laos, Kamboja.
5. Bangsa Inggris
Pada abad ke-17, Inggris tampil sebagai sebuah negara yang menguasai lautan (Sarvajala).
Hal ini terbukti dengan semakin luasnya daerah perdagangan Inggris di kawasan Asia maupun
Amerika. Suatu posisi yang pada hakikatnya mendorong Inggris untuk menjadi sebuah negara yang
kaya raya di kawasan Eropa. Dalam perdagangannya, Inggris tergolong negara yang mahir
memainkan peranan dan strategi perdagangan. Sebagai bukti, pemerintah Inggris memiliki
persekutuan dagang yang disebut East Indies Company (EIC) atau Persekutuan Dagang Hindia
17
Timur. EIC merupakan sebuah persekutuan dagang yang menjadi saingan bagi persekutuan dagang
Belanda yang bernama VOC di wilayah Hindia Timur dan Asia Timur. Menjelang abad ke-18,
persekutuan EIC ini mengalami kemajuan yang pesat. Sebuah studi terbaru menunjukkan 90
persen negara di dunia ternyata pernah dijajah Inggris. Dari sekitar 200 negara di dunia saat ini,
hanya 22 negara yang sama sekali tak pernah dijajah Inggris, antara lain Guatemala, Tajikistan dan
Kepulauan Marshall termasuk satu negara Eropa, Luksemburg. Sejarah penjajahan Inggris itu
dimuat dalam sebuah buku berjudul All Countries We've Ever Invaded: And the Few Never Got
Round To, karya Stuart Laycock (Hardoko 2012).
Inggris tiba di Indonesia pertama kali pada tahun 1740 dengan kedatangan pedagang Inggris
yang bernama Francis Light (1740-1794) berhasil meyakinkan Gubernur Inggris untuk
mengadakan perjanjian dagang yang disebut Perjanjian Vervailles (1783) dengan Kerajaan Aceh
dan Kedah. Walaupun menemui banyak penolakan terutama dari Sultan Aceh namun Light tetap
mengajukan usul yaitu penduduka Penang dengan pengertian bahwa pendudukan tersebut tidak
untuk pemecahan angkatan laut melainkan untuk mematahkan monopoli Belanda dan juga
menjamin keamanan yang lebih baik bagi pelayaran China.
18
Pertikaian berdarah tersebut mengakibatkan Sultan Khairun dan sebagian rombongannya
meninggal dunia.
Peristiwa penikaman tersebut menimbulkan kemarahan Pangeran Babullah, putera Sultan
Khairun di Ternate dan mengangkat pangeran menjadi Sultan Ternate untuk menggantikan
ayahnya. Pasukan Sultan Babullah bergerak untuk menghancurkan benteng pertahanan Portugis di
Ternate dan di Ambon dengan dibantu oleh Sultan Tidore. Tentara Portugis menyerah kepada
Sultan Babullah pada akhir tahun 1575 setelah bentengnya terkurung selama 5 tahun dan tidak
mendapat bantuan dari tentara Portugis yang didatangkan dari Malaka dan Goa akibat tidak mampu
menembus blokade pasukan Sultan Ternate.
2. Perang Mataram (Kerajaan Mataram)
Kesultanan Mataram sudah diajak kerja sama oleh VOC sejak tahun 1614 pada saat VOC
masih bermarkas di Ambon. VOC mengirimkan perwakilan untuk mengajak Sultan Agung bekerja
sama namun ditolak oleh sultan. Tahun 1618 VOC mencoba kembali bekerja sama setelah melihat
Mataram dilanda gagal panen akibat perang melawan Surabaya, namun kembali ditolak oleh Sultan.
Baru pada tahun 1621, Mataram mulai menjalin kerjasama dengan VOC dengan tujuan untuk
memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Belanda diizinkan
mendirikan benteng (loji) untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam
terbaik untuk Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara Mataram
dengan Belanda. Gubernur Jendral VOC Jan Piterzoon Coen memerintahkan Van Der Marct
menyerang Jepara. Sultan Agung mempersiapkan serangan terhadap kedudukan Belanda di
Batavia. Serangan pertama dilakukan tahun 1628. Pasukan Mataram yang dipimpin Tumenggung
Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan ini kemudian disusul pasukan
Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara, yakni Kiai Dipati Mandurojo dan Kiai
Upa Santa. Upaya serangan pertama gagal untuk menghalang mundur pasukan Belanda. Tidak
kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram mempersiapkan
serangan kedua ini pun gagal. Selain kelemahan pasukan pertama, lumbung padi persediaan
makanan banyak dihancurkan Belanda. Di samping Sultan Agung, perlawanan terhadap
kekuasaan VOC juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi dan Mas Said (Johan 2014).
3. Perang Makasar (Kerajaan Makasar)
Kedatangan VOC di Indonesia memang banyak menghasilkan kontroversi dimana saja tempat
yang mereka singgahi, tidak terkecuali di Makasar. Di Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap
kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi
Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak geografisnya, letak wilayah Kerajaan Makasar sangat strategis
dan memiliki kota pelabuhan sebagai pusat perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.
Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669. Pada pertengahan abad ke-
17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di
wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC sehingga
VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC
yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan
berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan
pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai
mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan
dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Pertempuran pertama
terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran
tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang masuk
maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan
karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga
terjadi tahun 1666 - 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan
kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon.
Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari
laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis
agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke
19
Makasar. Namun akhirnya Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani
perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam bentuk
lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.
4. Perang Banten
Peristiwa perompakan atau pembajakan kapal milik Banten yang pulang dari Jawa Timur oleh
kapal-kapal Belanda, menimbulkam amarah Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga ia menyatakan
perang kepada Belanda. Kebijaksanaan ini ditentang keras oleh anaknya Sultan Haji. Bahkan atas
bantuan Belanda pada tanggal 1 Maret 1680, Sultan Haji menurunkan ayahnya, Sultan Ageng
Tirtayasa dari kesultanan dan mengangkat dirinya menjadi Sultan Banten (Djaelani 1999). Tindakan
pemecatan Sultan Ageng Tirtayasa menimbulkan reaksi besar dari para bangsawan Banten di
bawah pimpinan Pangeran Purbaya dan para ulama dan rakyat di bawah pimpinan Syeikh Yusuf.
Secara spontan rakyat Banten tidak mengakui kepemimpinan Sultan Haji di Banten. Dan sebaliknya
mereka berkumpul dihadapan Sultan Ageng Tirtayasa untuk menyatakan kesetiaannya dan
bersedia berperang untuk menurunkan Sultan Haji dan Belanda yang menjadi biang keladinya.
Pada tanggal 7 April 1680 pagi-pagi buta pasukan Sultan Ageng di bawah pimpinannya
langsung, didampingi oleh anaknya pangeran Purbaya dan menantunya Syeikh Yusuf melakukan
serangan umum yang mematikan, terhadap kehidupan Sultan Haji dan pasukan Belanda. Dalam
keadaan yang sangat kritis, Laksamana Saint Martin dan Tak menyodorkan 'surat perjanjian'
kepada Sultan Haji untuk ditanda-tangani, jika bantuan pasukan Belanda diperlukan oleh Sultan.
Untuk mempertahankan hidupnya dan kekuasaannya, Sultan Haji menanda-tangani surat perjanjian
yang sangat merugikan itu untuk selama-lamanya. Perang Sultan Ageng Tirtayasa merupakan
perang melawan Belanda, namun karena kekuatan senjata yang tidak seimbang, mengakibatkan
pasukan Sultan Ageng mengalami kekalahan dan akhirnya menyerah pada bulan Maret 1683.
5. Pemberontakan Untung Surapati
Untung ialah seorang budak dari Bali. Ia dibeli oleh pedagang dari Belanda dan dijadikan
pegawai VOC. Kesalahan yang dibuatnya, yaitu menjalin hubungan dengan seorang gadis
yang merupakan putri dari tuannya, sehingga dia dipenjara. Di dalam penjara ia memimpin
teman-temannya untuk membongkar pintu penjara dan kemudian ia merampok orang orang
Belanda. Untung kemudian menjadi buronan, Belanda selalu menemui kegagalan dalam
menangkapnya (Johan 2014). Di sisi lain, VOC sedang berusaha melakukan penangkapan
terhadap Pangeran Purbaya, putra Sultan Ageng Tirtayasa yang meloloskan diri. Dalam usahanya
VOC menarik kelompok Untung untuk membantunya menangkap Pangeran Purbaya. Kelompok
Untung berhasil menangkap Pangeran Purbaya. Namun, setelah hampir mendekati Batavia, Untung
berubah pikiran karena mendapat penghinaan dari pimpinan pasukan VOC dan ia
memutuskan untuk kembali melawan VOC. Nama Surapati di dapat ketika mampu selamat dari
tuduhan melakukan pembangkangan terhadap Sultan Cirebon dan lawannya yang bernama
Surapati dihukum mati.
Ketika mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat II, Untung Surapati melanjutkan perjuangan di
wilayah Mataram. Dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, Sunan Amangkurat II
merangkul Untung. Namun ia menyadari akan kelicikan sunan ketika menjerumuskan Trunojaya.
Maka, setelah membunuh Kapitan Tack dan anak buahnya Untung pun menyingkir ke Jawa
Timur. Kaptain Tack adalah utusan Belanda yang bertugas untuk menangkap Untung Surapati.
Perjuangan Untung Surapati semakin kuat dengan dibangunnya pusat perjuangan untuk melawan
VOC di Pasuruan Jawa Timur yang bernama Wiranegara. Wiranegara dipimpin dan diperintah
oleh Untung Surapati dan setelah peperangan dengan Sunan Mas, Untung gugur dalam
pertempuran besar di Banggil. (Johan 2014).
6. Perlawananan Patimura
Pada tahun 1817, terjadi perubahan penguasaan di Indonesia. Belanda kembali berkuasa di
Indonesia menggantikan Inggris. Perkembangan itu telah menggelisahkan masyarakat Maluku.
Belanda menerapkan kebijakan yang sangat berbeda dengan Inggris. Rakyat pun kecewa, rakyat
dipaksa menyerahkan berbagai macam hasil bumi, seperti kopi dan rempah-rempah. Rakyat
20
mendapat bayaran yang sangat kecil, bahkan kadang kadang tidak dibayar. Pada bulan Mei 1817,
rakyat Maluku di Saparua melancarkan perlawanan yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau
patimura. Thomas Matulessy dilahirkan di Haria, Pulau Saparua Maluku. Pada tahun 1783.
Pada masa pemerintahan Inggris, Patimura masuk dinas militer berpangkat sersan (Johan
2014). Poesponegoro (2010) dalam (Johan 2014) menceritakan “Di Pulau Saparua pertemuan-
pertemuan pertama dilakukan di sebuah tempat yang dinamakan Hutan Kayuputih”, Sehari
sebelum penyerbuan ke benteng Duurstede, mereka berkumpul untuk merundingkannya dan
memilih pemimpin perangnya pada tanggal 14 Mei 1817. Para pemuda dan penguasa- penguasa
desa(raja atau patih dan orang kaya) memutuskan untuk menghancurkan pusat kekuasaan kolonial
di benteng Duurstede yang terletak di Pulau Saparua. Keputusan yang sangat dirahasiahkan ini
diteruskan kepada setiap negeri di pulau itu. Selain itu, dalam musyawarah di tempat itu mereka
juga memilih Thomas Matulesy sebagai pimpinan perang dengan julukan Pattimura.
Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua dibawah pimpinan Patimura,
mulai melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka membakar perahu- perahu pos di
pelabuan. Setelah itu, mereka mengepung Benteng Duursted. Pada tanggal 16 Mei 1817, Benteng
tersebut berhasil diduduki oleh barisan Patimura dan kawan-kawan. Setelah itu, Benteng
Deverdijk dapat dikuasai dan Residen Van Der Berg berhasil ditembak mati. Sebagaimana
dikemukakan oleh (Poesponegoro et al. 2010 :28), bahwa : “Setiap penghuni benteng tersebut,
termasuk Residen Van Der Berg beserta keluarganya tewas...” (Johan 2014). Pada bulan Juli
1817, pihak Belanda mendatangkan bantuan dengan kekuatan yang lebih besar dari Batavia.
Pasukan ini dipimpin oleh Laksamana Muda Buykes. Kemudian belanda melancarkan serangan
besar-besaran, sehingga pasukan Patimura terdesak oleh Belanda. Pada Bulan Agustus 1817,
Patimura terpaksa menyingkir ke hutan dan melakukan perang gerilya. Dengan tipuan muslihat,
Belanda berhasil menguasai kembali Benteng Deverdijk pada tanggal 18 November 1817. Belanda
juga berhasil menangkap dan menghukum mati kapitan Paulus Tiahahu. Setelah itu,
perlawanan lainnya dilakukan oleh pehlawan wanita, yaitu Cristian Martha Tiahahu yang berusia 17
tahun yang pergi ke hutan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Sekitar bulan November
1817, Patimura terdesak dan akhirnya dapat ditangkap oleh Belanda. Pada tanggal 16 Desember
1817, Patimura dihukum gantung di alun alun Ambon di depan Benteng Victoria.
7. Perang Dipenogoro
Pangeran Diponegoro, menurut Babad Diponegoro yang ditulisnya sendiri di Penjara Menado,
menceritakan bahwa ia sejak muda telah mengabdi pada agama, mengikuti jejak dan hidup
moyangnya yang sangat taat pada agama. Moyangnya itu tinggal di Tegalrejo. Untuk menghindari
diri dari pengaruh kraton Yogyakarta, ia tinggal bersama neneknya di Tegalrejo (Djaelani 1999).
Diponegoro dalam memimpin perangnya senantiasa diwarnai oleh ajaran Islam dan bahkan
berusaha agar syari'at Islam itu tegak di dalam daerah kekuasaannya. Sebagai penasehat
keagamaan Dipenogoro memilih Kiai Mojo seorang ulama terkenal dari Mojo Solo, selain
penasehat, Kiai Mojo juga memimpin pasukan bersama-sama anaknya di daerah Solo.
Sejak Daendels berkuasa, maka wilayah kekuasaan raja-raja Jawa, terutama Yogyakarta dan
Surakarta, makin dipersempit. Daendels menghendaki persamaan derajat dengan Sultan pada
waktu upacara kunjungan resmi diadakan di kraton. Dalam upacara tersebut pembesar Belanda
supaya diijinkan duduk sejajar dengan raja, dan sajian sirih supaya dihapuskan. Raffles juga
meneruskan usaha yang sama terhadap kehidupan keraton. Kondisi seperti itu menimbulkan
rasa kekecewaan dan ketidaksenangan di antara beberapa golongan bangsawan. Mereka
menganggap bahwa martabat kerajaan menjadi merosot akibat tindakan Belanda tersebut.
Tambahan lagi setelah kebiasaan minum- minuman keras beredar di kalangan kaum bangsawan
atau rakyat umum, kekhawatiran dan kekecewaan di kalangan golongan agama di istana makin
meningkat (Johan 2014).
Pengaruh Pangeran Diponegoro sebagai putera Sultan Hamegkubuwono III begitu besar,
apalagi ketika menjadi wali Sultan HB V yang saat itu baru berusia 3 tahun membuat
Belanda menyesal memilih beliau sebagai wali Sultan dan dianggap sebagai ancaman bagi
kekuasaan Belanda sehingga pemerintahan diserahkan kepada Patih Danurejo dan di bawah
kekuasaan residen. Kebijaksanaan lain yang dianggap melecehkan Diponegoro adalah perbuatan
residen dan patih yang selalu mengambil keputusan- keputusan dengan tidak dirundingkan terlebih
21
dahulu dengan Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi. Misalnya, mengangkat seorang penghulu
itu adalah hak Sultan. Tetapi waktu penghulu Rachmanudin berhenti lantaran berbeda pendapat
dengan patih, maka residen dan patih mengangkat penggantinya tidak dengan persetujuan para
wali. Pangeran Diponegoro menganggap pengangkatan itu tidak sah. Sekali peristiwa Pangeran
Diponegoro diperlakukan tidak pantas oleh dua orang pegawai Belanda, dalam pesta di rumah
patih. Beliau terus meninggalkan perayaan tersebut, lalu mengasingkan diri di Tegalrejo.
Pada waktu residen dan patih menyuruh menyambung jalan dari kota ke Tegalrejo (Jalan
Notoyudan) yang akan melalui tempat yang dianggap keramat oleh Diponegoro, maka Diponegoro
menentangnya. Penentangan tersebut mengakibatkan pasukan Belanda mnyerbu ke Tegalrejo
sehingga akhirnya pada tanggal 25 Juli 1825 berkobarlah perlawanan Dipenogoro. Setelah
pertempuran di Tegalrejo ini, Diponegoro dengan pasukannya menyingkir ke Gua Selarong, sekitar
15 km sebelah barat daya kota Yogyakarta, guna mengatur siasat perang selanjutnya. Keluarga
Pangeran Diponegoro diungsikan ke Dekso (Kulon Progo) . Kabar mengenai meletusnya
perlawanan Diponegoro terhadap Belanda meluas ke berbagai daerah. Rakyat petani yang telah
lama menderita dalam kehidupannya, banyak yang segera datang untuk ikut serta dalam
perlawanan. Demikian pula para ulama dan bangsawan yang kecewa terhadap Belanda bergabung
dengan Diponegoro. Daerah-daerah lain juga menyambut perlawanan Diponegoro dengan
melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Karena itu tawaran Belanda untuk melakukan perdamaian selalu ditolak oleh
Diponegoro.Melihat semakin kuatnya Diponegoro dan semakin meluasnya medan pertempuran,
maka Belanda menilai bahwa perlawanan Diponegoro sangat membahayakan kedudukan
Belanda di Indonesia. Itulah sebabnya Belanda lalu menggelar berbagai siasat untuk menumpas
atau menghentikan perlawanan Diponegoro. Sampai tahun 1829 tersebut kira-kira 200 ribu
pasukan Diponegoro telah gugur. Oleh karena kondisinya yang semakin terdesak dan melihat
kedudukannya yang sudah tidak ada harapan lagi, maka Diponegoro bersedia untuk
melakukan perundingan. Pemerintah Negeri Belanda mendesak de Kock agar segera
menghentikan perlawanan dengan cara apapun agar melapangkan jalan bagi pelaksanaan
Culturstelsel. Di samping itu, de Kock juga terancam dipecat jika Diponegoro sampai lepas kembali.
Perlawanan Pangeran Diponegoro membawa akibat yang cukup berat. Korban di pihak
Belanda sebanyak 15.000 tentara, terdiri dari 8000 ribu orang Eropa, dan 7000 orang serdadu
pribumi. Biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai perang itu tidak kurang dari 20 juta gulden.
Di samping itu, tidak sedikit perkebunan-perkebunan swasta asing yang rusak. Kemakmuran rakyat
lenyap sama sekali.
8. Perang Padri
Latar belakang lahirnya kaum Padri mempunyai kaitan dengan gerakan Wahabi yang muncul di
Saudi Arabia, yaitu gerakan yang dipimpin oleh seorang ulama besar bernama Muhammad bin
Abdul Wahab (1703-1787). Nama gerakan Wahabi sesungguhnya merupakan nama yang
mempunyai konotasi yang kurang baik, yang diberikan oleh lawan- lawannya, sedangkan gerakan
ini lebih senang dan menamakan dirinya sebagai kaum 'Muwahhidin' yaitu kaum yang konsisten
dengan ajaran tauhid, yang merupakan landasan asasi ajaran Islam (Djaelani 1999). Perang Padri
adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya. Awal mula Perang Padri
disebabkan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap
kebiasaan- kebiasaan buruk yang dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum
Adat. Kebiasaan buruk tersebut antara lain : judi, sabung ayam, madat, minuman keras,
tembakau, sirih dan juga aspek hukum adat mengenai warisan serta longgarnya pelaksanaan
kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang telah
memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, memicu kemarahan Kaum Padri,
sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803 hingga tahun 1833. Perang tersebut dapat
disebut sebagai perang saudara. Dalam peperangan, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan
Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin
Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun
1821. Namun pada kenyataannya keterlibatan Belanda justru memperumit keadaan, sehingga
sejak tahun 1833, Kaum Adat berbalik bergabung bersama Kaum Padri dan melawan Belanda.
22
Pada tahun 1825 di Jawa mulai berkobar perang Diponegoro. Belanda menilai bahwa perang
Diponegoro lebih berbahaya dari pada Perang Padri. Karena itu, pasukan Belanda yang bertugas
di Sumatera Barat harus dikurangi untuk dikerahkan ke Jawa. Karena kondisi tersebut
Belanda menggunakan taktik berdamai dengan pihak Padri. Perdamaian itu diadakan pada tahun
1825 (Johan 2014). Pada saat terjadi gencatan senjata tersebut, ternyata Belanda melakukan
tekanan-tekanan kepada penduduk setempat, sehingga akhirnya meletuslah perlawanan kembali
dari pihak kaum Padri diikuti oleh rakyat setempat. Perlawanan segera menjalar kembali ke
berbagai tempat. Tuanku Imam Bonjol mendapat dukungan Tuanku nan Gapuk, Tuanku nan Cerdik,
dan Tuanku Hitam, sehingga mulai tahun 1826 volume pertempuran semakin meningkat. Salah satu
markas kaum Padri yang berada di Tanjung Alam diserang oleh pasukan Belanda (1833) . Akibat
pertempuran tersebut, pasukan Padri melemah karena beberapa pemimpin Padri menyerah,
misalnya Tuanku nan Cerdik. Sejak itu perlawanan-perlawan terhadap Belanda dipimpin sendiri
oleh Tuanku Imam Bonjol.
Untuk mempercepat penyelesaian Perang Padri, Gubernur Jenderal van den Bosch datang ke
Sumatera Barat untuk menyaksikan sendiri keadaan di medan pertempuran. Ia mengeluarkan
pernyataan gubernemen yang terkenal dengan nama Pelakat Panjang. Pernyataan itu memberi
hak-hak istimewa kepada mereka yang memihak Belanda. Dalam kondisi terjepit, pihak Belanda
mengajak Imam Bonjol untuk berunding. Tetapi perundingan perdamaian itu oleh Belanda hanyalah
dipakai untuk mengetahui kekuatan yang terakhir di pihak Padri, yang ada di Benteng Bonjol,
sementara mengharapkan Imam Bonjol mau menyerahkan diri. Perundingan gagal karena pihak
Belanda memang telah melakukan persiapan untuk mengepung benteng tersebut. Jenderal Michiels
memimpin sendiri pengepungan kota Bonjol. Dengan susah payah Kaum Padri menghadapi
kekuatan musuh yang jauh lebih kuat. Pada akhirnya benteng Kaum Padri jatuh ke tangan Belanda.
Tuanku Imam Bonjol beserta sisa-sisa pasukannya tertawan pada tanggal 25 Oktober 1837.
Imam Bonjol lalu dibuang ke Cianjur, lalu dipindah ke Ambon dan akhirnya dibuang ke
Minahasa.
9. Perang Aceh
Pelanggaran Traktat London yang ditandatangani pada tahun 1824 oleh Belanda
mengakibatkan perang Aceh terjadi. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah Belanda harus
menjamin keamanan di perairan Aceh, tanpa mengganggu kedaulatan negara tersebut. Namun
pada tahun 1863, kesultanan Aceh tidak lagi diakui oleh Belanda sebab Sultan Deli mengadakan
perjanjian kerjasama dengan Belanda dengan memperbolehkan Belanda membuka perkebunan
tembakau besar-besaran di Deli. Keuntungan yang besar, pembukaan terusan Suez, posisi strategis
Aceh dan ketamakan Belanda dan Inggris membuat Aceh sebagai wilayah kolonialnya membuat
Aceh waspada. Pada akhir Nopember 1871 lahirlah apa yang disebut Traktat Sumatera, dimana
disebutkan dengan jelas "Inggeris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap
perluasan kekuasaan Belanda di bagian mana pun di Sumatera. Pembatasanpembatasan Traktat
London 1824 mengenai Aceh dibatalkan”
Aceh pernah mendapatkan peringatan dari Multatuli pada tahun 1872 namun tidak dihiraukan
oleh Sultan Aceh, sementara Belanda terus menghimpun kekuatan untuk menyerbu Aceh.
Keinginan Gubernur Jenderal Loudon adalah segera sesudah tangal 18 Februari 1873 akan
mengirimkan Nieuwenhuyzen bersama beberapa kapal perang ke Aceh. Pasukan ekspedisinya
akan menyusul kemudian. Tetapi keadaan armada negara begitu buruk, sehingga baru pada
tanggal 7 Maret 1873 dua kapal perang siap berlayar. Walaupun demikian Aceh telah
mempersiapkan diri untuk menghadapi penyerbuan pasukan Belanda, dengan jalan membuat
benteng-benteng dan kubu-kubu pertahanan sepanjang pantai yang diperhitungkan akan menjadi
tempat pendaratan pasukan musuh. Pada tanggal 19 Maret 1873, kapal-kapal perang Belanda yang
dipimpin oleh Jenderal J.H.R. Kohler dan Kolonel Nieuwenhuyzen telah berada dilepas pantai
Aceh. Dari kapal 'Citadel van Antwerpen' melalui surat-surat, Belanda memberikan ultimatum, dan
ultimatum itu dijawab oleh Sultan Aceh dengan menyatakan, antara lain: " .....Kemudian daripada itu
kami iringi harapan kami yang sungguh-sungguh, agar hendaknya negeri kami jangan dihancurkan"
Ekspedisi pertama Belanda dengan 3193 prajurit dipimpin oleh Jenderal Kohler. Setelah
beberapa lama terjadi tembak menembak di daerah pantai, pasukan Aceh mengundurkan diri dan
berkubu di sekitar Mesjid Raya. Belanda langsung menyerbu Mesjid Raya dengan tembakan-
23
tembakan meriam, sehingga mesjid itu terbakar. Pasukan Aceh mundur dan Mesjid Raya diduduki
Belanda. Namun pasukan Aceh berhasil menembak Jenderal Kohler sehingga tewas, sehingga
pimpinan tentara Belanda diambil alih oleh Kolonel van Dalen dan menarik diri dari Mesjid Raya
(Johan 2014). Pasukan Aceh melakukan konsolidasi di sekitar istana Sultan Mahmudsyah.
Pasukan-pasukan itu terus digerakkan untuk melakukan serangan-serangan terhadap pos-pos
Belanda. Dengan demikian usaha Belanda untuk menundukkan Aceh dengan serangan terbuka
mengalami kegagalan, sehingga Belanda memilih memblokade Aceh. Ketika itu muncullah tokoh-
tokoh pemimpin seperti Panglima Polem, Teuku Imam Lueng Bata, Cut Banta, Teungku Cik di Tiro,
Teuku Umar, dan istrinya Cut Nya’ Din, dan masih banyak pemimpin Aceh lainnya yang memimpin
perlawanan di daerahnya masing-masing.
Untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh, pemerintah Belanda memisahkan daerah Aceh
sebelah utara dari Aceh sebelah selatan, sedangkan pantai laut dijaga oleh angkatan laut Belanda.
Siasat ini disebut konsentrasistelsel, yaitu daerah yang dikuasai Belanda dimakmurkan agar orang-
orang Aceh yang melakukan perlawanan meletakkan senjata dan kembali ke daerah yang aman
dan makmur itu. Dalam perkembangannya, siasat tersebut gagal, sebab pagar kawat berduri
sebagai daerah pembatas tersebut sering dirusak kaum gerilya dan penjaganya mati terbunuh.
Sementara itu Teuku Umar yang sudah menyerah kepada Belanda (1893) pada tahun 1896
kembali melawan Belanda setelah berhasil membawa banyak senjata Belanda. Dalam kondisi sulit
ini muncullah seorang ahli bahasa-bahasa Timur dan hukum Islam Dr. Snouk Hurgronye sebagai
penasehat dalam urusan pemerintahan sipil. Ia mempelajari bahasa, adad istiadat, kepercayaan dan
waktu orang-orang Aceh. Dari hasil penelitiannya akhirnya dapat diketahui bahwa sebenarnya
Sultan Aceh itu tidak mempunyai kekuatan apa-apa tanpa persetujuan dari kepala-kepala yang ada
di bawahnya. Selain itu juga dijelaskan bahwa pengaruh kaum ulama pada rakyat adalah sangat
besar. Karena itu dirasa sulit untuk menundukkan rakyat yang berkeyakinan agama yang kuat sepeti
rakyat Aceh itu.
Dengan hilangnya pemimpin-pemimpin yang tangguh itu, maka perlawanan rakyat Aceh makin
kendor, dan di lain pihak Belanda dapat memperkuat kekuasaannya di daerah itu. Sekalipun
demikian perlawanan rakyat Aceh boleh dikatakanmerupakan perlawanan yang paling lama dan
yang paling besar selama abad ke-19. Dalam rangka untuk memastikan kemerosotan perlawanan
Aceh, pada tahun 1904 Jenderal van Daalen melakukan ekspedi si lintas pedalaman, khususnya
antara Gayo dan Alas. Dalam ekspedisi tersebut pasukannya memang tidak mendapatkan
perlawanan suatu apa sehingga pada tahun 1904 itu pula perlawanan Aceh dinyatakan berakhir.
Namun perlawanan masih berlangsung terus, secara perseorangan maupun dalam kelompok;
hanya semakin lama semakin terpencil sifatnya.
10. Perang Bali
Hubungan Bali dan Belanda berawal dari banyaknya kapal dagang Belanda terdampar di
salah satu pantai kerajaan Bali dan muatannya dirampas oleh raja. Walaupun Belanda berulangkali
mengajukan proters dan mengadakan perjanjian yang menyangkut pembebasan kapal-kapal
Belanda, namun raja-raja di Bali tidak mengindahkan, karena hal tersebut merupakan hak yang
dimiliki oleh kerajaan-kerajaan Bali di daerah pantai yang dinamakan hukum tawan karang sekitar
tahun 1841 di pantai wilayah Badung. Belanda juga melakukan perdagangan (terutama
perdagangan budak) dengan kerajaan-kerajaan Bali. Poesponegoro (2010) menyebutkan pada
tahun 1843 raja-raja Buleleng, Karangasem, dan beberapa raja lainnya telah menandatangani
perjanjian penghapusan tawan karang, ternyata mereka tidak pernah melaksanakannya dengan
sungguh-sungguh (Johan 2014).
Pada tahun 1846, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya ke daerah Buleleng dan
berkobarlah perang Kerajaan Buleleng yang dibantu oleh Karangasem melawan Belanda.
Sebetulnya penyerangan yang pertama sudah dilakukan oleh Belanda pada tahun 1836 tetapi gagal
dan dilakukalah perundingan sebagai taktik untuk menyerbu kembali. Bali di bawah kepemimpinan
Gusti Jelantik membangun benteng di Jagakarsa untuk menghalau serangan Belanda. Tahun 1849
Belanda kembali menyerang Benteng Jagakarsa, karena kalah dalam persenjataan, maka pasukan
Bali mundur dan benteng dikuasai oleh Belanda. Perlawanan Gusti Jelantik baru mengendor
pada akhir abad ke 19 setelah sebagian kerajaan Bali dikuasai oleh Belanda.
24
Tahun 1904 kembali pecah perang Bali-Belanda setelah rakyat di kerajaan Badung merampas
kapal dagang Cina yang terdampar34, Belanda berhasil merebut ibukota Denpasar. Akibatnya raja-
raja Bali melakukan puputan yaitu melawan habis-habisan dengan diikuti sanak-saudaranya, para
bangsawan lainnya dan kaum putri, bersenjata tombak dan keris keramat. Mereka memilih gugur di
medan perang dari pada menyerah kepada Belanda.
11. Perang Banjarmasin
Orang-orang Italia merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan pada abad
ke-14, kemudian disusul orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas merupakan daerah
pertama yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak dengan VOC yang dibuat oleh
Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609. Pada tanggal 4 September 1635,
Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang pertama dengan VOC dan VOC akan
membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636, Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala
bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat
adanya pengiriman upeti kepada Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai,
Berau, Karasikan (Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di Batang
Lawai. Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi kerajaan Tayan, Meliau,
Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin terjadi tragedi pembantaian terhadap
orang-orang Belanda dan Jepang sehingga Belanda mengirim ekspedisi penghukuman dan
membuat ancaman terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan
Sukadana. Tahun 1700 Sukadana (Matan) mengalami kekalahan dalam perang dengan Landak
(vazal Banten). Landak dibantu Banten dan VOC, sehingga Banten mengklaim Landak dan
Sukadana (sebagian besar Kalbar) sebagai wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha
mendapatkan Lawai, Sintang dan Sanggau dari Banjarmasin.
Daerah awal di Kalimantan yang diklaim milik VOC adalah wilayah sepanjang pantai dari
Sukadana sampai Mempawah yang diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26 Maret 1778. VOC
sempat mendirikan pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun kemudian ditinggalkan
karena tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java). Pendirian Kesultanan Pontianak
yang didukung VOC di muara sungai Landak semula diprotes Landak karena merupakan
wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan VOC. Pada 13 Agustus 1787, Kesultanan
Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC
meliputi Kaltim, Kalteng, sebagian Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam
perjanjian 1826. Hindia Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan kemudian
disusul pembentukan Karesidenan Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam
pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam
Karesidenan Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan Borneo Barat.
Tahun 1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar, kemudian terakhir wilayahnya
menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo
Tahun 1826 Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan Adam, raja Kerajaan Banjar. Isi
perjanjian ini menyatakan bahwa seluruh wilayah Kalimantan Selatan adalah kekuasaan Belanda,
kecuali Banjarmasin, Martapura, dan Hulu Sungai. Ketika daerah ini berada di wilayah kekuasaan
Sultan Adam dari kesultanan Banjar. Selain itu, Belanda berhak menentukan siapa yang akan
menjadi sultan muda, putra mahkota, dan mangkubumi (Johan 2014). Tahun 1857 terjadi
perebutan kekuasaan antara Pengeran Tamjid Illah dan Pangeran Hidayat yang menimbulkan
keresahan di kalangan rakyat dan bangsawan Banjar, sehingga Belanda mengambil alih kekuasaan
yang justru menimbulkan kemarahan rakyat. Dipimpin oleh Pangeran Antasari, tahun 1859 rakyat
Banjar menyerang pertahanan Belanda di Martapura dan Pengaron diikut oleh penyerangan oleh
tokoh-tokoh Banjar lainnya.
Setelah tawaran perundingan Belanda ditolak oleh Kerajaan Banjar dan Belanda
menghapuskan kerajaan Banjar pada bulan Juni 1860. Perlawanan Banjar dimulai lagi pada
tahun 1862 setelah Antasari diangkat menjadi pemimpin tertinggi agama Islam di Banjar, di tahun
yang sama Antasari menderita luka-luka dan akhirnya wafat. Sejak tahun 1864 para pemimpin
Banjar berhasil ditangkap satu persatu sehingga Banjar sepenuhnya dikuasai oleh.
25
D. Sumpah Pemuda
Nasionalime bukan hanya menjadi milik organisasi-organisasi politik tapi kemudian menjadi
milik para pelajar dan pemuda yang kemudian terhimpun kedalam PPPI (perhimpunan-perhimpunan
pelajar indonesia), organisasi tersebut didirikan tahun 1926 dan merupakan perkumpulan
mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA untuk merealisasikan persatuannya dan
menghilangkan sifat-sifat kedaerahan dan mencapai Indonesia satu maka diadakanlah suatu
kongres yang bertujuan membentuk badan sentral, mengajukan paham kesatuan, dan semakin
mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Organisasi pemuda
yang berkembang pada masa pergerakan nasional sangat banyak. Hampir di seluruh wilayah atau
daerah di Indonesia ada, di antaranya Perkumpulan Pasundan (1914) yang ditujukan untuk
mempertinggi kesopanan, kecerdasan, dan kegiatan kemasyarakatan. Organisasi pemuda lainnya
ialah Tri Koro Dharmo (1915) yang nanti berganti nama menjadi Jong Java (1918), Jong Minahasa
(1918), Jong Sumatranen Bond (1918), Jong Ambon (1920), Kaum Betawi (1923), dan lain
sebagainya. Pada perkembangan berikutnya ada di antara organisasi pemuda tersebut yang
berkembang pada pergerakan politik, seperti Jong Java yang berkeinginan menghimpun pelajar-
pelajar Indonesia dalam membentuk kesatuan Indonesia.
Organisasi-organisasi pemuda tersebut mengadakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei 1926
dengan tujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda itu. Pada Kongres Pemuda II,
rasa penyatuan itu semakin jelas dengan dikeluarkan ikrar. Ikrar atau sumpah para pemuda yang
dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan nama Sumpah Pemuda.
Dalam kongres inilah untuk pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan
Wage Rudolf Supratman dan dikibarkan bendera merah putih sebagai bendera pusaka. Peristiwa
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ini merupakan puncak pergerakan nasional. Sehingga
sampai sekarang setiap tanggal 28 Oktober dinyatakan dan diperingati sebagai Hari Sumpah
Pemuda.
Kondisi perjuangan nasional Indonesia sampai meletusnya Perang dunia II tidak banyak
berubah karena pada dasarnya pemerintah Belanda enggan melepaskan Indonesia dari
kekuasaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia memasuki masa Perang Dunia II dengan
perasaan kecewa terhadap Belanda, karena tidak mau mengerti aspirasi rakyat Indonesia akan
kemerdekaan. Karena itu ketika Jepang menguasai Indonesia, para pemimpin pergerakan tidak
melawan, tetapi menunggu dan melihat situasi.
26
sumber-sumber di Indonesia untuk kepentingan perang mereka tanpa harus mengadakan
persetujuan dengan kaum nasionalis Indonesia.
Berdasarkan keyakinan tersebut, Jepang membentuk gerakan 3A pada tanggal 29 April
1942 dan mempropagandakan semboyan dan propaganda Jepang “Nippon Pemimpin Asia, Nippon
Pelindung Asia dan Nippon Cahaya Asia”. Pergerakan ini bertujuan untuk mengumpulkan dukungan
untuk tujuan perang Jepang dan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pada tanggal 9 Juli
1942, Jepang membawa Soekarno kembali ke Jawa setelah dia hidup dalam pembuangan
selama delapan tahun di Flores dan Sumatera. Soekarno langsung menghubungi Hatta dan Sjahrir
yang sebelumnya sudah mengadakan kontak dengan gerakan bahwa tanah yang dipimpin oleh
Sjarifuddin dan Darmawan Mangoenkoesoemo. Pada jaman Jepang ini perjuangan Nasionalisme
dilakukan dengan dua cara, yaitu di atas tanah (terang-terangan) dan di bawah tanah (diam-
diam) dengan pembagian tugas, Soekarno dan Hatta harus bekerja secara resmi dengan Jepang
dan Sjahrir, sambil terus kontak dengan mereka memimpin perlawanan di bawah tanah.
Akan tetapi, kebaikan Jepang tidak berlangsung lama karena Jepang tidak
bermaksud memerdekakan Indonesia. Jepang mulai memperlihatkan tindakan buruk dalam bentuk
menjajah dan mengeruk kekayaan Indonesia dan memaksa para pemuda untuk menjadi romusha
(melakukan kerja pakasa) untuk membangun sarana dan prasarana pendukung perang Jepang.
Organisasi yang pertama, Hei Ho, terdiri dari pekerja paksa Indonesia dikirim hingga ke Burma.
Jumlah korban Romusha sangan tinggi dan dari beribu-ribu orang yang meningglkan Jawa, hanya
sebagian kecil yang kembali.
Dengan maksud memperoleh dukungan dari pemimpin nasionalis untuk tujuan perang
Jepang, maka Jepang berjanji tidak lama lagi akan memberi Indonesia suatu pemerintahan sendiri
dan mengijinkan berdirinya suatu organisaasi yang mencakup semua pada tangga 9 Maret 1943
yaitu Poesat tenaga Rakyat (Poetera). Bagi Jepang, Poetera merupakan suatu sarana untuk
menggerakkan dukungan Indonesia bagi tujuan perangny, karena itu harus dibuat konsesi-konsesi
tertentu dengan para pemimpin nasioanlis, agar mereka berada dalam barisan.. namun bagi
pemimpin nasionalis, Poetera merupakan sarana untuk menyebarkan dan mendayagunakan ide-
ide nasionalis di kalangan rakyat banyak dan mengusahakan pemerintah sendiri.
Pemerintah militer Jepang membanjiri Indonesia dengan mata uang pendudukan yang
mendorong meningkatnya inflasi, terutama mulai tahun 1943 dan seterusnya. Pada pertengahan
tahun 1945, mata uang ini bernilai sekitar 2,5 persen dari nilai nominalnya. Pengaturan pangan dan
tenaga kerja sama secara paksa, gangguan transportasi dan kekacauan umum telah
mengakibatkan timbulnya kelaparan, terutama tahun 1944 dan 1945. Angka kematian meningkat
dan kesuburan menurun. Sepanjang yang diketahui, pendudukan Jepang adalah satu-satunya
periode selama dua abad di mana jumlah penduduk tidak meningkat secara berarti (Ricflefs
2008). Banyak cara yang dilakukan Jepang demi tercapainya menguasai Indonesia beserta sumber
alamnya. Salah satu cara yang digunakan pihak Jepang ialah melarang pemakaian bahasa
Belanda dan bahasa Inggris dan memajukan pemakaian bahasa Jepang. Suatu kampanye
propaganda yang intensif dimulai.
Akhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus dan dengan demikian
menghadapkan para pemimpin Indonesia pada suatu masalah yang berat. Pada waktu itu terjadi
kekosongan politik, meskipun pihak Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, namun masih tetap
berkuasa. Dalam kondisi seperti itu, golongan muda menginginkan Indonesia merdeka lebih cepat
dari waktu yang dijanjikan Jepang. Pada tanggal 16 Agustus pagi, Hatta dan Soekarno dibawa
oleh para pimpinan golongan muda ke Rengasdengklok. Pada tanggal 16 malam, Soekarno dan
Hatta dibawa ke rumah Maeda di Jakarta. Sepanjang malam itu, para perancang
kemerdekaan menyusun teks kemerdekaan yang keesokan harinya dibacakan oleh Soekarno.
Kondisi Indonesia pada zaman Jepang yang begitu kacau, mempolitisasi rakyat dan mendorong
golongan tua maupun muda untuk mengambil prakarsa tentang pernyataan merdeka bagi bangsa
Indonesia.
F. Akar-akar Nasionalisme yang Terkandung dalam Sarekat Islam, Indische Partij, dan Budi
Oetomo
27
Kata nasionalisme tidak dapat terlepas dari kata nation yang berarti jiwa dan semangat
yang membentuk sebuah ikatan bersama, baik dalam hal kebersamaan maupun dalam hal
pengorbanan. Gerakan-gerakan yang bersifat nasional yang muncul menentang kolonialisme, dan
berusaha untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut didorong oleh semangat nasionalisme.
Pergerakan nasional Indonesia lahir dari berbagai kondisi, baik yang sifatnya internal maupuan
eksternal. Kondisi dalam negeri yang berpengaruh adalah akibat diterapkannya sistem
pemerintahan Kolonial yang menimbulkan berbagai ketimpangan dalam masyarakat. Kondisi
tersebut antara lain kondisi politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pendidikan. Adapun kondisi dari luar
yang mendorong lahirnya pergerakan nasional berasal dari adanya pengaruh dan perkembangan
paham-paham baru di kawasan Eropa.
Berdasarkan perspektif historis dan politis, pembentukan Boedi Oetomo, tanggal 20 Mei 1908,
dipandang sebagai tonggak sejarah kelahiran kesadaran kebangsaan Indonesia. Akan tetapi di
sisi lain, ada juga yang menilai Boedi Oetomo sebagai gerakan yang bersifat lokal karena
skala kegiatannya hanya untuk rakyat Jawa dan Madura, sehingga perlu dicari momentum lain
yang berskala nasional untuk ditetapkan sebagai tonggak sejarah kebangkitan nasional
Indonesia. Wadah kaum nasionalis yang pertama ini dalam perkembangannya mengalami pasang
surut. Hal ini dapat kita lihat peristiwa keluarnya tokoh-tokoh radikal seperti dr Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dari organisasi tersebut setelah Pangeran
Notoprojo dari Pakualaman memegang pimpinan pada tahun 1911.
Kehadiran Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menandai permulaan pergerakan nasional di
Indonesia. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari perjalanan kampanye yang dilakukan oleh
dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh Pulau Jawa. Pada tempat- tempat yang dikunjungi, ia
menganjurkan perluasan pengajaran sebagai langkah untuk memajukan kehidupan rakyat.
Menurutnya, tujuan itu bisa dilakukan tidak hanya dengan menuntut kepada pemerintah, tetapi juga
dapat dilaksanakan dengan usaha sendiri, yaitu dengan membentuk dana pelajar (Studiefonds).
Hasilnya digunakan untuk membantu pelajar-pelajar yang kurang mampu. Pada akhir tahun 1907
melalui perjalanan kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan para pelajar STOVIA
(Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta, satu di antaranya bernama Soetomo. Pertemuannya
dengan para pelajar STOVIA dimanfaatkan untuk membicarakan kondisi nasib rakyat yang masih
kurang mendapatkan pendidikan. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan gagasan dan
cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat dan derajat bangsa Indonesia. Gagasan dan cita-cita
tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi yang diberi nama Budi
Utomo. Organisasi Budi Utomo ini didirikan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo
terpilih sebagai ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia
diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.
Dalam perkembangan nasionalisme berikutnya tercatat Sarekat Islam yang moderat tetapi
akhirnya menjadi radikal setelah kemasukkan Marxisme dan menjadi oposisi pemerintah (1916),
dengan anggota sekitar 960 ribu orang, Sarekat Islam itu menuntut pemerintahan sendiri dan
pada tahun 1919 dengan jumlah anggota 2,5 juta orang telah mencantumkan program
kemerdekaan penuh. Abdoel Moeis, seorang tokoh Sarekat Islam, pada tahun 1917 telah
mengartikan nasionalisme sebagai perasaan cinta kepada bangsa dan tanah air, yang
diungkapkannya pada harian Sinar Djawa, 25 Oktober 1917 sebagai berikut:
“ Kalaoe kita mengingat akan nasib boeroeknja tanah air dan bangsa kita, jang beratoes
tahoen selaloe berada dalam koengkoengan orang lain sadja, maka brdebarlah dada,
timboellah soeatoe perasaan jang menggojang segala oerat saraf kita, perasaan kasihan
kepada bangsa dan tanah air itoe (Sinar Djawa, 25
Oktober 1971 dalam (Yulianti 2009).”
Selama antara setahun sampai dua tahun ada semacam kerjasama tertentu antara Sarekat
Islam dan Partai Komunis (PKI). PKI itu berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, dan partai inilah yang
melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Sareka Islam. Sebagai akibat infiltrasi komunis itu,
maka akhirnya terjadi perbedaan pendapat yang memecah Sarekat Islam pada tahun 1921.
Usaha ketua Sarekat Islam (Cokroaminoto) untuk mengembalikan Sarekat Islam gagal total. Sejak
itu Sarekat kehilangan banyak pengikut, sementara PKI telah memberontak (1926) di
28
Jawa Barat dan Minangkabau. Pemberontakan komunis itu dipadamkan dan PKI dilarang di
Indonesia.
Gerakan berikutnya adalah Indische Partij yang didirikan di Bandung pada 25 Desember
1912 oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo (ketiga
tokoh ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai). Tiga tokoh tersebut terkenal dengan tokoh
radikal, Douwes Dekker terkenal dengan kritikan-kritikan terhadap pemerintah kolonial Belanda
lewat surat kabar yang dipimpinnya yaitu De Express. Suwardi Suryaningrat dan Cipto
Mangunkusumo adalah mantan anggota Budi Utomo yang keluar karena Budi Utomo dikuasai oleh
para priyayi yang loyal pada pemerintah Belanda. Mereka selalu melayangkan slogan-slogan Indie
Los van Holland (Indonesia bebas dari Belanda) dan Indie vor Indiers (Indonesia untuk orang
Indonesia). Sifat nasonalisme Indonesia sangat kental mewarnai gerak organisasi ini,
sifat keanggotaan yang terbuka memungkinkan organisasi ini dapat dimasuki oleh orang-orang dari
golongan, suku, agama yang berbeda. Namun, Indische Partij tidak berumur panjang, sebab pada
tahun 1923 organisasi ini dibubarkan.
Indische Partij adalah organisasi campuran yang menginginkan kerjasama orang Indo dan
Bumiputera (Santosa dan Supriatna 2008). Keistimewaan IP adalah usianya yang sangat pendek,
tetapi anggaran dsarnya dijadikan program politik pertama di Indonesia. Gerakan IP sangatlah
mengkhawatirkan pemerintah Kolonial Belanda, karena IP brsifat radikal dalm menuntut
kemerdekaan Indonesia. Keadaan itu yang menyebabkan pemerintah bersikap keras
terhadap IP permohonan IP untuk mendapatkan badan hukum sia-sia belaka dan organisasi ini
dinyatakan sebagai partai terlarang sejak 4 Maret 1913. para pemimpin IP pun ditangkap dan
dibuang ke tempat-tempat yang jauh. Usia IP sangat pendek, namun bagaikan sebuah
tornado yang melanda Jawa. Oleh penerusnya setelah IP dibubarkan dan pimpinannya di
buang kemudian organisasi itu bernama Insulinde.
29
BAB V
PROKLAMASI KEMERDEKAAN SEBAGAI PENEGAKAN HAK BANGSA
INDONESIA
32
lokasi penyelenggaraan Proklamasi dari Lapangan Ikada ke halaman rumah Sukarno jalan
Pegangsaan Timur No. 56.
Upacara berlangsung tanpa protokol. Latief segera memberi aba-aba kepada seluruh
barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi. Semua berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Latief mempersilahkan Sukarno dan Hatta maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Sukarno
mendekati mikrofon. Dengan suara yang mantap dan jelas ia mengucapkan pidato pendahuluan
yang singkat sebelum membaca teks Proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa besar itu berlangsung
kurang dari 1 jam. Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberitahu kepada bangsa Indonesia
sendiri dan kepada dunia luar bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari
penjajahan.
D. Berbagai Peristiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
1. Penyebaran Berita Proklamasi
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh
Indonesia. Pagi hari itu juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor
Berita Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks itu dari seorang wartawan Domei yang
bernama Syahrudin. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut.
Seorang Jepang masuk ke ruangan radio. Ia memerintahkan penyiaran berita dihentikan. Namun
Waidan memerintahkan kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya setiap setengah jam. Akibatnya,
pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa meralat berita itu dan menyegelnya pada hari Senin 20
Agustus 1945.
Para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan
beberapa teknisi radio. Alat-alat pemancar yang diambil dari kantor berita Domei dibawa ke rumah
Waidan dan Menteng 31. Akhirnya terciptalah pemancar baru di Menteng 31, dengan kode
panggilan DJK 1. Dari sinilah berita Proklamasi disiarkan.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat telepon, pers dan surat selebaran.
Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi melalui telepon
kepada Asa Bafaqih yang kemudian diteruskan kepada Penghulu Lubis untuk mendapatkan
pengesahan lolos sensor dan selanjutnya di kawatkan ke daerah- daerah. Seluruh koran di
Jawa dalam penerbitan 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran
pertama yang memuat berita proklamasi.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan
plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan
slogan ”Respect our Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!
Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat
tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat
strategis. Selain itu, berita proklamasi kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan
penyampaian dari mulut ke mulut. Keampuhan cara itu terbukti dan berdatangannya masyarakat ke
Lapangan Ikada untuk mendengarkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung
oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berita proklamasi secara resmi dibawa dan
disebarluaskan ke luar pulau Jawa melalui para anggota PPKI yang berasal dari daerah yang
kebetulan menyaksikan peristiwa proklamasi dan menghadiri sidang PPKI.
2. Sidang PPKI
33
PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19
Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945 Rapat pertama PPKI diadakan di gedung yang sekarang
Departemen Kehakiman. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh
wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr.
Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang
menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang
nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah
Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk
mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,
Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara
khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara
Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang dirasakan memberatkan oleh
kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat
seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli.. Setelah menyelesaikan permasalahan
tersebut, rapat pleno PPKI dibuka pada pukul 11.30 dibawah pimpinan Sukarno dan Hatta. Rapat
dihadiri oleh 27 anggota.
Rapat pertama ini berlangsung dengan lancar. Pembahasan masalah rancangan pembukaan
dan undang-undang dasar yang telah disiapkan dibuat oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sebuah badan yang terbentuk pada 28 Mei 1945 dan
beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodinigrat. Dimana dalam
Sidangnya yang pertama pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945, badan ini membahas asas dan dasar
Negara Indonesia merdeka dan sebagai hasil dari pertemuan –pertemuan itu lahirlah Pancasila.
Selanjutnya dalam Sidangnya yang kedua , pada 10 Juli -16 Juli 1945, Badan tersebut menghasilkan
rancangan undang-undang dasar.
Dalam Sidangnya yang pertama ini 18 Agustus 1945 pembahasan rancangan pembukaan dan
UUD yang telah dihasilkan BPUPKI berhasil dibahas dalam tempo 2 jam, disepakati bersama
rancangan Pembukaan dan UUD RI. Sidang di skors pada pukul 21.50, dan dimulai kembali pada
pukul 3.15, pada awal pembukaan saidang kedua ini, Sukarno mengumumkan 6 orang anggota baru
PPKI. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. kasman Singodimedjo, sayuti
Melik, Mr.Iwa Kusumasumatri, Mr. Subardjo.
Sebelum meningkat kepada acara selanjutnya yaitu Pemilihan presiden dan Wakil Presiden,
Sukarno meminta agar disahkan pasal III dalam aturan peralihan yang berbunyi: Untuk pertama kali
Presiden dan wakil Presiden di pilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan. Kemudian Oto
Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan dengan
aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Sukarno sebagai Pesiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden. Semua hadirin menerima dengan aklamasi sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, sidang meneruskan acara membahas pasa-
pasal rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan. Dalam pembukaan UUD ada kalimat yang
semula berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam
bagi pemeluknya”. Diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam Bab III, Pasal 6 yang
sebelumnya menyatakan bahwa presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam,
diubah menjadi presiden adalah orang Indonesia
asli. Setelah rancangan UUD tersebut selesai dimusyawarahkan, UUD tersebut kemudian disahkan
menjadi UUD Republik Indonesia dan terkenal dengan nama UUD 1945. UUD 1945 yang telah
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mempunyai sistematika sebagai berikut;
1)Pembukaan (mukadimah) yang meliputi empat alinea. Batang tubuh UUD yang
34
merupakan isi dan terdiri atas 16 bab, 37 pasal 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan, 2) Penjelasan UUD yang terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.. Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama Pemilihan presiden dan wakil
presiden pertama kali dilakukan oleh PPKI. Hal ini sejalan dengan ketentuan pada Pasal III Aturan
Peralihan UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi: “Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden
diangkat dan dipilih oleh PPKI”. Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18Agustus 1945.
Dengan perubahan-perubahan kecil seluruh rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan
disepakati oleh Sidang. Presiden Soekarno menutup acara pembahasan itu dengan
pernyataan., “Dengan ini tuan-tuan sekalian, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
serta peraturan peralihan telah sah ditetapkan. Dengan demikian pada tanggal 18 Agustus 1945
bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan bernegara, yang meliputi dasar negara yakni
sebuah Undang-Undang Dasar yang kini dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan
daripada Undang-Undang Dasar 1945 itu mengandung dasar negara yang kita kenal dengan nama
“Pancasila”. Bahwa Pancasila Dasar Negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian
jelaslah bahwa Pancasila Dasar Negara rumusannya yang otentik adalah yang terdapat di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun rumusan yang diajukan oleh para pemimpin
bangsa pada sidang pertama BPUPKI maupun panitia sembilan tanggal 22 Juni 1945 adalah konsep
belaka.
Sebelum rapat PPKI pertama ditutup. Presiden menunjuk 9 orang anggota sebagai panitia
kecil yang ditugasi untuk menyusun rancangan yang berisi hal-hal yang meminta perhatian
mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan dan
perekonomian. Mereka adalah; Oto Iskandardinata, Subardjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumatri,
Wiranatakusumah, Dr. Amir, A.,A. Hamidhan, Dr. Ratulangie dan I Gusti Ketut Pudja.
Rapat dilanjutkan pada hari minggu tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Acara pertama
adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata. Sebelum acara
dimulai Presiden Sukarno menunjuk Mr Ahmad subardjo, sutardjo Kartohadikusumo, Mr Kasman
Singodimedjo untuk membentuk Panita Kecil yang merencanakan bentuk departemen. Hasil Panitia
Kecil Oto Iskandardinata kemudian dibahas dan meghasilkan keputusan sebagai berikut:
a) pembagian wilayah yang terdiri dari 8 propinsi beserta calon gubernurnya
yaitu: 1) Jawa Barat , Sutardjo Kartohadikusumo 2) Jawa Tengah,R. Pandji Soeroso
3) Jawa Timur, R.A. Soerjo, 4) Borneo, Kalimantan , Ir. Pangeran Moh Nur, 5) Maluku, Mr J
Latuharhary, 6) Sulawesi, Dr. GSSJ Ratulangie, 7) Sumatera, Mr. T. Mohammad Hassan, 8) Sunda
Kecil (Nusa Tenggara) Mr .I Gusti Ketut Pudja, dan dua daerah Istimewa Jojakarta dan Surakarta.
Daerah provinsi dibagi menjadi beberapa karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen.
Gubernur dan residen dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Daerah.
b) Pembentukan Komite Nasional lndonesia Pusat dan Daerah.
Kemudian Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr Ahmad Subardjo menyampaikan laporannya.
Diusulkan oleh panitia ini adanya 13 Kementrian. Setelah dibahas oleh Sidang maka diputuskan
adanya, 1) Departemen Dalam Negeri, 2) Departemen Luar Negeri, 3) Departemen Kehakiman,4)
Departemen Keuangan,5) Departemen Kemakmuran,6) Departemen Kesehatan, 7) Departemen
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, 8) Departemen Sosial,9) Departemen Pertahanan,10)
Departemen Perhubungan, 11) Departemen Pekerjaan Umum.
Selanjutnya rapat juga memutuskan pembentukan 12 departemen dan empat menteri
negara. Pembahasan mengenai masalah departemen ditunda, kemudian presiden kembali
membahas tentara kebangsaan. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata mengusulkan;
35
1) Rencana pembelaan negara dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan yang
mengandung politik perang tidak dapat diterima
2) Tentara Peta di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan, karena
merupakan organisasi buatan Jepang, yang kedudukannya di dunia internasional tidak
berketentuan. Negara Indonesia membutuhkan alat pertahanan yang sebaik- baiknya. Oleh
karena itu diusulkan agar supaya Presiden memanggil pemuka- pemuka yang mempunyai
kecakapan militer untuk membentuk tentara kebangsaan yang kokoh
Usul tersebut diterima secara aklamasi oleh sidang. Urusan kepolisian oleh Panitia Kecil
dimasukan ke dalam Departemen Dalam Negeri, dan untuk mempersiapkan pembentukan tentara
kebangsaan dan kepolisian hendaknya presiden menunjuk pelaksanaannya. Hal ini disetujui oleh
Sidang, dan kemudian Presiden menunjuk Abdul kadir, Kasman Singodimedjo dan Oto
Iskandardinata, untuk mempersiapkan pembentukannya. Abdul Kadir ditunjuk sebagai ketuanya.
Pembicaraan lainnya dari para anggota menekankan perlunya ketentaraan dan segera
dimulainya perjuangan. Rapat pada siang hari tanggal 19 Agustus itu ditutup pada pukul 14.55.
Pada waktu Presiden dan Wakil Presiden akan pulang, mereka diminta oleh para pemuda untuk
hadir pada rapat yang mereka adakan di jalan Prapatan 10. Presiden dan Wakil Presiden
memenuhi permintaan untuk hadir pada rapat pemuda yang dipimpin oleh Adam Malik bersama Mr
Kasman Singodimedjo dan Ki Hadjar Dewantara. Telah hadir pula disitu Sutan Syahrir. Para
pemuda mengharapkan agar Sukarno-Hatta melakukan perebutan kekuasaan terhadap Jepang
yang diatur dengan cepat dan serentak. Presiden Sukarno memberikan tanggapan bahwa apa
yang mereka kehendaki tidak dapat dilakukan tergesa-gesa. Para pmuda menolak pendapat
Sukarno, yang dianggapnya berbahaya dan merugikan bangsa Indonesia. Adam malik kemudian
membacakan dekrit mengenai lahirnya tentara Republik Indonesia yang berasal dari bekas Peta
dan Heiho. Sukarno dan hatta menyeetujui usul pemuda tersebut namun belum dapat
memutuskan pada saat itu. Rapat kemudian bubar.
Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945, di Jalan Gambir Selatan (sekarang Merdeka
Selatan) No.10, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, Mr Sartono, Suwirjo, Oto
Iskandardinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr A.G. Pringgodigdo, Sutardjo
Kartohadikusumo, dan dr. Tajuluddin, berkumpul untuk membahas siapa-siapa yang akan
diangkat sebagai anggota KNIP. Disepakati bahwa anggota KNIP berjumlah 60 orang. Rapat
pertama KNIP direncanakan tanggal 29 Agustus 1945 malam, bertempat di Gedung Komidi, jalan
Pos (sekarang Gedung Kesenian) Pasar Baru Jakarta. Rapat PPKI dilajutkan kembali pada 22
Agustus 1945. Dalam rapat itu itu diputuskan dibentuknya, Komite Nasional, Partai Nasional dan
Badan Kemanan Rakyat.
Sesudah keputusan rapat PPKI tanggal 22 Agustus itu, pada tanggal 23 Agustus 1945,
Presiden Sukarno dalam pidato radionya menyatakan berdirinya tiga badan baru yaitu : Komite
Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).BKR
ini akan bertugas sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah kordinasi KNI
daerah. Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara lengkap, yaitu:
1 . Pembentukan Komite Nasional
Dalam sidang tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menegaskan perlunya pembentukan suatu
Komite Nasional sebelum MPR dan DPR terbentuk. Untuk itu, maka pada tanggal 22 Agustus
1945, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kebaktian Rakyat Jawa, Jakarta. Salah satu keputusan
sidang itu adalah terbentuknya Komite Nasional lndonesia (KNI). Badan ini berfungsi sebagai
DPR sebelum Pemilu diselenggarakan. KNIP terdiri atas Komite Nasional lndonesia Pusat
(KNIP) yang berkedudukan di Jakarta dan Komite Nasional Indonesia Daerah di tiap-tiap provinsi.
Pembentukan KNIP secara resmi diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1945.
36
KNIP yang beranggotakan 135 orang, secara resmi anggotanya dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945 dengan susunan pengurus sebagai berikut Ketua:Mr. Kasman Singodimejo,Wakil
Ketua I:Sutarjo Kartohadikusumo Wakil Ketua lI: Johanes Latuharhary, Wakil Ketua III:Adam Malik.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak
hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP
sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut,
wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya
meliputi hal-hal berikut:
a.) KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-
undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b). Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah
Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari
tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite
Nasional Indonesia
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pembentukan Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu- satunya
partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31
Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda
dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak
pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul
kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai
politik. Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah
mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah
tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh
Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis,
Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga
Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara
keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah
di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera
membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat
untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa
Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat
dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena
pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan
mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional
belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang
kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk
badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan
Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan
lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
3. Dukungan Daerah
37
Kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat
sambutan yang luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Di Sulawesi Selatan,
Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran- pertempuran
melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan
Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak
Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai
Gubernur Republik di Sulawesi.
Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik. Empat raja di Jawa Tengah
(Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan
dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945. Dukungan yang sangat
penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang nampak
dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku
Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai
Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu
keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan
konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal
tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.
Dukungan terhadap negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang
dari rakyat dan pemuda. Di Sulawesi Selatan, pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam
Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang,
gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai
Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian
para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei
Taishin), bekas kaigun Heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak
menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti
mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke
Polombangkeng.
Di Bali para pemuda secara sponan membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti
AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk
menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan
Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk
merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal. Pada tanggal 13
September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang.
Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak ajakan
untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19
September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa ini,
kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum tersebut.
Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah
menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan
pidato yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada
pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno
meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
Pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang
menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang- orang Belanda
tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing
38
kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen
Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat
dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan bendera Belanda
yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai
Merah Putih.
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945.
Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang
melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan
kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia
Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan
Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar
Kedaulatan Rakyat.
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober
1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam
suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke
kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang
hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di
Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang- orang Jepang telah menghindar ketika terjadi
demonstrasi.
Di Bandung, pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan
Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad).
Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober
1945. Di Semarang setelah para pemuda berhasil merebut kekuasaan, terjadi perbenturan yang
dahsyat antara para pemuda Indonesia melawan Jepang karena pihak Jepang merasa terancam
oleh para pemuda yang berusaha merebut senjata mereka. Pada 14 Oktober 1945, 400 tawanan
Jepang dari pabrik gula Cepiring diangkut oleh pemuda-pemuda Indonesia ke Semarang dengan
rencana menutupnya di penjara Bulu. Sebelum mereka sampai ke penjara Bulu, sebagian
tawanan itu melarikan diri dan minta perlindungan kepada batalyon Kido. Para pemuda menjadi
marah dan mulai merebut dan menduduki kantor pemerintah. Orang-orang Jepang yang ditemui
disergap dan ditawan. Pada keesokan harinya pasukan Jepang menyerbu kota Semarang dari
tangsinya di Jatingaleh. Sejak hari itu mulailah pertempuran yang berlangsung selama lima hari di
Semarang. Korban yang jatuh dalam pertempuran itu ditaksir 990 orang dari kedua pihak.
Di Bandung, pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan
Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha
tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945. Di
Semarang setelah para pemuda berhasil merebut kekuasaan, terjadi perbenturan yang dahsyat
antara para pemuda Indonesia melawan Jepang karena pihak Jepang merasa terancam oleh
para pemuda yang berusaha merebut senjata mereka
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung
proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan
ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah
Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak
menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000 orang
berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
Di Sulawesi Utara, sekalipun telah hampir setengah tahun dikuasai oleh NICA (Netherland
Indies Civil Adminstration) ,usaha menegakkan kedaulatan tidak padam,. Pada tanggal 14
Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia
39
(PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka
membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti,
G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan
Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado.
Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan
Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di
Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah
sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian. Satuan
tentara Indonesia disusun dengan pilihan kolektif Ch.Ch. Taulu, SD Wuisan, dan J Kaseger.
Di Gorontalo pada tanggal 13 September 1945, terjadi perebutan senjata terhadap markas-
markas Jepang. Kedaulatan RI berhasil ditegakan dan pemimpin-pemimpin Republik menolak
setiap ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia. Kekuatan mereka berjumlah
600 orang pemuda yang terlatih.Di Pulau Sumbawa, pemuda- pemuda Indonesia pada bulan
Desember 1945, berusaha merebut senjata dari Jepang. Di Gempe terjadi bentrokan antara 200
pemuda melawan Jepang. Juga di sape 400 orang pemuda berusaha merebut senjata di markas
Jepang, juga di Raba terjadi peristiwa yang sama.
Di Bali, para pemuda telah membentuk beberapa organisasi pemuda seperti AMI, Pemuda
Republik Indonesia (PRI) pada akhir bulan Agustus. Mereka berusaha menegakan RI melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pihak Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945
mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang akan tetapi
gagal.
Di Banda Aceh pada tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Pada tanggal 12 Oktober 1945 Shucokan Jepang
memanggil para pemimpin pemuda. Ia menyatakan sekalipun Jepang telah kalah, tetapi keamanan
dan ketertban masih menjadi tanggung jawab pemerintah Jepang. Karena itu ia meminta agar
semua kegiatan mendirikan perkumpulan yang tanpa ijin dihentikan. Perkumpulan yang sudah
terlanjur didirikan supaya dibubarkan. Para pemimpin pemuda menolak dengan keras. Sejak hari itu
dimulailah perebutan dan pengambil alihan kantor- kantor pemerintah dengan pengibaran bendera
merah putih. Perlucutan senjata Jepang terjadi di beberapa tempat. Bentrokan-bentrokan dengan
pasukan Jepang terjadi di Langsa, Lho Nga, Ulee Lheue dan tempat-tempat lain di Aceh.
Di Sumatera Selatan perebutan kekuasaan terjadi pada tanggal 8 Oktober 1945, di mana
residen Sumatera Selatan dr. AK Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
mengerek bendera Merah Putih. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh karesidenan
Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di
palembang itu berlangsung tanpa insiden,karena orang-orang jepang telah menghindar ketika
terjadi demonstrasi.
40