PENDAHULUAN
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Data Tutorial
2. 2 Skenario Kasus
Tn. JK 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas makin berat sejak 2
hari yang lalu. Empat bulan sebelumnya, Tn JK sudah mengeluh sesak nafas bila
beraktivitas seperti naik tangga atau berjalan sejauh ±300 dan berkurang bila beristirahat.
Dalam 2 hari terakhir sesak nafas tidak hilang meski sudah beristirahat. Sejak 1 bulan
terakhir, Tn JK tideur menggunakan 3 bantal. Demam tidak ada, batuk tidak ada. Perut
terasa penuh dan cepat kenyang setelah makan. Dia memiliki riwayat hipertensi sejak 10
tahun terakhir, namun tidak berobat secara teratur. Riwayat keluarga yang menderita
tekanan darah tinggi dan sakit jantung tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Composmentis, tampak sakit sedang, dispenue, orthopneu, sianosis (-)
BB 80 kg, TB 168 kg
Page 2
Tanda Vital : TD 150/90 mmHg, RR 28x/menit, Nadi 120x/Menit, Regular , Suhu
36,8oC
Leher : JVP 5+0 cm H20, struma (-)
Jantung
Pemeriksaan laboratorium
Hb 12,3 g/dl, ureum 45 mg/dl, creatinine 1,2 mg/dl, sodium 135 mEq/L, and potassium
3,5 mEq/L, total cholesterol 250 mg/dl, LDL 170 mg/dl, HDL 40 mg/dl, trigliserida 205
mg/dl, GDS: 100 mg/Dl.
Pemeriksaan Penunjang
Electrocardiogram: irama sinus, HR 120x/menit, reguler, aksis ke kiri, LV Strain (+)
Chest-X-ray: CTR > 50%, Kerley A line (+), sefalisasi (+), shoes shape appearance (+).
2. 3 Klarifikasi Istilah
Sesak Nafas Rasa tidak nyaman, nyeri atau berat selama proses pernafasan
Page 3
Orthopneu Sesak nafas yang mereda pada posisi tegak
Sianosis Perubahan warna kulit yang dan membaran mukosa menjadi kebiruan
Iktus Kordis Denyut apexs jantung
Murmur Bising jantung yang terdenganr selama sistol
Sistolik
Gallop Kelainan irama jantung
Ronki Basah Suara nafas yang terputus putus biasanya terdengar saat inspirasi, saat
udara melewati cairan pada saluran nafas
Wheezing Jenis bunyi kontinu seperti bersiul saat inspirasi
Ekspirasi
Shifting Perubahan resonai pada saat d perkusi
Dullness
2. 4 Identifikasi Masalah
1. Tn. JK 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas makin berat sejak 2
hari yang lalu.
2. Empat bulan sebelumnya, Tn JK sudah mengeluh sesak nafas bila beraktivitas seperti
naik tangga atau berjalan sejauh ±300 dan berkurang bila beristirahat. Dalam 2 hari
terakhir sesak nafas tidak hilang meski sudah beristirahat.
3. Sejak 1 bulan terakhir, Tn JK tideur menggunakan 3 bantal.
4. Demam tidak ada, batuk tidak ada. Perut terasa penuh dan cepat kenyang setelah
makan.
5. Dia memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun terakhir, namun tidak berobat secara
teratur.
6. Riwayat keluarga yang menderita tekanan darah tinggi dan sakit jantung tidak ada.
7. Pemeriksaan Fisik
8. Pemeriksaan Laboratorium
2. 5 Analisis Masalah
1. Tn. JK 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas makin berat sejak 2
hari yang lalu.
Page 4
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan ?
Jawab :
Sesak Nafas
Usia
Semakin bertambah usia maka akan semakin meningkatkan kejadian sesak
nafas, karena telah terjadi proses degenerative yang mengakibatkan fungsi
fisiologis tubuh. Tidak ada perbedaan dalam jenis kelamin sekitar 3-20 per 1000
orang pada poplasi meningkat seiring bertambahnya usia dan tidak ada referensi
yang menyatakan bahwa laki-laki maupun perempuan lebih sering mengalami
keluhan sesak nafas.
( Sudoyo, 2009 )
Jenis Kelamin
Untuk jenis kelamin, pada kasus ini semua jenis kelamin dapat mengalami
kelainan pada kasus ini. Sedangkan pada usia lanjut, terjaid penurunan berbagai
fungsi organ dalam tubuh. Seperti terjadi proses degenerative pada arteri, sehingga
arteri akan mengalami vasokontriksi dan dapat memperberat keadaan
aterosklerosis dan juga wanita yang sudah menoupouse lebih rentan ari pada
wanita muda, dikarenakan pengaruh dari hormone estrogen yang melindungi.
( Sudoyo, 2009 )
Sistem Pernafasan
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas
tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang
nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu
bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan,
sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang
Page 5
ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan
maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang
maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah
dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis
superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga
tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan
dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat
membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung
terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini
berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya
sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan
masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari
akan melewati hidung.
Faring (Pharynx)
Faring / tekak terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan
di depan ruas tulang belakang. Faring berupa saluran dengan panjang
sekitar 7 cm. Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa
dan tersambung dengan esofagus dan trakhea. Tersusun atas lapisan
mukosa, fibrosa dan otot, dimana otot utamanya adalah otot konstriktor
yang berkontraksi pada saat makanan masuk ke faring dan mendorongnya
ke esofagus.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan. Keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium.
Page 6
Pada pangkal faring, terdapat katup pernapasan yang disebut
epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan
(laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1) Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana
terdapat tuba eustachius, kelenjar adenoid.
2) Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil
(amandel).
3) Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari faring
yang terletak di bagian laring.
Page 7
yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda.
Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini,
sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah
sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit
bronkhitis. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali
percabangan membentuk bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan tidak
bertulang rawan. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang
berbentuk seperti buah anggur.
Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke
tengah rongg dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura.
Paru kanan terdiri dari 3 lobus superior, inferior dan media dexter
sedangkan paru kiri terdiri dari 2 lobus superior dan inferior. Persarafan
pada paru : Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus
sympaticus dan serabut parasympatiscus berasal dari nervus vagus.
(Snell,2011)
Sistem Kardiovaskuler
Jantung terletak di rongga dada tepatnya di mediastinum medialis
sebelah kiri dengan berat ± 250 – 360 gr. Ukurannya ± sebesar kepalan tangan
dan ditutup oleh lapisan pericardium yang mengikat jantung ke rongga
thoraks.
Page 8
a. Batas kiri: pulmo kiri
b. Batas kanan: pulmo kanan
c. Batas depan: sternum dan thymus
d. Batas belakang: tulang belakang (vertebrae), esophagus, aorta
descenden
e. Batas atas: arcus aorta, vena cava superior dan trachea
f. Batas bawah: diagfragma.
Bagian jantung
Jantung terdiri atas tiga bagian, yakni:
a. Perikardium
Merupakan lapisan luar jantung. Yang terdiri dari 2 bagian yakni
bagian luar yang terdiri dari jaringan fibrosa dan bagian dalam yang
terdiri dari lapisan parietal dan lapisan visceral.
b. Miokardium
Merupakan lapisan otot yang tebal, yang dibentuk oleh
otot jantung yang bersifat involunter. Otot jantung mempunyai cabang
yang dapat menghubungkan setiap lapisan otot. Penyambung tersebut
adalah discus intrachalaris. Miokardium memiliki untaian ke dalam
yang dikenal sebagai Musculus Papilaris. Miokardium paling tebal
pada apeks dan menipis menuju dasar.
c. Endokardium
Page 9
Ruang jantung
Jantung memiliki 4 ruang:
a. Atrium kanan
Memiliki dinding yang tipis, berfungsi untuk menampung
darah dari sirkulasi sistemik untuk dialirkan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya dialirkan ke paru-paru. 80% darah dari atrium kanan
mengalir secara pasif ke ventrikel kanan dan sisanya 20% mengalir
akibat adanya kontraksi dari atrium kanan.
b. Atrium kiri
Berfungsi untuk menerima darah yang kaya akan oksigen
(O2) dari paru melalui vena pulmonalis. Diantara vena pulmonalis dan
atrium kiri tidak terdapat katup sejati, sehingga perubahan tekanan
dalam atrium kiri mudah menyebabkan kembalinya aliran darah dari
atrium ke pembuluh darah paru.
c. Ventrikel kanan
Memiliki dinding yang sedikit lebih tipis dibandingkan
dengan ventrikel kiri. Rongga pada ventrikel kanan berbentuk bulan
sabit yang berfungsi untuk menghasilkan kontraksi yang bertekanan
rendah.
d. Ventrikel kiri
Memiliki otot yang tebal dan rongganya berbentuk “O”.
Kontraksi dari ventrikel kiri menghasilkan tekanan tinggi yang mampu
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah
ke jaringan perifer.
Katup jantung
Berfungsi untuk mempertahankan aliran darah agar berjalan searah
melalui bilik-bilik pada jantung. Ada 2 jenis katup jantung:
a. Katup Atrioventrikularis
Memiliki daun katup yang halus dan tahan lama. Katup
atrioventrikularis terdiri dari
o Katup Trikuspidalis, memiliki 3 daun katup. Berfungsi untuk
memisahkan atrium dan ventrikel kanan.
o Katup Mitral
Memiliki 2 dau katup. Berfungsi untuk memisahkan atrium dan
ventrikel kiri.
Page 10
b. Katup Semilunaris
Berfungsi untuk memisahkan arteri pulmonalis dan aorta
dari ventrikel yang bersangkutan dan mencegah kembalinya darah
yang mengalir dari ventrikel. Katup semiulnaris memiliki 3 katup
simetris yang menyerupai corong dan terikat pada anulus fibrosus dan
terdiri atas:
o Katup Aorta, berada diantara Ventrikel kiri dan Aorta. Diatas daun
katup terdapat sinus Valsava yang merupakan muara dari arteri
koronaria.
o Katup Pulmonal, berada di antara ventrikel kiri dan arteri
pulmonal.
Page 11
Pembuluh darah besar jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu diketahui, yaitu:
1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
4. Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
8. Arteri coronaria dextra, cabang:
o Ramus coni arteriosi
o Rami ventriculares anterior
o Rami ventricularis posterior (desendens)
o Rami atriales
9. Arteri Coronaria sinistra
o Ramus interventricular (desendens) anterior
Page 12
o Ramus circumflexus
10. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
( Snell, 20011 )
Fisiologi
(Sherwood, 2012)
Page 13
Siklus jantung
Bunyi jantung
Page 14
SISSISTEM PERNAFASAN
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Faring (Pharynx)
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
Page 15
Fisiologi respirasi
Fisiologi Utama Sistem Respirasi:
1) Pertukaran gas antara atmosfer dan darah. Tubuh memasukkan O2 untuk
didistribusikan ke jaringan dan mengeluarkan sampah CO2 yang
dihasilkan oleh metabolisme.
2) Pengaturan homeostasis pH tubuh. Paru dapat mengatur pH tubuh dengan
menahan atau membuang CO2 secara selektif.
3) Perlindungan terhdapa substansi patogen dan iritan yang terhirup. Seperti
epitel lain yang berhubungan dengan lingkungan luar, epitel respiratorik
dilengkapi dengan mekanisme pertahanan untuk menangkap dan
menghancurkan substansi yang berpotensi berbahaya sebelum substansi
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh.
4) Vokalisasi. Udara yang bergerak melalui pita suara menghasilkan getaran
yang digunakan untuk berbicara, bernyayi dan segala bentuk komunikasi
lainnya.
(Silverthorn, 20014).
Page 16
Secara anatomis, jantung adalah organ tunggal, namun sisi kanan dan kiri
jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung dibagi menjadi paruh
kanan dan paruh kiri, serta memiliki empat rongga, satu rongga atas dan satu
rongga bawah disetiap masing-masing paruh. Rongga-rongga atas (atrium)
menerima darah yang kembali kejantung dan memindahkannya ke rongga bawah
(ventrikel) yang memompa darah dari jantung. Pembuluh yang mengembalikan
darah dari jantung ke atrium adalah vena, dan yang membawa darah dari ventrikel
ke jaringan adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, suatu
partisi berotit kontinyu yng mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Page 17
Pemisahan ini sangat penting karena separuh kanan jantung
menerima darah miskin O2 dari sirkulasi sistemik dan memompa darah miskin O2
ke sirkulasi pulmonal, sementara sisi kiri jantung menerima darah kaya akan O 2
dari sirkulasi paru dan memompa darah kaya akan O2 ke sirkulasi sistemik.
Perbedaan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal yakni:
Sirkulasi sistemik
- Menyuplai darah kesemua jaringan tubuh kecuali paru
- Berdasarkan anatomi dan fungsinya terdapat 5 kategori : arteri, arteriola,
kapiler, venula, vena.
- Disebut sebagai sirkulasi besar/ perifer
Sirkulasi pulmonal
Sintesis:
Peredaran darah pulmonal
Peredaran darah pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang memompakan
darah ke arteri pulmonalis yang diteruskan ke paru-paru. Setelah itu kembali lagi
ke jantung melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Peredaran darah ini berfungsi
untuk mengambil O2 dari paru-paru dan membuang CO2
Peredaran darah sistemik
Peredaran darah sistemik berasal dari ventrikel kiri yang memompakan
darah ke aorta yang akan diteruskan ke seluruh tubuh. Setelah itu kembali lagi ke
jantung melalui vena cava ke atrium kanan. Peredaran darah ini berfungsi untuk
mengantarkan O2 ke seluruh tubuh dan mengambil CO2 ke jantung untuk dibuang
melalui paru-paru.
( Price, 2012 )
Page 18
1) Reseptor reseptor mekanik pada otot otot pernapasan, paru, dinding dada
dalam teori tegangan panjang, elemen elemen sensoris, gelendong otot pada
khususnya berperan penting dalam membandingkan tegangan otot dengan
derajat elastisitasnya. Dispnea dapat terjadi jika tegangan yang ada tidak
cukup besar untuk satu panjang otot.
2) Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2.
3) Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkat nya
rasa sesak napas.
4) Ketidak seimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi
(Price,2012)
Page 19
terpisah satu dengan lainnya akan meninbulkan ruang rugi fungsional
(alveolus yang tidak diperdarahi) dan pembentukkan jalan pintas atriovenosa.
3. Penyakit kardiovaskular juga dapat mempengaruhi perfusi paru. Perfusi yang
menurun mengakibatkan jumlah gas yang ditranspor kedalam darah menjadi
berkurang, meskipun saturasi O2 dan pembuangan CO2 di alveolus masih
adekuat. Jika resistensi aliran meningkat, kemungkinan dapat terjadi akibat
yang serius pada sirkulasi karena seluruh curah jantung melewati paru.
4. Disfungsi neuron pernapasan serta motorneuron, saraf dan otot yang diaturnya
(Silbernagl. 2006)
Page 20
meningkat plasma darah mengalir ke dalam alveoli (edema paru)
terganggunya difusi O2 di alveoli sesak (dyspnea)
2. Empat bulan sebelumnya, Tn JK sudah mengeluh sesak nafas bila beraktivitas seperti
naik tangga atau berjalan sejauh ±300 dan berkurang bila beristirahat. Dalam 2 hari
terakhir sesak nafas tidak hilang meski sudah beristirahat.
Sintesis :
Tn JK mengalami sesak nafas derajat II ( NYHA II – IV ) sehingga terjadi
gangguan pada sistem respirasi. Keluhan akan semakin bertambah ketika
beraktivitas karena dengan adanya aktivitas sehingga kebutuhan oksigen
meningkat mengakibatkan kompensasi tubuh dengan meningkatkan kemampuan
jantung mendapatkan oksigen, namun karena adanya gangguan pada proses
respirasi menyebabkan Tn. JK mengalami hambatan dalam pengambilan oksigen
maximal.
New York Heart Association (NYHA) pertama kali membuat klasifikasi
gagal jantung yang berdasarkan pada derajat keterbatasan fungsional. Pembagian
fungsional NYHA sering digunakan untuk menentukan progresifitas gagal
jantung. Sistem ini membagi pasien atas 4 kelas fungsional yang bergantung pada
Page 21
gejala yang muncul, yaitu asimptomatis (kelas I), gejala muncul pada aktifitas
berat (kelas II), gejala muncul pada saat aktifitas ringan (kelas III) dan gejala
muncul pada saat istirahat (kelas IV).
(Gray,2005)
b. Mengapa sesak nafas tidak hilang saat beristirahat sejak 2 hari yang lalu?
Jawab :
Telah terjadi progesitivitas penyakit yang diderita Tn.JK sehingga sesak
nafas yang awalnya hanya timbul saat melakukan kegiatan fisik ringan, menjadi
tetap sesak nafas walaupun beristirahat. Berdasarkan klasfikasi sesak nafas
NYHA, derajat sesak nafas Tn.JK meningkat, dari derajat II menjadi derajat IV.
4. Demam tidak ada, batuk tidak ada, perut terasa penuh dan cepat kenyang setelah
makan
a. Apa makna demam tidak ada, batuk tidak ada ?
Jawab :
Mungkin ingin menunjukkan bahwa sesak napas yang dialami Tn. JK
bukan dari infeksi saluran nafas yang bisa menyebabkan demam dari infeksinya,
dan bisa juga ingin menunjukkan bahwa sesak napas yang ia alami bukan dari
paru itu sendiri tapi melainkan dari jantung, karena seperti yang sudah dijelaskan
Page 22
di nomor sebelumnya bahwasanya penyebab sesak napas ada dari jantung dan non
jantung.
(Isselbacher, 2009)
5. Dia memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun terakhir, namum tidak berobat secara
teratur
Page 23
vena pulmonalis → ↑tekanan vena pulmonalis → cairan terdorong ke parenkim
paru → penimbunan cairan di alveoli →edema paru →sesak nafas
(Price, 2005)
Page 24
(Price, 2005)
Sistole Diastole
Kategori Dan/atau
(mmHg) (mmHg)
Hipertensi
140-159 Atau 90-99
stadium 1
Hipertensi
≥ 160 Atau ≥ 100
stadium 2
Page 25
ringan)
Sistol Diastole
Kategori Dan/atau
(mmHg) (mmHg)
Berdasarkan penyebab:
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
Page 26
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), sindrom
cushing dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Jenis hipertensi lainnya
Hipertensi maligna : berkembang sangat cepat yang disebabkan oleh
kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal.
Hipertensi sistolik terisolasi : disebabkan oleh umur, konsumsi
tembakau, diabetes, dan diet yang tidak benar. Tekanan sistolik saat
jantung kontraksi sangat tinggi akibat arteri menjadi kaku namun pada
tekanan diastolik normal.
White coat hipertensi : hipertensi yang terjadi disebabkan oleh
keadaan psikologis (kegugupan)
Hipertensi resisten : penderita hipertensi resisten tidak merespon obat
apapun lagi sehingga tidak mampu menurunkan tekanan darahnya.
Page 27
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi berdasarkan organ yang
terkena antara lain sebagai berikut.
Otak : stroke
Jantung : aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
Mata : retinopati dan kebutaan akibat pecahnya pembuluh darah
pada mata
Paru-paru : edema paru
Ginjal : penyakit ginjal kronik
Sistemik : penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer.
( Price, 2005 )
Selain itu komplikasi lain yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah:
1. Gagal jantung ketidak mampuan jantung memompa darah melawan tekanan
arteri yang terus menerus tinggi (5,9-6,2%)
2. Gagal ginjal, terjadinya gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik (2,6-2,8%).
3. Infark miokardium. Dapat terjadi infark miokard apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk thrombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan
4. Ensefalopati (kerusakan otak), Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi,
terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf
pusat.Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian,
kebutaan dan tak jarang juga terjadi koma serta kematian
Page 28
mendadak.Keterikatan antara kerusakan otak denganhipertensi, bahwa
hipertensi beresiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi
( Martono, 2009 )
6. Riwayat keluarga yang menderita tekanan darah tinggi dan sakit jantung tidak ada
a. Apa makna riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan sakit jantung tidak
ada ?
Jawab :
Mungkin ingin menunjukkan bahwa penyakit jantung dan hipertensi yang
dialami Tn. JK bukan merupakan faktor risiko dari keluarga karena baik hipertensi
atau ataupun penyakit jantung ada yang berisiko tinggi bila adanya riwayat
keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti hipertensi esensial dan
penyakit jantung koroner.
Sintesis: artinya makna riwayat keluarga darah tinggi dan sakit jantung tidak ada
adalah ingin menunjukkan bahwa kemungkinan besar faktor penyebab penyakit
buka dari riwayat keluarga dan penyakit jantung melainkan dari gaya hidupnya.
7. Pemeriksaan fisik
a. Bagaimana interpretasi abnormal pemeriksaan fisik ?
Jawab :
Page 29
Jantung Inspeksi: iktus kordis Abnormal
terlihat ICS VI linea (cardiomegali)
axilaris anterior kiri.
Auskultasi:
HR 120x/menit, Takikardia
Murmur sistolik grade III Abnormal,
di katup mitral, gallops murmur terdengar
(+) kuat tanpa thrill.
Normal
Page 30
Kerja jantung meningkat Peningkatan kontraktilitas
Riwayat hipertensi
untuk memompa darah jantung
Takikardi
Hipertrofi otot
ventrikel kiri
Cardiac output Aktivasi sistem
menurun RAA
Rongga ventrikel
menyempit Renin Aldosteron
Angiotensin
Aliran valik
v.pulmonalis Peningkatan cairan tubuh
Page 31
vena cava inferior meningkat alran balik darah ke vena hepar congesti
hepar hepatomegali
( Isselbacher, 2009 )
Takikardi
Hipertrofi ventrikel kiri besar volume sekuncup berkurang volume sisa
ventrikel meningkat peningkatan tekanan jantung sebelah kiri respon
simpatis kompensatorik kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
meningkat untuk mempertahankan curah jantung.
Gallops (+)
Respon kompensatorik dari kegagalan pengosong ruang ventrikel
peningkatan jumlah sarkomer dalam sel miokardium hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kiri ventrikel sinyal konduksi dari AV node ke sel purkinye
ventrikel kiri lebih lambat dibandingkan ventrikel kanan dan pengosongan
Page 32
ruang ventrikel kiri lebih cepat dibandingkan ventrikel kanan kontraksi dan
penutupan katup pada ventrikel kiri tidak sama dengan ventrikel kanan
terdengar suara tambahan gallop (+)
(Price, 2005)
8. Pemeriksaan laboratorium
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium
Jawab :
Page 33
Ureum 45 mg/dl 20 – 40 mg/dl Abnormal
9. Pemeriksaan penunjang
Page 34
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang ?
Jawab :
HR 120x/menit
Page 35
Hipertensi → kerja jantung menurun → dekom pada jantung kiri →
hipertrofi ventrikel kiri → penurunan cardiac output → perangsangan
saraf simpatis → peningkatan HR (kompensasi tubuh)
(Price, 2005)
Kardiomegali
Page 36
o Peningkatan JVP
o Refleks hepatojugular
b. Minor
o edema ekstremitas
o Batuk malam hari
o dispnea de effort
o hepatomegali
o efusi pleura
o penurunan kapasitas vital 1/3 normal
- Takikardi
Berdasarkan kriteria tersebut,diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada
1 kriteria ayor dan 2 kriteria minor.
Pemeriksaan Penunjang
(Sudoyo, 2009)
Page 37
b. Elektrokardiografi Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas
pada sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T,
hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
c. Echocardiografi Doppler Echokardiografi harus dilakukan pada semua pasien
dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel
(sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan
penyakit katub jantung dapat disinggirkan.
d. Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi
ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung
sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
e. Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel
dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh.
Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional penyakit jantung
koroner.
(Harisson, 2012)
Page 38
serangan jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama
penyakit dan kematian akibat hipertensi.
(Braverman, E.R. 2009)
Page 39
Jika pasien gelisah, nyeri atau sesak napas berikan analgetik sedasi (ex: Morfin
dosis bolus IV 2,5-5).
Kongesti paru Terapi medis diuretic/vasodilator.
Diuretik dapat diberikan diuretik loop, Furosemide dengan dosis awal 20-40
mg/hari (terus monitor K; Na; Kreantinin, dan tekanan darah). Dosis dapat
ditingkatkan hingga 40-100 mg/hari.
Vasodilator dapat diberikan Nitrogliserin mulai 10-20 mcg/menit, naikkan hingga
200 mcg/menit. Atau dapat diberikan Issosorbide Dinitrat mulai 1 mg/jam, naikkan
hingga 10 mg/jam.
Saturasi O2 arterial < 95% lakukan peningkatan pemberian O2. Pertimbangkan
CPAP NI PPV, ventilasi mekanis.
Inti dari tatalaksana pada penderita Congestive Heart Failure adalah memperbaiki
daya pompa jantung (myocardium: pemberian inotropic), menurunkan beban
jantung (dengan vasodilator), dan menurunkan retensi Na dan H 2O (dengan diuretik
saja, atau diuretik kombinasi ACEI).
(Ghanie, 2009).
Page 40
Prognosis dubia et malam
Mortalitas 1 tahun pada pasien gagal jantung cukup tinggi (20-60%) dan berkaitan
dengan derajat keparahannya.Data Framingham yang dikumpulkan sebelum
penggunaan vasodilatasi untuk gagal jantung menunjukan mortalitas 1 tahun rerata
sebesar 30% bila semua pasien dengan gagal jantung dikelompokkan bersama.Dan
lebih dari 60% pada NYHA kelas IV.Maka kondisi ini memiliki prognosis yang lebih
buruk dari pada sebagian besar kanker. Kematian karena gagal jantung progresif atau
secara mendadak (diduga karena aritmia) dengan frekuensi yang kurang lebih sama.
Sejumlah factor yang berkaitan dengan prognosis gagal jantung yakni:
1. Klinis semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas, dan gambaran klinis,
semakin buruk prognosis.
2. Hemodinamik semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup dan fraksi ejeksi,
semakin buruk prognosis.
3. Biokoimia terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinefrin, rennin,
vasopressin, dan peptide netriuretik plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan
prognosis yang lebih buruk.
4. Aritmia focus ektopik ventrikel yang sering atau takikardi ventrikel pada
pengawasan EKG ambulatory menandakan prognosis yang buruk.
Jadi, pada kasus ini Tn.Jk mengalami gagal jantung dengan NYHA kelas IV,
terjadi pitting edema, hepatomegali, kardiomegali, ↑ JVP, edema paru, gallops (+), dan
takikardi. Prognosis pada Tn.Idro yaitu bubia et malam.
(Gray. 2005)
Page 41
Jawab :
Allah SWT berfirman :
Makna:
Pada QS. Yunus: 57
Penyakit yang berada dalam dada pada surat ini memiliki makna yang luas. Bila
dihubungkan dengan kasus ini, penyakit dalam dada tersebut ialah penyakit jantung
karena secara anatomis jantung terletak di dalam rongga thoraks/ dada. Pada kasus ini
Tn.Agus mengalami gagal jantung congesif. Jadi, gagal jantung congesif tersebut bisa
disembuhkan karena Allah SWT adalah Maha penyembuh dari segala penyakit, kita
sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdo’a. Serta sakit yang di alami oleh
2. 6 Kesimpulan
2. 7 Kerangka Konsep
Hipertensi Kronik
Page 42
Kerja Jantung
Meningkat
Pitting Edema
Gagal Jantung
Kongestive
Page 43
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Huon H., Dawkins. Keith D. dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil
kedokteran Indonesia.
Kumar, Vinay dkk. 2012. Buku Ajar Patolgi Robbins E/7 vol 2. Jakarta: EGC
Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC.
Robbins & Kumar. 2012. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 2. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC.
Silbernagl. Stefan., Florian. Lang, 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.
Swartz Mark. Buku Ajara Diagnostik Fisik. Hal 204-2014, EGC: jakrta 2006
Tadjoedin,Yasmin, Ismoyo Suni, dan Basuni Radi. 2008. Jurnal Kardiologi Indonesia:
Disfungsi Otonom pada Pasien Jantung Hipertensi Asimptomatik.: Hasil Evaluasi
Pemulihan Laju Jantung Vol. 29 No. 3. Jakarta : Departement of Cardiology and Vascular
Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia National Cardiovascular Center
“Harapan Kita”.
Page 44