PEMBAHASAN
Berkaitan dengan standar yang telah ditentukan, harus diakui bahwa aktivitas sektor
publik tidak dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan dengan sistem biaya standar. Hal
ini disebabkan karena output yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik seringkali
tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan biaya. Prosedur untuk melakukan
audit ekonomi dan efisiensi sama dengan jenis audit yang lainnya. Secara umum,
tahapan-tahapan audit yang dilakukan meliputi:
1. Perencanaan audit,
2. Mereview sistem akuntansi dan pengendalian interen,
3. Menguji sistem akuntansi dan pengendalian interen,
4. Melaksanakan audit,
5. Menyampaikan laporan.
C. Audit Efektivitas
Efektivitasberkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission
(1986), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan
pihak yang berwenang untukmengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit
efektivitas (audit program) bertujuan untuk menentukan: 1) tingkat pencapaian hasil atau
manfaat yang diinginkan 2) kesesuaian hasil dengan tujuan ditetapkansebelumnya 3)
apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan
hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau auditprogram adalah untuk:
1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalanapakah sudah
memadai dan tepat,
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan,
3. Menilai efektivitasprogram dan atau unsur-unsur program secara terpisah/sendiri-sendiri,
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yangbaik dan
memuaskan,
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan
dengan biaya yang lebih rendah,
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait,
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik,
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program
tersebut,
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program,
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat di
pertanggungjawabkan mengenai efektivitas profram.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa
(konsumen). Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada criteria
yang telah ditetapkan (disetujui) sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja
sama dengan top management dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan
criteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun
efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program yaitu: 1) Proksi
untuk mengukur dampak/pengaruh, 2) Evaluasi oleh konsumen, 3) Evaluasi yang
menitikberatkan pada proses bukan pada hasil.Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa tingkat complain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa (konsumen) dapat
dijadikan proksipengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa.
Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya senantiasa
mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Apakah program tersebut relevan atau realistis, 2)
Apakah ada pengaruh dari program tersebut, 3) Apakah program telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, dan 4) Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai
hasil.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa audit kinerja pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Pada audit
kinerja, kegiatan pemeriksaan terhadap pengelolaan organisasi sektor publik terutama
didasarkan pada tiga elemen utama yaitu, ekonomi, efesiensi, dan efektivitas. Penekanan
kegiatan audit pada ekonomi, efesisensi dan efektivitas suatu organisasi memeberikan
ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya. Bagan berikut
menjelaskan karakteristik audit kinerja yang merupakan gabungan antara audit
manajemen dan audit program.
Value for money audit secara umum mempunyai tiga kategori kegiatan yaitu:
1. By-produck’ VFM work
Pekerjaan value for money audit yang merupakan tujuan sekunder di samping
pekerjaan–pekerjaan utama yang lebih penting, pekerjaan ini biasanya kurang terstruktur
dibandingkan dengan kegiatan/tugas yang lainnya. Tipe pekerjaan ini biasanya berupaya
untuk mencari penghematan-penghematan dengan jalan melakukan sedikit perubahan
dalam praktik kerja. Perubahan yang dilakukan mungkin hanya sebagian kecil tapi
seringkali memiliki manfaat yang substansial.
2. An’Arrangement Review’
Pekerjaan value for moneyaudit yang dilakukan untuk menjamin/memastikan
bahwa klien telah melakukan tugas administrasi yang diperlukan untuk mencapai value
for money. Dalam organisasi yang memberikan jasa yang kompleks, operasi yang
ekonomis, efisien,dan efektif hanya dapat dilakukan jika terdapat serangkaian
peraturanformal untuk mengontrol penggunaan sumber daya. Auditordapat mengecek
dan menilai keberadaan peraturan formal semacam ini.Arrangement Review akan
memberikan gambaran bagiauditor untuk mereview kinerja dan mereview jasa-jasa
tertentu/khusus.
3. Performance Review
Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara obyektif value for money
yang telah dicapai oleh klien dan membandingkannya dengan kriteria (pembanding)
yang valid. Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kinerja masa lalu, target yang
telah ditetapkan sebelumnya atau kinerja organisasi sejenis lainnya
Untuk melaksanakan proses audit kinerja pada organisasi sektor publik
(pemerintahan) diperlukan beberapa prasyarat. Prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi
dalam audit kinerja yaitu:
1. Auditor (orang/lembaga yang melalukan audit), auditee (pihak yang diaudit), recipent
(pihak yang menerima hasil audit).
2. Hubungan akuntabilitas antara auditee (subordinate) dan audit recipent (otoritas yang
lebih tinggi).
3. Independensi antara auditor dan auditee.
4. Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee oleh
auditor untuk audit recipent.
Auditor sering disebut sebagai pihak pertama, dan memegang peran utama
dalam pelaksanaan audit kinerja karena auditor dapat mengakses informasi keuangan
dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional
dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk
benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha
untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Pihak
auditee biasanya terdiri dari manajemen atau pekerja suatu organisasi yang
bertanggungjawab kepada recipent dan biasa disebut pihak ketiga yang terdiri dari
beberapa kelompok antara lain: tingkatan yang lebih tinggi dalam organisasi yang sama,
dewan komisaris, stockholder, masyarakat, dan investor baik secara individual maupun
kelompok.
Secara umum, ada dua prosedur utama untuk melaksanakan praktik auditing
terhadap kinerja organisasi secara komprehensif. Prosedur tersebut adalah management
and technical review dan special studies.
2. Special Studies
Telaah yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi
tertentu sesuai dengan permintaan. Sebagi contoh, special studies mungkin
dilaksanakan untuk: a. Penelitian mengenai dugaan terjadinya kesalahan atau
kecurangan, b. Menilai kecukupan pengendalian internal dalam sistem informasi
manajemen atau sistem akuntansi yang ditetapkan, c. Konsultasi dengan manajemen
berkaitan dengan masalah keuangan khusus atau berkaitan dengan masalah kinerja, dan
d. Mengevaluasi penggunaan dana untuk kegiatan investasi yang mungkin berpengaruh
terhadap operasi organisasi di masa mendatang.
1. Standar Umum
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
professional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga audit dan
auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik, harus independen (secara organisasi
maupun secarapribadi), bebas dari gangguan independensi yang bersifat pribadi dan
yang di luar pribadinya (ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta
harus dapat mempertahankan sikap danpenampilan yang independen.
b. Supermisi
Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik.
d. Pengendalian Manajemen
Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan dengan
audit. Apabila pengendalian manajemen signifikan terhadap tujuan audit, maka auditor
harus memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung pertimbangannya
mengenaipengendalian tersebut.
b. Ketepatan Waktu
Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi
yang dapat digunakan secara tepat waktuoleh manajemen dan pihak lain yang
berkepentingan.
c. Isi Laporan
Standar pelaporan ketiga untuk audit kinerja mencakup isi laporan. Isi laporan audit
meliputi:
1) Tujuan,Lingkup, dan Metodologi Audit Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan
metodologi audit.
2) Hasil Audit
Auditor harus melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jikamungkin melaporkan
kesimpulan auditor.
3) Rekomendasi
Auditor harus menyampaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan atas
bidang yang bermasalah dan untukmeningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas yang
diaudit.
4) Pernyataan Standar Audit
Auditor harus melaporkan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit
Pemerintahan.
5) Kepatuhan terhadap peratuaran perundang-undangan.
6) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan
wewenang.
7) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar/melawan hukum.
8) Pengendalian manajemen.
9) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab.
10) Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai.
11) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut.
12) Informasi istimewa dan rahasia
d. Penyajian Laporan
Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas sepanjang
hal ini dimungkinkan.
e. Distribusi Laporan
Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada:
1) Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit,
2) Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit, termasuk
organisasi luar yang memberikan dana, kecuali jika peraturan perundang-undangan
melarangnya,
3) Kepada pejabat lainyang mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
berdasarkan temuan dan rekomendasi audit, dan
4) Kepada pihak lainyang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima
laporan tersebut.