Metode Penemuan-Wps Office
Metode Penemuan-Wps Office
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Metode
Penemuan Hukum Islam”. kami mengucapkan terimakasih dosen pengampu mata
kuliah Ushul Fiqh yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa Institut Agama Islam Muhammad Syafiuddin Sambas terutama
program studi PGMI yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada
penyusun. Makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu
kami memerlukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Pengertian Metode Penemuan Hukum Islam...........................................................2
B. Metode Penemuan Hukum Bayani, Ta’lili dan Istislahi...........................................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................................10
A. Simpulan.................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber pokok hukum islam adalah Al-Quran dan sunah. Pada masa Rasul,
muncul suatu persoalan hukum, baik yang berhubungan dengan Allah maupun
kemasyarakatan, Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran untuk menjelaskannya.
Setelah Rasul wafat, pengemban amanah untuk menyelesaikan masalah hukum
beralih kepada para sahabat meraka pun penyelesaian hukumnya menggunakan
Al-Quran dan sunah sebagai sumber penetapan hukum islam dan ketika tidak ada
dalam sumbernya tersebut mereka mnggunakan metode ijtihad terhadap makna-
makna dari aspek latar belakang historis. Memperhatikan jenis metode penemuan
hukum ataupun metode penerapan hukum dalam ilmu hukum Islam (istinbath al-
hukm) dan penerapan hukum (tathbiq alhukm), dalam hukum Islam sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan metode penemuan hukum dan penerapan hukum yang
digunakan oleh praktisi hukum umum. Demikian pula dengan metode yang
diberlakukan dalam suatu negara menurut hukum Islam yang telah dikemukan
oleh para Juris Islam (fuqaha‟) dan sangat mendasar metode yang mereka
temukan, seperti pemahaman hukum yang terdapat dalam teks hukum dikaji
dengan metode seperti dengan metode hermeneutika maupun dari segi bahasanya
yang disebut Ushul Fikih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud metode penemuan hukum islam?
2. Apa saja jenis metode penemuan hukum islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui metode penemuan hukum islam.
2. Mengetahui jenis metode penemuan hukum islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Asjmuni A. Rahman, Metode Penetapan Hukum Islam, Cet. 2, (Jakarta :PT. Bulan Bintang,
2004), hlm. 1.
2
A.Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, Cet. 5,
Edisi Revisi, (Jakarta, Prebada Media, 2005), hlm.17.
2
4
1. Kaidah syar‟iyyah.
Kaidah syar‟iyyah ialah ketentuan umum yang ditempuh syara‟ dalam
menetapkan hukum dan tujuan penetapan hukum bagi subyek hukum
(mukallaf). Selanjutnya perlu juga diketahui tentang penetapan dalil yang
dipergunakan dalam penetapan hukum, urut-urutan dalil, tujuan penetapan
hukum dan sebaginya.
2. Kaidah lughawiyah
Kaidah lughawiyah, makna dari suatu lafaz, baik dari dalalah-nya
maupun uslub-nya dapat diketahui, selanjutya dapat dijadikan pedoman dalam
menetapkan hukum. Kaidah ini berasal dari ketentuan-ketentuan ahli lughat
(bahasa) yang dijadikan sandaran oleh ahli ushul dalam memahami arti lafaz
menurut petunjuk lafaz dan susunannya. Kemudian istinbath adalah cara
bagaimana memperoleh ketentuan Hukum Islam dari dalil-dalilnya
sebagaimana dibahas dalam ilmu Ushul Fikih. Beristinbath hukum dari dalil-
dalilnya dapat dilakukan dengan jalan pembahasan bahasa yang dipergunakan
dalam dalil Al-Quran atau Sunnah Rasul, dan dapat pula dilakukan dengan
jalan memahami jiwa hukum yang terkandung dalam dalilnya, baik yang
menyangkut latar belakang yang menjadi landasan ketentuan hukum ataupun
yang menjadi tujuan ketentuan hukum.3 Syarat untuk dapat beristinbath
dengan jalan pembahasan bahasa adalah harus memahami bahasa dalil Al-
Quran dan Sunnah Rasul, yaitu bahasa Arab. Tanpa memiliki pengetahuan
bahasa Arab, beristinbath melalui pembahasan bahasa tidak dapat dilakukan.
Dari sinilah dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang bahasa Arab
merupakan hal yang mutlak wajib dipelajari oleh setiap orang yang ingin
berijtihad.
3
Ahmad Azhar Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta, UII Pres,
1984), hlm. 32.
5
4
Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interprestasi
Teks,( Yogyakata, UII Pres, 2004), hlm. 23.
6
8
Kutbudin Aibak, metodologi pembaruan Hukum Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008),
hlm 150.
8
9
Abdul Ghofur Anshori dan zulkarnaen harahap, Hukum Islam Dinamika dan
perkembangannya di indonesia, (Yogyakarta: Total Media, 2008), hlm. 188.
9
10
Abdul Ghofur Anshori dan zulkarnaen harahap, Hukum Islam Dinamika dan
perkembangannya di indonesia, (Yogyakarta: Total Media, 2008), hlm. 188.
4
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kegiatan penemuan hukum dengan bayani berarti mengerti sesuatu pada
intinya adalah sama dengan kegiatan menginterprestasi sehingga tercapai
pemahaman sesuatu. Hal demikian merupakan aspek hakiki dalam keberadaan
hukum dalam menjawab permasalahan yang mungkin timbul dengan pemahaman
aspek teks hukum itu sendiri baik yang berwujud tulisan, lukisan, perilaku dan
peristiwa. Pemahaman itu tidak saja terbatas pada tindakan intensitas, melainkan
juga mencakup hal-hal yang tidak dimaksud oleh siapapun, jadi mencakup tujuan
manifest dan tujuan laten.
Penemuan hukum istislahi dimaksudkan untuk mengetahui tujuan syariat dan
merealisasikannya sehingga mampu menyelesaikan permasalahan hukum yang
sedang dihadapi. Dalam keadaan demikian penemuan hukum dengan istislahi
merupakan suatu jalan keluar dari kekakuan hukum agar hukum bermuara
kepada keadilan dan tercapainya kemaslahataan. Istishab ini ada untuk
mengantisipasi kekosongan hukum atas suatu perkara. Artinya istishab adalah
merupakan jalan untuk mencapai suatu ketetapan hukum.
B. Saran
Kami selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan, dan masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah, oleh karena itu saran dan masukan dari
kawan-kawan akan sangat membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
11