Disusun oleh:
Pembimbing:
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
– tanda yang menunjukkan ke arah kemungkinan penyakit metabolik,
penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain – lain. Pada pemeriksaan
ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan – kelainan organik yang
menyebabkan perdarahan abnormal ( polip, ulkus, tumor, kehamilan
terganggu ). Pada seorang perempuan yang belum menikah biasanya tidak
dilakukan kuretase tapi wanita yang sudah menikah sebaiknya dilakukan
kuretase untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan histopatologi
biasanya didapatkan endometrium yang hiperplasia. 2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
submukosa, komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia
endometrium, tumor ganas, dan perdarahan disfungsional adalah penyebab
tersering dari menoragia.
2) Hipomenorea (kriptomenorea) adalah perdarahan menstruasi yang sedikit,
dan terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada stenosis
himen atau serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia uterus (Asherman’s
Syndrome) dapat menjadi penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan
histerogram dan histeroskopi. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral
terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak apa-apa.
3) Metroragia (perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang terjadi
pada waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi
di tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak
dengan memantau suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma
endometrium, dan karsinoma serviks adalah penyebab yang patologis. Pada
beberapa tahun administrasi estrogen eksogen menjadi penyebab umum pada
perdarahan tipe ini.
4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini
biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada
siklus menstruasi.
5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular.
Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang
menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan
menometroragia. Onset yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat
mengindikasikan adanya keganasan atau komplikasi dari kehamilan.
6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari.
Amenorea didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan.
Volume perdarahan biasanya berkurang dan biasanya berhubungan dengan
anovulasi, baik itu dari faktor endokrin (kehamilan, pituitari-hipotalamus)
ataupun faktor sistemik (penurunan berat badan yang terlalu banyak). Tumor
yang mengekskresikan estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu,
sebelum menjadi pola yang lain.
5
7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap sebagai
tanda dari kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab lain dari perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi,
polip serviks, infeksi serviks atau vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis.
Hapusan sitologi negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks
invasif, kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.3
Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis
perdarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia,yang kedua
menometroragia. Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh
kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.1
2.2 Etiologi
Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma servisis uteri;
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;
c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi
pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua
6
pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya
dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang
diperlukan perawatan di rumah sakit.1
2.3 Patologi
Schröder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan
ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan
perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi
folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan
korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasia endometrium karena
stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus–menerus. Penjelasan ini masih
dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional.1,4
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional
dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni
endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan sekretoris, dengan
endometrium jenis nonsekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian
8
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus
yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang
kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan
bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi
9
ovulatoar, pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa
pramenopause dengan perdarahab tidak teratur mutlak diperlukan kerokan
untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
2.5 Diagnosis
10
hal itu tidak dapat dihindarkan. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan dengan menggunakan anestesia umum.
Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan
guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun
kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum,
dan sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa
tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang memberi harapan untuk
diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk melakukan
kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
2.6 Penanganan
a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan
perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas
estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20
mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,
perdarahan timbul lagi.
b. Progesteron : pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan
kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat
diberikan per os sehri norethindrone 15 mg atau asetas medroksi-
progesterone (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna
pada wanita dalam masa pubertas.
11
Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh
hiperplasia endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama
mengingat bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testosteron 50 mg
intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian
metiltestosteron per os kurang cepat efeknya.
Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah
dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun
diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi.
Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-
lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit itu harus ditangani.
12
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional
terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan yang
sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
13
PUD Perimenarche ( 10 – 15 tahun )
Px fisik umum Hb, trombosit
Px ginekologi
Jenis perdarahan
Akut Kronis
Hematologi
Hb<8gr% Hb?gr%
HEMATOLOGI
ABNORMAL NORMAL
14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diagnosis
Seorang pasien wanita 17 tahun datang dengan keluhan menstruasi yang
lama dan banyak sejak tanggal 2 April 2011. Darah yang keluar adalah
darah segar, dan tiap harinya pasien harus mengganti pembalut 5-10 kali.
Keluhan serupa pernah dialami pasien pada bulan Agustus 2010 dan
Januari 2011. Nyeri pada perut disangkal, BAK dan BAB pasien normal.
Riwayat menstruasi pasien dikatakan berubah sejak dua tahun lalu, dimana
menstruasinya dikatakan semakin banyak dan lama hingga 1-2 minggu.
Saat menstruasi yang dialami cukup banyak, pasien akan mengalami
penurunan nafsu makan. Riwayat penyakit lain disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang rendah yaitu
100/70 mmHg dan Nadi yang cepat 98 kali/menit. Ini mengarah ke
keadaan pre-shock. Status general didapatkan anemis pada kedua mata,
yang menandakan pasien mengalami anemia. Dari pemeriksaan rectal
toucher, didapatkan uterus yang normal.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia sedang dengan morfologi
hipokromik mikrositer. Dari pemeriksaan USG tidak ditemukan adanya
massa pada uterus, adnexa maupun vagina.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicurigai adanya perdarahan uterus
yang abnormal. Karena dari USG tidak ditemukan adanya kelainan
organik, maka kemungkinan besar pasien mengalami perdarahan
disfungsional dari uterus. Sehingga pasien didiagnosa sebagai
“Disfungsional Uterine Bleeding” + Anemia sedang hipokromik
mikrositer.
4.2 Faktor Predisposisi atau etiologi
Faktor penyebab perdarahan uterus abnormal tidak selalu diketahui
dengan pasti. Perdarahan disebabkan baik akibat faktor organik, maupun
faktor fungsional. Perdarahan uterus disfungsional paling sering
15
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon akibat dari korpus luteum
persistens, insufisiensi korpus luteum, apopleksia uteri, dan kelainan
darah.
4.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada pasien dengan perdarahan adalah hentikan
perdarahan. Obat yang dipilih untuk menghentikan perdarahan pada kasus
ini adalah asam traneksamat sebagai anti-trombolitik, dan regumen
(Norethisterone) yang membantu kerja progesteron dalam menghentikan
perdarahan.
Darah yang hilang diestimasi cukup banyak, terlihat dari tekanan darah,
nadi, dan kadar Hemoglobin yang tidak normal, sehingga perlu dilakukan
resusitasi cairan. Pada pasien ini, sudah dilakukan transfusi darah,
diusahakan agar Hb menjadi 10 gr/dL.
Dilatasi dan kuretase pada pasien ini tidak dianjurkan dalam pembuatan
diagnosis, mengingat keganasan pada usia pubertas sangat jarang terjadi.
4.4 Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam, karena kemungkinan
keganasan kecil sekali, dan ada harapan bahwa lambat-laun siklus haid
menjadi normal.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18