Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI POTONG

DI KEC. DAMSOL, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI


TENGAH

Budi Hartono
Bagian Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kondisi ekonomi rumahtangga
peternak sapi potong rakyat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2009
di Desa Damsol, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Sembilan puluh
peternak telah dipilih sebagai responden secara purposive random sampling. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan tambahan data kuantitatif
sederhana seperti tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan usaha sapi potong pola
perbibitan dan pola penggemukan tidak ada perbedaan yang moderat, penggunaan
tenaga kerja dalam pola perbibitan lebih banyak menyerap tenaga kerja keluarga
dibanding pola penggemukan, dan pengeluaran terbesar pada ekonomi rumahtangga
peternakan sapi potong rakyat digunakan untuk membeli bibit ternak yang relatif
tinggi.
Kata Kunci : Usaha ternak sapi potong rakyat, and Ekonomi rumahtangga

Household`s Economy Analysis of Small Scale Beef Cattle Farming


in Damsol, Donggala Regency, Central Sulawesi Province

ABSTARCT
The objectives of this research were analyze the economics condition of beef
cattle small farm household. The study was conducted at Damsol, Donggala Regency,
Central Sulawesi Province on August 2009. Ninety farmers were chosen as
respondents by purposive random sampling method. Data was analyzed using
discriptive analysis with additional quantitative data as simple as a frequency
distribution table.The result showed that there were no difference in term of income
of beef cattle fattening pattern and the beef cattle breeding pattern, use of labor in the
beef cattle breeding pattern absorb more family labor than the beef cattle fattening
pattern, and most expenditure on economics household of beef cattle small farm used
to buy breeding stock was relatively high.
Keywords : Small Scale Beef Cattle Farming, and Household’s Economy

PENDAHULUAN (BPS Propinsi Sulawesi Tengah, 2007)


Jumlah rumahtangga usaha menjadi 115.214 rumahtangga pada
peternakan di Sulawesi Tengah hasil tahun 2006 (BPS Propinsi Sulawesi
Survei Rumah Tangga Peternakan Tengah, 2006). Jumlah rumahtangga
Nasional (SPN07) mengalami usaha peternakan (Rumahtangga yang
penurunan sebesar 6,13 % yaitu dari memliki usaha peternakan - RTP)
108.150 rumahtangga pada tahun 2007 menunjukan bahwa RTP sapi potong

60 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono


merupakan rumahtangga usaha dengan Donggala cukup berpotensi untuk
jumlah terbesar diikuti oleh pengembangan peternakan sapi potong,
rumahtangga usaha peternakan ayam namun untuk menyatakan potensi
buras, babi, dan kambing masing- peternakan suatu daerah tidak hanya
masing adalah 68.136 RTP, 44.700 melalui data atau angka-angka belaka,
RTP, 19.935 dan 17.038 RTP. hal tersebut dikarenakan potensi
Badan Pusat Statistik peternakan suatu daerah ditentukan
Kabupaten Donggala (2007), diperoleh oleh berbagai aspek yang harus
informasi bahwa untuk subsektor diketahui dan diteliti secara
peternakan merupakan komoditi yang komprehensif melalui penilitian dan
potensial dan diperkirakan memberikan pendekatan ilmiah, salah satu aspek
peluang di masa depan. Usaha yang yang perlu mendapatkan perhatian
dominan dan memungkinkan dalam adalah sosial ekonomi peternak yang
memberikan peluang usaha adalah ada di wilayah tersebut.
usaha ternak besar khususnya sapi Berdasarkan latar belakang
potong. Kecamatan yang ada di maka penelitian ini bertujuan untuk
kabupaten Donggala l yang memiliki mengidentifikasi karakateristik usaha
potensi dan populasinya cukup tinggi ternak sapi potong dan menganalisis
berada di Kecamatan Damsol, pola pendapatan dan pengeluaran
Balaesang, dan Sindue. Ternak sapi rumahtangga peternak sapi potong.
potong di Kabupaten Donggala
menunjukan populasi yang cukup MATERI DAN METODE
tinggi dibandingkan dengan Penelitian yang dilakukan di
kabupaten-kabupaten lain yang ada di Kecamatan Damsol, Kabupaten
Propinsi Sulawesi Tengah yaitu sekitar Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah
38.247 ekor pada ahkir tahun 2004 dan dengan pertimbangan bahwa daerah
meningkat menjadi 42.575 ekor pada tersebut merupakan sentra
akhir tahun 2007 atau meningkat pengembangan sapi potong rakyat dan
sebesar 12 %. Peningkatan sapi potong pemilikan ternak beragam serta
yang cukup signifikan tersebut pengelolaan usaha relatif lebih baik
merupakan gambaran mulai dibanding desa lainnya. Pengumpulan
meningkatnya minat masyarakat data dilaksanakan bulan Agustus 2009
terhadap peternakan sapi potong dan dengan teknik wawancara berdasarkan
adanya perhatian yang cukup serius pertanyaan yang telah dipersiapkan.
dari pihak pemerintah Donggala dalam Jumlah sampel sebanya 90 peternak
hal ini Dinas Pertanian – Sub Dinas yang terdiri dari 34 peternak pola
peternakan. penggemukan dan 56 peternak pola
Kabupaten Donggala terdiri dari pembibitan. Sampel yang diipilih
21 wilayah kecamatan, salah satunya secara purposive sampling dengan
adalah Kecamatan Damsol. Kecamatan peternak memiliki usaha ternak sapi
Damsol merupakan wilayah yang potong pembibitan atau kereman dan
menjadi sentra produksi sapi potong melakukan kegiatan usahatani lain
berjumlah 5.155 ekor pada tahun 2008. dibidang pertanian.
Berdasarkan uraian data dan hasil . Secara umum, penelitian ini
observasi pendahuluan Kabupaten menggunakan analisis deskriptif.

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011 61


Peneliti menjelaskan pola pendapatan sapi potong memiliki nilai setatus sosial
rumah tangga peternak sapi potong, dimasyarakat.
seberapa penting pendapatan non- Pola pembibitan ternak
pertanian adalah sumber pendapatan dilakukan oleh peternak pada mulanya
dalam struktur pendapatan total rumah dilakukan untuk usaha tabungan
tangga pertanian kecil. Semua data namum lama-kelaman untuk usaha
empiris yang menjelaskan komersial. Teknik pembibitan
menggunakan analisis deskriptif dilakukan dengan sistem kawin suntik
dengan tambahan data kuantitatif (Inseminasi Buatan-IB) dan ada juga
sederhana seperti tabel distribusi yang dilakukan dengan sistem kawin
frekuensi. Hal ini digunakan untuk alam (KA). Keberhasilan kebuntingan
kasus deskripsi data empiris, misalnya sapi induk biasanya dicapai dengan
penulis akan menunjukan berapa persen frekuensi penyuntikan sebanyak 2-3
dari pendapatan rumahtangga peternak kali, bahkan bisa mencapai 4 kali Jasa
sapi potong berasal dari kegiatan pelayanan kawin suntik setiap kali
pertanian dan berapa persen berasal insiminasi petugas yang ada dilapangan
dari kegiatan non pertanian. Selain itu, tidak pernah menarik atau meminta
peneliti juga menunjukkan jenis biaya, sedangkan kawin alam dilakukan
kegiatan di sektor pertanian menjadi dengan cara meminjam pejantan
non sumber pendapatan alternatif bagi kepada petenak disekitar yang memiliki
rumah tangga peternak sapi potong. ternak sapi pejantan.
Sistem penggemukan sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN potong umumnya dilakukan dengan
Pola Usaha Ternak Sapi Potong. cara sederhana yaitu ternak
Usaha memelihara ternak sapi dikandangkan dan kadang kadang
potong bagi petani merupakan salah digembalakan disekitar lahan pertanian
satu bagian untuk mendukung dalam yang mereka miliki, peternak
memenuhi kebutuhan keluarga memelihara ternak sapi potong antara1-
peternak. Peternak memanfaatkan 4 ekor sapi bakalan, umur sapi bakalan
tenaga kerja keluarga untuk merumput yang dipelihara bervariasi yaitu untuk
atau mengumpulkan sisa-sisa hasil sapi PO sekitar 1 tahun dan untuk sapi
pertanian yang tidak dimanfaatkan bali sekitar 9 bulan atau sekitar lepas
untuk peternak dimanfaatkan untuk sapih. Periode pemeliharaan sapi
pakan ternak, dan selanjutnya ternak penggemukan adalah sekitar 0,5 tahun
mendatangkan pendapatan yang berupa sampai 1 tahun tergantung petani dan
anak sapi, nilai ternak dan kotoran kalau menguntungkan peternak sudah
ternak sebagai pupuk. dijual dan tidak ada batasan berapa
Kegiatan dalam proses produksi lama penggemukan. Usaha
ternak sapi potong yang ada di penggemukan sapi potong bersifat
kecamatan Damsol meliputi beberapa komersial. Sapi siap potong hasil
dimensi yaitu (1) pola usaha, (2) Pola penggemukan dijual kepada pedagang
pemeliharaan, dan (3) pola pemasaran . pengumpul atau pedagang antar daerah.
Walaupun tujuan peternak memelihara Penjualan bebas tergantung harga
sapi potong adalah mendapatkan tertinggi.
keuntungan namun disisi lain ternak

62 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono


Ternak sapi potong pada Blantik dadung/makelar. Pengadaan
umumnya yang dipelihara oleh ternak untuk pedagang antar daerah
peternak di kecamatan Damsol adalah selain bersumber dari peternak dan
ternak sapi bali dan Peranakan Ongole pasar hewan setempat, juga melakukan
(PO), sumber bibit yang dikembangkan pembelian ke luar daerah. Di
sebagian petenak dari hasil keturunan kecamatan Damsol, jangkauan
ternak dilokasi yang sengaja dibeli oleh pembelian para pedagang ini ke luar
peternak sesuai dengan pola yang akan daerah mencakup Kabupaten Parigi
dikembangkan baik itu pola Moutong (34 km), Kabupaten Luwuk
penggemukan maupun pola pembibitan Banggai dan atau sesuai keinginan
. Selanjutnya dalam penelitian ini pedagang. Bagi pedagang pengumpul,
secara umum ditetapkan ada dua jenis pengadaan ternak umumnya di lakukan
sapi potong yaitu sapi Bali dan sapi di lokasi setempat, meskipun ada juga
Peranakan Ongole. yang melakukan pembelian ke luar
Sapi jantan bakalan biasanya daerah. Posisi blantik dadung hanya
dipelihara hingga umur 1,5-2 tahun sebagai makelar yang melakukan
untuk siap dijual sebagai bakalan transaksi antar desa setempat dan
penggemukan. Sedangkan waktu sebagai perantara yang menjualkan
penjualan sapi betina bakalan sebagai ternak siap potong dari pedagang
bibit tidak tentu, disesuaikan dengan pengumpul kepada pedagang antar
kebutuhan peternak, 6-12 bulan sudah daerah atau kepada petani untuk ternak
dijual atau menunggu hingga umur 2 bakalan. Wilayah pemasaran bagi
tahun. Sapi betina bakalan tidak dijual, pedagang antar daerah umumnya
tetapi dipelihara sendiri untuk adalah di Propinsi Kalimantan Timur.
digunakan sebagai bibit (induk). Sapi Ada sebagian yang memasarkan ke
bakalan dijual kepada pedagang wilayah kabupaten lain tetapi masih
pengumpul atau kepada peternak dalam satu provinsi Sulawesi Tengah.
disekitarnya yang membutuhkan dan Sedangkan pedagang pengumpul
harga penjualan tergantung kesepakatan umumnya hanya memasarkan di pasar
antara penjual dan pembeli. Penyerahan lokal atau kepada pedagang
barang berupa ternak dapat dilakukan daging/tempat pemotongan hewan
di tempat penjual dan ada kalanya setempat yaitu di Kota Palu.
penjual mengantarkan ternaknya yang Berdasarkan kenyataan tersebut
dijual kepada pembeli, sedangkan diatas bahwa potensi pasar untuk usaha
pembayaran harga ternak dapat sapi potong sangat potensial, sejalan
dilakukan secara tunai atau dibayar dengan ini maka pemerintah daerah
dengan selang waktu seminggu Sulawesi Tengah melakukan terobosan
kemudian sesuai kesepakatan. untuk membantu swasembada daging
Pelaku pemasaran sapi potong melalui bantuan ternak sapi Brahman
khususnya di Kecamatan Damsol Cross (pola pembibitan), meningkatkan
secara garis besar terdiri dari 3 mutu ternak melalui insiminasi buatan,
golongan yaitu: (1) Pedagang antar bantuan modal usaha kelompok melalui
daerah, (2) Pedagang pola BLM (bantuan langsung
pengumpul/pengepul (untuk sapi siap masyarakat) serta anggaran baik dari
potong dan sapi bakalan) dan (3) pusat maupun APBD. Proses

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011 63


pemesaran ternak sapi potong dilokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Pembibitan Peternak Penggemukan

Betina Sapi Siap Jual Jantan


Afkir

Konsumen

RPH

Blantik Pedagang Antar


Daerah
Desa
 Industri rumahtangga,
masyarakat umum, dll

Pedagang Sapi Bakalan

= Hubungan Pola Pemeliharaan


= Proses Penjualan
= Proses Penjualan dan Pembelian

Gambar 1. Hubungan Antara Pola Pemeliharaan Dengan Pemasaran Sapi Potong Di


Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala

Kondisi Rumahtangga Peternak Sapi yang dimiliki lainnya. Umur,


Potong pendidikan, dan pengalaman
Kondisi rumahtangga peternak dikategorikan sebagai human capital
sapi potong merupakan keadaan dan dan dapat menggambarkan petani
ciri khas internal rumahtangga peternak dalam mengelola sumber daya alam
tersebut. Kondisi yang diamati adalah yang dimiliki termasuk kemampuan
umur, pendidikan formal, jumlah mengadopsi teknologi dan membuat
anggota rumahtangga, lama beternak, keputusan (Haryanto, 2007).
jumlah kepemilikan ternak serta asset Karakteristik rumahtangga peternak

64 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono


dapat juga dijadikan cerminan keadaan ketergantungan (dependency ratio)
rumahtangga dalam kemampuannya membatasi jika dependency ratio <
mendapatkan kesempatan berusaha 62,33 per 100 dikatakan baik
memperoleh akses informasi dan sedangkan > 62,33 per 100 dikatakan
kemampuan mengembangkan jelek. Dengan demikian menunjukkan
sumberdaya yang dimiliki termasuk di bahwa umur responden mempunyai
dalamnya kemampuan mengadopsi angka ketergantungan sangat baik,
inovasi dan teknologi sebagai sarana sehingga ada kemungkinan untuk dapat
dalam usaha meningkatkan pendapatan meningkatkan usaha peternakannya
rumahtangga. yang beujung dengan meningkatnya
Hasil penelitian terhadap 90 pendapatan. Seperti diketahui bahwa
responden menunjukkan (Tabel 1) kegiatan dalam melakukan usaha
bahwa umur responden antara 20 peternakan membutuhkan tenaga serta
sampai dengan 85 tahun. Usia produktif fisik yang memadai oleh karena itu
peternak pola pembibitan dan pola peternak yang memiliki kisaran umur
penggemukan masing-masing adalah antara 18 tahun sampai dengan 59
78,57 % dan 79,41 %. Salladin (1980) tahun secara fisik memungkinkan untuk
menyatakan bahwa umur produktif melakukan kegiatan dalam memelihara
akan berkaitan erat dengan besarnya ternak sapi potong.
angka ketergantungan, dimana angka

Tabel 1. Profil Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Damsol, Kabupaten


Donggala, Sulawesi Tengah.

Pola Pola
No Item
Pembibitan Penggemukan
1. Umur (%)
20 – 59 tahun 78,57 79,41
60 tahun keatas 21,43 20,59
2. Jumlah Anggota Rumahtangga (Orang/Responden) 3,37 3,33
3. Jumlah Ternak (UT/Reponden) 3,85 3,68
4. Penguasaan lahan (Ha/Responden) 1,79 2,08
5 Curahan tenaga kerja (HOK/thn/responden) 184,06 167,73

Jumlah anggota keluarga responden yang terdiri dari responden


berkaitan dengan jumlah biaya yang pola usaha pembibitan dan responden
harus dikeluarkan oleh keluarga seperti pola usaha penggemukan apabila
pengeluaran untuk konsumsi pangan, dirata-ratakan maka jumlah anggota
membeli pakaian, uang sekolah dan rumahtangga peternak sapi potong pola
lainya. Apabila jumlah anggota pembibitan dan pola penggemukan
keluarga semakin banyak maka masing-masing adalah adalah 3,35
pengeluaran juga akan makin banyak orang/rumahtangga dan 3,34
pula. Hasil Penelitian menunjukkan orang/rumahtangga (Tabel 1), bila
bahwa jumlah anggota keluarga dari 90 dibandingkan dengan penelitian

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011 65


Hartono (2005) yang menunujukan mampu menampung ternak yang
rata-rata jumlah anggota rumahtangga jumlahnya lebih banyak lagi, kegiatan
4,53 orang/peternak; Hasil penelitian pertanian dan peternakan merupakan
Fanani (1998) adalah 5,50 satu kegiatan yang umumnya dilakukan
orang/peternak, maka jumlah anggota petani untuk bisa mengoptimalkan
rumahtangga hasil penelitian lebih kecil pemanfaatan sumberdaya dan
hal ini karena dilokasi penelitian yang mengurangi kegagalan (resiko) dalam
sebagian besar masyarakatnya mulai berusahatani sekaligus dapat
memahami tentang perlunya program meningkatkan pendapatan keluarga.
keluarga berencana (KB). Anggota Dalam suatu proses produksi
keluarga tersebut sebagian besar usahatani pertanian dan peternakan di
merupakan anggota keluarga yang perdesaan lahan merupakan fakror
dapat membantu melakukan aktifitas produksi yang penting, luas lahan yang
produksi dalam rangka untuk dikuasai oleh responden sangat
memenuhi kebutuhan hidup mereka, berfariasi dengan rata-rata luas lahan
selanjutnya anggota keluarga yang dikuasai oleh peternak sapi
merupakan sumber tenaga keluarga potong pola pembibit antaran adalah
yang potensial untuk pemeliharaan 1,79 Ha/responden dan untuk pola
ternak sapi potong. penggemukan sebanyak 2,08
Kepemilikan ternak sapi potong ha/reponden. Lahan pertanian untuk
merupakan jumlah ternak yang usahatani tanaman pangan dan
dipelihara oleh responden selama perkebunan berfungsi sebagai media
penelitian ini dilaksanakan dan untuk menanam berbagai jenis
kepemilikan ternak ini dihitung tanaman, sedangkan untuk usaha ternak
berdasarkan satuan ternak/unit ternak sapi potong merupakan media untuk
(UT). Satuan ternak digunakan menanam hijauan makanan ternak dan
disamping untuk menghitung daya tempat mendirikan bangunan kandang.
tampung makanan ternak suatu padang Tanaman dan peternakan ada
rumput atau daya tampung sisa hasil keterkaitan dan saling mendukung
usahatani tanaman suatu areal lahan dimana ternak memperoleh sumber
pertanian terhadap jumlah ternak, dapat makanan dari limbah hasil pertanian
juga dugunakan untuk perhitungan sedangkan tanaman dapat
berbagai masukan dan keluaran fisik memenfaatkan limbah dari kotoran
dengan demikian biaya masukan dan ternak sebagai pupuk pada usahatani.
penerimaan dapat diperhitungkan.
Berdasakan penelitian yang Tenaga kerja keluarga peternak
dilakukan rata-rata jumlah kepemilikan banyak dimanfaatkan untuk mencari
ternak sapi potong untuk pola rumput dan mengumpulkan sisa-sisa
pembibitan 3,85 UT/responden dan hasil pertanian yang dapat dimanfaat
untuk pola penggemukan sebanyak sebagai pakan ternak sapi potong.
3,68 UT/reponden dan bila dipadukan Curahan waktu tenaga kerja keluarga
antara kepemilikan ternak dan luas di sapi potong dalam pola
lahan yang dikuasai responden maka penggemukan dan pembibitan masing-
daya tampung lahan yang dimiliki masing adalah 167,73
untuk memelihara ternak sapi potong HOK/tahun/peternak dan 184,06

66 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono


HOK/tahu/peternak (Tabel 1) atau pola pembibitan ternak yang dimiliki
kalau dirata-rata 45,58 HOK/UT/tahun lebih banyak setiap peternaknya dan
dan 48 HOK/UT/tahun. Curahan waktu ada tambahan waktu kerja untuk
tenaga kerja keluarga pada pola memelihara induk bunting, dan
pembibitan lebih banyak dibanding pemeliharaan pedet
dengan pola penggemukan karena pada

Tabel 2. Kondisi Ekonomi Rumahtangga Peternak Sapi Potong di Kecamatan Damsol,


Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
No Item Pola Pembibitan Pola
Penggemukan
1. Pendapatan
2.671.113 2.530.134
Usaha Ternak Sapi Potong (Rp/thn/responden)
(9,63 %) (8,82%)
11.498.167 18.524.590
Usaha Tani Lahan sawah (Rp/thn/responden)
(41,46%) (64,55%)
12.922.377 6.651.531
Usaha Lahan Kebun (Rp/thn/responden)
(46,59%) (23,19%)
639.596 987.912
Usaha Lain (Rp/thn/responden)
(2,30%) (3,44%)
26.843.716 21.801.025
Jumlah
(100%) (100%)
2. Pengeluaran
a. Konsumsi Non Pangan (Rp/thn/responden) 1.347.504 1.389.847
b. Konsumsi Pokok Pangan (Rp/thn/responden) 5.296.401 5.503.294
c. Investasi (Rp/thn/responden) 20.199.810 14.907.884
Jumlah 26.843.716 21.801.025

.
Pendapatan rumahtangga 2.671.113,-/tahun/peternak dengan
peternak sapi potong bersumber dari kontribusi 8,82 % dan 9,63 % dari total
pendapatan usahatani dan pendapatan pendapatan rumahtangga. Kontribusi
non usahatani. Pendapatan dari pendapatan usaha ternak sapi potong
usahatani terdiri dari usaha ternak sapi masih relatif rendah karena usaha sapi
potong dan pendapatan dari lahan potong masih bersifat tradisional dan
sawah (tanaman pangan) dan usahatani hanya sebagai sambilan sehingga bukan
lahan kebun (tanaman tahunan). sebagai sumber utama pendapatan
Pendapatan non usahatani meliputi rumahtangga. Fungsi ternak sapi
buruh bangunan, buruh tani, dagang potong terutama pola pembibitan masih
dan jasa. Pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai tabungan yang setiap saat dapat
bahwa pendapatan usaha ternak sapi diuangkan apabila diperlukan. Hal ini
potong pola penggemukan dan pola sesuai dengan pendapat Agustin dan
pembibitan masing-masing adalah Rp. Nurmanaf (2002) yang menjelaskan
2.530.134,-/tahun/peternak dan Rp. bahwa berdasarkan kontribusinya,

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011 67


maka pendapatan dari usaha ternak pembibitan dan Rp.21.801.025,-
kurang dari 30 % terhadap total /tahun/responden untuk pola
pendapatan rumahtangga disebut pengemukan.
sebagai usaha ternak yang bersifat Pengeluaran rumahtangga
tradional atau sambilan. peternak sapi potong digunakan untuk:
Pendapatan dari lahan sawah Pengeluaran konsumsi pokok pangan
(tanaman pangan) memberikan dapat berupa beras, gula, dan lauk-
kontribusi 64,55 % dan 41,46 % pauk, sedangkan lauk-pauk dapat
masing-masing untuk peternak pola berupa minyak goreng, garam, vitsin,
penggemukan dan pola pembibitan. daging, telur, sayuran, buah-buahan,
Hasil ini dapat dimengerti karena minuman (gula, teh, kopi, susu dan
usahatani lahan sawah merupakan sejenisnya). Konsumsi pokok non
matapencaharian pokok sebagai sumber pangan dapat berupa biaya listrik, biaya
pendapatan utama. Hasil penelitian ini sekolah, pembelian pakaian, perbaikan
sesuai dengan hasil penelitian rumah, peralatan rumah dan lain
Hardiyanto (2002) yang menjelaskan sebagainya. Dalam penelitian ini
bahwa kontribusi pendapatan dari terdapat perbedaan pengeluaran baik
berbagai cabang usahatani, maka konsumsi pokok pangan maupun
tanaman pangan penyumbang terbesar konsumsi non-pangan antara peternak
pendapatan rumahtangga peternak yaitu didasarkan pada pola pemeliharaan
sebesar 64,55 % kemudian ternak dimana pola penggemukan lebih tinggi
sebesar 22,60 % dan tanaman tahunan dibanding peternak pola pembibitan.
12,9 %. Perbedaan ini dikarenakan rata-rata
Pola pengeluaran rumahtangga jumlah anggota rumah tangga dan
merupakan salah satu indikator yang jumlah anggota rumahtangga yang
dapat memberikan gambaran kemana sekolah peternak pola penggemukan
pendapatan tersebut didistribusikan, lebih banyak dibanding dengan
semakin tinggi pendapatan peternak peternak pola pembibitan dimana
maka pengeluaran rumahtangga untuk masing-masing rata-rata anggota rumah
konsumsi prosentasinya akan semakin tangga 3,37 orang/responden dan 3,33
kecil begitu sebaliknya bila pendapatan orang/responden (Tabel 1), sehingga
kecil maka prosentasi pengeluaran banyaknya anggota rumah tangga akan
untuk konsumsi semakin besar dan mempengaruhi pengeluaran
semakin kecil pengeluaran untuk rumahtangga baik konsumsi pangan
investasi. maupun konsumsi non pangan.
Hasil penelitian menunjukkan Pengeluaran disimpan dalam
bahwa peternak sapi potong baik pola bentuk investasi produksi. Pengeluaran
penggemukan maupun pola pembibitan investasi produksi lebih besar dari pada
dalam memenuhi kebutuhan hidup pengeluaran untuk konsumsi pokok
anggota keluarga dapat berasal dari pangan dan pengeluaran pokok non
berbagai sumber. Pada tabel 2 dapat pangan, karena semakin besar
dilihat bahwa total pengeluaran pendapatan keluarga yang diperoleh
rumahtangga peternak sapi potong maka akan semakin kecil konsumsi
adalah Rp.26.843.716,- pokok pangan. Pengeluaran investasi
/tahun/responden untuk pola dapat berupa pembelian ternak,

68 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono


pembelian lahan, pembelian bibit Utara. Jurnal Penelitian Fakultas
tanaman, pembelian pupuk dan obat- Pertanian Universitas
obatan untuk usahatani. Muhammadiyah Yogyakarta. Vol.
Berdasarkan tabel 2 total X No. 1 Tahun 2002.
pengeluaran peternak sapi potong Badan Pusat Statistik Kabupaten
adalah sebesar Rp.21.801.025,- Donggala. 2006. Kabupaten
/tahun/responden (pola penggemukan) Donggala dalam Angka 2006.
dan Rp.26.843.716,-/tahun/responden (Donggala regency and Figures),
(pola Pembibitan) maka dapat Kerjasama Badan Perencanaan
digolongkan besar. Sedang pengeluaran Pembangunan Daerah dengan
untuk investasi pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Kabupaten
masing-masing adalah 68% dan 75 % Donggala.
dari total pendapatan. Investasi yang Badan Pusat Statistik Kabupaten
dikeluarkan oleh peternak sebagian Donggala. 2007. Kabupaten
besar dipergunakan untuk melakukan Donggala dalam Angka 2007.
pembelian ternak bakalan atau induk (Donggala regency and Figures),
untuk mengganti ternak yang dijual. Kerjasama Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dengan
KESIMPULAN Badan Pusat Statistik Kabupaten
1. Kondisi ekonomi rumahtangga Donggala.
dapat disimpulkan bahwa Badan Pusat Statistik Propinsi
pendapatan yang diperoleh dari Sulawesi Tengah. 2006. Survey
usaha peternakan antara pola Rumahtangga Peternakan Nasional
perbibitan dan pola penggemukan 2006. Uraian Kegiatan dan Analisis
dalam skala kecil tidak ada Hasil. Kerjasama BPS Sulawesi
perbedaan yang moderat. Tengah dengan Dinas Pertanian
2. Dalam hal pengggunaan tenaga Perkebunan dan Peternakan
kerja dalam usaha ternak sapi Propinsi Sulawesi Tengah.
potong dapat disimpulkan bahwa Badan Pusat Statistik Propinsi
pola perbibitan lebih banyak Sulawesi Tengah. 2007. Survey
menyerap tenaga kerja keluarga Rumahtangga Peternakan Nasional
dibanding pola penggemukan. 2007. Uraian Kegiatan dan Analisis
3. Pengeluaran dalam ekonomi Hasil. Kerjasama BPS Sulawesi
rumahtangga usaha ternak sapi Tengah dengan Dinas Pertanian
potong baik pola perbibitan dan Perkebunan dan Peternakan
pola penggemukan banyak Propinsi Sulawesi Tengah.
digunakan untuk membeli ternak Fanani, Z. 1998. Optimasi Usahatani
yang harga relatif tinggi. Terpadu Tanaman Pangan dengan
Sapi Potong di Daerah Lahan
Daftar Pustaka Kering, Kecamatan Kalipare
Agustin A dan AR. Nurmanaf. 2002. Kabupaten Malang Selatan.
Karakteristik Usahatani Ternak Disertasi Pascasarjana Universitas
Ruminansia Kecil dan Padjadjaran, Bandung.
Kontribusinya terhadap Pendapatan Hardiyanto, R. 2002. Strategi
Rumahtangga di Propinsi Sumatera Peningkatan Kesejahteraan Petani

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011 69


Melalui Optimalisasi Pengelolaan Studi Kasus di Desa Pandesari
DAS MIKRO dan Pengembangan Kecamatan Pujon, Kab. Malang.
Kapasitas Kelompok di Lahan Disertasi Pascasarjana Universitas
Kering Marginal Kawasan Selatan Brawijaya. Malang
Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Haryanto, H. 2007. Model Simulasi
Pengembangan Agribisnis Berbasis Kebijakan Untuk Pengembangan
Sumberdaya Lokal Dalam Ekonomi Rumahtangga Petani
Mendukung Pembangunan Lahan Kering Berbasis
Ekonomi Kawasan Selatan Jawa Pemeliharaan Ternak Kambing.
Timur. Pusat Penelitian dan Disertasi Pascasrjana, Universitas
Pengembangan Sosial Ekonomi Brawijaya. Malang
Pertanian Bogor. Salladin. 1980. Konsep Dasar
Demografi. Bina Akasara Jakarta.
.

Hartono, B. 2005. Model Simulasi


Kebijakan Pengembangan Ekonomi
Rumahtangga Peternak Sapi Perah.

70 Analsis ekonomi rumah tangga peternak ……..………………..………Budi Hartono

Anda mungkin juga menyukai