(Kel. 4) Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
(Kel. 4) Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
Makalah
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah UlumulHadits
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Fudhaili, M.A.
Disusun Oleh :
Ajen Jaenudin 11160340000102
Ismail Ahmed 11160340000071
Rendi Dwitama 11160340000103
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Nikmat, Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “HADITS MUDRAJ DAN PERMASALAHANNYA”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul
Hadits, kami ucapkan terima kepada kedua Orang Tua kami yang senantiasa
mendukung dan mendo’akan kami, dan kepada Bapak Dosen Pengampu mata
kuliah Ulumul Hadits yang senantiasa membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini serta teman-teman yang selalu memberi dukungan dan motivasi
selama pembuatan makalah ini.
Kami menyadari mungkin masih banyak kekurangan dalam tugas
makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan guna
menyempurnakan tugas ini. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kami khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.
Penyusun
KATA PENGANTAR...............................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................3
2. Rumusan Masalah.............................................................................3
3. Tujuan Penulisan...............................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Mudraj..................................................................5
B. Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Mudraj............................................5
C. Hukum Melakukan Kemudrajan Hadits............................................6
D. Status Hadits yang Dimudrajkan……………………………….......7
E. Tempat-Tempat Terjadinya Idraj.......................................................7
F. Motivasi Pelaku Idraj......................................................................14
G. Urgensi Mengetahui Hadits Mudraj................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Idraj secara bahasa berarti ”memasukkan sesuatu dalam lipatan lain”1, adapun
Mudraj secara bahasa adalah yang disisipkan, sesuatu perkataan yang terdapat di
1 Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 472.
”Hadits yang terdapat di dalamnya sesuatu tambahan dari luar, yang bukan
daripadanya”
Sisipan itu adakalanya dari perkataan perawi yang ia masukkan guna menjadi
tafsir bagi hadits.
2 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976),
hlm. 289.
3 Hasan al-Masyath, at-Taqrirat as-Saniyah, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2013), hlm. 34.
4 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm.
160.
5 Syaikh Manna’ al- Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2015),
cet. Ke-9, hlm. 156.
6 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 372.
7 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm.
159.
8 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm.
152.
A. Mudraj Matan
: قال رسوللا ص: من رواية ابى قطن وشبابة عن شعبة عن محمد ابن زياد عنابى هريرة قال
( الخطيب. ر. ويل للعقاب من النار )ح,اسبغوا الوضوء
Artinya : dari riwayat Abi Qathn dan Syababah, dari Syu’bah, dari
Muhammad bin ziyad, dari Abi Hurairah, ia berkata: telah bersabda
Rasulullah saw.: “sempurnakanlah wudhu, kecelakaan api nerakalah
(akan menimpa orang yang tidak membereskan wudhu di) tumit- tumit
mereka. (H. R. Al-Khatib).
Keterangan :
Artinya: telah menceritakan kepada kami Adam bin Abi Iyas, telah
menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ziyad ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah
9 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 371.
Artinya : dari jalan Abdul Hamid bin Ja’far, dari Hisyam bin ‘Urwah,
dari bapaknya (‘Urwah), dari Busyrah bin Shafwan ia berkata : aku
pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda : “barangsiapa
menyentuh kemaluannya atau dua buah kemaluannya, atau dua
pangkal pahanya, maka hendaklah ia berwudlu.” (H.R. Ad-
Duruquthni)
Keterangan :
1. Perkataan : “atau dua buah kemaluannya, atau dua pangkal
pahanya” yang ada dalam hadits tersebut, bukan merupakan sabda
nabi saw. Daruquthni memberi keterangan, bahwa ucapan itu dari
‘Urwah, bapak Hisyam, tetapi karena Abdul Hamid waham, maka is
campurkannya dengan sabda Rasulullah saw. yang asalnya seperti
ini,
10 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Daar al-Ihya al-Kutub al-
Arabiyah), hlm. 43.
(اخبرنا محمد بن اسماعيل عن ابن ابي ذئب عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب ان )الشافعي
( ل يغاق الرهن من صاحبه الذي رهنه له عنمه وعليه غرمه )مسند الشافعي:رسول ا ص قال
Keterangan :
B. Mudraj Sanad/Isnad
1. Seorang rawi mendengar suatu hadits dari banyak guru dengan beraneka
ragam jalur sandnya, kemudian ia meriwayatkannya dengan satu jalur
tanpa menjelaskan perbedaannya.
Seperti contoh hadits berikut,
حدثنا سليمان بن داود المهري أخبرنا ابن وهب أخبرني جرير بن حازم وسمى أخر عن هبي
اسحاق عن عاصم بن ضمرة والحارث العور عن على رضي ا عنه عن النبي صلى ا عليه
فاذا كا نت لك مائتا درهم وحال عليها الحول ففيها خمسة دراهم: وسلم...
Keterangan :
Dalam hadits tersebut terjadi idraj satu sanad ke sanad lain, yakni
bahwa Ashim bin Dhamrah meriwayatkan hadis ini dengan mauquf pada
‘Ali, sedangkan Harits meriwayatkan dengan marfu’. Tetapi ia adalah
rawi yang dicurigai berdusta. Kemudian, Jarir meriwayatkannya dengan
marfu’ dengan bersumber dari riwayat mereka berdua. Abu Dawud telah
menjelaskan bahwa Syu’bah dan Sufyan (dua tokoh ilmuan) serta lainnya
meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Ishaq dari Ashim dari’Ali, dan
mereka tidak memarfu’kannya.
Dengan demikian, kita dapat ketahui bahwa Jarir patut dicurigai
telah menjadikan hadits tersebut marfu’ dari Ashim. Di samping itu, ia
telah melakukan idraj terhadap riwayat ashim itu dengan riwayat Harits.
10 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
ل تباغضوا ول: عن سعيد بن ابي مريم عت مالك عن الزهري عن انس ان رسول ا ص قال
تحاسدوا ول تدا بروا ول تنافسوا......
Artinya : dari Sa’id bin Abi Maryam, dari Malik, dari Zuhri, dari Anas,
bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda : “ janganlah kamu bermarah-
marahan, dan janganlah kamu berdengki- dengkian, dan janganlah
kamu belakang- membelakangi (tidak mau kenal satu dengan lain), dan
janganlah kamu beriri-irian....
Keterangan :
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Malik dari jalan Anas.11 Perkataan “
dan janganlah beriri-irian” itu dimasukkan (dicampurkan) oleh Sa’id bin
Abi Maryam dari riwayat Malik juga, tetapi dengan jalan Abi Hurairah,
yaitu:
( قرأت على مالك عن ابي زياد عن العرج عن ابي هريرة ان )مسلم: حدثنا يحي بن قال
اياكم والظن فان الظن اكذ ب الحد يث ول تحسسوا ول تجسسوا ول: رسول ا ص قال
( مسلم. ر. )ح.تنافسوا ول تحاسدوا ول تبا غضوا ول تدابروا وكونوا عباد ا اخوانا
11 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
( قرأت على مالك عن ابن شهاب عن انس ان رسول ا ص قال )مسلم: حدثنا يحي بن قال:
(ل تبا غضواول تحاسدوا ول تدابروا وكونوا عباد ا اخوانا )مسلم
Artinya : (Kata Muslim): telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Yahya, ia berkata : aku pernah membaca di hadapan Malik bin Ibnu
Syihab (Zuhri), dari Anas, bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“janganlah kamu bermarah-marahan, dan janganlah kamu berdengki-
dengkian, dan janganlah kamu berpecah-pecahan, tetapi hendaklah
kamu – hai hamba allah – jadi bersaudara.” (Muslim)
Ini pun riwayat Malik dari jalan Anas.
Tidak ada lafadh ( = )ول تنافسواdan janganlah kamu beriri-irian.
Ringkasnya : hadits- hadits tersebut di atas itu, matannya dua, dan
sanadnya juga dua, satu dari Anas, dan satu lagi dari Abi Hurairah.
Sa’id bin Abi Maryam meriwayatkan salah satu matan itu dengan
sanadnya yang tertentu, yakni ia pakai sanad Malik dari Anas, lalu dalam
matan ini, ia tambah matan lain, yaitu lafazh ولتنافسوا
cara tersebut seharusnya termasuk dalam bagian mudraj matan, tetapi
ulama menamakan mudraj sanad, karena seolah-olah sanad Anas
tercampur oleh sanad Abi Hurairah.
Keterangan :
1. Waktu Syarik menyebut : “ dari A’masy, dari Abi Sufyan, dari Jabir,
ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw.”, tiba-tiba datang tsabit,
padahal Syarik belum selesai menyebut matannya.
waktu melihat kepada tsabit, Syarik mengeluarkan omongan tersebut
yang ia tujukan kepada Tsabit sebagai pujian tentang kezuhudan dan
kewara’an13 Tsabit.
12 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 372.
13 Wara’ adalah memelihara diri dari yang meragu-ragukan.
12 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
2. Tsabit menyangka perkataan Syarik itu merupakan sambungan bagi
sanad yang ia sebut tadi, lalu ia riwayatkan sebagai sabda Nabi saw.
3. Oleh karena perkataan Syarik bukan merupakan matan bagi sanad
yang ia sebut, maka yang demikian dinamakan campuran dalam
sanad atau mudraj pada sanad.14
Ada beberapa motivasi pelaku/perawi yang melakukan idraj pada hadits dan
tuntutan yang bermacam- macam, di antara yang termasyhur adalah:
Ada beberapa urgensi atau manfaat yang dapat kita peroleh dengan
mengetahui hadits mudraj, diantaranya ialah kita dapat lebih teliti dan berhati-
hati dalam pemakaian hadits, selain itu juga dapat kita jadikan sebagai bentuk
pendidikan untuk lebih mengenal hadits secara komprehensif.
BAB III
PENUTUP
14 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm.
159.
15 Istinbath juga dapat diartikan sebagai pengambilan dalil.
13 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
1. Kesimpulan
Secara bahasa, hadits mudraj memiliki arti yang disisipkan, sesuatu perkataan
yang terdapat di dalamnya sisipan, yang ditutupi, yang diipat. Adapun secara
istilah, mudraj adalah sesuatu yang mengubah konteks sanad atau memasukkan
dalam matan sesuatu yang bukan darinya tanpa adanya pemisah. sehingga para
ulama hadits mengartikan hadits mudraj sebagai Hadits yang terdapat di
dalamnya sesuatu tambahan dari luar, yang bukan daripadanya.
Idraj pada hadits disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya :
a) Sebab waham atau ragu- ragu,
b) Sebab kekeliruan,
c) Sebab salah sangka, dan
d) Sebab hendak menafsirkan arti.
Idraj pada matan dapat terjadi pada permulaan matan, pertengahan matan,
maupun pada akhir matan.
14 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
Sedangkan idraj pada sanad dapat terjadi karena beberapa hal, di
antaranya:
1. Seorang rawi mendengar suatu hadits dari banyak guru dengan beraneka
ragam jalur sandnya, kemudian ia meriwayatkannya dengan satu jalur
tanpa menjelaskan perbedaannya.
2. Seorang rawi memiliki sebagian matan, tetapi ia juga memiliki sebagian
matan lainnya dari sanad yang lain. Kemudian matan tersebut
diriwayatkan oleh salah seorang muridnya secara sempurna dengan satu
sanad.
3. Seorang muhaddits membacakan suatu sanad hadits kepada jamaah,
kemudian terjadilah sesuatu sehingga ia mengeluarkan kata-katanya
sendiri. Kemudian kata-katanya itu dianggap oleh sebagian orang yang
mendengarkan sebagai matan sehingga mereka meriwayatkan kata-kata
tersebut dengan sanad yang dibaca muhaddits itu
Ada beberapa motivasi pelaku/perawi yang melakukan idraj pada hadits dan
tuntutan yang bermacam- macam, di antara yang termasyhur adalah:
Kami sadar dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu, maka kami mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca guna
memperbaiki tulisan kami di kemudian hari. Mohon maaf atas segala kesalahan
dan Terima kasih atas segala perhatian pembaca.
16
15 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
DAFTAR PUSTAKA
16 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari. Daar al-Ihya
al-Kutub al-Arabiyah.
al-Khotib, Muhammad Ajaj. 1975. Ushul al- Hadits. Beirut: Dar al-Fikr.
al- Qaththan, Manna’. 2015. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta : Pustaka al-
Kautsar.
Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi. 1976. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta :
Bulan Bintang.
17 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a