PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan
dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting
dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam
meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik
dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus
dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Pendidikan dan penilaian bagaikan mata uang yang tidak dapat terpisahkan.
Penilaian bertujuan menilai apakah hasil belajar telah di rasa cukup bagi peserta
didik. Terdapat beberapa rangkaian proses yang diperlukan untuk mengukur
keberhasilan suatu proses pembelajaran, yaitu tes, pengukuran, penilaian dan
evaluasi yang bertujuan agar guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas
materi yang diberikan. Hal ini juga sangat penting bagi guru untuk mengolah cara
mengajar agar sebagian besar siswa memahami mata pelajaran yang diberikan.
Tes dilakukan bertujuan untuk melatih siswa agar terbiasa melakukan suatu
hal dengan atau tanpa memahami materi sebelum tes dilakukan. Bagi pendidik,
hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa berhasilnya cara mengajar pendidik
dalam mendidik siswanya. Selanjutnya adalah pengukuran, pengukuran dilakukan
berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan pemerintah. Pada penilaian,
guru mengetahui sejauh mana siswa memahami apa yang telah dipelajarinya.
Menurut Basuki dan Haryanto (2016) penilaian merupakan proses yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan
belajar peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran. Terakhir adalah evaluasi yang bertujuan untuk menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
1
B. Masalah atau Topik Bahasan
Berdasarkan latar belakang di atas ditetapkan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa tujuan penilaian hasil belajar dalam pembelajaran?
2. Bagaimana penerapan penilaian kelas/penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran?
3. Apa manfaat penilaian hasil belajar dalam pembelajaran?
4. Bagaimana penerapan asesmen dalam pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud dengan penilaian acuan kriteria (PAK)?
6. Apa yang dimaksud dengan penilaian acuan norma (PAN)?
2
BAB II
TEKS UTAMA
3
menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Setiap satuan
pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga
melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dalam rangka penilaian hasil belajar pada setiap semester, suatu penilaian
dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR),
proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut
digunakan untuk mengisi nilai rapor tiap semester.
Asesmen merupakan program penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan (Cross dalam Resmini). Secara umum, tujuan asesmen adalah untuk 1)
menilai pembelajaran di kelas) meningkatkan pembelajaran dan kualitas belajar
siswa dan bukan sekedar menentukan skor. Oleh karena itu, asesmen merupakan
suatu strategi pengumpulan dan penganalisisan informasi yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Cole &
Chan dalam Resmini). Selain tujuan di atas, hasil asesmen dapat memenuhi banyak
tujuan, tiga diantaranya adalah placement, instruction, dan communication.
Sedangkan, Maftuhin, A. mengelompokan tujuan penialaian menjadi dua,
yaitu tujuan penilaian umum dan tujuan penilaian khusus.
1. Tujuan Umum, adalah sebagai berikut,
a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
b. Memperbaiki proses pembelajaran;
c. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
2. Tujuan Khusus, adalah sebagai berikut,
a. Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;
b. Mendiagnosis kesulitan belajar;
c. Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
d. Penentuan kenaikan kelas;
e. Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan
merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
4
B. Penerapan Penilaian Kelas/Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran
Penilaian Berbasis Kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran (Surapranata dan Hatta, 2004: 5). Penilaian ini
dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian Berbasis
Kelas dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari berbagai teknik penilaian
yang meliputi: pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (projek),
penampilan (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Guru menilai
kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi siswa
(Sigalingging, 2003: 45).
Penilaian Berbasis Kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas (Bina Mitra, 2005) Penilaian
Berbasis Kelas mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang
dikemukakan rnelalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah
dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Bila selama dekade terakhir ini keberhasilan belajar siswa hanya ditentukan
oleh nilai ujian akhir, maka dengan diberlakukannya Penilaian Berbasis Kelas hal
itu diharapkan tidak terjadi lagi. Naik atau tidak naik dan lulus atau tidak lulus
siswa sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru (sekolah) berdasarkan kemajuan
proses dan hasil belajar siswa di sekolah bersangkutan. Dalam hal ini kewenangan
guru menjadi sangat luas dan menentukan. Karenanya, peningkatan kemampuan
profesional dan integritas moral guru dalam Penilaian Berbasis Kelas merupakan
suatu keniscayaan, agar terhindar dari upaya manipulasi nilai siswa. Sementara
UAN/UN dimaksudkan dalam rangka standar mutu pendidikan secara nasional.
Penilaian Berbasis Kelas menggunakan arti penilaian sebagai ‘assessment’
yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi
tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan
pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian di kelas ini merupakan salah satu
bukti yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu . program pendidikan.
Penilaian Berbasis Kelas merupakan bagian dari evaluasi pendidikan karena
5
lingkup evaluasi pendidikan secara umum jauh lebih luas dibandingkan Penilaian
Berbasis Kelas.
Penilaian Berbasis Kelas merupakan kegiatan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang
ditetapkan. Jadi, Penilaian Berbasis Kelas merupakan proses pengumpulan dan
penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator pencapaian belajar yang termuat dalam kurikulum.
Penilaian Berbasis Kelas (adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran. Penilaian Berbasis Kelas merupakan proses
pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang
dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar komptensi, komptensi dasar,
dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis Kelas merupakan
prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar
siswa serta pernyataan yang jelas mengenai perkembangan dan kemajuan siswa.
maksudnya adalah hasil Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan
kompetensi, keterampilan dan kemajuan siswa selama di kelas.
Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas merupakan
salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. Penilaian Berbasis
Kelas itu sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan
secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan
mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Fokus penilaian
diarahkan pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
level pencapaian prestasi siswa.
Penilaian Berbasis Kelas mencakup kegiatan pengumpulan informasi
tentang rencapaian hasil belajar siswa dan pembuatan keputusan tentang hasil
belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan informasi dalam
Penilaian Berbasis Kelas dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak
resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan aktualitas khusus atau tidak,
6
misalnya untuk penilaian aspek sikap/ nilai dengan tes atau non tes atau
terintegrasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran (di awal, tengah, dan akhir). Di
sekolah sering digunakan istilah tes untuk kegiatan Penilaian Berbasis Kelas
dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan
untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah
ditentukan, terutama aspek kognitif.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang
dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 (tiga) tahapan
yang dalam 3 (tiga) tahapan tersebut dapat dilakukan penilaian kelas. Tiga
tahapan dimaksud, antara lain: (1) Pretest (tes awal). (2) Proses Pembelajaran. (3)
Postest (tes akhir).
Bentuk-bentuk instrumen dalam penilaian berbasis kelas menurut Harsanto,
Radno (2007) yaitu :
1. Penilaian Unjuk kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium,
praktek sholat, praktek OR, persentasi, diskusi, bermain peran, memainkan
alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll. Cara penilaian ini
dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
2. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang
7
diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
3. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk
yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain
sebagainya.
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.
6. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
8
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada
dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk
suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan
dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literaty78tur, laporan
penelitian, sinopsis, dsb.
7. Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor.
9
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) dalam dokumen “Kurikulum
Berbasis Kompetensi” mengemukakan hasil penilaian berbasis kelas berguna
untuk:
1. Umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kemampuan dan
kekurangannya, sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil
belajarnya.
2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik
sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan
kemampuannya.
3. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajaran
di kelas.
10
d. Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan
hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin
digunakan adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list),
rating scale, panduan wawancara, dan lain-lain. Tentunya di dalam
memilih instrumen yang akan digunakan guru harus menyesuaikan
dengan satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan. Termasuk di dalam
langkah ini adalah membuat petunjuk yang akan dicantumkan pada lembar
asesmen, yang meliputi:
1) tujuan diadakannya asesmen.
2) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan.
3) dasar yang digunakan untuk memberikan jawaban (misalnya memilih
jawaban yang benar ataukah yang terbaik?).
4) prosedur menulis jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.).
5) akibat yang diterima jika guessing (menebak).
e. Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain guru
harus memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam menginterpretasi data hasil evaluasi.
Misalnya saja, apakah guru akan menggunakan Penilaian Beracuan
Patokan (PAP) ataukah menggunakan Penilaian Beracuan Kelompok atau
Norma (PAN).
f. Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan,
berapa kali, dan berapa lama).
g. Mereview tugas-tugas asesmen.
Setelah menyusun tugas asesmen, seyogyanya guru meminta bantuan pihak
lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya pada instrumen
asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, guru akan mengetahui apakah
kalimat yang digunakan bisa dipahami orang lain, apakah struktur kalimat
yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan
seterusnya.
2. Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini guru bisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes atau
memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atau
11
angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating
scale, check list, interview guide atau angket.
Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus memahami
situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus
tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus
memonitor jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar dapat memisahkan data yang “baik”
(yakni data yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang
sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan
mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah
dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa
menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada
mempertimbangkan jenis data.
5. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna
yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga
menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat
tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
6. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk
berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu Anda
membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka
tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan disana-sini
perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari siswa
juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan
maka guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan
12
kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan
demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa
banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan.
Sementara itu, senada dengan apa yang dijelaskan di atas, Rustaman (2014)
menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian, guru seharusnya menggunakan
langkah-langkah sistematis sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Kompetensi
Hasil pembelajaran diperoleh dari tujuan pembelajaran. Seperti tujuan,
kompetensi dasar merupakan kemampuan yang diharapkan dikuasai.
Mengingat tidak semua kompetensi dasar ruang lingkupnya kecil, maka untuk
keperluan asesmen otentik perlu dirinci lebih spesifik sehingga dapat diukur
dan diamati. Misalnya, dalam pelajaran matematika, (1) siswa mampu
menjumlah dua digit bilangan dengan benar, (2) pendidik menghendaki agar
peserta didik memahami dan dapat mengaplikasikan teorema phytagoras.
Maka dari itu kompetensi harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu
dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan
pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Memilih Suatu Tugas Otentik
Setelah mengidentifikasi kompetensi, pertanyaan berikutnya apakah yang
akan dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan
pembelajaran dalam berbagai cara, misalnya dengan cara membaca, berbicara,
berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, dan pemecahan
masalah. Selain mencermati hal di atas, perlu juga dikaji penerapan konsep,
prinsip, maupun skill dalam kehidupan dunia nyata. Misalnya, daripada
meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas
menyelesaikan masalah pembagian martabak, atau pizza untuk suatu keluarga
yang mempunyai anak lima agar setiap anggota keluarga memperoleh bagian
yang sama rata.
3. Merumuskan Kriteria Tugas Otentik
Kriteria tugas merupakan indikator-indikator kinerja yang baik dari sebuah
tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah
13
indikator-indikator tersebut memerlukan urutan atau tidak. Penulisan kriteria
sebaiknya memperhatikan hal-hal: (1) dinyatakan dengan singkat namun jelas,
(2) pernyataan yang terkait dengan tingkah laku harus dapat diukur (diamati),
dan (3) ditulis dalam kalimat yang mudah dipahami, terutama oleh siswa, (4)
batasi banyaknya kriteria hanya untuk unsur-unsur esensial, (5)tidak perlu
mengukur detail setiap tugas, dan (6) kriteria yang lebih sedikit untuk tugas
yang lebih kecil.
4. Mengembangkan Rubrik
Rubrik yang dikembangkan dapat berupa rubrik holistik atau rubik analitik.
Dipilih salah satu dari kedua rubrik tersebut, tidak perlu dibuat keduanya.
Pemilihan jenis rubrik mana yang akan disusun, bergantung pada tugas otentik
yang diberikan dan kompetensi yang akan diukur. Untuk keperluan
pengecekan rubrik yang disusun, sebaiknya minta bantuan pakar untuk
meriview atau memvalidasinya. Komentar dan masukan dari mereka
digunakan sebagai pertimbangan memperbaiki rubrik yang telah disusun.
a. Menyiapkan suatu rubrik analitik. Dalam rubrik tidak selalu diperlukan
deskriptor. Deskriptor merupakan karakteristik prilaku yang terkait dengan
level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan,
kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistik. Dalam rubrik holistik,
dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan
tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan.
c. Mencek rubrik yang telah dibuat. Untuk keparluan pengecekan rubrik yang
telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk
meriviewnya atau meminta siswa mengenai kejelasannya. Masukkan dari
mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita
siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik
tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja
siswa ketika sedang melakukannya
5. Merancang Asesmen
Asesmen otentik semestinya mencakup tes tertulis yang sudah biasa disusun
dan digunakan oleh guru sejak dulu. Untuk keperluan pembandingan dan
14
pelaksanaan asesmen secara menyeluruh maka kadangkala disebutkan
keduanya. Perancangan asesmen (tertulis dan otentik) dengan langkah-langkah
di atas dilaksanakan secara terpadu pada awal semester sebagai lampiran dari
Program Tahunan (PROTA), maupun pada awal semester sebagai lampiran
Program Semester (PROMES). Perancangan yang dimaksud juga merupakan
identifikasi terhadap asesmen dalam jangka waktu tertentu.
15
pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang
ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
16
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30.
Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes
yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10.
sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara
proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase
jawaban benar. Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai
tertinggi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana
pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Pengajar harus mengetahui
sejauh mana pelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh
mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.
Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Hasil
penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan
balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan. Konsep penilaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar
peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, asesmen ini dianggap sangat penting,
karena selain dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga bisa menjadi
penambah semangat bagi peserta didik agar mencapai hasil yang maksimal.
B. Saran
Mengingat pentingnya asesmen dalam menentukan kualitas pendidikan,
maka dalam merencanakan dan melaksanakan asesmen hendaknya
memperhatikan prosedur-prosedur dalam asesmen. Selain itu harus
memahami prinsip dalam menentukan prosedur asesmen. Sehingga fokus asesmen
di sekolah berjalan dengan lancar.
18
Dalam makalah ini dipaparkan beberapa hal mengenai penilaiasn hasil
belajar dalam pembelajaran, oleh sebab itu dengan makalah ini semoga dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian sebagai reverensi dan kami sangat
mengharapkan kritik/saran dari rekan-rekan sehingga di kemudian hari kami dapat
menulis makalah yang lebih sempurna lagi.
19
DAFTAR RUJUKAN
20
gawanabiyasa.wordpress.com%2F2013%2F05%2F31%2Fpenilaian-
berbasis-kelas%2F). diakses 01 Februari 2019
Widodo, Estu. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
21