Anda di halaman 1dari 2

Kebanyakan ayat al-Qur’an ditutup dengan Asma al-Husna untuk menunjukkan

bahwa pesan ayat berkaitan dengan nama-nama agung itu.

Kaidah ini berkaitan dengan persoalan munasabah, dan jelas sekali bahwa
penutup ayat berkaitan dengan masalah munasabah tersebut. Bila anda perhatikan
maksud kaidah di atas, anda akan menemukan bahwa makna pesan ayat
berhubungan erat dengan Asma al-Husna yang menutup ayat tersebut.

Hal itu tanpa diragukan menunjukkan bahwa masalah syariat, perintah dan
larangan agama dan penciptaan alam ini dan seluruhnya terbit dari dan berkaitan
dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya itu. Oleh karena itu, anda akan
menemukan bahwa ayat tentang kasih sayang Allah ditutup dengan sifat kasih
sayang-Nya itu, dan ayat tentang hukuman dan azab ditutup dengan nama-nama
tentang kemahakuasaan, kemahabijaksanaan, dan kemahatahuan-Nya itu, dsb.

Contoh:

1. Q.S. Al-A’raf : 200

“ dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”

Diiringinya ayat itu dengan dua sifat yang mahaagung itu, menunjukkan bahwa
memohon perlindungan kepada Allah hanya dengan ucapan tidaklah cukup, tetapi
perlu kesejalanan hati dengan1

ucapan itu. Allah dengan demikian Maha mendengar apa yang diucapkan dan
maha mengetahui apa yang terlukis di dalam hati.

2. Q.S Al-Maidah: 38.

“ laki-laki pencuri dan perempuan pencuri, potongkah tangan keduanya, ... dan
Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”

Ditutupnya ayat itu dengan kedua nama yang maha agung itu mengandung
keserasian yang sangat dalam. Yaitu bahwa allah maha perkasa karena itulah ia
mampu menjatuhkan hukuman tersebut.2

1
Hal. 822.
2
Hal. 823.
Rangkuman :

Bila ayat diakhiri dengan asma al-husna, hal itu menunjukkan bahwa makna
nama-nama agung itu mengukuhkan pesan ayat tsb.

Mengenai masalah itu, al-Sabt mengemukakan kaidah:

“ kebanyakan ayat ditutup dengan asma al-husna, gunanya untuk menunjukkan


bahwaa pesan ayat terkait erat dengan nama-nama yang mahamulia tersebut. 3

Sumber :

Kaidah-kaidah tafsir, karya Prof. Dr. H. Salman Harun,dkk (jakarta: PT. Qaf
Media Kreativa, 2017)

3
Hal. 823.

Anda mungkin juga menyukai