Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada Ny. S Usia 30 Tahun
G3P2A0 Usia Kehamilan 33 Minggu Dengan Plasenta Previa Totalis di RSUD
Ambarawa”.

Laporan ilmiah ini disusun untuk memenuhi target kompetensi mata


kuliah praktik klinik fisiologis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan ilmiah ini,
antara lain:

1. Ibu Sri Rahayu, S.Kp.Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan


Semarang.
2. Ibu Sri Sumarni, M.Mid selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Semarang.
3. Ibu Listyaning Eko Martanti, S.SiT, M.Tr.Keb selaku pembimbing
institusi.
4. Ibu Rieke Primasdika, Amd.Keb selaku pembimbing klinik di RSUD
Ambarawa.
5. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca


demi sempurnanya tulisan ini. Penulis tetap berharap semoga laporan ilmiah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Ambarawa, Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang


berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.

Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) oleh BPS


pada tahun 2015 menunjukkan AKI di Indonesia mengalami penurunan dari
359 kasus per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 305 kasus
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka ini belum mencapai
target SDG’s yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan dan infeksi (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

AKI di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan cukup signifikan


dari 109,65 per 100.000 kelahiran hidup (602 kasus) pada tahun 2016
menjadi 88,05 per 100.000 kelahiran hidup (475 kasus) pada tahun 2017.
Penyebab utama kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah yaitu hipertensi dalam
kehamilan dan perdarahan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017).

Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir


setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan
saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya
tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama
harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang


secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga


atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami
perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka
datang untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih


banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi .
Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat
dalam penyelamatan ibu dan janinnya. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis tertarik untuk menulis laporan yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada Ny. S Usia 30 Tahun G3P2A0
Usia Kehamilan 33 Minggu Dengan Abortus Inkomplit di RSUD
Ambarawa”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Pada Ny. S Usia 30 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 33 Minggu
Dengan Plasenta Previa Totalis di RSUD Ambarawa?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada
Ny. S Usia 30 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 33 Minggu Dengan Plasenta
Previa Totalis di RSUD Ambarawa..
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pengumpulan data dasar pada ibu hamil
dengan plasenta previa totalis.
b. Menginterpretasikan data dasar pada ibu hamil dengan plasenta previa
totalis.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil
dengan plasenta previa totalis.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan atau kolaborasi pada ibu hamil dengan plasenta previa
totalis.
e. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
plasenta previa totalis.
f. Melaksanakan asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan
perencanaan yang dibuat pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
g. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
plasenta previa totalis.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi Mahasiswa Kebidanan
dan sebagai data untuk pendidikan berikutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan Asuhan Kebidanan
yang diharapkan bisa membantu proses pembelajaran.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai informasi bagi petugas kesehatan, khususnya bidan di RSUD
Ambarawa dalam upaya pencegahan terhadap kejadian plasenta previa
totalis.
4. Bagi Pengkaji
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman
dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah ke dalam praktik.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan yaitu seorang wanita yang sedang mengandung hasil

konsepsi yang berlangsung kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender,

atau 40 minggu atau 280 hari. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan

menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu.

Dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan,

embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat rancangan

bentuk alat-alat tubuh, janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan

berumur di atas 5 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri

dan plasenta sebagai akar yang akan memberikan nutrisi (Sarwono, 2014;

h. 66-89).

2. Tanda-Tanda Kehamilan

a. Amenorea (terlambat datang bulan)

1) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan


folikel de graff dan ovulasi.
2) Mengetahui tanggal haid terakhir
b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)
1) Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
2) Menimbulkan morning sickness.
3) Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
c. Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu.
d. Payudara tegang
1) Pengaruh hormon estrogen, progesterone, dan omalotropin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara
2) Payudara besar dan tegang
3) Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil
pertama
e. Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi.
f. Konstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus sehingga
menyebbakan kesulitan buang air besar.
3. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
a. Pada pemeriksaan dalam dijumpal : tanda hegar, tanda chadwik, tanda
piscasek, kontraksi Braxton hick, teraba ballottement.
b. Pada test biologis kehamilan positif (karena sebagian kemungkinan
positif palsu).
4. Tanda Pasti Kehamilan
a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Gerakan janin dalam rahim terlihat / teraba gerakan janin, teraba
bagian-bagian janin.
c. Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop linec, alat
kardiofografi, alat dopier dan dapat pula dilihat dengan menggunakan
ultrasonografi.
d. Pemeriksaan alat canggih dengan rontgent untuk melihat kerangka
janin, uIfrasonografi dan fotoscopy.
5. Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan
Adapun tanda bahaya dalam kehamilan menurut Sarwono (2010):
a. Nyeri kepala
b. Gangguan penglihatan
c. Kejang
d. Hipertensi Dalam Kehamilan
B. Plasenta Previa

1. Pengertian Plasenta Previa

Plasenta previa yaitu plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat

dengan os interna. Insidennya 1:200 kehamilan (William.R., 2010; h. 425-

438).

Plasenta previa yaitu suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi

abnormal pada sigmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium

uteri internum, sedangkan kehamilan tersebut sudah vilable atau mampu

hidup di luar rahim (usia kehamilan 22 minggu atau berat janin >500

gram) (Yulianingsih, 2009; h. 66).

Dari berbagai pengartian dan dari berbagai sumber yang telah diambil,

penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa pengertian dari plasenta

previa, yaitu plasenta yang berimplantasi pada sigmen bawah uterus atau

berimplitasi rendah sehingga letaknya menutupi.

2. Fisiologi Plasenta

Plasenta terbentuk lengkap mulai usia kehamilan 16 minggu

sedangkan bentuk ukuran normal plasenta berbentuk seperti cakram yang

bundar atau lonjong (oval), mempunyai ukuran 20 x 15 cm dan tebal 1,5

sampai 2,0 cm. Berat plasenta, yang biasannya 20 persen dari berat janin,

berkisar antara 425 dan 550 g. Secara normal plasenta tertanam atau

berimplantasi pada dinding depan, dinding belakang uterus atau di daerah


fundus uteri (bagian atas uterus). Kadang-kadang plasenta berada pada

segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cerviks. Keadaan terakhir

ini disebut dengan istilah plasenta previa dan menjadi penyebab timbulnya

perdarahan dalam trimester 3 (antepartum) (Oxorn, 2010; h. 483).

3. Etiologi

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya

blastokis pada segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun

teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya

adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi

karena proses radang maupun atropi.

4. Faktor resiko

Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum

diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa

frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut,

multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup

yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta

previa.

Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko

plasenta previa yaitu:

1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih

besar dibandingkan dengan umur < 35.

2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar

dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih

besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.

4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya

plasenta previa.

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya

blastokis pada segman bawah rahim belum diketahui secara pasti.

Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu

penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang

mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

5. Klasifikasi

Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa

yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan

lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada

pembukaan cervix 4 cm. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi

dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa), karena risiko

perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat

plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis

Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri

internum pada pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko
perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui

per-vaginam.

c. Placenta Previa Marginalis

Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri

internum pada pembukaan servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam

tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau

kadang disebut juga dangerous placenta)

Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus,

akan tetapi belum sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta

berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir ostium uteri internum,

sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan

tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam

dengan aman, asal hati-hati.

6. Tanda dan gejala

Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :

a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester

kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta

previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan

berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak

dari perdarahan sebelumnya.

b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan

tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati

akhir trimester kedua atau sesudahnya.

c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,

perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan

waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.

d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas

panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin

dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin

dalam rahim (Manuaba, 2008).

7. Pemeriksaan diagnostik

a) USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak

dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena

hal ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan.

b) Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah

suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam


kehamilan dan atau dalam persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28

minggu.

c) Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO

atau operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu

perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan

atas indikasi medis.

d) Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan

bagian-bagian tubuh janin.

e) Pengkajian vaginal

Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya

ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai

(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula

prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup

adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi

dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

f) Isotop Scanning/Lokasi Penempatan Placenta

g) Amniocentesis

Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada

amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /

spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.

Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru

fetal sudah mature.


8. Penatalaksanaan

a) Konservatif bila :

1. Kehamilan kurang 37 minggu.

2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas

normal).

3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh

perjalanan selama 15 menit).

Perawatan konservatif berupa :

1. Istirahat

2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.

3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan

perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien

dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan

segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

b) Penanganan aktif bila :

1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.

2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

3. Anak mati

Penanganan aktif berupa :

1. Persalinan per vaginam.

2. Persalinan per abdominal.


Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi

(double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada

pemeriksaan dalam didapatkan :

a. Plasenta previa marginalis

b. Plasenta previa letak rendah

c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks

sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak

ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan

amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per

vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan

seksio sesar.

c) Penanganan (pasif)

1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim

ke Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.

2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus,

kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari

2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan;

spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.

3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua

mungkin supaya tidak prematur

4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.

Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan

janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan


persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan

sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang

memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,

penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi

yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan

mencangkup infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan

perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.

Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala

dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan,

adalah migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta

previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias (2009) melaporkan

hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara

usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang

disebabkan oleh plasenta previa.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan

ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika

untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :

a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus

untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.

b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi

serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam

pada plasenta previa totalis serta parsial.


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Pada Ny. S Usia 30 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 33 Minggu Dengan Plasenta
Previa Totalis di RSUD Ambarawa., penulis tidak menemukan kesenjangan
antara konsep teori dengan kenyataan dilapangan.

Setelah mengkaji, menganalisa, melakukan planning maka penulisan dapat


mengemukkan :

a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan umum, status present, status obstetrik dan pemeriksaan
penunjang yang hasilnya ibu mengalami abortus inkomplit. Berdasarkan
data-data yang ada, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik atau
kenyataan.
b. Analisa Data
Berdasarkan data subjektif yang dikaji langsung oleh penulis bahwa ini
merupakan kehamilan yang pertama kali dan usia kehamilan Ny. S yaitu 33
minggu. Hal ini sesuai dengan pengawasan HPHT tanggal 17-05-2018, yang
mana dapat ditentukan pula taksiran persalinan dengan menggunakan rumus
Neagle (HPHT +7, -3, +1) yaitu pada tanggal 24-02-2019. Selain itu penulis
juga mengkaji data objektif yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik yang
meliputi pemeriksaan umum, status present, dan status obstetric. Dari
pengkajian data objektif ditemukan keluarnya darah sedikit dari jalan lahir
dan serviks masih menutup. Selain itu usia kehamilan dengan pembesaran
uterus masih sesuai. Oleh karena itu, berdasarakan data subjektif dan objektif
diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Ny. S umur 30 tahun
G3P2A0 hamil 33 minggu dengan plasenta previa totalis.
c. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada Ny. S sebagai pasien dengan plasenta previa
totalis diantaranya adalah memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan,
memberikan support mental pada ibu, memberikan terapi obat sesuai advice
dokter yaitu Dexa 2x2 amp, Hyosin 3x1, Asam Tranexamat 3x1 dan
Biocombin 2x1, melakukan transfusi darah, menganjurkan istirahat,
melakukan kolaborasi dengan dokter akan dilakukan tindakan USG dan
persiapan curretage kemudian melakukan pendokumentasian SOAP.
Dari keseluruhan asuhan yang diberikan sesuai dengan wewenang dan
juga disesuaikan dengan kompetensi bidan di Indonesia.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Pada Ny. S Usia 30 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 33 Minggu
Dengan Plasenta Previa Totalis di RSUD Ambarawa., penulis dapat
menyimpulkan bahwa hasil pengkajian ditemukan adanya masalah.
Sehingga Ny. S dikatakan gawat darurat maternal. Analisa data yang telah
dilakukan mengacu pada teori-teori yang ada sehingga diagnosa Ny. S
Usia 30 Tahun G3P2A0 Usia Hamil 33 Mgg dengan Plasenta Previa
Totalis. dapat disimpulkan kehamilan Ny.S merupakan pasien gawat
darurat maternal.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan gawat darurat maternal pada
Ny.S, saran yang ingin disampaikan penulis yaitu:
1. Bagi ibu hamil
Diharapkan ibu dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan
seputar kehamilan sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan
baik dan dapat mencukupi kebutuhan selama persalinan mendatang.
Selain itu ibu hamil juga dapat mengetahui komplikasi dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehamilan.
2. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat memberi bahan masukan agar meningkatkan
pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil
untuk mengurangi angka kematian ibu.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat
untuk institusi, meningkatkan kualitas mahasiswanya, menambah bahan
bacaan.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik TMA. (2008). Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut Dan Persalinan.

Jakarta: EGC.

Kusmiati,Yuni, dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba, Ida bagus Gde, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Muhimah. (2010). Asuhan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta:

PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan ed. Keempat. Jakarta: PT

Yayasan Bina Pustaka.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti Lia. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi

Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.

Saifudin, Abdul Bari. (2007). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: YBP SP.

Sandra M. Nettina. (2011). Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.

Sukarni, Icesmi. & Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan

Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: JL. Sadewa No. 1 Sorowajan Baru.

Anda mungkin juga menyukai