Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Kehamilan pada umumnya berlangsung 40 minggu (280 hari) dihitung dari hari pertma
haid terakhir. Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsunglebih dari
42 minggu (294 hari) sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT).Insiden kehamilan
postterm antara 4-19% tergantung pada definisi yang dianut dankriteria yang dipergunakan dalam
menentukan usia kehamilan.
Penentuan usia kehamilan menjadi salah satu pokok penting dalam
penegakandiagnosa kehamilan postterm. Informasi yang tepat mengenai lamanya
kehamilanmarupakan hal yang penting karena semakin lama janin berada di
dalam uterusmaka semakin besar pula resiko bagi janin ataupun neonatus
untuk mengalamigangguan yang berat.
Diagnosa kehamilan postterm berdasarkan hari pertama haidterakhir (HPHT) hanya
memiliki tingkat akurasi ±30 persen. Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia
kehamilan dapat ditentukan lebih tepat, terutama biladilakukan pemeriksaan pada usia
kehamilan 6-11 minggu.
Kehamilan postterm terutama berpengaruh terhadap janin, meskipun
hal inimasih banyak di perdebatkan dalam kenyataannya kehamilan postterm
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai kematian janin. Ada janin
yangdalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya meningkat terus,
ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari
semestinya,a t a u meninggal dalam kandungan karena kekurangan
makanan dan oksigen.
Kehamilan ini merupakan permasalahan dalam dunia obstetri modern karena
terjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian bayi. Sementara itu, risiko bagi
ibudengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan pasca oersalinan
ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka
kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih menunjukan
angka yang cukup tinggi. S a m p a i s a a t i n i , m a s i h b e l u m a d a k e t e n t u a n d a n
k e s e p a k a t a n y a n g p a s t i mengenai penatalaksanaan kehamilan postterm.
Masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm adalah
perkiraan usia kehamilan yang tidak selaludapat ditentukan dengan tepat sehingga
janin bisa saja belum matur sebagai manayang diperkirakan. Ketidakakuratan
penentuan usia kehamilan akan menyulitkan kita untuk menentukan apakah janin
akan terus hidup atau sebaliknya mengalami morbiditas bahkan mortilitas bila tetap berada
dalam rahim.
Masalah lain dalam penatalaksanaan kasus kehamilan postterm adalah
karena pada sebagian besar pasien (±70%), saat kehamilan mencapai 42
minggu,didapatkan serviks belum matang / unfavourable dengan nilai Bishop yang
rendahsehingga tingkat keberhasilan induksi menjadi rendah. Sementara itu,
persalinanyang berlarut-larut akan sangat merugikan bayi postmatur. Oleh sebab itu,
masihmenjadi kontroversi sampai saat ini apakah pada kehamilan postterm
langsung d i l a k u k a n terminasi/induksi atau dilakukan dilakukan
p e n a n g a n a n e k s p e k t a t i f s a m b i l dilakukan pemantauan kesejahteraan janin.
BABII
TINJAUANPUSTAKA

1. Definisi Kehamilan Postterm


Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat
waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/ postdatisme atau pasca maturitas.Menurut WHO 1977 kehamilan postterm
adalah kehamilan yang berlangsunglebih dari 42 minggu (294 hari) yang
terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT) menurut rumus Naegele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Menurut definisi yang dirumuskan oleh American
College of Obstetricians and Gynecologists (2004), kehamilan postterm adalah
kehamilan yang berlangsunglebih dari 42 minggu (294 hari) yang
terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT).
Masalah yang sering terjadi dalam menegakkan diagnosisi kehamilan
posttermadalah penentuan usia kehamilan berdasarkan HPHT seringkali tidaklah
mudah,karena ibu tidak ingat kapan tanggal HPHT yang pasti, selain itu
penentuan saat o v u l a s i yang pasti juga tidak mudah,
t e r d a p a t p u l a f a k t o r - f a k t o r y a n g mempengaruhi perhitungan:
variasi siklus haid, kesalahn perhitungan oleh ibu dansebagainya. Dengan
adanya pemeriksaan USG terutama pada trisemester I, usia kehamilan
dapat ditentukan lebih tepat , dengan penyimpanagn hanya lebih atau kurang satu
minggu.
2. Etiologi Kehamilan Posterm
Penyebab pasti dan poses terjadinya kehamilan postterm sampai saat ini
masih belum diketahui dengan pasti. Teori-teori yang pernah diajukan untuk
menerangkan penyebab terjadinya kehamilan postterm antara lain:
1) Teori progesterone
2) Berdasarkan teoriini,didugabahwa
t e r j a d i n y a kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesteronmelewati waktu yang semestinya.Teori oksitosin
. Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis wanitah a m i l p a d a u s i a
k e h a m i l a n l a n j u t d i d u g a s e b a g a i s a l a h s a t u f a k o r p e n y e b a b terjadinya
kehamilan postterm.

3.
Teori kortisol/ACTH janin
. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen. Prosesini selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Padak a s u s - k a s u s k e h a m i l a n d e n g a n
c a c a t b a w a a n j a n i n s e p e r t i a n e n s e f a l u s a t a u hipoplasia adrenal, tidak adanya
kelenjar hipofisis janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan berlangsung lewat bulan.

4.
Teori saraf uterus
. Berdasarkan teori ini, diduga kehamilan postterm terjadi pada keadaan tidak terdapatnya
tekanan pada ganglion servikalis dari pleksusF r a n k e n h a u s e r yang
m e m b a n g k i t k a n k o n t r a k s i u t e r u s , s e p e r t i p a d a k e a d a a n kelainan letak,
tali pusat pendek, dan masih tingginya bagian terbawah janin.
5.
Teori heriditer
. Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan posttermt e l a h d i b u k t i k a n
pada beberapa penelitian sebelumnya. Kitska et al
( 2 0 0 7 ) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa seorang ibu yang pernah
mengamikehamilan postterm akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini
memunculkankemungkinan bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi oleh faktor
genetik.
5
Mogren (1999) menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami
kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan
anak perempuannya akan mengalami kehamilan po

Anda mungkin juga menyukai