Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat
mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga, oleh karena
itu program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”1. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut
terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana1.

Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan
kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi yang
beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi
tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi
maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya
pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat
pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi
dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.

Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan
risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan
adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar
dibanding tidak menggunakan kontrasepsi.

Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah1 :


 Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan
 Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan
 Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat
 Terjangkau harganya oleh masyarakat
 Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera pulih, kecuali
untuk kontrasepsi mantap.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata, salah satu
contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan
kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan
kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah
kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain
memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga
dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.1,2

Kontrasepsi yang bagus:

 Efektivitas yang tinggi


 Efek samping yang minimal
 Reversible
 Melindungi dari STD
 Mudah didapatkan
 Tidak ada kontraindikasi

Tujuan kontrasepsi

 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun


 Menjarangkan kehamilan:20-35
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 keatas

Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional1:

Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan

(<20 thn) (20-35 thn) (>35thn)

1) Pil 1) IUD 1) Sterilisasi


2) IUD 2) Suntik 2) IUD
3) Implant 3) Pil 3) Implant
4) Suntikan 4) Implan 4) Suntik
5) Sterilisasi 5) pil

Jenis kontrasepsi:

1) Kontrasepsi alamiah
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB),), senggama terputus, laktasi.
2) Kontrasepsi barier mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR

3
3) Kontrasepsi hormonal
Bentuk pil, suntikan, implant
4) Kontrasepsi mantap
Tubektomi, vasektomi

Efektivitas

A.Keluarga berencana alamiah / kontrasepsi alamiah

Profil dan mekanisme kerja

 Belajar mengetahui kapan masa subur


 Efektif jika tertib
 Tidak ada efek samping
 Sanggama dihindari pada masa subur
 Yang dapat menggunakan:
1. Semua perempuan
2. Paritas berapapun
3. Kurus atau gemuk
4. Merokok
5. Alasan kesehatan tertentu
6. Alasan agama atau filosofi
7. Tidak dapat menggunakan metode lain

4
 Yang tidak menggunakan:
1. Kehamilan merupakan resiko tinggi
2. Belum mendapat haid
3. Pasangan tidak mau bekerja sama
4. Tidak suka menyentuh daerah genital

I. Pantang berkala (sistem kalender)

Cara kerja: hindari senggama diwaktu subur.

II. Metode suhu basal/suhu tubuh basal(STB)

Suhu tu
buh basal
adalah suhu
terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran
suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah
banguntidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.3
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui
kapan terjadinya masa subur / ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih
dahulu (hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-380C kemudian tidak akan
kembali pada suhu 350C. Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone
tinggi membuat suhu tubuh lebih tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi
sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 20C dan akhirnya kembali pada
suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron
menurun.

5
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel
telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon
progesteron, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Faktor yang mempengaruhi metode suhu basal tubuh antara lain:

 Penyakit.
 Gangguan tidur.
 Merokok dan atau minum alkohol.
 Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
 Stres.
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metode kontrasepsilain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Perimenopause.
4. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
5. Spermisida.
6. Infeksi penyakit menular seksual.
7. Terkena vaginitis.
III. Metode amenore laktasi(MAL)
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on)
pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI yang
intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga sekresi
FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi.
Efektivitas 2 hamil/100/6bulan. 1,2
Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari dengan
interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan sejak
melahirkan bayinya.

6
Keterbatasan yaitu; tingkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas menyusui bayi,
tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada wanita yang bekerja dan
terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast feeding),
dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam hari (tidak
boleh > 4-6jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan
makanan/cairan lain ,Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung misalnya kondom.

B. Metode barier

I. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar.
Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk
mencegah PMS. Efektifitas 12-14 hamil/100/tahun.1,2,3
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang
tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung
berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.

KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom

Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan


untuk melakukan hubungan seksual

Hanya ingin menggunakan Tidak peduli dengan berbagai


alat kontrasepsi saat berhubungan persyaratankontrasepsi

Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS

7
Cara pakai yang benar:
1. Kondom lelaki

 Tahap 1
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.

 Tahap 2
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah.
Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

 Tahap 3

Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke
dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
 Tahap 4
Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil
menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah
selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke
pangkal penis.
 Tahap 5

Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan
kondom dari pasangan anda.
 Tahap 6
Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

8
2. Kondom perempuan

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

 Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita mempunyai ring yang
lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk
bagian dalam.

 Tahap 3

Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu


jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi
yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi
ring yang berseberangan akan bersentuhan dan
bentuk inner ring menjadi lonjong.
 Tahap 4

Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok
maupun berbaring.
 Tahap 5

Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati.


Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari
telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke
dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar,
dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.

9
 Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom.
Bantu penis masuk ke dalam kondom.

 Tahap 7

Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk
menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara
hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di
toilet.

II. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.1,2,3 Beberapa jenis
diafragma;

1. Flat spring (Diafragma pegas datar). Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan
untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
2. Coil spring (Diafragma pegas kumparan). Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya
kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh
lebih lunak dari pegas datar.
3. Arching spring. Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi serviksmenyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan
kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada
dinding vagina.
Cara Kerja

10
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba
falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
7. Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.
Keterbatasan
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan
alat kontrasepsi ini.
4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
Pemasangan Diafragma
Dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam pasca sanggama.
 Tahap 1
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang.
Oleskan spemisida pada kap diafragma secara merata.

 Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat
pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan
mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi

11
kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat
menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan
yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.
 Tahap 3

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang,


dorong bagian depan pinggiran ke atas di
balik tulang pubis. Masukkan jari ke
dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
\
Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan
seksual. Jikahubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di
dalam vagina lebih dari 24 jam.

Pelepasan Diafragma
 Tahap 1
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan
tengah untuk memecah penampung.

 Tahap 2

Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan


sabun dan air, kemudian keringkan sebelum disimpan
kembali di tempatnya

12
III. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang
digunakan untuk membunuh sperma.

Jenis
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.
Cara Kerja
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau
metodekontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
Manfaat
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
9. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
dan HIV/AIDS.
Cara pemakaian

13
Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian,
akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain
seperti kondom, diafragma,cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-
macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue,
maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari
alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan
konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang
berkesinambungan.
Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) daninsersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu
karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam
aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum
terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:
Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat
aerosol 20-30menit. Tempatkan

14
kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk
mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi
berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak
menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya
digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak
lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
Krim dan Jeli
Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke
dalam vagina dengan aplikator dan atau
mengoles di ataspenis. Krim atau jeli
biasanya digunakan
dengan diafragma atau kap serviks, atau
dapat juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual.
Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekatiserviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli
keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci
menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.

Kontrasepsi Vagina Film/Tissue

15
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih
dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/tissue ini
berupa kotak-kotak tipis yang larut
dalam serviks. Untuk menggunakannya,
lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke
dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang
kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan
bekerja efektif.
Suppositoria

Cara pemakaian:
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk
kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci
tangandengan sabun dan air mengalir sebelum
membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina
atau suppositoria dari kemasan. Sambil
berbaring masukkan masukkan suppositoria
jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Sediakan selalu tablet vagina atausuppositoria.
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

16
IV. AKDR/IUD

Jenis- jenis AKDR

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara lain1,2,3:

a. Copper-T

AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil),
dan mini.
d. Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari
bahan plastik.

17
a.Lippes-Loop
b.Saf-T-Coil
c.Dana-Super
d.Copper-T (Gyne-T)

e.Copper-7 (Gravigard)
f.Multiload
g. Progesterone IUD

Keuntungan

 Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1


kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
ampuh, paling tidak 10 tahun

 IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

 Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena
rasa aman terhadap risiko kehamilan

 Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI

 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

 Dapat digunakan sampai menopause

 Tidak ada interaksi dengan obat-obat

 Membantu mencegah kehamilan ektopik

18
 Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Efek samping dan kerugian

a. Efek samping yang umum terjadi:


 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain:
 Merasakan sakit selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
Penyakit radang panggul memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR.
Seringkali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.

19
Kontraindikasi

Relatif

1) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus


2) Insufisiensi serviks uteri
3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma dan sebagainya
4) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri
Mutlak

1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metroragia yag belum disembuhkan
5) Pasangan yang tidak lestari
Efektivitas

IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-200)
dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per
100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Mekanisme kerja

 Menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit


yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma.

 Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-
sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

 Pemadatan endometriosis oleh lekosit.

 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

20
 IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi

Persyaratan Pemakaian

A. Yang Dapat Menggunakan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah:

1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7) Resiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan efektif.
AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
1. Perokok
2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
3. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
4. Gemuk ataupun kurus
5. Sedang menyusi
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini:

1) Penderita tumor jinak payudara


2) Penderita kanker payudara
3) Pusing-pusing, sakit kepala

21
4) Tekanan darah tinggi
5) Varises di tungkai atau di vulva
6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika
sebelum pemasangan AKDR)
7) Pernah menderita stroke
8) Penderita diabetes
9) Penderita penyakit hati atau empedu
10) Malaria
11) Skistosomiasis (tanpa anemia)
12) Penyakit tiroid
13) Epilepsi
14) Nonpelvik TBC
15) Setelah kehamilan ektopik
16) Setelah pembedahan pelvic.
B. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan

1) Kehamilan
2) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb)
3) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya
4) Tumor jinak atau ganas dalam rahim
5) Kelainan bawaan rahim
6) Penyakit gula (diabetes militus)
7) Penyakit kurang darah
8) Belum pernah melahirkan
9) Adanya perkiraan hamil
10) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim
11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pemasangan
1. Lampu

22
2. Speculum dua katup
3. Apusan bakleriologis (apabila diindikasikan)
4. Lidi kapas
5. Larutan antiseptik
6. Sarung tangan bersih
7. Wadah sekali pakai untuk instrument yang sudah dipakai dan sampah klinis
8. Baki/bengkok steril (wadah untuk instrument pemasangan)
9. Forseps steril 10 inci untuk memegang spons
10. Sonde uterus lentur steril yang berskala sentimeter
11. Forseps jaringan 12 inci atau tenaklum satu-gigi dengan ujung
tumpul yang steril
12. Gunting yang cukup panjang sehingga dapat memotong benang
Pemasangan AKDR

a. Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari terakhir
haid. 1 Keuntungannya:
1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan
lembek
2) Rasa nyeri tidak seberapa keras
3) Perdarahan yang timbul sebagai alat pemasangan tidak seberapa dirasakan
4) Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada
b. Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3
macam
Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam.
Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau secara manual.
Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk penggunaan tangan
atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa digunakan pada pemasangan
post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek sehingga tidak bisa mencapai fundus
selain itu , karena uterus yang masih lunak sehingga memungkinkan terjadinya perforasi
lebih besar dibandingkan dengan menggunakan ringed forceps atau secara manual. 1
Pemasangan segera pasca persalinan

23
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48 jam
pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan menggunakan
ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa dilakukan secara
manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak digunakan, karena
kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi. Pemasangan IUD setelah 48 jam
sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan karena angka kejadian ekspulsi yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemasangan segera pasca persalinan dan
pemasangan IUD interval. 1
Pemasangan IUD transcesarian
Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat. 1
Pemasangan IUD interval
Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD
c. Pemasangan Pasca abortus
Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks
berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri. Selain
itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga mempunyai
angka resiko perforasi yang kecil . 1

Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan menggunakan
teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi. 1
d. Beberapa hari setelah haid terakhir
e. Masa interval ( antara dua haid)
f. After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)
Teknik Pemasangan AKDR

Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja


ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan
serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol. Betadine atau tingtura jodii).
Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukkan sonde ke
dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kaum

24
uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil
mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. 4

Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum
uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan
sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan- lahan,
pendorong menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus,
pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½- 3
cm keluar dari ostium uteri dan akhirnya speculum diangkat.

Pemeriksaan lanjutan

 Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya

 Pemeriksaan kedua 3 bukan kemudian dan selanjutnya tiap 6 bulan

Cara mengeluarkan AKDR

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR


yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau dengan
cunam. Kadang- kadang benang AKDR tidak tampak di ostium uteri eksternum. 4

Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh

1. akseptor menjadi hamil


2. perforasi uterus
3. ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
4. perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti ada mioma uterus

C. Kontrasepsi hormonal

I. PIL

Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron yang
bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat

25
pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila
digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak sepenuhnya
melindungi wanita dari infeksi penyakit menular seksual.

Jenis Pil KB
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak aktif,
berupa;
1. Conventional Pack.
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap
bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang
tidak aktif.
2. Continuous Dosing Or Extended Cycle.
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu
ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil
KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid.
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1. Monofasik.
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif. 1
2. Bifasik.
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
3. Trifasik.
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1

26
Cara Kerja
1. Mencegah implantasi.
2. Menghambat ovulasi.
3. Mengentalkan lendir serviks.
4. Memperlambat transportasi ovum.
5. Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.
Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan
konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 dari 100 wanita yang menggunakan pil
kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan metode yang
paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan
biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan.
Manfaat
Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain:
1. Resiko terhadap kesehatan kecil.
2. Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid teratur.
5. Dapat mengurangi kejadian anemia.
6. Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension).
7. Dapat digunakan dalam jangka panjang.
8. Mudah dihentikan setiap waktu.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10. Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
11. Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium,kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak
pada payudara, dismenorea dan jerawat.
Keterbatasan
Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B maupun HIV/AIDS.
2. Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.
3. Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
4. Mahal.
Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker
leher rahim.

27
2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3. Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan
penurunan libido.
4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5. Kembung.
6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
7. Pusing.
8. Amenorea.
9. Nyeri payudara.
10. Kenaikan berat badan.
Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan,
seperti:
1. Wanita dalam usia reproduksi.
2. Wanita yang telah atau belum memiki anak.
3. Wanita yang gemuk atau kurus.
4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
6. Wanita pasca keguguran/abortus.
7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
9. Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak.
10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata
dan saraf.
11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor
jinak ovarium.
12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
13. Wanita dengan varises vena.

Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi


1. Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat tromboplebitis
atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui
atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium,
diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal
genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-
tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang
ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.

28
2. Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes
gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35 tahun,
perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis
selamakehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang
tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau
menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
3. Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
2. Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
2. Sewaktu mendapat haid.
3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6 bulan
pemberian ASI).
4. Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil kombinasi.
2. Minipill.
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil
mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg
per tablet.

Jenis Mini Pil


1) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram desogestrel.
2) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau
350 mikro gram noretindron.
Contoh mini pil antara lain:
1) Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
2) Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
3) Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
4) Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
5) Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.
Cara Kerja
1) Menghambat ovulasi.
2) Mencegah implantasi.
3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu.
Efektifitas

29
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan
konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan
berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan
obat anti tuberculosi (rifampisin).
Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil antara lain:
1) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2) Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa.
3) Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.
Manfaat
Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut:
1) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2) Tidak mempengaruhi ASI.
3) Nyaman dan mudah digunakan.
4) Hubungan seksual tidak terganggu.
5) Kesuburan cepat kembali.
6) Efek samping sedikit.
7) Dapat dihentikan setiap saat.
8) Tidak mengandung estrogen.
Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut:
1) Mengurangi jumlah darah haid.
2) Mengurangi kejadian anemia.
3) Menurunkan pembekuan darah.
4) Mengurangi nyeri haid.
5) Mencegah kanker endometrium.
6) Melindungi dari penyakit radang panggul.
7) Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi dapat
menggunakan.
8) Tidak menyebabkan peningkaan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
9) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.
Kerugian
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:
1) Memerlukan biaya.
2) Harus selalu tersedia.
3) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
4) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan
mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
5) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
6) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
7) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.

30
8) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik.
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara lain:
1) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur).
2) Peningkatan/penurunan berat badan.
3) Payudara tegang.
4) Mual.
5) Pusing.
6) Perubahan mood.
7) Dermatitis atau jerawat.
8) Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka), tetapi
sangat jarang.
Indikasi
Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:
1) Wanita usia reproduksi.
2) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
3) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
4) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui.
5) Pasca keguguran.
6) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan darah.
7) Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.
8) Perokok segala usia.
Kontra Indikasi
1) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
2) Wanita yang diduga hamil atau hamil.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4) Riwayat kehamilan ektopik.
5) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
6) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.
7) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
8) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas.
9) Wanita dengan mioma uterus.
10) Riwayat stroke.
3. Pil sekuenseal.
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama
diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir.
4. Once a month pill.

31
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu biasanya pil ini
terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5. Morning after pill.
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya
diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain:
1) Mifepristone.
Mifepristone adalah alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang
digunakan dalam uji klinis penelitian.
2) Ormeloxifene.
Ormeloxifene dikenal juga sebagai centchroman adalah alat kontrasepsi oral yang berupa
modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India.
II. Suntikan

Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol sipionat,
diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol
valerat, diberikan IM sebulan sekali.

Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3


bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg
noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM

Cara kerja

A. Menekan ovulasi
B. Mengkentalkan lendir
C. Perubahan pada endometrium
Yang tidak boleh menggunakan
A. Hamil atau diduga hamil
B. Menyusui postpartum < 6minggu
C. Perdarahan pervaginam yang belum jelas
D. Penyakit hepatitis
E. Usia > 35 tahun yang merokok
F. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi
G. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun
H. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
I. Keganasan payudara
Waktu mulai
A. Dalam waktu 7 hari siklus haid
32
B. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
C. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau
menggunakan pelindung selama 7hari
D. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui
E. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal
F. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat haid

III.Sub-kutis/bawah kulit : Implant

Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul dan masing-
masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30
mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul.
Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau
kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif. 5
Mekanisme kerja
- Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
- Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi zygote.
- Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
- Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di
atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 – 0,5 /100wanita/tahun.
Keuntungan
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung
estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah,
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun dan
bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun
setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi hamil
kembali.

33
Efek samping
1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau lebih
sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.
5. Timbulnya jerawat.
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka
efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen
Kontraindikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ),
5. varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler.
Waktu Pemasangan
Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga
adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Macam-macam
- Norplant 6 batang
- Norplant 2 batang
- Impanon /Norplant 1 batang

D. Kontrasepsi Mantap
I. Sterilisasi perempuan / Tubektomi

34
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 1
Manfaat
Kontrasepsi

 Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama
penggunaan)
 Permanen
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding)
 Tidak bergantung pada faktor senggama
 Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium.
Nonkontrasepsi
 Berkurangnya resiko kanker ovarium.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat berikut:
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
 Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan Dilakukan
 Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional pasien
tersebut tidak hamil.
 Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstrasi (fase proliferasi)
 Pasca persalinan:
- minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu

35
- laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan
 Pasca keguguran:
- Trismester I: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap atau laparoskopi)
- Trismester II: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap saja)
II. Vasektomi

Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk mencegah
transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan dengan cara
operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)

Gambar 6. Vasektomi
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril
jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena itu sebelum
hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat koitus memakai
kontrasepsi lain. 1
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa nyari,
terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan granuloma. 4
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal
mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferns

36
misalnya ada 2 vas deferens pada kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum kantong
seminalnya batul-betul kosong.

37
BAB III

KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan


usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.

Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan
memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.

Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk
mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek
samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para
penyelenggara KB tersebut.

Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber
Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan
harmonis pada khususnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta;


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006
4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama.cetakan
kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001
5. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
sarwono; 2002.
6. Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception accessed from
www.aafp.org/afp

7. Postpartum Contraception accessed from


http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction

39

Anda mungkin juga menyukai