Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 3


KETAHANAN LUNTUR WARNA
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil

Nama : Viera Berliana Azzachra


Npm : 17020088
Group : 2K4
Dosen : Khairul U., S.ST., MT.
Asisten Dosen : 1. Ryan R., S.ST.
2. Tjitodi

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2019
I. JUDUL
1.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
1.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan
1.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat

II. MAKSUD DAN TUJUAN


2.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
Untuk Menguji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian dan
menilai perubahan warna dan penodaannya pada kain pelapis.

2.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


Untuk Menguji ketahanan luntur warna kain terhadap gosokan kering dan
gosokan basah.

2.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


Untuk menguji ketahanan luntur warna kain terhadap keringat asamdan
keringat basa.

III. DASAR TEORI


3.1 Ketahanan Luntur Warna
Dalam pemakaian bahan tekstil sehari-hari ditinjau dari segi
kepentingan konsumen maupun produsen tahan luntur warna
mempunyai arti yang penting. Tahan luntur warna ditinjau dari segi
kepentingan konsumen meliputi bermacam-macam tahan luntur misalnya
tahan luntur terhadap sinar matahari, pencucian, gosokkan, penyetrikaan
dan lainnya yang dapat digunakan untuk menentukan tahan luntur warna.
Sedangkan dari kepentingan produsen misalnya untuk mengetahui
pengaruh dari proses penyempurnaan terhadap kain berwarna,
umpamanya pengaruh dari proses penyempurnaan anti mengkeret dan
merserisasi.

Masing-masing tahan luntur warna tidak mempunyai kolerasi


terhadap suatu zat warna, sehingga untuk suatu zat warna perlu
ditentukan beberpa sifat tahan lunturnya sesuai dengan penggunaan
akhir dari bahan tekstilnya. Misalnya suatu warna mempunyai sifat tahan
luntur yang baik terhadap pencucian dan gosokkan, tetapi tahan
lunturnya terhadap sinar dan keringat adalah jelek.

Dengan adanya bermacam-macam tahan luntur warna maka


timbul bermacam-macam cara pengujian yang biasanya disesuaikan
dengan kondisi setempat, tetapi prinsip cara pengujiannya biasanya
sama. Untuk mencegah timbulnya penilaian lain didalam mengevaluasi
hasil pengujian maka perlu dicantumkan standar cara pengujian yang
digunakan dalam menentukan tahan luntur tersebut.

Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan mengamati


adanya perubahan warna asli dari contoh uji sebagai: tidak berubah, ada
sedikit perubahan, cukup berubah dan berubah sama sekali. Disamping
melakukan penilaian penodaan warna terhadap kain putih.

Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan


perubahan warna yang terjadi dengan suatu standar perubahan warna.
Standar yang dikenal adalah standar yang dikeluarkan oleh Internasional
Standar Organization, yaitu standar skala abu-abu untuk menilai
perubahan warna contoh uji dan standar skla perbedaan untuk menilai
penodaan warna pada kain putih.

Perbedaan visual antar contoh asli dan contoh yang telah diuji
dibandingkan dengan perbedaan yang ditunjukan oleh skala abu-abu.
Nilai tahan luntur contoh uji adalah angka standar skala abu-abu yang
sesuai dengan kekontrasan antara contoh dan contoh yang telah diuji.

3.2 Grey Scale


Standar skala abu-abu terdiri dari 9 pasang lempeng standar abu-
abu dan setiap pasang menunjukan perbedaan atau kekontrasan warna
yang sesuai dengan nilai tahan luntur warna. Nilai 5 terdiri dari sepasang
lempeng standar abu-abu netral dengan daya pantul 12±1% dan beda
warnanya sama dengan nol.

Bahan tekstil yang telah diuji dibandingkan dengan contoh aslinya


dengan meletakan berdampingan dengan arah yang sama diatas dasar
yang telah berwarna abu –abu sedikit lebih tua dari abu-abu pada nilai 5.
Untuk bahan yang tipis diperlukan dua atau lebih untuk mencegah
pengaruh dari warna dasar. Setelah diletakkan berdampingan diterangi
dengan cahaya matahari utara untuk daerah-daerah di belahan bumi
utara atau cahaya matahari selatan untuk darerah-daerah dibelahan bumi
selatan dengan sudut 45º yang kuat penerangannya tidak kurang dari 50
lumen per square foot.

3.3 Grey Scale for Staining


Standar skala penodaan dipakai untuk menilai penodaan warna
pada kain putih yang digunakan dalam menentukan tahan luntur warna.
Seperti pada skala abu-abu, penilaian penodaan pada kain adalah 5, 4,
3, 2, 1 yang menyatakan perbedaan penodaan terkecil sampai terbesar.
Standar skala penodaan terdiri dari sepasang lempeng standar putih
dengan delapan lempeng standar putih dan abu-abu, yang tiap pasang
menunjukan perbedaan atau kekontrasan warna yang sesuai dengan niali
penodaan warna.

Nilai 5 ditunjukan oleh sepasang lempeng standar putih yang


mempunyai daya pantul tidak kurang dari 85 % dan perbedaan warnanya
sama dengan nol. Nilai nilai yang dibawahnya terdiri dari pasangan
lempeng standar putih dan abu-abu dengan perbedaan warna.

Penodaan pada kain putih dalam uji tahan luntur warna, dilakukan
dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai
dan yang tidak dinodai dengan perbedaan yang di gambarkan oleh
standar skala penodaan, seperti halnya pada standar skala abu-abu.
IV. ALAT DAN BAHAN / PEREAKSI

4.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian


Alat Bahan

1. Kain contoh uji 4x10cm


1. Launder o meter
2. Kain pelapis (poliester dan
2. Kelereng baja
kapas)
3. Grey scale
3. Air suling
4. Grey scale for staining
4. Sabun tanpa pemutih optik

4.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


Alat Bahan

1. Kain contoh uji 5x20cm(4


buah arah diagonal)
1. Crockmeter
2. Kain kapas 5x5cm
2. Grey scale for staining
3. Kertas saring
4. Air suling

4.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


Alat Bahan
1. Lempeng kaca
2. AATCC Perspiration 1. Kain contoh uji 4x10cm(4buah)
tester 2. Laritan keringat buatan (asam
3. Alat pemeras mangel dan basa)
4. Oven 3. Kain pelapis (poliester dan
5. Grey scale kapas)
6. Grey scale for staining
V. CARA KERJA
5.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Jahit kain pelapis dengan bagian atas kain contoh uji (depan belakang
kain contoh uji)
3. Siapkan larutan sabun 4 g/l dalam 150 ml
4. Lalu kain contoh uji (ada dua buah) dimasukan dengan larutan sabun
dan kelereng baja 10 buah ke dalam tabung
5. Tabung ditutup dan dimasukan kedalam mesin launder o meter,
lakukan pencucian selama 45, menit sebelumnya atur suhu mesin
sampai 40ºC.
6. Setelah selesai, keringkan contoh uji sampai benar-benar kering
7. Setelang kering, lakukan evaluasi menggunakan greyscale

5.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


1. Contoh uji yang sudah dibuat 5x20 cm diletakan rata diatas alat
crockmeter dengan panjang searah gosokan
2. Jari crockmeter dibungkus dengan kain kapas kering dengan
anyaman miring terhadap gosokan
3. Kemudian digosokkan 10 kali arah maju mundur dengan kecepatan 1
putaran per detik.
4. Kain putih/ kapas diambil dan keringkan dulu lalu dievaluasi dengan
greyscale untuk staining
5. Pada uji gosok basah, pengerjaan sama dengan uji gosok kering
tetapi, kain untuk membungkus jari crockmeter di basahi dahulu
dengan air dan di serap dahulu dengan kertas saring, sampai kainnya
basah lembab.
6. Selanjutnya lakukan juga evaluasi dengan greyscale untuk staining

5.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


1. Contoh uji yang sudah dibuat 4x10 cm dijait terlebih dahulu dengan
kain pelapis(poliester dan kapas), buat 4 buah
2. Larutan keringat disiapkan dalam cawan atau wadah
3. Masukan contoh uji kedalam wadah yang terdapat larutan keringat,
direndan dan diaduk-aduk, biarkan 15-30 menit
4. Lalu diperas, contoh uji diletakan diantara dua lempeng kaca, lalu
diapasang pada perspiration tester dan diberi tekanan 10 pound (60
g/cm2), diatur sedimikian rupa agar tekanan tetap
5. Contoh uji yang telah diberi tekanan dimasukkan kedalam oven
dengan keadaan vertikal pada suhu ±38-40ºC, selam paling sedikit 6
jam
6. Setelah kering, lakukan evaluasi perubahan warna contoh uji dengan
grey scale dan evaluasi penodaan warna dengan grey scale for
staining
VI. DATA HASIL PENGAMATAN

6.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian


Pada pelapis Pada pelapis
Kain contoh uji Pada kain
kapas poliester
Uji tahan cuci 1 4 4/5 5
Uji tahan cuci 2 4 4/5 5

6.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


Contoh uji Nilai pada kain putih(penodaan)
Contoh uji gosok kering 1 ¾
Contoh uji gosok kering 2 ¾
Contoh uji gosok basah 1 3
Contoh uji gosok basah 2 3

6.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


Pada pelapis Pada pelapis
Kain contoh uji Pada kain
kapas poliester
Contoh kain
4 3/4 4/5
keringat asam 1
Contoh kain
4 3/4 4/5
keringat asam 2
Contoh kain
4 3 4/5
keringat basa 1
Contoh kain
4 3 4/5
keringat basa 2

VII. DISKUSI
7.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
Pada pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada kain
tenun ini untuk mengetahu ketahan luntur warna pada kain tersebut setelah
proses pencucian. Evaluasi ini menggunakan skala grey scale baik untuk
perubahan warna dan untuk penodaan, untuk penodaan memakai grey scale
yang putih( for staining). Dan dilakukan dibawah sinar daylight. Penilaian
dilihat dari perubahan warna dengan warna asli.Pada pengujian ini dilakukan
pada 2 sampel kain yang sudah dipotong 4 x10 cm yang sudah dilapisi kain
kapas dan poliester yang sudah dijahit sebagi kain pelapis. Pada praktikum
ini kain tidak terlalu terlihat lunturannya tetapi memang sedikit berbeda dari
kain yang asli maka nilinya 4 dan pada kain pelapis, untuk kain lapis poliester
terlihat tidak berubah yang menunjukan bahwa lunturan kain tidak terserap
poliester sehingga nilainya pun 5. Sedangkan pada kain pelapis kapas,
lunturan warna terlihat sedikit mewarnai kain kapas dan mendapatkan nilai
4. Hasil kain uji yang kedua pun sama penilainnya, karena pengujiannya
diperlakukan sama. Hal ini menunjukan kain sudah cukup baik karena
lunturannya tidak terlalu banyak. Untuk standar mutu kemeja sudah
memenuhi persyaratan karena niali standar minimumnya 3-3/4.

7.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


Pada pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan dilakukan agar
dapat mengetahui ketahanan kain terhadap gosokan. Pada pengujian ini
dilakukan pada 4 sampel kain ukuran 5x20 cm dengan arah diagonal, hal ini
bermaksud agar semua bagian benang terkena gosokannya rata. Pengujian
yang dilakukan ada 2 cara yaitu gosokan kering dan gosokan basah, dan
dilakukan 2 sampel untuk masing-masing uji gosokan. Pengujiannya
masing-masing 10 kali putaran perdetik, hal ini sebagai perumpamaan
adanya gesekan yang terjadi pada saat dipakai atau lainnya. Kain yang
sudah dipotong diletakan pada crockmeter dan kain kapas 5x5 dipasang
pada jari crockmeter sebagai penggosoknya.

Pada pengujian gosok ini evaluasi dengan greyscale untuk staining,


karena hanya bagian kapas yang sebagai penggosok yang dinilai. Yaitu
penodaan yang terjadi pada kain kapas. Berdasarkan pengujian nilai untuk
pengujian gosokan kering adalah 3/4 yang menunjukan berati kain cukup
berubah dengan adanya gosokan kering dan untuk pengujian gosokan
basah didapatkan tidak berbeda jauh tetapi lebih kecil dari gosokan kering,
yaitu 3. Untuk standar mutu kemeja sudah memenuhi persyaratan karena
niali standar minimumnya 3-3/4.

7.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


Pada pengujian tahan luntur terhadap keringat ini untuk mengetahui
tingkat kelunturan warna pada kain terhadap keringat asam maupun keringat
basa. Keringat yang dipakai adalah keringat buatan, kain yang digunakan
kain ukuran 4x10 cm yang sudah dilapisi kain kapas dan poliester, masing-
masing pengujian dilakukan 2 buah sampel.

Pada pengujian ini didapatkan nilai untuk tahan keringat asam adalah
3/4. Dan pada tahan keringat basa didapatkan nilai yang kecil yaitu 3 yang
menunjukan kain cukup luntur dengan keringat basa. Sedangkan pada kain
sedikit mengalami perubahan yaitu memiliki nilai 4, kain masih hampir sama
dengan yang asli, hanya luntur sedikit. Untuk standar mutu kemeja sudah
memenuhi persyaratan karena niali standar minimumnya 3-3/4.

VIII. KESIMPULAN
8.1 Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
Pada pengujian ketahanan luntur terhadap pencucian memiliki
niali yanf baik karena hasil evaluasi grey sale dan grey scale untuk
staining memiliki nilai yang baik. Dan kain memenuhi standar untuk dibuat
kemeja.

8.2 Ketahanan Luntur terhadap Gosokan


Pada pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan memiliki nilai
yang cukup baik yaitu pada uji gosok kering dan pada uji gosok basah.
Pada nilai ini pun menunjukan kain sudah memenuhi standar untuk dibuat
kemeja.

8.3 Ketahanan Luntur terhadap Keringat


Pada pengujian ketahanan luntur terhadap keringat, terhadap
ketahanan pada keringat asam dan pada ketahanan pada keringat basa
memiki nilai yang cukup baik, hal ini menunjukan kain masih cukup bagus
untuk pakaian kemeja karena sudah menenuhi nilai standar.

IX. PUSTAKA
Merdoko, Wibowo. Dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Bandung: Insitut
Teknologi Tekstil.

Hitariat, NM. Susyami. Dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Kain. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

Anda mungkin juga menyukai