Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur,
banyak tanaman yang dapat tumbuh di tanah negara merah putih ini, palawija,
kacang-kacangan, umbi-umbian dan padi-padian merupakan contoh kecil jenis
tanaman yang ada. Dengan kondisi tanah seperti ini membuat masyarakat
Indonesia dapat hidup dengan mudah dari hasil pertanian mereka. Sejak dahulu
kala, masyarakat Indonesia telah mengkonsumsi nasi atau produk olahan dari
beras (Oryzae sativa) tanpa mengetahui berapa kandungan karbohidrat yang
terdapat di dalamnya. Alasan utama mengkonsumsi nasi ialah karena memiliki
rasa yang gurih dan lezat. Salah satu rujukan penting dalam memilih bahan
pangan pokok adalah kandungan karbohidrat dari bahan pangan tersebut.
Karbohidrat (hidrat dari karbon,hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani
sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling
melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk
hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan
(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun
(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses
fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat.
Sehingga penting bagi ilmuan kimia untuk lebih banyak mengetahui tentang
karbohidrat beserta reaksi – reaksinya, sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat dalam mencari bahan pangan pokok alternatif bagi masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat ekonomi lemah. Oleh karena itu, diperlukan
adanya suatu praktikum yang bertujuan untuk hidrolisis karbohidrat secara
kualitatif dari tanaman-tanaman lokal Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati) ?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan
oksigen yang secara empiris memiliki rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah
polihidroksi dari aldehida atau keton (Beran, 2000).
Kelompok karbohidrat tersusun atas hidroksi aldehid, alkohol, asam
berupa turun-turunannya dan beberapa komponen yang dapat dihidrolisis menjadi
seperti gugusnya (Donaldetal.,2002).
Beberapa senyawa dibagi menjadi 3 gologan yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida :
1. Monosakarida, adalah bentuk paling sederhana dari karbohidrat, senyawa ini
tidak mengalami hidrolisa dikenal sebagai “gula sederhana” karena memiliki rasa
manis. Contohnya gula dan glukosa.
2. Oligosakarida, senyawa ini terdiri dari dua atau lebih monosakarida dan dapat
mengalami hidrolisa menjadi bentuk monosakarida. Bila senyawa ini tersusun atas
dua monosakarida disebut disakarida.
3. Polisakarida, senyawa merupakan gabungan dari banyak molekul
monosakarida dengan ikatan glukosakarida. Oligosakaraida merupakan bentuk
sederhana dari polisakarida. Namun tidak ada batasan yang jelas antara keduanya.
Senyawa yang termasuk dalam golongan ini antara lain pati, dektrin dan selulosa
(Gilvery, 1996).

Reaksi monosakarida dapat dilihat dari reaksi kimianya. Radikal formil,


radikal karbonil, radikal hidroksil yang terdapat di dalam struktur kimia
monosakarida memegang peranan penting dalam menentukan sifat-sifat
monosakarida. Dengan hidrogen pada penekanan dan mempergunakan katalisator
atau dengan natrium amalgam, baik aldosa atau ketosa dapat mengalami reduksi.
Seperti halnya alkanal, aldosa dapat mengalami oksidasi. Hasil oksidasi aldosa
tergantung pada kuat atau lemahnya oksidator yang digunakan. Dengan oksidator
lemah aldosa akan mengalami oksidasi menjadi asam berbasa satu atau yang
disebut basa aldonat. Oksidasi oladosa dengan oksidator kuat akan menghasilkan
asam berbasa dua, yaitu asam aldarat atau asam sakarat. Heksosa dan beberapa
pentosa dapat mengalami proses dehidrasi oleh pengaruh asam mineral kuat dan
pemanasan. Dehidrasi pentosa akan menghasilkan furfural, sedangkan dehidrasi
kesosa kan menghasilkan hidroksimetil furfural. Ribosa akan mengalami
dehidrasi menjadi furfural atau furaldehida bila dipanaskan dengan HCl 17%.
Monosakarida atau disakarida pereduksi apabila dipanaskan dengan fenilhidrazin
akan membentuk kristal berwarna kuning yang sukar larut dalam air yang disebut
osazon (Sumardjo, 2006)

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang (Panil, 2004.)

Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa dan amilopektin.


Amilosa merupakan polisakarida berantai lurus bagian dari butir-butir pati yang
terdiri atas molekul – molekul glukosa-1,4-glikosidik . Amilosa merupakan
bagian dari pati yang larut dalam air, yang mempunyai berat molekul antara
50.000 - 200.000, dan bila ditambah dengan iodium akan memberikan warna biru.
(Poedjadi, 1994).

Amilopektin merupakan polisakarida bercabang bagian dari pati, terdiri


atas molekul – molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui ikatan 1,4-
glikosidik dengan percabangan melalui ikatan 1,6-glikosidik pada setiap 20-25
unit molekul glukosa. Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut
dalam air dan mempunyai berat molekul antara 70.000 sampai satu juta.
Amilopektin dengan iodium memberikan warna ungu hingga merah. Jika pati
dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
secara berurutan dan hasilnya adalah glukosa. (Lehninger, 1988).
Pati dalam suasana asam bila di panaskan akan terhidrolisis menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan
iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil akhir
hidrolisis di tegaskan dengan uji benedict.

Hasil hidrolisis pati ditunjukkan seperti :

Waktu Hidrolisis Warna dengan Iodium Hasil Hidrolisis

Setelah 3 menit Biru Amilosa

Setelah 6 menit Ungu Amilopektin

Setelah 9 menit Violet Amilopektin

Setelah 12 menit Merah Eritrodekstrin

Setelah 15 menit Kuning coklat Akrodekstrin

Setelah 18 menit Kuning pekat Maltosa

Setelah 21 menit Kuning pucat Glukosa

2.2. Larutan Amilum 1%

Amilum adalah salah satu contoh polisakarida. Polisakarida itu sendiri


merupakan polimer dari beberapa monosakarida. Amilum atau pati terdapat pada
biji – bijian, misalnya padi, jagung, gandum, atau pada umbi – umbian, misalnya
ketela, singkong, talas, dan kentang. Amilum merupakan polimer dari α-D-
glukosa.

Amilum atau pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua.


Amilum atau pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan
kelarutan bila dibubur (triturasi) dengan air panas, sekitar 20% pati adalah amilosa
(larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak larut).
1. Amilosa dapat larut dalam air, sedangkan amilopektin tidak larut dalam air.
Amilum merupakan polimer dari α-D-glukosa yang tedrikkat pqada C-1 dan C-4
dan tidak bercabang atau struktur α(1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin
merupakan rantai α(1,4)-D-glukosa yang bercabang pada atom C-6 atau ikatan
α(1,6)-D-glukosa.

Terdapat 250 satuan glukosa atau lebih per molekul amilosa; banyaknya
satuan bergantung spesi hewan atau tumbuhan itu. (pengukuran panjang rantai
dikacaukan oleh fakta bahwa amilosa alamiah terdegradasi menjadi rantai yang
lebih kecil selama pemisahan dan pemurnian).

2. Amilopektin memberikan sifat lengket pada beras. Semakin banyak


amilopektinnya, semakin lengket nasi yang dihasilkan oleh beras tersebut.
Semakin banyak amilosa pada beras, semakin keras nasi yang dihasilkan. Beras
pada umumnya mengandung amilosa lebih dari 20%, sedangkan ketan
mempunyai kandungan amilosa hanya sekitar 1 – 2%.

Amilum dapat terhidrolisis pada suhu tinggi menghasilkan molekul –


molekul glukosa. Di dalam tubuh manusia, amilum mengalami hidrolisis di mulut
karena adanya enzim amilase di dalam kelenjar ludah dan oleh enzim pankreas di
dalam usus. Pemanasan terhadap amilum dapat mengubah amilum menjadi
dekstrin yang berwarna cokelat, misalnya terlihat pada roti.

Penambahan iodin ke dalam amilum akan meemberikan warna biru. Sifat


ini dapat digunakan untuk identifikasi adanya amilum dalam makanan. Pada
proses hidrolisis amilum, akan dihasilkan polimer dengan rantai yang pendek (6-7
molekul glukosa) dan akan memberikan warna merah atau cokelat dengan iodium.

2.3. Larutan Iodium

Iodin merupakan salah satu anggota halogen yang berupa padatan


pada temperatur kamar hingga untuk keperluan percobaan mudah ditangani.
Iodin mempunyai karakteristik antara lain sifat polaritas yang signifikan dalam
golongannya hingga kelarutannya dalam pelarut dengan berbagai tingkat
kepolaran dapat di identifikasi. Sifat lain yang sangat dramatik yaitu interaksinya
dengan amilum menghasilkan warna biru dan ini merupakan indikator untuk
membedakan dengan ionnya iodida ; dengan demikian sifat sebagai oksidator
dalam sistem I2 – I- sangat informatif dalam proses redoks. Karakteristik lain yang
berbeda dari golongannya yaitu kemampuannya membentuk senyawa komplek
sebagai ion I3- ( I2 dalam I- ) (Nikku,2010).
Iodin terdapat di air laut hanya sampai kadar 6.10-7 %, tetapi senyawa ini
terkonsentrasi dalam spesies rumput laut tertentu, dimana abunya dapat dijadikan
sebagai sumber iodin yang layak untuk diperjual belikan. Iodin terkandung dalam
hormon pengatur pertumbuhan tiroksin, yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Kebanyakan garam dapur yang dijual mengandung 0,01 %. NaI tambahan untuk
mencegah penyakit gondong, yaitu pembengkakan kelenjar tiroid. Perak iodida
digunakan dalam film fotografik berkecepatan tinggi ( Winarno, F.G.: 1991)
2.4. Pereaksi Benedict
Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi
dalam suatu sampel. Prinsip pengujiannya sama dengan uji menggunakan larutan
Fehling. Gula pereduksi yang dapat diuji berupa monosakarida, disakarida kecuali
sukrosa. Larutan Benedict akan menguji keberadaan gugus aldehida dan keton
pada gula aldosa dan ketosa. Larutan Benedict mengandung sodium sitrat, natrium
karbonat anhidrat, dan tembaga sulfit.7H2O, dan semua garam tersebut dilarutkan
dalam air. Terdapat perbedaan dengan larutan Fehling yang berkerja pada basa
kuat karena mengandung kalium hidroksida, sedangkan dalam larutan Benedict
hanya terdpat natrium karbonat sehingga tidak terlalu basa. Hasil positif yang
ditunjukkan dari uji ini adalah terbentukan endapan berwarna merah bata yang
tidak larut. Endapan merah bata diakibatkan reaksi dari ion logam tembaga(II)
direduksi menjadi tembaga (I). Uji gula reduksi menggunakan larutan Benedict
sangat sensitif hingga dapat mendeteksi kadar glukosa sebesar 0.1% dalam
campuran, sehingga sangat sering digunakan untuk sampel urin dan darah.
2.5. Larutan HCL 2 N
Asam klorida diproduksi dalam bentuk larutan 38% HCl (pekat).
Konsentrasi yang lebih besar daripada 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun
laju penguapan sangatlah tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus
dilakukan dalam suhu rendah. Konsentrasi HCl yang paling optimal untuk
pengantaran produk adalah 30% sampai dengan 34%. Kandungan asam klorida
pada kebanyakan cairan pembersih umumnya berkisar antara 10% sampai dengan
12%. Cairan pembersih tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
Asam klorida adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan
klorin. Atom Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang
berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. Ini ikatan
kovalen hadir sampai air ditambahkan ke HCl. Setelah ditambahkan ke dalam air,
HCl akan terpisah menjadi ion hidrogen (yang positif dan akan melakat pada
molekul air) dan ion klorida (yang negatif).
HCl bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan ke air. Namun, asam
klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang khas dari
kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air pada semua konsentrasi,
dan memiliki titik didih sekitar 110o Celcius.
Asam klorida bersifat korosif, yang berarti akan merusak dan mengikis
jaringan biologis bila tersentuh. Selanjutnya, HCl dapat menyebabkan kerusakan
besar internal jika terhirup atau tertelan. Untuk alasan ini, disarankan bahwa
seseorang yang menangani HCl harus menggunakan sarung tangan, kacamata, dan
masker saat bekerja dengan asam ini. Asam klorida digunakan pada industri
logam untuk menghilangkan karat atau kerak besi oksida dari besi atau baja.
 Manfaat Asam Klorida (HCL):

1. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk


pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC.
2. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan
polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan
digunakan pada pengolahan air.

3. Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air


limbah cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.
4. HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation (cation
exchange resin).
5. Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan
kadar basa dalam sebuah larutan.

6. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih


porselen.

7. HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada
makanan.
8. Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit.

2.6. Larutan NaOH 2%


Natrium hidroksida (NaOH) adalah Basa kuat, juga dikenal sebagai soda
kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya.
Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
 Manfaat Larutan NaOH:
1. Deteksi keracunan karbon monoksida
2. Sebagai Agen pembersih. Biasanya dicampurkan ke air lalu dipanaskan
dan siap digunakan untuk membersihkan peralatan
3. Pembuatan makanan, dalam beberapa makanan ada diantaranya yang
melibatkan NaOH dalam salah satu langkah pembuatannya. Bukan sebagai
tambahan yang berbahaya namun memang bisa digunakan. Misalnya mi
dari china.
4. Sebagai reagen transesterifikasi dan esterifikasi, misalnya pada pembuatan
sabun dan minyak tanah
5. Melarutkan logan dan senyawa amfoter
6. Digunakan dalam proses pulping kimia (pelepasan serat dari benda
berserat)
7. Mencerna jaringan , maksudnya ialah menghancurkan daging menjadi
cairan berisi seperti biasa di gunakan untuk membersihkan jalanan dari
mayat binatang.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Pelaksanaan
Praktikum Biokimia “Hidrolisis Amilum” dilaksanakan pada hari Kamis,
13 Oktober 2016 pukul 15.00 – 17.00 di Laboratorium Analis Gizi.

3.2. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Alat pemanas
2. Kertas lakmus
3. Tabung reaksi
4. Porselin tetes
5. Penjepit tabung
6. Piper ukur
7. Kompor

B. Bahan
1. Larutan Amilum 1%
2. Larutan Iodium
3. Pereaksi Benedict
4. Larutan HCL 2 N
5. Larutan NaOH 2%
3.3. Prosedur Kerja

Tabung reaksi

5 ml amilum 1% + 2,5 ml HCL 2N

Campur dengan baik

Masukkan ke penangas air

Setelah 3 menit uji menggunakan Iodium

2 tetes Iodium + 2 tetes larutan uji

Menggunkan Porselin tetes

Lakukan setiap 3 menit sampai berwarna kuning pucat

Lanjut hidrolisis selama 5 menit

Dinginkan

Ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis

Netralkan dengan NaOH 2%

Uji dengan kertas lakmus

Uji dengan Benedict

Simpulkan hasil hidrolisis pati


BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

Hidrolisis
Perlakuan Hasil Uji Iodium Hasil Hidrolisi
(Menit)
3 Gelap Amilosa

6 Gelap Amilopektin

9 Coklat Tua Akrodekstrin


5ml Amilum Coklat
1%+2,5ml HCL 12 Akrodekstrin
Kekuningan
2N+pemanasan Kuning
15 Akrodekstrin
Kecoklatan
18 Kuning Keruh Maltosa

21 Kuning Maltosa

Hasil akhir dengan uji Benedict Negatif (biru kehitaman)


BAB V

PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya polisakarida.


Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 5ml Amilum 1% kemudian
ditambahkan 2,5ml HCL 2N. Kemudian dicampur dengan baik hingga homogen,
lalu dimasukkan kedalam penangas air mendidih. Setelah 3 menit, larutan diuji
menggunakan Iodium, dengan mengambil 2 tetes larutan uji ditambah 2 tetes
Iodium yang dilakukan di dalam porselin tetes. Uji Iodium dilakukan setiap 3
menit sekali sampai hasil berwarna kuning pucat. Kemudian hidrolisis dilanjutkan
lagi selama 5 menit, lalu didinginkan. Setelah didinginkan, ambil 2ml larutan hasil
hidrolisis, lalu netralkan dengan menggunakan NaOH 2%, kemudian diuji dengan
kertas lakmus. Setelah larutan hasil hidrolisis bersifat netral, uji kembali dengan
menggunakan pereaksi Benedict untuk mendapatkan hasil akhir.
Dalam hidrolisis karbohidrat, pati akan mengalami proses pemutusan
rantai oleh enzim atau asam selama pemanasan menjadi molekul – molekul yang
lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi hidrolisis tersebut. Mula – mula
pati pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek (6-10 molekul) yang
disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah lagi menjadi maltose yang kemudian
pecah lagi menjadi glukosa. Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan titik
akromatik. Titik akromatik adalah titik dimana pati tersebut menunjukan warna
yang lebih pudar saat dilakukan penetesan iodine yang menandakan bahwa pati
tersebut telah terhidrolisis secara sempurna menjadi unit yang lebih kecil yaitu
glukosa. Kemudian hasil hidrolisis tersebut di lakukan penetralan dengan NaOH
yang dilakukan untuk menetralkan HCl yang ditambahkan pada proses pemutusan
rantai (hidrolisis). Fungsi larutan hasil hidrolisis dinetralkan terlebih dahulu yaitu
upaya larutan hasil hidrolisis tersebut pHnya sesuai ketika akan diuji
dengan pereaksi Benedict, karena itu diuji juga dengan kertas lakmus, supaya
menghasilkan hasil yang positif. Setelah larutan tersebut netral, kemudian
dilakukan kembali dengan pengujian dengan mengambil larutan yang telah
dinetralkan, kemudian diuji dengan pereaksi Benedict dan dilakukan pemanasan
kembali.
Cara mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna, jika hasil hidrolisis
bereaksi positif dengan pereaksi Benedict membentuk endapan merah bata. Hal
ini meunjukkan bahwa pemanasan dapat meningkatkan proses reaksi yang terjadi
dibuktikan dengan adanya endapan merah bata yang terjadi pada tabung reaksi
yang dipanaskan. Pada tabung terdapat endapan merah bata banyak karena
dengan adanya pendidihan menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga
menghasilkan gugus reduksi bebas yang lebih banyak. Tanpa pemanasan
menyebabkan tidak terjadinya hidrolisis sehingga hanya mempunyai sebuah
gugus reduksi bebas.
Pada praktikum kali ini, hasil dari hidrolisis pati adalah negatif, karena
tidak terdapat endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena pada saat proses
pemanasan, panas yang diberikan pada larutan uji tidak sampai mendidihkan
larutan, sehingga jumlah gugus reduksi bebas yang dihasilkan hanya sedikit.
BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, pada menit ke 21 amilum (pati) terhidrolisis
dengan penambahan asam dan pemanasan yang apabila diuji dengan larutan
Iodium membentuk kompleks berwarna kuning yang diketahui bahwa karbohidrat
mengandung gugus reduksi. Dilanjutkan dengan uji menggunakan pereaksi
Benedict di dapat hasil tidak terbentuk endapan berwarna merah bata yang
menandakan pati tidak terhidrolisis secara sempurna oleh HCl dalam suasana
panas menjadi glukosa.

6.2. Saran
Pada percobaan hidrolisis amilum sebaiknya praktikan lebih teliti dalam
mengamati perubahan warna larutan serta proses pemanasan yang sesuai dengan
prosedur kerja agar praktikum ini berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rahman. 2015. Asam Klorida.


http://resepkimiaindustri.blogspot.co.id/2015/02/asam-klorida-hcl.html.
[SERIAL ONLINE]. [ 15 Oktober 2016 ]

Hasannudin. 2015. Amilum. http://kimiadasar.com/amilum/. [SERIAL ONLINE].


[ 15 Oktober 2016 ]

Krisnadwi. 2015. Jual NaOH Natrium Hidroksida Atau Sodium Atau Sodium
Hydroxide. https://bisakimia.com/2015/05/10/jual-naoh-natrium-hidroksida-
atau-sodium-hydroxide-kiloan/. [ SERIAL ONLINE ]. [ 15 Oktober 2016 ]

Yufa Uppa. 2013. Uji Iodin. http://blogakuuppaunsyiah.blogspot.co.id/p/blog-


page.html. [ SERIAL ONLINE ]. [ 15 Oktober 2016 ]

Zuhria Ismawanti. 2014. Praktikum Biokimia Gizi Hidrolisis Amilum.


http://www.academia.edu/8738791/LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOKIMI
A_GIZI_HIDROLISIS_AMILUM_Dosen_pembimbing_IR
LAMPIRAN

Gambar 1. Larutan Uji Gambar 2. Proses Pemanasan


Larutan Uji

Gambar 3. Uji Iodium Gambar 4. Hasil netralisasi


dengan NaOH 2%
Gambar 5. Uji Benedict Gambar 6. Hasil Uji Benedict

Anda mungkin juga menyukai