Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi Amenorea
Amenorea adalah kondisi ketiadaan menstruasi, atau periode loncatan
menstruasi (Reeder & Sharon J. 2015). Sedangkan menurut Tanto, C. (2014)
amenorea adalah keadaan tidak haid selama 3 bulan berturut-turut, dimana adanya
amenorea harus dipastikan terlebih dahulu bukan suatu kondisi fisiologis, seperti
pada masa sebelum pubertas, kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa amenorea adalah kondisi dimana seorang wanita
tidak mengalami haid selama 3 bulan berturut-turut, namun bukan suatu kondisi
fisiologis.

B. Klasifikasi Amenorea
Amenorea patologis dapat dibagi menjadi dua yaitu, amenore primer dan
amenore sekunder (Tanto, C. 2014). Amenore primer terjadi ketika seorang remaja
putri yang sudah berusia 16 tahun belum mendapat menstruasi. Amenorea primer
paling sering disebabkan oleh abnormalitas struktur, seperti disgenesis gonad atau
yang dikenal dengan sindrom turner (kehilangan kromosom X), dan himen
imperforata (kelainan dimana himen atau selaput dara menutupi seluruh bagian
introitus vagina), abnormalitas kongenital seperti ketiadaan vagina atau uterus, dan
abnormalitas endokrin (Reeder & Sharon J. 2015).
Amenorea sekunder terjadi jika seorang wanita yang pernah mendapat
menstruasi tidak lagi mendapatkan menstruasi (Reeder & Sharon J. 2015). Pengertian
lain mengenai amenorea sekunder adalah jika seorang wanita yang pernah mengalami
menstruasi tidak mengalami menstruasi kembali selama minimal enam bulan
(Irianto, K. 2015). Penyebab amenorea sekunder dapat bersifat organik atau
fungsional. Kehamilan mungkin merupakan penyebab tersering terjadinya amenorea
sekunder pada wanita yang berusia 16 sampai 45 tahun. Kontrasepsi oral, terutama pil
estrogen atau pil progestin dosis rendah, seringkali menyebabkan wanita tidak
mendapat satu periode menstruasi atau lebih. Amenore sekunder yang diakibatkan
oleh rendahnya kadar gonadotropin dan estrogen mungkin disebabkan oleh stress,
penurunan berat badan, anoreksia nervosa, olahraga, dan lesi atau terjadinya
gangguan pada hipotalamus dan hipofisis (Reeder & Sharon J. 2015).
C. Etiologi Amenorea
1. Etiologi Amenorea Primer
Berikut merupakan etiologi dari amenorea primer (Tanto, C. 2014):
 Abnormalitas kromosom. Abnormalitas kromosom ini menyebabkan terjadinya
amenorea primer sebesar 45%.
 Keterlambatan pubertas fisiologis, yang dapat menyebabkan terjadinya
amenorea primer sebesar 20%.
 Agenesis Mullerian, yang menyebabkan terjadinya amenorea primer sebesar
15%. Agenesis Mullerian adalah malformasi bawaan yang ditandai dengan
kegagalan duktus Mullerian yang berkembang, mengakibatkan uterus hilang
dan derajat bervariasi dari hipoplasia vagina bagian atasnya. Agenesis
Mullerian termasuk tidak adanya uterus, leher rahim dan atau vagina pada
wanita.
 Imperforata, yang menyebabkan terjadinya amenorea primer sebesar 5%.
 Gagal produksi hormon hipotalamus GnRH, yang menyebabkan terjadinya
amenorea primer sebesar 5%.
 Anoreksia nervosa, yang menyebabkan terjadinya amenorea primer sebesar 2%.
 Hipopituitarisme, yang menyebabkan terjadinya amenorea primer sebesar 2%.
Hipopituitarisme adalah kelainan pada hipofisis yang ditandai dengan sekresi
beberapa hormon dalam jumlah rendah.
2. Etiologi Amenorea Sekunder
Berikut merupakan etiologi dari amenorea sekunder (Tanto, C. 2014):
 Gangguan organik pusat: tumor, radang, destruksi. Penyebab organik amenorea
sekunder meliputi adanya tumor, infeksi, atau kista yang menekan atau
menghancurkan hipotalamus sehingga mengganggu produksi hormon di
hipotalamus.
 Gangguan kejiwaan: syok emosional, psikis, anoreksia nervosa, pseudosiesis.
 Gangguan hipofisis.
 Gangguan gonad: menopause prematur, penghentian fungsi ovarium.
 Gangguan glandula suprenalis.
 Gangguan pankreas: diabetes melitus.
 Gangguan uterus-vagina: endometritis TB, histerektomi.
 Penyakit-penyakit umum gangguan gizi, obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2015. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &


Keluarga Volume 2 Edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan


Praktikum. Bandung: Alfabeta.

Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi Ke-4). Jakarta: Media


Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai