Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP TEORI
“KELUARGA DAN HIPERTENSI ”

A. KELUARGA
1. 1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama
sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang
dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk.

Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:


1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga
(Duvall dan Logan, 1986).

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).

3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.

2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka
membentuk satu rumah tangga.

3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi,


yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
4. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas.

1.2 Fungsi Keluarga


Terdapat 5 fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat menurut WHO, yaitu :
1. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
4) Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya
5) Memberi kesempatan untuk berekreasi
2. Fungsi Psikologis
1) Identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang
2) Pendewasaan kepribadian bagi para anggotanya
3) Perlindungan secara psikologis
4) Mengadakan hubungan keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat
3. Fungsi Sosial Budaya atau Sosiologi
1) Meneruskan nilai-nilai budaya
2) Sosialisasi
3) Pembentukan norma-norma, tingkah laku pada tiap tahap perkembangan anak
serta kehidupan keluarga
4. Fungsi Sosial
1) Mencari sumber-sumber untuk memenuhi fungsi lainnya
2) Pembagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran atau tabungan
3) Pengaturan ekonomi atau keuangan
5. Fungsi Pendidikan
1) Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam hubungan dengan
fungsi-fungsi lain.
2) Persiapan untuk kehidupan dewasa.
3) Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa

1.3 Bentuk Keluarga


Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis
perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
1. Berdasarkan Garis Keturunan
1) Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2. Berdasarkan Jenis Perkawinan
1) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu
istri.
3. Berdasarkan Pemukiman
1) Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga sedarah suami.
2) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga satu istri.
3) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun
istri.
4. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan
sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
3) Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
5. Berdasarkan Kekuasaan
1) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga adalah dipihak ayah.
2) Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga adalah pihak ibu.
3) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

1.4 Peranan Keluarga


Peranan yang terdapat di dalam keluarga dibagi menjadi:
1. Peranan Ayah
Sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidikan anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungan, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dari keluarga.
3. Peran Anak
Anaka-anak melaksanankan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.5 Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duval adalah:
1. Tahap pembentukan keluarga
Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak
Mendapat keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak adalah kebanggaan
keluarga yang merupakan saat yang sangat dinantikan.
3. Tahap mengahadapi bayi
Mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak.
4. Tahap menghadapi anak prasekolah
Anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, mulai bergaul dengan teman
sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Anak sangat sensitif terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,
norma-norma sosial budaya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak meningkatkan pengetahuan umum anak.
6. Tahap mengahadapi anak remaja
Aanak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya oleh karena itu
suri teladan dari orang tua sangat diperlukan.
7. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah
suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak
dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
8. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia yang fana ini.

B. KONSEP JANTUNG KORONER


2.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg
(Smeltzer, 2001).

Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darahsecara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Hipertensi berasal dari dua kata yaituhiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg.

2.2 Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2007).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa


perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-


10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat tertentu (misalnya
pilKB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin). (Price, 2005)

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :


1. Penyakit Ginjal
a) Stenosis arteri renalis
b) Pielonefritis
c) Glomerulonefritis
d) Tumor-tumor ginjal
e) Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a) Hiperaldosteronism
b) Sindroma Cushing
c) Feokromositoma
3. Obat-obatan
a) Pil KB
b) Kortikosteroid
c) Siklosporin
d) Eritropoietin
e) Kokain
f) Penyalahgunaan alkohol
g) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a) Koartasio aorta
b) Preeklamsi pada kehamilan
c) Porfiria intermiten akut
d) Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
 Peningkatan kecepatan denyut jantung
 Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
 Peningkatan TPR yang berlangsung lama
2.3 Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi. (Smeltzer, 2001).

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang


olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita tidak beraktivitas.(Price, 2007)

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara


intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota. (Price, 2008)
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer,
2010).

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2010).

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. (Price, 2007)

2.5 Manefestasi Klinis


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal. (Price, 2008).

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal (Price, 2005).
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (Price,2008).
2.6 Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)

Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang
lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang
dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer,
2001).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.(Price, 2008)

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced


hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible
setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung
dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita
sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular
terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR
berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH,
tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat
menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2010).

2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan.
BAB II

Asuhan Keperawatan Teori

3.1 Asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek


keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standart keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktek
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
yaitu sebagai berikut
1. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian
Berkaitan dengan keluarga
1. Data demografi dan sosiokultural
2. Data lingkungan
3. Struktur dan fungsi keluarga
4. Stress dan koping keluarga yang digunakan yang diguakan keluarga
5. Perkembangan keluarga
Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1. Fisik
2. Mental
3. Emosi
4. Sosio
5. Spiritual

Adapun tujuan pengkajian menurut Suprijitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
keluarga di bidang kesehatan, yaitu :

a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan


Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah
kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang
dialami anggota keluarga
b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1. Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4. Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialai
anggota keluarga ?
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, perlu dikaji tentang :
1. Pengetahuan kelaurag tentang penyakit yang dialami anggota (sifat, penyebaran,
komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatannya)
2. Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan anggota keluarga
3. Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, fasilitas untuk merawat anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
4. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga
yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas
fisik, dukungan psikososial).
5. Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.
d) Untuk mengetahui kemampuan keluarag memelihara/ memodifikasi lingkungan
rumah sehat perlu dikaji tentang :
1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar
lingkungan rumah.
2. Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
3. Pengetahuan keluarga tentang pentingnya sikap keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang hygenis sesuai syarat kesehatan.
4. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan
5. Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memlihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehtan keluarga.
e) Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
di masyarakat, perlu dikaji tentang
1. Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat
dapat dijangaku keluarga?
2. Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan ?
3. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan?.
4. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang
fasilitas danpetugas kesehatan yang melayani?
5. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apakah
penyebabnya?

Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga diatas maka diagnose keperawatan


keluarga yang mungkin muncul pada klien Hipertensi adalah (Mubarak,2012).

1. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan


dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi.
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat
kesarana kesehatan.
3. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit
hipertensi .
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
hipertensi.

3.2 Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnose keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah
dengan menggunakan proses scoring eperti pada table berikut.

Proses scoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya,
1978

No. Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah
 Tidak/kurang sehaat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis 1 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0 2
3. Potensi masalah dapat diubah
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1 1
4. Menonjolnya masalah
 Masalah berat harus ditangani 2
 Maasalah yang tidak perlu 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0 1

Scoring

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

3.3 Membuat perencanan


Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakapup tujuan umum dan
khusus yang di dasarkan pada masalah yang di lengkapi dengan kriteria dan standart yang
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standart.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan Keperawatan K eluarga dengan
Hipertensi ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012)
a. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi.
Sasaran : setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit Hipertensi
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Hipertensi setelah dua kali kunjungan
rumah
Kriteria : keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Hipertensi
Standart : keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit HT, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Hipertensi.
Intervensi :
 Jelaskan arti pwnyakit Hipertensi
 Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Hipertensi
 Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
b. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat
kesarana kesehatan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih
lanjut dari penyakit Hipertensi
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Hipertensi setelah tiga kali kunjungan ke rumah.
Kriteria : Kekuarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan
yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standart : Kleuarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana Hiepetensi
danansapat menhambil keputusan
Intervensi :
 Diskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi
 Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota kekiarga yang
menderita Hipertensi.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit
hipertensi
Sasaran : setelah tindakan kelperawatan keluarga mampu merawat keluarga yang
mederita ahiperteni.
Tujuan : keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita Hipertensi setelah tiga kali kunjunngan ke rumah.
Kriteria : keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawata
penyakit Hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderira
Hipertensi secara tepat.
Intervensi :
 Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Hipertensi
 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khusunya anhgota keluarga yang menderita Hipertensi
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Hipertensi
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat
Intervensi :
 Jelaskan pada keluarga kemana mereka dapst meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Hipertensi.

3.4 Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi


Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perlikau hidup
sehat. Implementasi yang di lakukan pada asuhan keperawatan kelurga dengan
HipertensuI yaitu :
 Ketidakmampuan keuarga mengenal masalah HT yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kuragnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi.
1. Mejelaskan arti penyakit Hipertensi
2. Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3. Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Hipertensi berhubungan dengan keuarga tidak memahami mengenai sifat,
berat dan luasnya masalah Hipertensi yaitu :
1. Mendiskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi
2. Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Hipertensi
 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan Hipertensi, yaitu :
1. Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan Hipertensi
2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olahraga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
3.5 Melaksanakan Evaluasi.
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil maka perlu di susun rencana baru yang
sesuai ( mubarak, 2012).
Evaluasi yang di harapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Hipertensi adalah :
1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Hipertensi
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
Hipertensi
3. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Hipertensi
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan
5. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC.


Dep.Kes RI. 2006. Pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas.
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Friedman, Bowden and Jones. 2003. Family Nursing ,Research, theory and practice.
Apletton
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Stanhope, M. and Lancaster, J., ( 1996 ), Community Health Nursing, St. Louis,
Mosby
DOKUMENTASI KUNJUNGAN RUMAH

Anda mungkin juga menyukai