ABSTRAK
1
ABSTRACT
2
A. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sekarang hidup di zaman modern. Kecanggihan teknologi
telah mengubah pola hidup masyarakat dan membuat segala kebutuhan dapat
terpenuhi dengan mudah serta cepat. Kemudahan hidup menimbulkan munculnya
perilaku yang menyimpang dari aturan dan norma etika. Perilaku masyarakat tersebut
semata untuk memenuhi segala keinginan jasmaniah. Perbuatan tindak korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi
yang konsumtif (hedonisme), kehidupan politik yang tidak produktif, dan persekusi
menjadi masalah sosial yang perlu pemecahan. Pada era teknologi informasi ini,
media sosial merupakan sarana komunikasi masyarakat dalam dunia maya yang
efektif. Media sosial di dunia maya, seperti twitter, facebook, blog, dan forum-forum
diskusi online dewasa ini sangat digemari oleh masyarakat dunia, dan sangat efektif
dampaknya terhadap pembentukan opini masyarakat, Nugrahani (2017)
Berbagai alternatif penyelesaian ditawarkan, seperti penyusunan undang-
undang dan peningkatan upaya pelaksanaan serta penegakan hukum. Upaya tersebut
belum mampu memperbaiki perilaku sosial yang telah rusak. Program penguatan
pendidikan karakter merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki perilaku
masyarakat yang sedang dilanda krisis moral. Pendidikan karakter di sekolah dasar
perlu diimplementasikan ke dalam semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran
Pendidikan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara dan
menjadi bahasa penyampai informasi dan komunikasi pendidikan yang resmi. Bahasa
dapat digunakan sebagai sarana menanamkan nilai-nilai dan memperkuat karakter
siswa.
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi ke dalam program pembelajaran di
sekolah dalam upaya membentuk pribadi peserta didik yang mampu mengolah
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah pikir (literasi dan numerisasi), olah
rasa (estetik), serta olah raga (kinestetik) yang disesuaikan dengan Pancasila.
Pendidikan karakter hendaknya ditanamkan sejak dini, guna menekan permasalahan
yang terjadi di kalangan generasi muda. Pendidikan karakter dapat menjadi salah satu
3
solusi untuk mewujudkan generasi emas 2045 yang mempunyai kecakapan abad 21.
Kecakapan ingin dituju melalui Kurikulum 2013 adalah ketrampilan abad ke-21 atau
4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan
Creativity and Innovation).
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan: 1) implementasi penguatan
pendidikan karakter, 2) nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, 3) faktor penghambat dalam implementasi penguatan pendidikan
karakter, dan 4) solusi faktor penghambat dalam implementasi penguatan pendidikan
karakter.
Karakter adalah unsur antropologis manusia, pada dirinya manusia menghayati
kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya sendiri, Koesoema (2010). Raharjo
(2010) mengemukakan pendapatnya pendidikan karakter merupakan suatu proses
pendidikan yang menyekuruh yang mengaitkan berbagai aspek kehidupan peserta
didik yang merupakan bentuk fondasi kepribadian dalam terwujudnya penerus bangsa
yang berkarakter dan berkualitas. Sjarkawi (2006) memaparkan bahwa Karakter
merupakan ciri khusus karakteristik atau jati diri seseorang yang bersumber dari
proses pembentukan yang diterima dari lingkungan sekitar, contohnya keluarga pada
masa usia dini dan prasekolah, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Prasetyo dan
Rivasintha (2013) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi unsur
pengetahuan, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai yang telah
dipahami tersebut, baik terhadap Tuhan, dirinya, sesama manusia, lingkungan sosial,
maupun dalam pergaulan berbangsa dan bernegara sehingga menjadi manusia
madani.
4
sekolah, orangtua siswa, steakholders yang mengukung program pemerintah yaitu
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). (kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia: 2017)
Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan di satuan pendidikan bersumber
dari Agama, Budaya, Pancasila dan Tujuan Pendidikan Nasional. Nilai karakter
utama dalam penguatan pendidikan karakter adalah: religius, nasionalis, mandiri,
gotong-royong, dan integritas.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada
aspek afektif atau perubahan perilakku dan Kompetensi yang ingin dicapai adalah
kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
pembelajaran yang dilakukan guru berorientasi secara holistik dan menyenangkan,
(https://motivatorkreatif.wordpress.com). Materi pelajaran yang disampaikan kepada
peserta didik diajarkan dengan pendekatain saintifik, yang menggunakan istilah 5 M :
mengamati, menanya, mengumpulkan Informasi, menalar dan mengkomunikasikan.
Kurikulum berbasis kompetensi ini telah dirintis mulai tahun 2004 dan KTSP
mulai tahun 2006 merupakan dasar penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013.
Kedua kurikulum itu mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu (Kemdikbud,2013).
Kurikulum 2013 dioptimalkan dengan memasukkan Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) pada satuan pendidikan. Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai
dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola
oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik peserta didik,
kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan
pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu: 1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum
5
dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler. Guru wajib menyusun dokumen perencanaan pembelajaran yaitu prota,
promes, silabus dan RPP. Muatan nilai-nilai karakter diintegrasikan ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan. implementasi nilai karakter
ditanamkan pada proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
masing-masing. Misalnya, mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD
mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan tek Sumpah Pemuda. 2)
Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan
penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul
dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang
relevan, seperti dokter kecil, Dunia Usaha, pasar, museum, rumah budaya, dan lain-
lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan. 3) Kegiatan
pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan,
pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar
jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan berkualitas, yang merujuk pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan
seimbang sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap satuan
pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan
karakter, melalui pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan perilaku luhur
dalam setiap pergaulan hidup.
Penilaian Menurut Kurikulum2013, mencakup kompetensi inti (KI) dirumuskan
menjadi 4 bagian yaitu: a) KI-1: kompetensi inti sikap spiritual. b) KI-2: kompetensi
inti sikap sosial. c) KI-3: kompetensi inti pengetahuan. d) KI-4: kompetensi inti
6
keterampilan. Pada tiap materi pokok tertentu akan terdapat rumusan KD untuk
masing-masing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok tertentu, akan selalu muncul
4 KD sebagai berikut: a) KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran
tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok). b) KD pada
KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun
beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada
KI-2). c) KD pada KI-3: aspek pengetahuan. d) KD pada KI-4: aspek keterampilan.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan kasus
tunggal terpancang (embedded case study). Kasus yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah implementasi penguatan pendidikan karakter dalam perspektif
kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan situasi
sosial (social situation) dalam menetukan serta mengumpulkan data. Nugrahani
(2014) menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui hal-
hal yang berhubungan dengan masalah sosial budaya.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Jatirejo yang
beralamat di Dusun Tanjung Rt 02 Rw 03 Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo
Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilaksanakan pada sekolah tersebut bertujuan
untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih lengkap, akurat agar hasil
penelitian benar-benar valid dan kredibel.
Data dalam penelitian ini berupa kata, ungkapan, kalimat dan tindakan yang
diperoleh dari informan, dokumen pembelajaran, proses pembelajaran Bahasa
Indonesia, teman sejawat guru, kepala sekolah, dan guru kelas V di SD Negeri 02
Jatirejo. Kata-kata dan tindakan orang atau subjek yang diteliti, diamati, atau
diwawancarai merupakan data yang utama dalam penelitian kualitatif, (Nugrahani,
2014).
Nugrahani (2014) menjelaskan bahwa berbagai sumer data yang dapat
dimanfaatkan dalam menggali informasi penelitian kulitatif adalah: 1) dokumen
(arsip). 2) Narasumber (informant), 3) peristiwa dan aktivitas, 4) tempat atau
7
lokasi, 5) benda, gambar, serta rekaman. Dalam penelitian ini sebagai sumber data
adalah (1) narasumber (informan) guru kelas V, (2) siswa kelas V, (3) kepala sekolah,
(4) teman sejawat, (5) peristiwa dan aktivitas proses pembelajaran di kelas V, (6)
tempat dan lokasi SD Negeri 02 Jatirejo, (7) Dokumen administrasi pembelajaran.
Pada umumnya data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Focus pengamatan dilakukan
terhadap 3 komponen utama yaitu ruang dan tempat (space, pelaku (actor), dan
kegiatan (aktivitas), Nugrahani (2014). Penelitian ini, pengumpulan data dengan
teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-
ended) serta munjurus pada informasi yang mendalam, dilakukan dengan tidak
berstruktur dan resmi, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian
informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam,(Sutopo,2006).
Menurut Nugrahani (2014:133) menyatakan bahwa pengamatan sangat
penting bagi peneliti karena melaui pengamatan dan melakukan pencatatan secara
sintematis mengenai tingkah laku individu atau kelompok secara langsung,
sehingga memperoleh gambaran yang luas tentang masalah yang diteliti.
Pada penelitian ini observasi pengamat sebagai pemeranserta dan terstruktur
dilakukan untuk memgetahui implementasi penguatan pendidikan karakter dalam
perspektif kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD
Negeri 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar .
Dokumen penelitian yang pilih pada pengkajian ini adalah dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), program yang dilaksanakan, deskripsi pembelajaran, dan
dokumen lain yang dapat dijadikan sumber acuan dan kajian yang ada di kelas V
SD Negeri 02 Jatirejo.
Menurut Nugrahani (2014:114) keabsahan data merupakan konsep penting
yang dipengaruhi dari konsep validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keandalan
8
data menurut versi positivisme. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam triangulasi
yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Dipilih triangulasi metode
karena dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berdeda. . Triangulasi sumber data digunakan untuk menggali
kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam,
obervasi, dan analisis dokumen. Fokus data yang dikumpulkan adalah
implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
perspektif Kurikulum 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah model
analisis Miles dan Huberman dalam (Nugrahani,2014). Rincian proses analisis data
tercermin dalam Gambar 1.
9
Wah itu agak rumit ya… begini, pengembangan nilai-nilai karakter
sudah saya lakukan dengan memasukan nilai-nilai karakter tertentu
sesuai konteks dalam proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran
mata Pelajaran Bahasa Indonesia, melalui Silabus dan RPP, dan yang
paling penting menyipkan nilai-nilai karakter kedalam setiap materi
dalam proses pembelajaran taermasuk pembelajaran Bahasa Indonesia.
(D.Imp./01/W/IKG)
Diharapkan dengan menerapkan pendidikan karakter dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, para siswa dapat berbahasa Indonesia
yang baik, benar dan santun. (D.Imp./01/W/IGK)
10
Hasil tersebut, perkuat dengan bukti data yang dikumpulkan
melalui analisis data dan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia.
11
Bayak bapak… saya sendiri kalau tidak membaca tidak hafal, yang jelas
nilai-nilai karakter sudah diimplementasikan ke semua mata pelajaran.
Kalau nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui Bahasa
Indonesia contohnya berfikir logis, santun, percaya diri dan saya tidak
hafal bapak. (D.Nktr./01/W/IGK)
Yang lebih tahu adalah guru kelas. Mungkin nilai karakter yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, cinta tanah air,
berfikir logis, santun, percaya diri. (D.Nktr./02/W/IKS)
12
3. Faktor Penghambat Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter.
Berdasar hasil pengolahan data wawancara dengan para warga sekolah
SD Negeri 02 Jatirejo di temukan beberapa faktor penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter. Data faktor penghambat tersebut adalah:
Karakter masing-masing siswa berbeda, sulit mencari metode mengajar
yang tepat, pemahaman saya tentang konsep pendidikan karakter yang
masih kurang, karena banyaknya nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan, pedoman atau indikator masing-masing nilai karakter
belum ada, keterbatasan waktu untuk memahami karakter siswa,
lingkungan sekolah yang kurang mendukung. (D.Fpbt./01/W/IGK)
13
Sulit juga ya, tetapi ya mungkin: berusaha mengenali karakter siswa
dengan membiasakan budaya salam, sapa dan senyum dalam setiap
perjumpaan, banyak membaca referensi tentang nilai-nilai pendidikan
karakter, memberi teladan menyapa dengan sopan semua warga sekolah,
membimbing dan membiasakan siswa sholat dzuhur berjamaah di
sekolah.(D.Sol/01/W/IGK)
Dari data yang tersaji di atas menunjukkan bahwa para guru dan kepala
sekolah SD Negeri 02 Jatirejo telah berusaha memecahkan kesulitan-kesulitan
yang menghambat penanaman pendidikan karakter.
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kurikulum 2013
pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 02 Jatirejo, maka
diperoleh kesimpulan bahwa penguatan pendidikan karakter sudah
diimplementasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 02
Jatirejo. Impelementasi penguatan pendidikan karakter tercermin dalam rumusan
visi, misi dan tujuan sekolah. Secara khusus Penguatan Pendidikan Karakter
diuraikan dalam Kurikulum 2013 SD Negeri 02 Jatirejo pada Bab III bagian D.
Implementasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia berpedoman pada kurikulum
yaitu KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Dengan bedoman tersebut maka PPK dijabarkan
14
dalam Program semester, Silabus, dan diuraikan dalam Rencana Program
Pembelajaran. PPK diitegrasikan ke dalam semua mata pelajaran di sekolah
dasar.
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia merupakan nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila.
Religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai
utama karakter itu tidak bisa berdiri sendiri, saling terkait satu dan lainnya.
Dalam pengintegrasian kedalam pembelajaran Bahasa Indonesia juga harus
integral dan saling mendukung.
Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah situasi, sarana prasarana pendidikan yang
tidak mendukung. Faktor penghambat tersebut yaitu: a) Karakter masing-masing
siswa berbeda-beda, sulit mencari metode mengajar yang pas, b) Pedoman atau
indikator masing-masing nilai karakter belum ada, c) Keterbatasan waktu untuk
memahami karakter siswa, d) Lingkungan sekolah yang kurang mendukung, e)
Pemahaman guru tentang pendidikan karakter masih kurang.
Solusi Pemecahan Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, merupakan strategi yang diambil untuk
memperlancar penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran Bahasa
Indonesia. Solusi tersebut yaitu: a) Berusaha merumuskan visi dan misi sekolah
sesuai kondisi harapan masyarakat tentang kondisi keprihatinan moral yang ada.
b) Para guru dihimbau untuk mengenali karakter siswa dengan membiasakan
budaya salam, sapa dan senyum. c) Banyak membaca referensi tentang nilai-nilai
pendidikan karakter dari perpustakaan. d) Memberi teladan sikap yang baik
dengan cara menyapa semua warga sekolah yang sopan, ramah, dan bersahabat.
E. Persantunan
15
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, https://www.kompasiana.com/raudaaspalbuton/
Prasetyo, Agus dan Rivashinta, Emusti. 2013. Konsep, Urgensi, dan Implementasi
Pendidikan Karakter di Sekolah, http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/
Nugrahani, Farida. 2017. Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial dan Implikasinya
terhadap Karakter Bangsa. Sukoharjo: Stilistika.
16
17