Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013


PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Giyatno*); Farida Nugrahani**); Mukti Widayati***)


*)Kepala SD Negeri 02 Jatirejo;**)Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo;***) Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Pos-el:fgiyatno@gmail.com; faridanugrahani64@gmail.com;
mukti.widayati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kecanggihan teknologi telah mengubah pola hidup masyarakat Indonesia.


Kebutuhan hidup masyarakat dapat terpenuhi dengan mudah dan cepat melalui
teknologi IT. Pola hidup glamor dan hedonisme muncul dan menimbulkan perilaku
yang menyimpang dari ajaran Agama dan etika bangsa Indonesia. Penguatan
pendidikan karakter merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki perilaku
masyarakat Indonesia yang sedang dilanda krisis moral. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan (1) implementasi penguatan pendidikan karakter, (2) nilai-nilai
karakter yang dikembangkan, (3) faktor penghambat dalam implementasi pendidikan
karakter, dan (4) solusi dari hambatan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter. Metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan studi kasus terpancang
(embedded case study). Sumber data dalam penelitian adalah guru kelas V SD N 02
Jatirejo beserta peserta didiknya, kepala sekolah, teman sejawat, peristiwa dan
aktivitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V, serta dokumen
administrasi pembelajaran. Data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam,
analisis dokumen, dan observasi pembelajaran. Uji kredibilitas data menggunakan
triangulasi sumber data dan triangulasi metode, sementara analisis data menggunakan
model analisis Miles dan Huberman, unruk memperoleh kesimpulan. Hasil penelitian
adalah: (1) pendidikan karakter sudah diimplementasikan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, (2) nilai karakter mencakup 5 nilai karakter utama, yaitu religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas, (3) faktor penghambat adalah
karakter dasar siswa, pemilihan metode mengajar tidak tepat, indikator nilai karakter
belum dikuasai guru, dan lingkungan sekolah kurang mendukung, (4) solusi
penghambat yaitu belajar mengenali karakter siswa, pemilihan metode pembelajaran
yang tepat, menambah literasi nilai pendidikan karakter, dan kerjasama dengan tokoh
masyarakat, sehingga masyarakat memberi teladan perilaku yang karakter.

Kata kunci: karakter, kurikulum, Bahasa Indonesia.

1
ABSTRACT

Technological sophistication has changed the lifestyle of Indonesian people.


Community life needs can be fulfilled easily and quickly through IT technology.
Glamorous and hedonistic lifestyles arise and lead to behaviors that deviate from the
teachings of the Indonesian religion and ethics. Strengthening character education is
an alternative to improve the behavior of Indonesian people who are being hit by a
moral crisis. This study aims to describe (1) the implementation of strengthening
character education, (2) the developed character values, (3) inhibiting factors in the
implementation of character education, and (4) solutions to obstacles in
implementing character values. Descriptive qualitative research method, with
embedded case studies (embedded case study). Sources of data in the study were
grade V teachers of SD N 02 Jatirejo and their students, principals, peers, events and
activities of the Indonesian language learning process in class V, as well as learning
administration documents. Data obtained through in-depth interview techniques,
document analysis, and learning observation. Test the credibility of the data using
data source triangulation and method triangulation, while data analysis uses the
Miles and Huberman analysis models, to obtain conclusions. The results of the study
are: (1) character education has been implemented in Indonesian language learning,
(2) character values include 5 values of the main characters, namely religious,
nationalist, independent, mutual cooperation, and integrity, (3) inhibiting factors are
the basic character of students , the choice of teaching method is not appropriate, the
indicator of character value has not been mastered by the teacher, and the school
environment is less supportive, (4) the inhibiting solution is learning to recognize the
character of students, choosing the right learning method, adding literacy to the
value of character education, and collaboration with community leaders, so the
community exemplifies the character's behavior.

Keywords: character, curriculum, Indonesian language.

2
A. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sekarang hidup di zaman modern. Kecanggihan teknologi
telah mengubah pola hidup masyarakat dan membuat segala kebutuhan dapat
terpenuhi dengan mudah serta cepat. Kemudahan hidup menimbulkan munculnya
perilaku yang menyimpang dari aturan dan norma etika. Perilaku masyarakat tersebut
semata untuk memenuhi segala keinginan jasmaniah. Perbuatan tindak korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi
yang konsumtif (hedonisme), kehidupan politik yang tidak produktif, dan persekusi
menjadi masalah sosial yang perlu pemecahan. Pada era teknologi informasi ini,
media sosial merupakan sarana komunikasi masyarakat dalam dunia maya yang
efektif. Media sosial di dunia maya, seperti twitter, facebook, blog, dan forum-forum
diskusi online dewasa ini sangat digemari oleh masyarakat dunia, dan sangat efektif
dampaknya terhadap pembentukan opini masyarakat, Nugrahani (2017)
Berbagai alternatif penyelesaian ditawarkan, seperti penyusunan undang-
undang dan peningkatan upaya pelaksanaan serta penegakan hukum. Upaya tersebut
belum mampu memperbaiki perilaku sosial yang telah rusak. Program penguatan
pendidikan karakter merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki perilaku
masyarakat yang sedang dilanda krisis moral. Pendidikan karakter di sekolah dasar
perlu diimplementasikan ke dalam semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran
Pendidikan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara dan
menjadi bahasa penyampai informasi dan komunikasi pendidikan yang resmi. Bahasa
dapat digunakan sebagai sarana menanamkan nilai-nilai dan memperkuat karakter
siswa.
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi ke dalam program pembelajaran di
sekolah dalam upaya membentuk pribadi peserta didik yang mampu mengolah
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah pikir (literasi dan numerisasi), olah
rasa (estetik), serta olah raga (kinestetik) yang disesuaikan dengan Pancasila.
Pendidikan karakter hendaknya ditanamkan sejak dini, guna menekan permasalahan
yang terjadi di kalangan generasi muda. Pendidikan karakter dapat menjadi salah satu

3
solusi untuk mewujudkan generasi emas 2045 yang mempunyai kecakapan abad 21.
Kecakapan ingin dituju melalui Kurikulum 2013 adalah ketrampilan abad ke-21 atau
4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan
Creativity and Innovation).
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan: 1) implementasi penguatan
pendidikan karakter, 2) nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, 3) faktor penghambat dalam implementasi penguatan pendidikan
karakter, dan 4) solusi faktor penghambat dalam implementasi penguatan pendidikan
karakter.
Karakter adalah unsur antropologis manusia, pada dirinya manusia menghayati
kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya sendiri, Koesoema (2010). Raharjo
(2010) mengemukakan pendapatnya pendidikan karakter merupakan suatu proses
pendidikan yang menyekuruh yang mengaitkan berbagai aspek kehidupan peserta
didik yang merupakan bentuk fondasi kepribadian dalam terwujudnya penerus bangsa
yang berkarakter dan berkualitas. Sjarkawi (2006) memaparkan bahwa Karakter
merupakan ciri khusus karakteristik atau jati diri seseorang yang bersumber dari
proses pembentukan yang diterima dari lingkungan sekitar, contohnya keluarga pada
masa usia dini dan prasekolah, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Prasetyo dan
Rivasintha (2013) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi unsur
pengetahuan, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai yang telah
dipahami tersebut, baik terhadap Tuhan, dirinya, sesama manusia, lingkungan sosial,
maupun dalam pergaulan berbangsa dan bernegara sehingga menjadi manusia
madani.

Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan nasional


pendidikan di sekolah-sekolah dalam upaya memperkuat karakter siswa melalui
harmonisasi olahhati (etik), olahrasa (estetik), olahpikir (literasi), dan olahraga
(kinestetik) dengan dukungan pelibatan masyarakat. Pihak swasta, dan komite

4
sekolah, orangtua siswa, steakholders yang mengukung program pemerintah yaitu
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). (kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia: 2017)
Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan di satuan pendidikan bersumber
dari Agama, Budaya, Pancasila dan Tujuan Pendidikan Nasional. Nilai karakter
utama dalam penguatan pendidikan karakter adalah: religius, nasionalis, mandiri,
gotong-royong, dan integritas.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada
aspek afektif atau perubahan perilakku dan Kompetensi yang ingin dicapai adalah
kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
pembelajaran yang dilakukan guru berorientasi secara holistik dan menyenangkan,
(https://motivatorkreatif.wordpress.com). Materi pelajaran yang disampaikan kepada
peserta didik diajarkan dengan pendekatain saintifik, yang menggunakan istilah 5 M :
mengamati, menanya, mengumpulkan Informasi, menalar dan mengkomunikasikan.

Kurikulum berbasis kompetensi ini telah dirintis mulai tahun 2004 dan KTSP
mulai tahun 2006 merupakan dasar penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013.
Kedua kurikulum itu mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu (Kemdikbud,2013).
Kurikulum 2013 dioptimalkan dengan memasukkan Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) pada satuan pendidikan. Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai
dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola
oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik peserta didik,
kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan
pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu: 1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum

5
dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler. Guru wajib menyusun dokumen perencanaan pembelajaran yaitu prota,
promes, silabus dan RPP. Muatan nilai-nilai karakter diintegrasikan ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan. implementasi nilai karakter
ditanamkan pada proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
masing-masing. Misalnya, mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD
mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan tek Sumpah Pemuda. 2)
Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan
penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul
dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang
relevan, seperti dokter kecil, Dunia Usaha, pasar, museum, rumah budaya, dan lain-
lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan. 3) Kegiatan
pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan,
pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar
jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan berkualitas, yang merujuk pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan
seimbang sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap satuan
pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan
karakter, melalui pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan perilaku luhur
dalam setiap pergaulan hidup.
Penilaian Menurut Kurikulum2013, mencakup kompetensi inti (KI) dirumuskan
menjadi 4 bagian yaitu: a) KI-1: kompetensi inti sikap spiritual. b) KI-2: kompetensi
inti sikap sosial. c) KI-3: kompetensi inti pengetahuan. d) KI-4: kompetensi inti

6
keterampilan. Pada tiap materi pokok tertentu akan terdapat rumusan KD untuk
masing-masing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok tertentu, akan selalu muncul
4 KD sebagai berikut: a) KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran
tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok). b) KD pada
KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun
beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada
KI-2). c) KD pada KI-3: aspek pengetahuan. d) KD pada KI-4: aspek keterampilan.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan kasus
tunggal terpancang (embedded case study). Kasus yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah implementasi penguatan pendidikan karakter dalam perspektif
kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan situasi
sosial (social situation) dalam menetukan serta mengumpulkan data. Nugrahani
(2014) menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui hal-
hal yang berhubungan dengan masalah sosial budaya.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Jatirejo yang
beralamat di Dusun Tanjung Rt 02 Rw 03 Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo
Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilaksanakan pada sekolah tersebut bertujuan
untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih lengkap, akurat agar hasil
penelitian benar-benar valid dan kredibel.
Data dalam penelitian ini berupa kata, ungkapan, kalimat dan tindakan yang
diperoleh dari informan, dokumen pembelajaran, proses pembelajaran Bahasa
Indonesia, teman sejawat guru, kepala sekolah, dan guru kelas V di SD Negeri 02
Jatirejo. Kata-kata dan tindakan orang atau subjek yang diteliti, diamati, atau
diwawancarai merupakan data yang utama dalam penelitian kualitatif, (Nugrahani,
2014).
Nugrahani (2014) menjelaskan bahwa berbagai sumer data yang dapat
dimanfaatkan dalam menggali informasi penelitian kulitatif adalah: 1) dokumen
(arsip). 2) Narasumber (informant), 3) peristiwa dan aktivitas, 4) tempat atau

7
lokasi, 5) benda, gambar, serta rekaman. Dalam penelitian ini sebagai sumber data
adalah (1) narasumber (informan) guru kelas V, (2) siswa kelas V, (3) kepala sekolah,
(4) teman sejawat, (5) peristiwa dan aktivitas proses pembelajaran di kelas V, (6)
tempat dan lokasi SD Negeri 02 Jatirejo, (7) Dokumen administrasi pembelajaran.
Pada umumnya data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Focus pengamatan dilakukan
terhadap 3 komponen utama yaitu ruang dan tempat (space, pelaku (actor), dan
kegiatan (aktivitas), Nugrahani (2014). Penelitian ini, pengumpulan data dengan
teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-
ended) serta munjurus pada informasi yang mendalam, dilakukan dengan tidak
berstruktur dan resmi, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian
informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam,(Sutopo,2006).
Menurut Nugrahani (2014:133) menyatakan bahwa pengamatan sangat
penting bagi peneliti karena melaui pengamatan dan melakukan pencatatan secara
sintematis mengenai tingkah laku individu atau kelompok secara langsung,
sehingga memperoleh gambaran yang luas tentang masalah yang diteliti.
Pada penelitian ini observasi pengamat sebagai pemeranserta dan terstruktur
dilakukan untuk memgetahui implementasi penguatan pendidikan karakter dalam
perspektif kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD
Negeri 02 Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar .
Dokumen penelitian yang pilih pada pengkajian ini adalah dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), program yang dilaksanakan, deskripsi pembelajaran, dan
dokumen lain yang dapat dijadikan sumber acuan dan kajian yang ada di kelas V
SD Negeri 02 Jatirejo.
Menurut Nugrahani (2014:114) keabsahan data merupakan konsep penting
yang dipengaruhi dari konsep validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keandalan

8
data menurut versi positivisme. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam triangulasi
yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Dipilih triangulasi metode
karena dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berdeda. . Triangulasi sumber data digunakan untuk menggali
kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam,
obervasi, dan analisis dokumen. Fokus data yang dikumpulkan adalah
implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
perspektif Kurikulum 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah model
analisis Miles dan Huberman dalam (Nugrahani,2014). Rincian proses analisis data
tercermin dalam Gambar 1.

Gambar 1 Teknik Analisis Data


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter
Penelitian yang dilakukan menunjukkan mengenai implementasi
pendidikan karakter dalam perspektif Kurikulum 2013 di SD Negeri 02
Jatirejo. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa responden memberikan
jawaban sesuai dengan situasi. Mereka memberikan jawaban dengan gaya
berbeda, tetapi isinya sama tentang implementasi kurikulum 2013 di SD
Negeri 02 Jatirejo.

9
Wah itu agak rumit ya… begini, pengembangan nilai-nilai karakter
sudah saya lakukan dengan memasukan nilai-nilai karakter tertentu
sesuai konteks dalam proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran
mata Pelajaran Bahasa Indonesia, melalui Silabus dan RPP, dan yang
paling penting menyipkan nilai-nilai karakter kedalam setiap materi
dalam proses pembelajaran taermasuk pembelajaran Bahasa Indonesia.
(D.Imp./01/W/IKG)
Diharapkan dengan menerapkan pendidikan karakter dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, para siswa dapat berbahasa Indonesia
yang baik, benar dan santun. (D.Imp./01/W/IGK)

Penanaman nilai-nilai dalam diri siswa yang mengutamakan kebaikan


dalam kehidupan bersama yang lebih baik dalam pergaulan.
(D.Imp./02/W/IKS)
Sebagian nilai-nilai karakter yang bisa di tanamkan tertulis dalam RPP,
tetapi dalam proses pembelajaran akan dikembangkan oleh guru sesuai
situasi pembelajaran. (D.Imp./02/W/IKS)

Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai-nilai kepribadian (nilai-


nilai moral/kebangsaan) yang tidak berbeda jauh dengan pendidikan
budi pekerti atau watak. (D.Imp./03/W/ITS)

Iya, dalam kurikulum 2013 pendidikan karakter mendapat perhatian


yang khusus dalam implementasi setiap mata pelajaran.
(D.Imp./03/W/ITS)
Reduksi ini sesuai dengan pendapat Prasetyo dan Rivasintha
(2013:30) yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
perbuatan untuk melakukan nilai-nilai karakter tersebut, untuk diri
sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan, dan kepada Tuhan sehingga
menjadi manusia baik dalam sikap dan perilaku. Pendapat tersebut
memberikan gambaran bahwa para guru dan kepala SD N 02 Jatirejo
memahami konsep pendidikan karakter.

10
Hasil tersebut, perkuat dengan bukti data yang dikumpulkan
melalui analisis data dan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia.

BAB III bagian A


Dalam rumusan Kompetensi Inti digunakan notasi sebagai berikut:
Rumusan Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk sikap spiritual; Rumusan
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk sikap sosial; Rumusan Kompetensi Inti-
3 (KI-3) untuk pengetahuan; dan Rumusan Kompetensi Inti-4 (KI-4)
untuk keterampilan. (D.Imp./04/CLHAD/K13)

Para siswa bersikap konsisten, disiplin, integritas, jujur, tentang proses


daur ulang air, rangkaian listrik seri dan paralel, sifat-sifat magnet,
anggota dan bagian tubuk (manusia, hewan, tumbuhan) dan fungsinya,
serta sistem pernapasan.
Perilaku santun, jujur serta bertanggung jawab, disiplin diperoleh siswa
dari materi tentang ekspor impor sebagai kegiatan ekonomi antar
bangsa. (D.Imp./05/CLHAD/SLB)

Guru datang tepat waktu, Guru mengucapkan salam dengan ramah


kepada siswa ketika memasuki ruang kelas, berdoa sebelum membuka
pelajaran, mengecek kehadiran siswa, memastikan bahwa setiap siswa
datang tepat waktu, menegur siswa yang terlambat dengan
sopan, mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan
karakter. (D.Imp.07/CLHO/PBM)
Data di atas memberikan bukti bahwa para guru SD Negeri 02 Jatirejo
mengetahui dan memahami Permendikbud Nomor: 21 tahun 2016
tentang standar isi, Permendikbud Nomor: 22 tahun 2016 tentang
standar proses, dan Permendikbud Nomor: 22 tahun 2016 tentang
standar penilaian, Permen No 23/2016 tentang penilaian Revisi
Kurikulum 2013, dan Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter.
2. Nilai-Nilai Karakter
Hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen mendeskripsikan
nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Data yang menyatakan pernyataan tersebur
adala:

11
Bayak bapak… saya sendiri kalau tidak membaca tidak hafal, yang jelas
nilai-nilai karakter sudah diimplementasikan ke semua mata pelajaran.
Kalau nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui Bahasa
Indonesia contohnya berfikir logis, santun, percaya diri dan saya tidak
hafal bapak. (D.Nktr./01/W/IGK)

Respon siswa senang-senang saja, anak-anak mulai membisakan


berperilaku sopan, ramah, saling mengasihi, saling menghormati lebih
religius, dibuktikan dari ungkapan, alkhamdulillah, astagfirlarullah,
masyaallah dll. (D.Nktr./01/W/IGK)

Yang lebih tahu adalah guru kelas. Mungkin nilai karakter yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, cinta tanah air,
berfikir logis, santun, percaya diri. (D.Nktr./02/W/IKS)

Tanggapan siswa senang-senang saja, mereka mulai membisakan


berperilaku sopan, ramah, saling mengasihi, saling menghormati lebih
religius, dibuktikan dari ungkapan, alkhamdulillah, astagfirlarullah,
masyaallah dll. (D.Nktr./03/W/ITS)

Program PPK dilaksanakan sekolah untuk membentuk karakter siswa


agar memiliki sikap nilai utama: religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas. (D.Nktr./04/ (CLHAD)/K13)

Peserta didik bersama dengan guru membuat rangkuman pelajaran


menanamkan nilai-nilai karakter mandiri, kerjasama, kritis, logis.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
penanaman nilai-nilai kejujuran. Siswa diberikan penguatan terhadap
hasil pembelajaran menanamkan nilai-nilai saling menghargai, percaya
diri, santun, kritis, logis. (D.Nktr./07/(CLHO)/PBM)

Data ini sangat jelas menggambarkan, bahwa para guru di SD Negeri 02


Jatirejo paham tentang nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran. Nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan 18 nilai-nilai dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Diknas. Nilai karakter utama yang menjadi prioritas dalam dalam kurikulum
2013 yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas.

12
3. Faktor Penghambat Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter.
Berdasar hasil pengolahan data wawancara dengan para warga sekolah
SD Negeri 02 Jatirejo di temukan beberapa faktor penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter. Data faktor penghambat tersebut adalah:
Karakter masing-masing siswa berbeda, sulit mencari metode mengajar
yang tepat, pemahaman saya tentang konsep pendidikan karakter yang
masih kurang, karena banyaknya nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan, pedoman atau indikator masing-masing nilai karakter
belum ada, keterbatasan waktu untuk memahami karakter siswa,
lingkungan sekolah yang kurang mendukung. (D.Fpbt./01/W/IGK)

Sikap masing-masing siswa berbeda-beda, sulit mendidik secara


klasikal, pengetahuan saya tentang pendidikan karakter yang masih
kurang, karena banyaknya nilai-nilai karakter, pedoman masing-masing
nilai karakter belum ada, waktu untuk memahami karakter siswa sangat
terbatas, lingkungan masyarakat sekolah yang kurang mendukung.
(D.Fpbt./03/W/ITS)

Warga tetangga sekolah kurang mendukung pembiasaan hidup


berkarater:
Berbicara menggunakan kata-kata yang melanggar norma, contohnya
edan…hanya untuk mengusir ayam, mengeluarkan kata-kata yang kasar
saat kecewa.(D.Fpbt/09/(CLHO/Kon)
Paparan tersebut menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan dalam
pengelolaan proses pembelajaran di SD Negeri 02 Jatirejo. Kesenjangan
tersebut belum terpenuhinya standar kompetensi keprofesian bagi guru.
Dalam pengelolaan juga belum terpenuhi standar pengelolaan yaitu
menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik.
4. Solusi Pemecahan Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter.
Hasil wawancara dengan para informan didapatkan solusi dalam
mengatasi hambatan pada implementasi pendidikan karakter. Guru kelas V,
Guru kelas IV, dan kepala SD Negeri 02 Jatirejo mengatakan bahwa upaya
yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang ada diantaranya adalah:

13
Sulit juga ya, tetapi ya mungkin: berusaha mengenali karakter siswa
dengan membiasakan budaya salam, sapa dan senyum dalam setiap
perjumpaan, banyak membaca referensi tentang nilai-nilai pendidikan
karakter, memberi teladan menyapa dengan sopan semua warga sekolah,
membimbing dan membiasakan siswa sholat dzuhur berjamaah di
sekolah.(D.Sol/01/W/IGK)

Para guru dihimbau untuk mengenali karakter siswa dengan


membiasakan budaya salam, sapa dan senyum, banyak membaca
referensi tentang nilai-nilai pendidikan karakter dari perpustakaan,
emberi teladan sikap yang baik dengan cara menyapa semua warga
sekolah yang sopan, ramah, dan bersahabat, Membimbing dan
membiasakan siswa sholat dzuhur berjamaah di sekolah yang di lakukan
guru Agama Islam.(D.Sol/02/W/IKS)

Koordinasi dengan pemerintah desa dalam hal pembinaan etika


kehidupan masyarakat lingkungan sekolah. Kerjasama dengan jamaah
masjid dengan menberikan masukan kebiasaan bicara warga lingkungan
sekolah.(D.Sol./09/(CLHO/Kon).

Dari data yang tersaji di atas menunjukkan bahwa para guru dan kepala
sekolah SD Negeri 02 Jatirejo telah berusaha memecahkan kesulitan-kesulitan
yang menghambat penanaman pendidikan karakter.

D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kurikulum 2013
pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 02 Jatirejo, maka
diperoleh kesimpulan bahwa penguatan pendidikan karakter sudah
diimplementasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 02
Jatirejo. Impelementasi penguatan pendidikan karakter tercermin dalam rumusan
visi, misi dan tujuan sekolah. Secara khusus Penguatan Pendidikan Karakter
diuraikan dalam Kurikulum 2013 SD Negeri 02 Jatirejo pada Bab III bagian D.
Implementasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia berpedoman pada kurikulum
yaitu KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Dengan bedoman tersebut maka PPK dijabarkan

14
dalam Program semester, Silabus, dan diuraikan dalam Rencana Program
Pembelajaran. PPK diitegrasikan ke dalam semua mata pelajaran di sekolah
dasar.
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia merupakan nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila.
Religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai
utama karakter itu tidak bisa berdiri sendiri, saling terkait satu dan lainnya.
Dalam pengintegrasian kedalam pembelajaran Bahasa Indonesia juga harus
integral dan saling mendukung.
Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah situasi, sarana prasarana pendidikan yang
tidak mendukung. Faktor penghambat tersebut yaitu: a) Karakter masing-masing
siswa berbeda-beda, sulit mencari metode mengajar yang pas, b) Pedoman atau
indikator masing-masing nilai karakter belum ada, c) Keterbatasan waktu untuk
memahami karakter siswa, d) Lingkungan sekolah yang kurang mendukung, e)
Pemahaman guru tentang pendidikan karakter masih kurang.
Solusi Pemecahan Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, merupakan strategi yang diambil untuk
memperlancar penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran Bahasa
Indonesia. Solusi tersebut yaitu: a) Berusaha merumuskan visi dan misi sekolah
sesuai kondisi harapan masyarakat tentang kondisi keprihatinan moral yang ada.
b) Para guru dihimbau untuk mengenali karakter siswa dengan membiasakan
budaya salam, sapa dan senyum. c) Banyak membaca referensi tentang nilai-nilai
pendidikan karakter dari perpustakaan. d) Memberi teladan sikap yang baik
dengan cara menyapa semua warga sekolah yang sopan, ramah, dan bersahabat.
E. Persantunan

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Guru kelas V SD Negeri 02 Jatirejo


dan Redaksi Jurnal Ilmiah Stilistika yang telah memuat artikel ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, https://www.kompasiana.com/raudaaspalbuton/

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Presiden Republik Indonesi Nomor 87 tahun 2017, tentang Penguatan


Pendidikan Karakter. Jakarta: Sekretariat Negara

Prasetyo, Agus dan Rivashinta, Emusti. 2013. Konsep, Urgensi, dan Implementasi
Pendidikan Karakter di Sekolah, http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/

Nugrahani, Farida. 2012. Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa dalam Rangka


Pembentukan Karakter Bangsa (kajian semiotik). Sukoharjo: Stilistika.

Nugrahani, Farida. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan


Bahasa. Surakarta: CakraBooks Solo.

Nugrahani, Farida. 2017. Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial dan Implikasinya
terhadap Karakter Bangsa. Sukoharjo: Stilistika.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif ,


dan R&D, Https://cindysandova.files. wordpress.com/2017/06/.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa


Berperadaban, http://www.researchgate.net/publication/29044087.

16
17

Anda mungkin juga menyukai