Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Jackson (1991) Belajar merupakan proses membangun
pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran
merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan
belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru
kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa
( Rusman, 2010,hal.256 ).Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil
yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung
oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna (Dahar,1989:103)
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses
yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.Dari
berbagai sumber dijelaskan bahwa siswa Sekolah Dasar belajar secara
holistik (menyeluruh).Konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan
media yang tentunya menarik minat peserta didik mengikuti pelajaran
sekaligus untuk mendalaminya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat penting
untuk dipelajari dan berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang
lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran
teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaaatannya bagi kehidupan sehari-
hari. Pada prinsipnya, pelajaran IPA di SD membekali siswa dengan
kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan suatu cara mengerjakan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
Mengingat ruang lingkup IPA yang mencakup ilmu keterampilan, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat perlu untuk dikuasai sudah

1
sepantasnya seorang pendidik khususnya guru IPA harus menguasai
bidangnya agar setiap siswa dapat mengerti dan memahami materi-materi
yang terdapat dalam ruang lingkup IPA tersebut.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA dan
banyak orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami.Namun,
pada umumnya siswa merasa bahwa IPA sulit dan untuk mempelajarinya
harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang
ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami IPA antara lain, pertama
bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuwan yang baik, kedua untuk
mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk
mempelajari IPA. Mendefinisikan IPA secara sederhana, singkat dan yang
dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan
mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi tentang fakta, konsep,
prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar IPA
juga belajar tentang cara memperoleh informasi, cara dan teknologi bekerja
dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah
dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sebagai proses, IPA dipandang
sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah melalui keterampilan menemukan, antara lain
mengamati, mengklarifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara
operasional, merumuskan hipotesis, mengintepretasikan data, mengontrol
variabel, melakukan variabel dan melakukan eksperimen. Sebagai sikap, IPA
dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha
untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap
kooperatif dan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
1. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi diatas, kondisi yang ada saat ini adalah
a. Pembelajaran pengetahuan alam di kelas masih berjalan monoton.
b. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.

2
c. Belum ada kolaborasi antara siswa dan guru.
d. Metode yang digunakan bersifat konvensional.
e. Rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan alam.
f. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan alam.
2. Analisis Masalah
Ada beberapa hal yang mengakibatkan rendahnya kualitas
pembelajaran baik prestasi siswa maupun aktivitas belajar, antara lain :
a. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat
kepada orang lain.
b. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendiri.
c. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
yang lain.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis mengadakan refleksi dan
merasa tidak puas dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. Dari
ketidakpuasan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan
bantuan teman sejawat dalam menganalisis masalah yang terdapat di kelas II
materi Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair dengan judul ”Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Tentang Ciri-
Ciri Benda Padat dan Benda Cair Melalui Metode Demonstrasi dengan
Menggunakan Objek Nyata Pada Siswa Kelas II SDN Cikasungka II ”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah perumusan
masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh hasil belajar siswa kelas II
tentang ciri –ciri benda padat dan benda cair dengan menggunakan
objek nyata dalam metode demontrasi pada siswa kelas II SDN
Cikasungka II ?”
C. TUJUAN PENELITIAN

3
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini :
1. Untuk mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan objek nyata dalam metode demontrasi pada siswa kelas II
SDN Cikasungka II .
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan objek nyata dalam metode
Demontrasi di pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas II SDN Cikasungka II .
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan objek nyata dalam metode
demonstrasi di pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas II SDN Cikasungka II.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
Bagi Guru
1. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berkembang secara
profesional dengan menunjukkan kemampuan memperbaiki
pembelajaran yang dikelola.
2. Memotivasi guru untuk berani memanfaatkan setiap media yang tersedia
dalam rangka meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
Bagi Siswa
1. Memberikan pembelajaran yang bermakna
2. Dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
Bagi Sekolah
1. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang
tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru,perbaikan
proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di
sekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

4
A. Pembelajaran IPA SD
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang
berupa keterampilan siswa yang disesuaikan dengan situasi masa sekarang
dan masa yang akan datang. Selain keterampilan laboratoris atau motoris,
jenis keterampilan lain yang juga penting diperoleh siswa dari belajar Sains
adalah keterampilan intelektual dalam menggunakan nalar. Untuk mencapai
keterampilan tersebut guru harus menyajikan pembelajaran Sains yang
memberikan kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dialihgunakan.
Kemampuan itu antara lain berupa:
1. Kemampuan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban terhadap
pertanyaan yang diajukan
2. Kemampuan mengajukan gagasan berdasarkan pengalaman dan
penalaran terhadap kejadian disekitarnya
3. Kemampuan bertindak berdasarkan nalar serta tanggung jawab terhadap
keteraturan sistem di alam.
Kita mengetahui bahwa pada dasarnya manusia itu berpikir utuh-
menyeluruh terlebih pada usia kanak-kanak. Pada masanya, kanak-kanak
belum dapat secara efektif berpikir parsial, spesifik, dan terkotak-kotak.
Berdasarkan itu maka pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD) semestinya
disajikan dalam bentuk yang holistik dan terpaut dengan dunia nyata anak dan
mata pelajaran yang lain.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus meletakkan siswa sebagai
faktor utama dalam pembelajaran ( child center ) dan siswa diberikan banyak
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari penggunaan indranya.
Pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan-percobaan dan
berhubungan dengan hal-hal yang nyata atau dengan hal-halyang dapat
mereka bayangkan. Hal ini akan melahirkan pembelajaran IPA yang banyak
melibatkan siswa secara langsung, guru memberikan kesempatan anak untuk
menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru siap dengan alternatif
jawabannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sehingga pada akhirnya

5
pembelajaran IPA akan membawa dampak yang baik bagi perkembangan
pengetahuan anak didik.
B. Hakikat Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar indiIIdu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. (Rusman,2010, hal 1).
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru,
siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.
Dalam peristiwa belajar semua aspek dalam diri siswa sebagai
indiIIdu seperti intelektual,sosial emosional, fisik harus terlibat secara uruh
sehingga potensi, bakat dan minat siswa dapat terjadi secara maksimal.
Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen
ebaluasi. Masing masing komponen tersebut saling terkait dan saling
memengaruhi satu sama lain.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu sama dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi : tujuan, materi,metode, dan evaluasi. Keempat komponen
pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.

C. Ciri Belajar

6
Banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat
tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan perilaku dan
pengalaman
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya
aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan ( orang yang sedang
belajar itu ). Guru tidaka dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan
siswa. Yang dapat diamati gutu ialah manisfestasinya, yaitu kegiatan
siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri
siswa tersebut.
2. Perubahan perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai ( sikap ).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang
dihasill\kan dari pengalaman ( interaksi dengan lingkungan ), tempat
proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil
belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah ( kawasan ) yaitu :
pengetahuan (kognitif), keterampilah (psikomotorik), dan penguasaan
nilai-nilai atau sikap (afektif).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi
antara indiIIdu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru yang
mengajar tanpa menggunakan alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang
memicu siswa belajar lebih giat.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman
tidak lansung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar

7
dengan melakukan sendiri atau dengan menhalaminya sendiri. Akan
tetapi bila siswa mengetahui karena membaca buku atu mendengarkan
penjelasan guru, maka disebut belajar melalui pengalaman tidak
langsung.
D. Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Kedua hali tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang
proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan
lingkungannya. Menurut Piaget (1950) Setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya ( teori
kognitif). Setiap anak schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran
sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentangobjek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi,yaitu
menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak
dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya
untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri
yaitu : konkret, integratif dan hierarkis.
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
yangdapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran
yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkandengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan
yang dialami sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan dan terpadu, berbagai disiplin ilmu dikaitkan menjadi pengalaman
belajar yang bermakna.

8
Hierakis berarti berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
E. Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pelajaran berakhir. Djamarah (1991, dalam Djamarah dan
Zain, 2002) mengungkapkan seorang guru tidak akan dapat melaksanakan
tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya
guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan
baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar yang
guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi
setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode
bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik
perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak
akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak
tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi
psikologis anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan
dalam pemilihan metode yang tepat. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc.

9
Ed, mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan
metode mengajar sebagai berikut:
1. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
2. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
3. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
4. Fasilitas yang berbagai-bagai keadaannya
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
F. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu sehingga dapat memperlajarinya secara proses.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan
topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
G. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pebelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
a. Menghadirkan obyek sebenarnya atau obyek yang langkah
b. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya
c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret
d. Memberi kesamaan persepsi
e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak
f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten
g. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik.
H. Hasil Belajar
Menurut Arikunto (2006) “Hasil belajar merupakan suatu hasil yang
diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh

10
guru”. Sedangkan menurut Slameto (2003: 3) hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu
sendiri yaitu berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh siswa sebagai hasil
yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dalam diri
siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa ( ekstern )
1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terdapat hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,perhatian,
kelemahan dan kesehatan serta kebiasan siswa.
2. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya
adalah lingkungan fisik dan nonfisik ( termasuk suasan kelas dalam
belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial
budaya, lingkungan keluarga, program sekolah ( termasuk dukungan
komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

11
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian saya adalah siswa-siswi kelas II dengan
jumlah 22 siswa laki-laki 13 dan perempuan 9 tahun pelajaran 2018/2019.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Cikasungka II Kecamatan Solear
Kabupaten Tangerang.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 September 2018, 10 September
2018, 17 September 2018, semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
Tabel 1 Jadwal Perbaikan Pembelajaran
Hari/Tanggal
No Siklus Pokok Bahasan
Pelaksanaan
Senin , 3 September 2018 Ciri Benda Padat dan
1 Prasiklus
Benda Cair
Senin, 10 September Ciri Benda Padat dan
2 I
2018 Benda Cair
Senin, 17 Oktober 2013 Ciri Benda Padat dan
3 II
Benda Cair

4. Pihak yang Membantu


Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi dan
dibantu oleh Supervisor II yaitu Abdul Raup, S.Pd untuk mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan
dan supervisor I yang bertugas membimbing pelaksanaan PKP mahasiswa
di kelas bimbingan PKP, serta kepala SD Negeri Cikasungka II telah
memberikan pengalaman pada penelitian ini.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

12
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru diamati oleh seorang
teman sejawat dengan prosedur pembelajaran dan langkah-langkah sebagai
berikut.
PraSiklus
1. Perencanaan
Tindakan yang dilakukan pada prasiklus adalah menerapkan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi Ciri Benda Padat dan Benda Cair.
Rencana perbaikan pembelajaran pada prasiklus terdiri dari langkah-
langkah:
Dalam perencanaan prasiklus sebelum dilakukan perbaikan, peneliti dibantu
oleh teman sejawat terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi yaitu
siswa lebih mampu menguasai materi IPA Ciri Benda Padat dan Benda Cair
dan dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Adapun kegiatan yang
dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran prasiklus
2) Menyiapkan alat peraga berupa benda-benda di kelas, batu, piring,
gelas
3) Menyiapkan sistematika laporan prasiklus
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS

2. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada prasiklus adalah meningkatkan
kemampuan siswa dalam menguasai materi tentang Ciri-Ciri Benda
Padat dan Benda Cair dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi.

13
Kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
yang kegiatannya sebagai berikut :
1) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang benda-benda di
kelas ( meja,kursi, buku, papan tulis, pensil, spidol dan lain-lain )
2) Siswa diminta untuk menyebutkan benda-benda yang ada di kelas
tersebut.
3) Guru meletakkan benda-benda seperti penggaris,pena,piring, gelas,
batu dan lain-lain di atas meja sedangkan siswa diminta mengamati.
4) Siswa diminta untuk menyebutkan benda yang merupakan benda
padat yang ada di atas meja.
5) Guru melakukan demonstrasi dengan meletakkan batu di atas piring
6) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk batu setelah
diletakkan di atas piring
7) Guru meletakkan penggaris di atas meja
8) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk penggaris di
atas meja
9) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
dipelajari serta diberikan penguatan
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang
dipelajari serta siswa diberikan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada prasiklus.
3. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada tahap ini, selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman
sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi
siswa dan guru terlampir).
4. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi terhadap
kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh teman sejawat memperoleh
hasil:
1) Siswa yang baru menguasai materi 10 orang atau 45,45%.

14
2) Sebagian siswa sudah ada yang aktif bertanya maupun menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
3) Guru belum bisa memberikan perhatian secara menyeluruh kepada siswa.
4) Guru belum melibatkan siswa 100% dalam proses pembelajaran.
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada prasiklus ini akan diperbaiki
pada siklus I.
Siklus I
1. Perencanaan
Siklus I dilaksanakan berdasarkan refleksi prasiklus dan bertujuan
untuk memperbaiki pembelajaran pada prasiklus. Pada siklus I ini
diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya.
Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus I terdiri dari langkah-langkah
Dalam perencanaan siklus I ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada prasiklus, yaitu siswa belum bisa menyebutkan perbedaan ciri-ciri
benda padat dan benda cair.Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I
2) Menyiapkan alat peraga berupa benda-benda di kelas, sebotol kecap,
gelas, secangkir air
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus I
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I ini adalah memperbaiki masalah
yang belum dapat diatasi pada prasiklus, yaitu siswa belum bisa menyebutkan
perbedaan ciri benda padat dan benda cair. Adapun pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I yaitu, a) kegiatan awal yang meliputi salam, berdoa, mengecek
kehadiran siswa, melakukan apersepsi dan menginformasikan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi.b)Kegiatan inti yaitu kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi yang langkah kegiatannya sebagai berikut :

15
1) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang
merupakan benda cair
2) Siswa diminta menyebutkan benda-benda yang merupakan benda cair
3) Guru meletakkan secangkir air, satu buah gelas dan satu botol kecap di atas
meja sedangkan siswa diminta untuk mengamati
4) Siswa diminta untuk menyebutkan benda yang merupakan benda cair yang
ada di atas meja.
5) Guru melakukan demostrasi dengan memasukkan air yang berada di dalam
cangkir ke dalam sebuah gelas
6) Siswa diminta untuk menyebutkan bentuk air sebelum dan sesudah
dimasukkan ke dalam gelas.
7) Guru menuangkan kecap ke dalam mangkuk
8) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk kecap setelah dan
sebelum dimasukkan ke dalam mangkuk
9) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah
dipelajari dan diberikan penguatan
Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan
melakukan evaluasi secara indiIIdu.
Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada siklus I ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman
sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi
terlampir).
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap
kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bersama dengan teman sejawat
memperoleh hasil:
1) Siswa yang baru menguasai materi 14 orang atau 63,63 %

16
2) Sebagian siswa belum menguasai materi tentang perbedaan ciri-ciri
benda padat dan benda cair.
3) Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan
terlibat aktif dalam pembelajaran.
4) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa
sudah lebih fokus dalam pembelajaran
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada prasiklus ini akan diperbaiki
pada siklus I.
Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini diharapkan hasil
belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya. Rencana perbaikan
pembelajaran pada siklus II terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan ciri-ciri
benda padat.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
2) Menyiapkan alat peraga berupa objek nyata yaitu piring, gelas, cangkir,
botol, piring,air, minyak goreng, kecap.
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus II
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS

2. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah memperbaiki masalah
yang belum dapat diatasi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menentukan
perbedaan ciri-ciri benda padat dan benda cair. Dari pengamatan yang
dilakukan oleh teman sejawat, secara umum pelaksanaan kegiatan perbaikan

17
sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari
kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan
salam kepada siswa, memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran
dari materi ini. Setelah siswa mulai memperhatikan ke depan, guru mulai
memperlihatkan kepada siswa perubahaan yang terjadi bila pensil dipindahkan
dari atas meja ke dalam kotak pensil dan perubahan yang terjadi bila air dari
gelas dituangkan kedalam cangkir.Setelah itu guru menjelaskan tentang
perubahan wujudnya.
Kemudian, siswa menyelesaikan soal yang ada di LKS.
Siswa diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang ciri-ciri
benda cair dan benda padat, misalnya ”ada yang belum jelas, ada yang mau
bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara indiIIdu. Metode demonstrasi
dengan menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
3. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman
sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi
siswa dan guru terlampir)
4. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap
kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bersama dengan teman sejawat
memperoleh hasil:
1) Jumlah siswa yang mencapai KKM dengan nilai diatas 76 sebesar 90,90
%.
2) Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
menjawab pertanyaan dari guru dengan benar sebesar 90,90 %.
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas.
Hasil tes siklus II ini menunjukkan skor rata-rata kemampuan siswa dalam
menguasai materi sebesar 90,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah

18
menguasai materi secara lebih baik. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran
dihentikan.

C. Hal-hal yang Unik

Hal-hal yang unik yang muncul pada saat perbaikan pembelajaran IPA dari 22
siswa di kelas II, yaitu:

a. Pada prasiklus saat awal pembelajaran, siswa terlihat tegang, kaku, dan
sangat serius karena ada tamu (teman sejawat) yang mengamati
pembelajaran. Namun, pada siklus I dan II siswa mulai terbiasa dengan
kehadiran teman sejawat tersebut.
b. Perhatian siswa tertuju pada objek nyata berupa minyak,madu,air yang
ditunjukkan guru.
c. Siswa tampak malu-malu ketika harus menyampaikan pendapat tentang
cara merawat dokumen tersebut.
d. Guru tampak sibuk dan repot dalam mengelola kelas karena selain
mengajar juga harus mengadakan pengamatan terhadap keaktifan siswa.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

19
Mengenai kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN
Cikasungka II materi Membedakan ciri benda cair dan benda padat Hidup
menunjukkan yaitu. (1) pembelajaran pengetahuan alam di kelas masih berjalan
monoton; (2) belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat; (3) belum ada
kolaborasi antara siswa dan guru; (4) metode yang digunakan bersifat
konvensional (5) rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan alam, dan (6)
rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan alam.
Dari pelaksanaan tindakan kelas hasilnya adalah sebagai berikut.
1. Nilai Rata-Rata
Hasil evaluasi belajar selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut.
Tabel. 4.1 Nilai Rata-Rata
No Tindakan Nilai Rata-Rata Keterangan
1. Pra Siklus 59,09% Belum Tercapai
2. Siklus 1 70,91% Belum Tercapai
3. Siklus 2 74,09% Belum Tercapai
4. Siklus 3 85,45% Terlampaui

Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil evaluasi nilai rata-
rata proses belajar mengajar di awal pembelajaran sebesar 59,09%. Selama
siklus 1 menunjukkan peningkatan sebesar 70,91%. Hasil evaluasi nilai
rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus kedua sebesar
74,09% dan nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus
ketiga menunjukkan peningkatan sebesar 85,45 %.

Perolehan skor Nilai Rata-Rata selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut.

20
90.00% 85.45%
80.00% 74.09%
70.91%
70.00%
59.09%

Ketercapain (%)
60.00%
Pra Siklus
50.00%
Siklus 1
40.00%
Siklus 2
30.00%
Siklus 3
20.00%
10.00%
0.00%
Grafik 4.1 Nilai Rata-Rata

2. Ketercapaian KKM
Perolehan skor Ketercapaian KKM 75 selama siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut.
120.00%

100.00% 95.45%

77.27%
80.00%
Persentase

63.64%
50.00%
60.00% 50.00%
≥ 75
36.36%
40.00% ≤ 75
22.75%
20.00%
4.55%
0.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Grafik 4.2 Ketercapaian KKM

Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75


pada awal pembelajaran masih rendah dengan perolehan persentase sebesar
27,73%. Di siklus pertama ketercapaian siswa meningkat sebesar 50,00%.
Ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada siklus kedua mengalami
peningkatan dengan perolehan persentase sebesar 63,64%. tingkat
ketercapaian siswa siklus ketiga mengalami peningkatan dengan perolehan
persentase sebesar 95,45%.

21
3. Aktivitas Siswa
Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dan tingkat ketercapaian
diikuti pula aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah
pada pembelajaran Metode Demontrasi selama siklus 1, siklus 2, dan siklus
3 dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut.
120.00%
100%
100.00%

80.00% 72.73%
Persentasi

50.00% 59.09%
60.00% 50.00% Aktif
40.91%
40.00% Pasif
27.27%

20.00%
0%
0.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Grafik 4.3 Aktivitas Siswa

Grafik 4.3 diatas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada


awal pembelajaran menunjukan aktivitas yang sangat rendah, hanya 50,00%
siswa aktif. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tergolong rendah dengan perolehan skor 59,09% siswa aktif. Pada siklus
kedua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong sedang
dengan perolehan skor 72,73% siswa aktif. Siswa merasa termotivasi untuk
bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru ataupun
pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik lainnya. Suasana
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Hasil observasi aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong tinggi dengan perolehan
skor 100% siswa aktif.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus 1
a. Perencanaan

22
Perencanaan tindakan dilakukan dengan membuat segala sesuatu yang
diperlukan seperti: Perangkat Perbaikan Pembelajaran (RPP), dan beberapa
instrument pendukung seperti: tes, observasi. Dalam perencanaan tindakan
ini peneliti akan membuat skenario pembelajaran yang dituangkan dalam
RPP.
b. Pelaksanaan
Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana.
Hal ini disebabkan :
1) Pembelajaran Metode Demontrasi dilaksanakan dengan cara belajar
secara kelompok, peserta didik belum terbiasa belajar dengan kondisi
demikian.
2) Pemahaman peserta didik terhadap langkah-langkah pembelajaran
Metode Demontrasi masih rendah.
Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas
antara lain.
1) Memberikan motivasi dan dorongan pada siswa agar aktif bekerja dalam
kelompok.
2) Memberikan bimbingan secara langsung pada peserta didik baik secara
indiIIdu maupun secara berkelompok.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan superIIsor 2 dapat
disimpulkan :
1) Peserta didik mulai memahami pola pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran Metode Demontrasi.
2) Langkah-langkah pembelajaran Metode Demontrasi sudah dapat
dilakukan peserta didik dengan baik.
3) Kondisi pembelajaran sudah mulai kondusif dengan meningkatnya
aktivitas siswa.
c. Observasi
1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama
siklus pertama menunjukkan peningkatan sebesar 70,91 atau 70,91%.

23
2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75
pada siklus pertama masih rendah dengan perolehan persentase sebesar
50,00%.
3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tergolong rendah dengan perolehan skor 59,09% siswa aktif.
d. Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah
sebagai berikut.
1) Suasana pembelajaran belum mengarah pada pendekatan pembelajaran
Metode Demontrasi. Dilihat dari perolehan skor aktivitas siswa hanya
59,09% aktif.
2) Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata sebesar 70,91% dan tingkat
ketercapaian ketuntasan sebesar 50,00.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua
dapat dibuat perencanaan sebagai berikut :
1) Lebih intensif membimbing siswa untuk belajar baik secara indiIIdu
maupun membimbing siswa secara berkelompok.
2) Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih
antusias untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan.

Siklus 2
Siklus kedua terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi yang digambarkan sebagai berikut.
a. Perencanaan
1) Lebih intensif membimbing siswa untuk belajar baik secara indiIIdu
maupun membimbing siswa secara berkelompok.
2) Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih
antusias untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan.
3) Membuat perangkat pembelajaran Metode Demontrasi yang lebih
mudah dipahami peserta didik.

24
b. Pelaksanaan
1) Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan kepada pembelajaran Metode
Demontrasi. Tugas yang diberikan guru kepada peserta didik mampu
dikerjakan dengan baik. Peserta didik saling membantu untuk
memahami materi pelajaran yang diberikan melalui diskusi dan Tanya
jawab.
2) Peserta didik termotivasi untuk bertanya mengikuti pembelajaran
Metode Demontrasi.
3) Pembelajaran yang menyenangkan sudah mulai tercipta.
c. Observasi
1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama
siklus kedua menunjukkan peningkatan sebesar 74,09 atau 74,09%.
2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75
pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan perolehan persentase
sebesar 63,64%.
3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tergolong sedang dengan perolehan skor 72,73% siswa aktif.
d. Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai
berikut.
1) Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi sebesar 74,09% diikuti pula
tingkat ketercapaian KKM 75 sebesar 63,64%.
2) Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada
pembelajaran Metode Demontrasi. Siswa mampu bekerja sama dalam
kelompok dan memahami tugas yang diberikan guru. Siswa sudah
mulai mampu berpartisipasi dalam kelompok dan tapat waktu
menyelesaikan tugas yang diberikan. Aktivitas siswa yang aktif sebesar
72,73%.
Siklus 3
a. Perencanaan

25
1) Memberikan semangat dan dorongan untuk belajar secara berkelompok
lebih aktif lagi.
2) Lebih intensif memberikan bimbingan pada peserta didik baik secara
indiIIdu maupun berkelompok.
3) Memberikan penghargaan.
4) Membuat perangkat pembelajaran Metode Demontrasi yang lebih
mudah dipahami peserta didik.
b. Pelaksanaan
1) Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran
Metode Demontrasi. Tugas yang diberikan guru kepada peserta didik
mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Peserta didik dalam
kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan baik melalui Tanya jawab maupun
diskusi. Mereka kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar
mengajar.
2) Siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan
yang diberikan guru ataupun pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta
didik lainnya.
3) Suasana pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan.
c. Observasi
1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama
siklus ketiga menunjukkan peningkatan sebesar 85,45 atau 85,45 %.
2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75
pada siklus ketiga mengalami peningkatan dengan perolehan persentase
sebesar 95,45%.
3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tergolong tinggi dengan perolehan skor 100% siswa aktif.
d. Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah sebagai
berikut.

26
1) Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi belajar siswa menerapkan
pembelajaran Metode Demontrasi sebesar 85,45% dan tuntas secara
klasikal, dan diikuti pula peningkatan ketercapaian peserta didik
terhadap KKM 75 yang telah ditetapkan guru menjadi 95,45%.
2) Meningkatnya aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini
berdasarkan observasi 72,73% pada siklus kedua meningkat menjadi
100% pada siklus ketiga.
3) Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar di
kelas dengan menerapkan pembelajaran Metode Demontrasi di kelas II
SDN Cikasungka II materi Membedakan ciri benda cair dan benda padat
Hidup pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam didukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan
suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran Metode
Demontrasi.

27
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas II SDN Cikasungka II pada mata pelajaran IPA
materi Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair mengalami peningkatan yang
signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata
melalui metode eksperimen.
2. Pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi tepat
digunakan untuk mempelajari IPA pokok bahasan Ciri-Ciri Benda Padat
dan Benda Cair.
3. Mengaitkan pembelajaran dengan menggunakan objek nyata melalui
metode demonstrasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Keterampilan dan keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses
pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dapat
muncul dan 81,81% menunjukan peningkatan.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang sebaiknya


dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
sebagai berikut:

1. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata


melalui metode demonstrasi dalam mengajar IPA pokok bahasan Ciri-
Ciri Benda Padat dan Benda Cair di kelas II SD agar prestasi belajar
siswa dapat meningkat.
2. Gunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariatif sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan perkembangan peserta didik .

28
3. Berikan motivasi untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih
fokus terhadap pelajaran yang diberikan.
4. Sebaiknya kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman
kongkrit siswa agar pembelajaran menjadi bermakna.
5. Libatkan siswa secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran
melalui penerapan metode demostrasi.
6. Lakukan refleksi diri setiap selesai mengajar untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

29
Anitah Sri,dkk.2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas terbuka.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah SB & Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik Oe. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Nursiyani AT. 2002. Pelangi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Rusman, M.Pd 2013. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Sapriati Amalia, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Wardani IGAK, Wihardit K 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas


Terbuka

30

Anda mungkin juga menyukai