Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gizi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya,
yakni menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan, status gizi masyarakat dapat diketahui dan dinilai melalui
penilaian, yaitu: antropometri, klinis, biokimia, biofisik.10

Kekurangan gizi adalah penyakit tidak menular dengan manifestasi di rongga


mulut yang meliputi : gangguan perkembangan enamel, karies, penyakit mukosa oral,
dan penyakit periodontal.4,5

2.1. Status Gizi

2.1.1. Pengertian Status Gizi

Menurut Robinson dan Weighley, status gizi adalah keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh.1

2.1.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang
berisiko atau dengan status gizi buruk. 10

Menurut Hartriyanti dan Triyanti, penilaian status gizi bertujuan untuk:

1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi.

2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-


masing metode yang ada.

3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan,


dan implementasi untuk penilaian status gizi.

xvii
Universitas Sumatera Utara
Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. 10

1. Antropometri

A. Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.11
B. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.11
Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat
pertumbuhan adalah sebagai berikut10

a. Berat Badan (BB)


BB mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang, untuk
menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur
dan tinggi badan. 10
b. Tinggi Badan (TB)
Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang)
yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan
sebagai indikator status gizi masa lalu.10
c. Panjang Badan (PB)
Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga
tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB.10
d. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang
digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar)

xviii
Universitas Sumatera Utara
atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita
dapat digunakan grafik Nellhaus.10
e. Lingkar Dada
Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga bisa
digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun.10
f. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA
dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan
data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat.10
g. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB
dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat.11
C. Indeks Antropometri

1) Berat badan menurut umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya
dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu
dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.11
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini.11

xix
Universitas Sumatera Utara
2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.11

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat
badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini.11

4) Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)

Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP (kekurangan energi dan


protein) pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan
pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat.10

Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya


dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli
Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median,
persentil dan standar deviasi unit.

i). Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi
median sama dengan persentil 50.

xx
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median11

Status Gizi Indeks


BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80% >90% >90%
Gizi Sedang 71 – 80% 81 – 90% 81 – 90%
Gizi Kurang 61 – 70% 71 – 80% 71 – 80%
Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %

ii). Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median,
akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai
tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya.
National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5
sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi
baik.11
iii). Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.11
Rumus perhitungan Z – Skor :
Z – Skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan /
Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor 12


Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Gizi Lebih ≥ + 2 SD
Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD
Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD
Gizi Buruk < - 3 SD

xxi
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS10
1) BB/U:
a. Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD
c. Gizi kurang <-2.0 SD
d. Gizi buruk <-3.0 SD
2) TB/U:
a. Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Pendek (Stunted) < -2.0 SD
3) BB/TB:
a. Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD
c. Kurus/Wasted <-2.0 SD
d. Sangat kurus < 3.0 SD
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.11

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign)
dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.11

xxii
Universitas Sumatera Utara
3. Biokimia

Beberapa tahap perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan cara


biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Cara ini dapat digunakan untuk
mendeteksi keadaan defisiensi subklinis. Bersifat obyektif, bebas dari faktor emosi
dan subyektif lain. Metode ini mampu merefleksikan kadar zat gizi tubuh total atau
besarnya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi sehingga disebut
uji biokimia statis.23

Cara lain untuk mengukur keadaan defisiensi subklinis adalah uji gangguan
fungsional. Uji fungsional adalah pengukuran perubahan dalam aktivitas enzim
spesifik atau kadar komponen darah spesifik tergantung zat gizi yang diberikan,
pengukuran produksi metabolit abnormal, pengukuran fungsi fisiologi dan perilaku
yang tergantung pada zat gizi spesifik.23

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.11

2.2. Kurang Gizi


2.2.1. Definisi
Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada
sekelompok masyarakat tertentu di suatu tempat yang menyangkut multidisiplin dan
selalu dikontrol dan berpengaruh terhadap pertumbuhan.1 Di pelbagai negara
berkembang, ada masalah-masalah yang sangat penting sebagai masalah yang umum
dijumpai pada kekurangan gizi, yakni kurang energi-protein, kurang vitamin A,
kurang yodium, dan anemia gizi besi (AGB). 12,13

xxiii
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Masalah pada Kekurangan Gizi

2.2.2.1. Kurang Energi-Protein (KEP)

Kurang energi-protein disebut juga Protein-Calori Malnutrition atau Protein


Energy Malnutrition adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein
dan kalori dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG) serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.12

Tabel 3. Angka Kecukupan Energi dan Protein (Per Orang Per Hari)1

Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein


(Bulan) (KG) (CM) (Kkal) (Gram)
0-6 5,5 60 560 12
7-12 8,5 71 800 15
13-36 12 90 1250 23
37-47 15 100 1500 28
48-72 18 110 1750 32
Secara klinis KEP terbagi dalam 3 tipe, yaitu:
1. Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis berwarna kemerahan, cengeng,
rewel dan apatis, otot mengecil, bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah
terkelupas, sering disertai penyakit infeksi akut seperti diare dan anemia.12

Gambar 1. Kwashiorkor14

xxiv
Universitas Sumatera Utara
2. Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.12

Gambar 2. Marasmus15

3. Marasmus Kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan


marasmus12

2.2.2.2. Kekurangan Vitamin A


Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, dibutuhkan vitamin.
Salah satu jenis vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A (retinol) yang berfungsi
menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat
melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya.12 Apabila tubuh kekurangan
vitamin A, maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada
kemampuan mata dalam menerima cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti
xerosis dan xeropthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit
infeksi. Pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat, angka kematian
meningkat hingga 50 %.12

xxv
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.3. Kekurangan Yodium

Kekurangan yodium atau dewasa ini dikenal sebagai gangguan akibat


kekurangan yodium (GAKY) adalah salah satu masalah gizi kurang yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia yang sering terjadi pada kawasan pegunungan dan
perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium.12 Yodium diperlukan
untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan
perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin hinggga dewasa. Akibat dari
kekurangan yodium saat ini tidak hanya perbesaran kelenjar thyroid, melainkan juga
lebih luas mulai dari keguguran, lahir mati, kretin, cacat bawaan, dan hipotiroid.
Kretin merupakan akibat yang paling berbahaya karena tidak hanya fisik yang
terkena, tetapi yang paling penting adalah gangguan pada perkembangan otak.12,13

2.2.2.4. Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut.12 Di negara-negara dengan prevalensi anemia lebih besar dari 20 persen,
penyebab anemia adalah defisiensi Fe (Zat Besi) atau kombinasi kekurangan zat besi
dengan kondisi lainnya seperti status sosio-ekonomi. Sebuah penelitian di Manado
pada tahun 2002 terhadap 30 ibu hamil menunjukkan adanya hubungan positif antara
status sosial ekonomi terhadap kadar serum ferritin darahnya. Pada kelompok bayi
dan anak-anak, anemia dihubungkan dengan perilaku dan pengembangan
kecerdasan.12,13

2.2.3. Penyebab Kekurangan Gizi

Menurut Wong (1990), Seseorang dapat mengalami kekurangan gizi karena


disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Konsumsi makanan yang tidak mencukupi. Hal ini mungkin disebabkan oleh
masalah daya beli, ketersediaan makanan, ketidaksukaan, ataupun alergi.2

xxvi
Universitas Sumatera Utara
Contohnya :

a. Menghindari makan buah-buahan dan sayuran (defisiensi vitamin A,C)

b. Menghindari makan daging, telur, dan susu (defisiensi vitamin B12, protein,

Fe, Zn)

c. Menghindari minum susu (defisiensi Ca, vitamin B 2)

2. Peningkatan pengeluaran gizi dari dalam tubuh.2

Contohnya :

a. Terjadi perdarahan (defisiensi Fe)

b. Mengalami diare, fistula/abnormalitas kelenjar tubuh (defisiensi protein, Zn,


cairan, elektrolit)

c. Adanya pengeringan abses atau luka (defisiensi protein, Zn)

d. Mengalami sindrom nefrotik/gangguan ginjal (defisiensi protein, Zn)

e. Muntah (defisiensi cairan, elektrolit, kalori, zat gizi lainnya)

3. Kebutuhan gizi yang meningkat pada kondisi tertentu.2

Contohnya:

a. Menderita demam (defisiensi kalori, vitamin B1)

b. Hipertiroidisme (defisiensi kalori)

c. Kondisi sehabis operasi, menderita trauma, luka bakar, dan infeksi (defisiensi
kalori, protein, vitamin C, Zn)

d. Menderita kanker ( defisiensi kalori, protein, zat gizi lainnya)

xxvii
Universitas Sumatera Utara
4. Penyerapan makanan dalam sistem pencernaan yang mengalami gangguan.2

Contohnya:

a. Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya obat anti kejang (defisiensi


berbagai zat gizi)

b. Malabsorpsi (defisiensi kalori, vitamin A,D,E,K, protein, Ca, Mg, dan Zn)

c. Adanya parasit/kuman(defisiensi Fe)

5. Gangguan pengguaan gizi setelah diserap.2

Contohnya: Adanya kelainan metabolisme dari bawaan (faktor keturunan)

2.3. Gambaran Klinis Penderita Kekurangan Gizi


Gambaran klinis penderita kekurangan gizi berupa pengurangan jaringan
subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah sehingga tubuh kelihatan kurus.
Perubahan yang terjadi pada kulit adalah kulit menjadi kering dan kasar. Apabila
terjadi luka atau trauma, maka akan terjadi hyperpigmentasi pada kulit. Kuku menjadi
rapuh dan mudah retak. Rambut akan kelihatan tipis, sedikit, mudah rontok dan
berwarna coklat kemerah-merahan.18

2.4. Manifestasi Oral akibat Kekurangan Gizi


Manifestasi oral yang sering terjadi oleh karena kekurangan gizi adalah Early
Childhood Caries (ECC), Gangguan Perkembangan Enamel, Penyakit Mukosa Oral,
serta Penyakit periodontal.4,5,6

xxviii
Universitas Sumatera Utara
2.4.1. Early Childhood Caries

Early Childhood Caries atau sering disebut juga nursing caries, nursing bottle
caries, rampant caries, baby bottle tooth decay, milk bottle caries, labial caries and
caries of the incisors adalah karies yang mengenai gigi-gigi anterior sulung, molar
bawah sulung dan kaninus bawah yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni,
bakteri kariogenik, karbohidrat, host (pejamu), dan waktu. Kekurangan energi protein
paa saat pembentukan gigi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap
karies, erupsi yang terlambat. Selain itu, berpengaruh juga terhadap kelenjar saliva
sehingga resiko terjadinya karies meningkat. 7,8

2.4.2. Gangguan Perkembangan Enamel


Gigi merupakan struktur paling padat dalam tubuh dengan kandungan kalsium
terbesar. Defisiensi kalsium saat perkembangan menyebabkan enamel hipoplasia, dan
akhirnya meningkatkan insidensi karies. Defisiensi vitamin A, D dan Kekurangan
Energi-Protein dikaitkan dengan hipoplasia enamel dan atropi kelenjar saliva.
Penggunaan floride yang berlebihan saat enamel sedang terbentuk ( sampai dengan
usia 6 tahun ) dapat menyebabkan flourosis gigi.4,16
2.4.3. Penyakit Mukosa Oral
Jaringan rongga mulut terdiri dari sel-sel yang selalu mengalami pergantian
sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Kekurangan gizi dapat
menyebabkan atrofi, peradangan dan terbentuknya celah (fissure) pada mukosa bibir,
dan angular cheilitis, yang sebagian besar disebabkan tingginya proses pergantian sel
di labial commisures. Status nutrisi yang suboptimum juga akan meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi mulut.17
Recurrent apthous stomatitis, glossitis, serta angular cheilitis merupakan
penyakit pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh kekurangan gizi terutama
vitamin B dan defisiensi zat besi.18

xxix
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.1. Recurrent Apthous Stomatitis

Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) kondisi pada mukosa oral yang


menyakitkan yang paling sering ditemui pada pasien. Berupa lesi yang muncul
berulang-ulang, berjumlah lebih dari satu, kecil, berbentuk lingkaran atau oval
dengan batas jelas dan dasar berwarna kuning atau abu-abu dan dikelilingi oleh
erythematous haloes.19

Dapat digolongkan menjadi tiga variasi klinis menurut klasifikasi oleh Stanley:

1. RAS minor dikenal juga dengan Miculiz’s aptahe. Merupakan varian yang
paling umum dijumpai, hampir 80% dari RAS tersebut. Berukuran dari 8 hingga 10
mm, dijumpai pada permukaan mukosa non-keratin misalnya, mukosa labial, mukosa
bukkal, dan dasar mulut.19

2. RAS mayor dikenal juga dengan penyakit Sutton. Ditemukan pada 10-15%
pasien. Berukuran lebih dari 1 cm. Lokasi yang paling sering terkena adalah bibir,
palatum lunak. Dorsum lidah dan gingiva sering terlibat. Ulkus menetap selama 6
minggu dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.19

3. Herpertiform ulceration dicirikan ulkus berulang dan banyak; berjumlah


lebih dari 100. Berdiameter kecil 3-4 mm. Lesi-lesi tersebut dapat menyatu
membentuk ulkus besar yang tidak beraturan.19

2.4.3.2. Glossitis
Glositis adalah suatu kondisi yan dicirikan dengan lidah yang membesar,
smooth-looking tongue yang disertai dengan perubahan warna. Gambaran klinisnya
adalah hilangnya papila-papila lidah dan lidah membengkak.20

2.4.3.3. Angular Cheilitis


Angular cheilosis atau dikenal juga dengan perleche merupakan lesi yang
terjadi pada sudut mulut. Pada kebanyakan kasus, disebabkan oleh infeksi bakteri
pada saliva yang berkumpul pada lapisan kulit yang tipis pada sudut mulut. Penyebab

xxx
Universitas Sumatera Utara
lain dari penyakit ini adalah defisiensi dari vitamin dan mineral tertentu, contohnya
zat besi dan vitamin B.21 Gejala umum dari penyakit ini adalah mulut kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yan diikuti dengan rasa
terbakar pada sudut mulut. Gambaran klinis yang paling sering adalah berupa daerah
eritema dan udema yang berbentuk segitiga atau dapat berupa atropi, ulser, krusta dan
pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.22

2.4.4. Penyakit Periodontal


Penyakit periodontal termasuk inflamasi gingiva dan kehilangan perlekatan
jaringan lunak dengan gigi serta resorpsi tulang alveolar yang akhirnya kehilangan
gigi, umumnya dialami oleh orang dewasa, namun dapat juga dialami oleh orang
muda.16
Meskipun bukti ilmiah mendukung fakta bahwa patogenesis dari periodontitis
melibatkan bakteri anaerob rongga mulut dan kerusakan jaringan sebagai hasil dari
interaksi kompleks antara bakteri patogen dengan respons pejamu terhadap infeksi,
beberapa faktor lokal dan sistemik dikaitkan dengan resiko ataupun tingkat keparahan
penyakit periodontal. Gizi berperan penting dalam menjaga kesehatan jaringan
periodontal, dan aspek nutrisi yang lain sebagai faktor pendukung yang lain.18

xxxi
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Teori Antropometri
Pemeriksaan Klinis
Penilaian Status Gizi Biokimia

Biofisik

Kurang Gizi
`

Gambaran Klinis Manifestasi Oral

1. Pengurangan jaringan subkutan pada 1. Karies


daerah lengan atas, kaki, wajah 2. Gangguan Perkembangan
sehingga tubuh kelihatan kurus Enamel
2. Kulit kering dan kasar 3. Penyakit Mukosa Oral
3. Hyperpigmentasi pada kulit saat terjadi - Recurrent Apthous Stomatitis
luka atau trauma
- Glossitis
4. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak
- Cheilosis
5. Rambut kelihatan tipis, sedikit, mudah
rontok dan berwarna coklat kemerah- 4. Penyakit Periodontal
merahan

xxxii
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konsep

MANIFESTASI ORAL

ANTROPOMETRI 1. Karies

2. Gangguan Perkembangan Enamel

3. Penyakit Mukosa Oral


Kurang Gizi
- Recurrent Apthous Stomatitis

- Glossitis
Gambaran Klinis
- Cheilosis

4. Penyakit Periodontal

xxxiii
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai