Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Morbili merupakan penyakit endemik dan sangat infeksius yang disebabkan oleh
virus yang umumnya menyerang anak-anak. Virus ini merupakan virus RNA,
termasuk dalam genus Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Penularan virus
morbili terjadi secara droplet. 1,2
Masa inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari jarang masa inkubasi dapat
sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari
infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. Penyakit ini dibagi dalam 3
stadium yaitu; (1) stadium prodromal/ kataral (2) stadium erupsi dan (3) stadium
konvalesensi. 2,3
Penyakit morbili di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
yang perlu ditangani. Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama
pada bayi dan anak umur 1-4 tahun. Morbili merupakan penyakit endemis terutama di
negara sedang berkembang. Wabah rentan terjadi pada anak yang memiliki status gizi
kurang baik. 3,4
Morbili bersifat self limiting diseases sehingga pengobatannya hanya bersifat
simtomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan mencegah komplikasi
yang dapat terjadi.1
Komplikasi yang dapat terjadi pada morbili adalah bronkopneumonia,
gastroenteritis, ensefalitis, otitis media, mastoiditis, laringitis akut dan gangguan gizi.1
Pencegahan morbili bisa dilakukan dengan imunisasi aktif, imunisasi pasif, dan
isolasi penderita. 2
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada
komplikasi. 5

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An.M
 Jenis kelamin : Perempuan
 Lahir pada tanggal/umur : 12 Agustus 2011 / 5 Tahun 2 bulan
 Agama : Islam
 Kebangsaan : Indonesia
 Suku bangsa : Kaili
 Nama ibu : Ny. M Umur : 32 tahun
 Nama ayah : Tn. M Umur : 32 tahun
 Pekerjaan ayah : Swasta
 Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Jln.
 No. Telp :-
 Masuk dengan diagnose : Morbili
 Tanggal masuk rumah sakit : 23 November 2016
 Masuk ke ruangan : Nuri atas ( ruang isolasi)

FAMILY TREE

2
Ayah Ibu

= Laki- laki
= Perempuan
Anak = Meninggal

Penderita

B. ANAMNESIS :
 Keluhan Utama:
Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Sifat demam naik turun, demam turun dengan pemberian obat penurun
panas namun kemudian demam naik lagi. Demam tidak disertai menggigil
maupun kejang. Ibu pasien mengeluhkan munculnya bintik-bintik kemerahan
yang terasa gatal sejak 3 hari lalu. Awalnya timbul di bagian leher kemudian
menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan diseluruh badan. Mata pasien
sering gatal dan merah. Selain itu, pasien juga mengalami batuk disertai lendir
berwarna putih. Tidak ada sesak nafas, muntah 1x dirumah, berisi makanan.
Buang air besar lancar konsistensi biasa dan buang air kecil kesan cukup.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya:

3
Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Hal ini baru
pertama kali di alami oleh pasien. Tidak ada alergi makanan maupun alergi
obat.
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Pada keluarga tidak ada yang mengalami hal atau keluhan serupa yang seperti
pasien alami.
 Riwayat Sosial dan Ekonomi:
Anak tinggal di jalan Lekatu. Lingkungan rumah merupakan lingkungan padat
penduduk. Riwayat kontak lingkungan sekitar dengan penyakit yang sama
belum jelas. Status sosial ekonomi anak masuk dalam kategori menengah.
Pembiayaan perawatan di rumah sakit menggunakan BPJS.
 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan tumbuh seperti anak seusianya.
 Riwayat Kehamilan:
Pasien dikandung cukup bulan dan ibunya sering memeriksakan diri ke bidan
selama masa kehamilan dan tidak pernah mengalami kelainan selama masa
kehamilan.
 Riwayat Persalinan
Saat hamil ibu tidak pernah sakit, Bayi lahir cukup bulan, lahir spontan.
Pasien lahir dibantu oleh bidan. Bayi lahir langsung menangis. Berat badan
lahir 3100 gram, panjang badan lahir lupa. Pasien merupakan anak tunggal.
 Kemampuan dan Kepandaian Bayi:
- Membalik : 3 bulan
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 6 bulan
- Berceloteh : 8 bulan
- Merangkak : 9 bulan
- Berdiri : 1 tahun
- Berjalan : 1 tahun 4 bulan
 Penyakit yang Pernah di Alami:
- Morbili : (-)
- Varicella : (-)
- Pertussis : (-)
- Diare : (-)

4
- Cacing : (-)
- Batuk / pilek : (+)
- Lain – lain : (-)
 Anamnesis Makanan:
Anak meminum ASI (air susu ibu) sejak lahir sampai berumur 6 bulan. Saat
anak memasuki usia 7 bulan diberikan juga makanan tambahan seperti bubur
saring. Saat anak memasuki umur 1 tahun mulai diberikan makanan padat.
Anak saat ini makan makanan rumah dan juga sering mengkonsumsi snack
atau jajanan sekolah.
 Riwayat Imunisasi:
- BCG : 1 kali pemberian
- POLIO : 3 kali pemberian
- DTP : 3 kali pemberian
- HEPATITIS : 3 kali pemberian
- CAMPAK: tidak mendapatkan imunsasi campak
Imunisasi dasar pada pasien ini tidak lengkap.

C. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Sakit sedang
Gizi : Baik (BB 7 kg, PB 63 cm) Z-score: (+1, 0)
Suhu : 37,9
Sianosis : (-)
Keadaan Mental : Baik
Anemia : (-/-)
Ikterus :(-/-)
 Kejang:
Type : (-)

5
Lamanya : (-)
 Kulit:
Warna : Sawo matang
Turgor : Kurang
Efloresensi : Tampak ruam makulopapular eritema pada wajah,
leher dan seluruh tubuh
Tonus : Baik
Pigmentasi : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Normal
Lain-lain :-
 Pemeriksaan Tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Suhu : 39,5 0C
Respirasi : 20 kali/menit
Berat Badan : 15 kg
Panjang Badan : 105 cm
Status Gizi : Gizi baik (Z-Score (0,-1)
 Kepala:
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam
Mata: : Tampak cekung
Exophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Normal
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea refleks : (+/+)
Pupil : Isokor

6
Lensa : Jernih
Fundus : Tidak dilakukan
Visus : Tidak dilakukan
Gerakan : Baik kesegala arah
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret
dan epistaksis.
Telinga : Otorhe (-)
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak hiperemis, gusi tidak
berdarah.
Lidah : Tidak kotor

Tenggorokan:
Pembesaran kelenjar getah bening : -
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1
 Thoraks:
Bentuk : Normal, simetris bilateral
Rachilic Rosary : Tidak ada
Ruang Intercostal : Tidak ada kelainan
Precordial bulging : Tidak ada
Xiposternum :-
Harrison’s groove :-
Pernapasan Paradoxal : -
Lain-lain : Tidak ada kelainan lain
Retraksi : -/-
Paru-paru:
Inspeksi : Simetris, dispneu (-)
Palpasi : Vokal fremitus: Simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor paru kiri dan kanan
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonchi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC IV linea midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra

7
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra

Auskultasi :
Suara dasar : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular
Bising : Tidak ditemukan
 Abdomen:
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+), kesan meningkat
Perkusi :
Bunyi : Timpani
Asites : (-)
Palpasi :
Nyeri tekan: (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
 Genitalia :Ttidak ada kelainan
 Kelenjar : Tidak ada pembesaran
 Anggota gerak : Akral hangat, edema tidak ada
 Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot normal
 Refleks-refleks : Fisiologis (+/+/+/+), patologis (-/-)

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

Hematologi Hasil Rujukan Satuan

8
WBC 8,98 4,0-10,0 10’3 / uL
RBC 5,45 3,50-5,50 10’6 / uL
HGB 12,3 11,0-17,9 g / dL
HCT 39,8 20,0-70,0 %
PLT 278 100-300 10’3 / uL

RESUME :
Pasien anak perempuan umur 4 tahun, berat badan 15 kg, tinggi badan 105 cm,
status gizi baik, masuk rumah sakit dengan keluhan febris sejak 4 hari yang lalu,
febris turun dengan obat penurun panas. Ruam makulapapular eritema mulai muncul
pada hari ke 2 febris yang dimulai dari daerah belakang leher, menjalar di bagian
wajah, dada, punggung dan diseluruh badan. Pasien juga mengeluh mata gatal,
kemerahan dan berair. Selain itu, pasien juga mengeluh batuk (+) disertai lendir (+)
warna putih, muntah (+) 1x berisi makanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,5˚C. Tampak ruam makulopapular
eritema di wajah, leher, dada, punggung, perut, tangan, dan kaki. Tampak mata dan
faring hiperemis.

Diagnosis : Morbili
Terapi :
Medikamentosa
- IVFD Asering 16 tetes/ menit
- Cefixime syr 2x½ cth
- Puyerbatuk  Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg 3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Gentamicin tetesmata 3x1 gtt ODS
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Paracetamol syr 3x1½ cth
- Vit. A 200.000 IU

Non Medikamentosa
- Diet cukup kalori dan protein

9
- Minum ditingkatkan
- Kompres air hangat

FOLLOW UP
Perawatan Hari ke 1
Tanggal : 24 November 2016
Subjek (S) :
Panas (+) H5, batuk berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), mata merah dan
gatal (+), BAB biasa, BAK lancar

Objek (O) :
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 20 kali/menit
- Suhu : 37,90C
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor : baik. Tampak ruam
makulopapular eritem di wajah,leher, dada, punggung, perut,
tangan, dan kaki
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (+/+), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) kesan meningkat, timpani (+),
NTA (-)
Assesment (A): Morbili

Plan (P) :
Medikamentosa
- IVFD Asering 16 tpm

10
- Cefixime syr 2x½ cth
Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg
3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Gentamicin tetes mata 3x1 gtt ODS
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Paracetamol syr 3x1½ cth
- Vit A 200.000 IU

Non Medikamentosa
- Diet cukup kalori dan protein
- Minum ditingkatkan
- Kompres air hangat

Perawatan Hari ke 2
Tanggal : 25 November 2016
Subjek (S) :
Panas (-) H6, batuk berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), mata merah dan
gatal (+), BAB biasa, BAK lancar

Objek (O) :
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 112 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 370C
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor : baik. Tampak ruam
makulopapular eritem di wajah, leher, dada, punggung,
perut, tangan, dan kaki
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (+/+), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)
g. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)

11
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
h. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) dalam batas normal, timpani (+)
Assesment (A): Morbili
Plan (P) :
- IVFD Asering 16 tpm
- Cefixime syr 2x½ cth

Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg
3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Gentamicin tetes mata 3x1 gtt ODS
- Elkana Cl syr 1x1 cth

Perawatan Hari ke 3
Tanggal : 26 Oktober 2016
Subjek (S) :
Panas (+) H7, batuk berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), mata merah dan
gatal (+), BAB biasa, BAK lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 37,70C
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor : baik. Ruam
makulopapular eritem berkurang
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)

12
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) kesan meningkat, timpani (+),
NTA (-)
Assesment (A): Morbili
Plan (P) :
- IVFD Asering 16 tpm
- Cefixime syr 2x½ cth
- Puyer batuk  Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg
3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Gentamicin tetes mata 3x1 gtt ODS
- Elkana Cl syr 1x1 cth
- Paracetamol syr 3x1½ cth

Perawatan Hari ke 4
Tanggal : 27 November 2016
Subjek (S) :
Panas (-) H8, batuk berkurang, berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), sariawan
(-), mata merah dan gatal (-), BAB biasa, BAK lancar

Objek (O) :
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 25 kali/menit
- Suhu : 36,70C
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor : baik. Ruam
makulopapular hiperpigmentasi
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)

13
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) dalam batas normal, timpani (+),
NTA (-)
Assesment (A): Morbili
Plan (P) :
- IVFD Asering 16 tpm
- Cefixime syr 2x½ cth
- Puyer batuk  Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg
3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Elkana Cl syr 1x1 cth

Perawatan Hari ke 5
Tanggal : 28 November 2016
Subjek (S) :
Panas (-) H9, batuk berkurang, sesak (-), mual (-), muntah (-), sariawan (-), mata
merah dan gatal (-), BAB biasa, BAK lancer.
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 25 kali/menit
- Suhu : 36,70C
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor : baik. Ruam makulopapular
hiperpigmentasi
Kepala : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) dalam batas normal, timpani (+),
NTA (-)

14
Assesment (A): Morbili
Plan (P) :
- Puyer batuk  Salbutamol 1,2 mg
Ambroxol 7,5 mg 3x1 pulv
Mebhydroline 15 mg
- Elkana Cl 1x1 cth

Pasien diperbolehkan rawat jalan dan disarankan untuk kontrol di Poli

BAB III
DISKUSI KASUS

Pada kasus ini di tegakkan diagnosis morbili berdasarkan anamnesis dan temuan
dari pemeriksaan fisik. Pada anamnesis di dapatkan informasi bahwa pasien masuk
dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun,
demam turun dengan pemberian obat penurun panas namun kemudian demam naik
lagi. Demam tidak disertai menggigil maupun kejang. Ibu pasien mengeluhkan
munculnya bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal sejak 3 hari lalu. Awalnya
timbul di bagian leher kemudian menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan
diseluruh badan. Mata pasien sering gatal dan kemerahan. Selain itu, pasien juga
mengalami batuk (+) disertai lendir (+) berwarna putih. Tidak ada sesak nafas,

15
muntah (+) 1x dirumah, berisi makanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu
38,5˚C. Tampak ruam makulopapular eritema di wajah, leher, dada, punggung, perut,
tangan, dan kaki. Tampak mata dan faring hiperemis.
Berdasarkan teori penularan penyakit morbili terjadi secara droplet 1-2 hari
sebelum timbul gejala. Virus masuk ke dalam kelenjar limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear dan menuju kelenjar getah bening lokal. Disini
virus memperbanyak diri dengan perlahan dan menyebar ke sel jaringan
limforetikuler. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak dan limfosit T aktif membelah. Pada hari ke 5-6 infeksi masuk
ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. 3,4
Pada hari ke-9 dan ke-10, fokus infeksi berada di epitel saluran napas dan
konjungtiva sehingga muncul gejala seperti common cold dan selaput konjungtiva
tampak hiperemis. Proses peradangan diikuti dengan demam tinggi. Tampak suatu
ulseratif kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang merupakan tanda
pasti penegakan diagnosis. Pada hari ke 14 akan mulai muncul ruam makulopapular
selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Daerah epitel nasofaring yang mengalami
nekrosis akan mudah terjadi infeksi sekunder sehingga dapat memberikan komplikasi
berupa bronkopneumonia dan otitis media. 3,4,5

Pada kasus ini, saat pasien datang ke Rumah Sakit, kemungkinan pasien sudah
dalam stadium erupsi karena ruam makulopapular sudah timbul. Namun pada kasus
ini tidak didapatkan adanya gambaran patognomonik pada morbili yaitu koplik spot.
Koplik spot pada morbili muncul pada stadium prodromal. Stadium prodromal
berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC). Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik. Kemungkinan
tanda patognomonik morbili pada kasus ini telah menghilang atau kemungkinan
tanda ini tidak ada, karena gambaran koplik spot jarang dijumpai.

16
Berdasarkan teori masa inkubasi sekitar 10-12 hari, jarang masa inkubasi dapat
sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari
infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. Penyakit ini dibagi dalam 3
stadium, yaitu: 1,2,3
1. Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas (38,5ºC),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa
bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah
atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik
dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan.
Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Muka terasa gatal dan
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan seperti awal terjadinya. Biasanya disertai diare dan muntah. Variasi
dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalesensi.

17
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

Adapun terapi yang diberikan pada kasus ini yakni memperbaiki keadaan umum
yaitu dengan pemberian pengobatan simtomatik, memberikan antipiretik berupa
paracetamol syr 3x 1½ cth, vitamin A 200.000 IU, memberikan obat batuk
(Salbutamol 1,2 mg, Ambroxol 7,5 mg, Mebhydroline 15 mg dalam bentuk puyer
dengan dosis 3x1 pulv) serta di berikan antibiotik untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada penyakit morbili salah satunya adalah bronkopneumonia.
Berdasarkan teori morbili bersifat self limiting diseases sehingga pengobatannya
hanya bersifat simtomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan
mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Dapat diberikan antipiretik berupa
paracetamol (10 mg/kgBB/hari) untuk menurunkan demam dan antibiotik golongan
cephalosporin berupa ceftriaxone (20-50mg/kgBB/hari) untuk mencegah
bronkopneumonia. Diberikan golongan ekspektoran atau mukolitik berupa ambroxol
(1,5 mg/kgBB/kali) atau gliserilguaiakolat (12mg/kgBB/hari) untuk mengurangi
batuk. Vitamin A dosis tunggal untuk mencegah terjadinya gangguan ophtalmologi.
Dosis vitamin A untuk usia kurang 6 bulan 50.000 IU, usia 6 bulan-11bulan 100.000
IU, 12 bulan - 59 bulan 200.000 IU. 3,4 Jika pasien mengalami konjungtivitis ringan
dengan cairan mata jernih, maka tidak perlu diberikan terapi. Sedangkan apabila
pasien mengalami konjungtivitis berat berupa banyaknya sekret pada mata, maka
dapat diberikan tetrasiklin 1% atau kloramphenicol 0,25%. Pada pasien ini diberikan
gentamisin tetes mata karena pasien mengalami konjungtivitis. 2,6

Pada kasus ini, pasien dirawat inap dan dipulangkan oleh dokter karena keluhan
pasien telah berkurang dan keadaan umum pasien telah membaik serta tidak ada

18
komplikasi yang terjadi pada kasus. Berdasarkan teori morbilli biasanya memberikan
komplikasi seperti sebagai berikut :
1. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh infeksi
sekunder yaitu bakteri pneumokokus, streptokokus atau stafilokokus
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak
dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis,
leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pencegahan. 2,3
2. Ensefalitis morbili akut
Ensefalitis morbili akut ini timbul eksantema pada stadium erupsi, angka
kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16
tiap 1.000.000 dosis. 2
3. SSPE (Subacute Scleroting Panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang pada susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi
motorik, kejang, dan koma. Perjalanan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6
bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala. Meskipun demikian, remisi spontan
masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia
2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi
morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita
penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun
kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun
kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1
tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.2,3
4. Immunosuppresive Measles Encephalopathy

19
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi
imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

Pada kasus ini, pasien di rawat di ruangan isolasi untuk mencegah dan
menghindari penularan penyakit morbili pada pasien lain. Berdasarkan teori
pencegahan penyakit morbilli dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Imunisasi aktif
Pencegahan utama dengan melakukan imunisasi campak, imunisasi campak
termasuk yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan yang dapat diulang saat
anak berusia 24 bulan dan 5 tahun. Imunisasi dapat pula diberikan bersama Mumps
dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak
perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.2
2. Imunisasi pasif
Campak dapat dicegah dengan menggunakan serum imunoglobulin dengan dosis
0,25 mL/kgBB diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi
lebih baik sesegera mungkin. Namun tidak banyak dianjurkan karena beresiko
terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulosis. 1,2,3
3. Isolasi
Orang yang sehat sebaiknya menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita
campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan
sekitar.2

Prognosis pasien pada kasus ini baik dengan keadaan umum baik, status gizi baik
dan tanpa komplikasi. Morbilli merupakan penyakit self limiting disease dan
berlangsung 7-10 hari sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka
prognosisnya baik. Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti;
kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita serta penggunaan
fasilitas kesehatan yang kurang.1,2

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarma SP. Garna H. Hadinegoro SR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi
dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta : IDAI. 2015.
2. TH, Tampengan, IR, Laurent. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.Jakarta : EGC.
2013.
3. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Sagung Seto.
2012.
4. Hasan R. dkk.Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta. 2011.
5. Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak volume 2 Edisi 15.
EGC: Jakarta; 2010.
6. Permana, Adhy, dkk. The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta; 2011.

21
7. Haryowidjojo. Demam Campak. Htttp://www.Pediatrik.com. [diakses 23 Oktober
2016]

22

Anda mungkin juga menyukai