Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

PADA NY X
DI PUSKESMAS PANCAMAKMUR
KEC.SOYO JAYA,KAB.MOROWALI UTARA

PROPOSAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program


pendidikan Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan

Oleh

SYAHRIAH
NIM. RPL7124118155

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
PRODI DIII KEBIDANAN PALU
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji oleh Tim penguji dan disetujui kembali oleh
pembimbing Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan/Prodi D III Kebidanan.

Nama : S Y A R I A H

Nim : RPL7124118155

Palu, 2019

Pembimbing I

HADINA,SST.M.Keb
NIP. 19760727 200312 2 001

Pembimbing II

LISNAWATI,S.Kep.Ns.,MPH
Nip.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan

Sumiaty, SST,MPH
Nip. 19800511 200112 2 001
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT ,karena Rahmat dan perkenan_Nya jualah
sehingga laporan tugas akhir dengan judul”Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny X
di wilayah kerja Puskesmas Pancamakmur”dapat terselesaikan sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada program DIII
kebidanan Poltekes Kemenkes Palu.
Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini,penulis banyak mendapat
dukungan moral dan materiil dari berbagai pihak yang pada kesempatan ini ingin
penulis sebut sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-
dalamnya .Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kehadirat Allah SWT semoga
mereka semua selalu dilimpahkan rahmat dan Hidayah serta diberikan keluasan ilmu
yang bermanfaat bagi dunia kesehatan.
Perkenankan pada kesempatan ini penulis mengukir nama mereka dalam laporan
tugas akhir ini sebagai berikut:
1. kemenkes yang memberikan kesempatan kepada kami Bidan D1 untuk
meningkatkan kompetensi kami melalui program RPL.
2. Suami dan anak-anak yang mengizinkan mengikuti program RPL juga selalu
memberikan semangat dan dukungan setiap kali penulis mengalami kesulitan.
3. Delnan Lauende,M.Kes,selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten morowali
Utara .
4. Rolex Rimson maita,SKM selaku kepala Puskesmas pancamakmur dan
teman-teman staf puskesmas khususnya para Bidan yang selalu
menyemangati .
5. Nasrul,SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes Palu dan seluruh
Dosen yang bersedia menerima kami sebagai mahasiswa dan membekali
kami dengan ilmu yang bermanfaat bagi profesi kami.
6. Olkamin Longulo,selaku ketua Tim Assessor dan semua anggota tim assessor
RPL D III Kebidanan Lokus Donggala tahun akademik 2018/2019.
7. Kartini Lasman ,S.SiT.,MM selaku ketua tim Pengelola program RPL tahun
akademik 2018/2019 beserta semua tim pengelola yang telah benyak
memberikan banyak kebijakan bagi kemudahan proses pembelajaran kami.
8. Hadina,SST,M.Keb selaku pembimbing akademik dan pembimbing proposal
.
9. Lisnawati,S.Kep,Ns,MPH selaku pembimbing proposal.
10. Teman-teman seangkatan yang selalu solid dalam setiap kegiatan .
11. Ny X sekeluarga selaku responden dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
12. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan pada kesempatan ini .

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak kekurangan


dan kekeliruan sehingga membutuhkan saran dan kritik guna perbaikan.

Palu,

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI...........................................................iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii
DAFTAR ISTILAH................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN …....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................5
C. Tujuan ...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................8
A. Konsep Dasar Kebidanan pada Persalinan ...........................................8
B. Konsep Asuhan Kebidanan Pada persalinan….....................................28
C. Standar Asuhan Kebidanan Menurut Permenkes 938.........................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 37
A. Jenis penelitan .................................................................................... 37
B. Lokasi dan waktu penelitian .............................................................. 37
C. Subjek penelitian................................................................................ 37
D. Definisi operasional ........................................................................... 38
E. Teknik pengumpulan data .................................................................. 39
F. Pengelolaan dan Penyajian data ....................................................... ...39
Daftar Pustaka.......................................................................................................67
Lampiran-lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa alamiah atau natural bagi

perempuan.Meskipun alamiah,kehamilan,persalinan dan masa setelah persalinan

dapat terjadi suatu komplikasi atau penyulit.Agar proses yang alamiah ini dapat

terselenggara dan tidak berkembang menjadi patologi diperlukan suatu upaya yang

berkesinambungan dan juga bermutu.

Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik ,mental social ibu dan

bayi dengan pendidikan kesehatan,gizi,kebersihan diri,dan proses kelahiran bayi

dimana dalam kegiatan tersebut juga dilakukan deteksi abnormalitas atau

komplikasi dan penatalaksanaan komplikasi medis,bedah atau obstetric selama

kehamilan adalah merupakan tujuan asuhan kehamilan.

Asuhan kehamilan yang optimal yaitu melakukan kunjungan minimal 1x

pada trimester pertama usia kehamilan sebelum 16 minggu,1x pada trimester

kedua usia kehamilan antara 24-28 minggu,dan 2x pada trimester ketiga 1x usia

kehamilan antara 30-32 minggu 1x usia kehamilan 36-38 minggu(Buku saku

pelayanan kesehatan ibu di faskes dasar dan rujukan,hal.22) diharapkan dapat

memaksimalkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi

,membantu menyiapkan ibu untuk proses menyusui dengan sukses ,menjalankan


nifas normal,dan merawat bayi secara fisik ,psikologis dan social juga

mempersiapkan rujukan bila diperlukan.Interasksi yang baik antara Bidan dan ibu

hamil dapat mempengaruhi agar ibu hamil kelak melakukan pertolongan persalinan

pada petugas kesehatan sehingga dapat diupayakan kelangsungan hidup dan

mencapai derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan

persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan agar prinsip keamanan

dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

Berdasarkan data (World Health Organization)WHO pada tahun 2018

.
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis dapat

menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana melaksanakan

Asuhan Kebidanan persalinan pada Ny X di Puskesmas Pancamakmur ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dilaksanakannya Asuhan Kebidanan persalinan pada Ny. X dengan

menggunakan kerangka pikir standar Asuhan Kebidanan menurut

KEPMENKES No.938/MENKES/SK/VIII/2007.

2. Tujuan Khusus

a. Telah di laksanakan pengkajian data subjektif pada ny.X

b. Telah dilaksanakan pengkajian data objektif pada Ny X

c. Telah di laksanakan analisa ibu bersalin pada Ny. X

d. Telah di lakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.

D. Manfaat

1. Teoritis
Sebagai rujukan dan bahan kajian ilmu pengetahuan dalam memberikan

pelayanan tentang Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin.

2. Aplikatif

Sebagai rekapan teori yang dapat dijadikan rujukan oleh berbagai pihak

dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan persalinan sehingga ibu

bersalin mencapai derajad kesehatan yang optimal serta meningkatkan

pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian dan kajian ilmu

kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.KONSEP DASAR KASUS.

A.1.PENGERTIAN KEHAMILAN 37 MINGGU

Menurut federasi Obstetri Ginekologi International ,kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi .Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender internasional.Kehamilan terbagi dalam 3 trimester ,dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu,trimester kedua 15 minggu(minggu ke 13-27),dan

trimester ketiga 13 minggu(minggu 28-40).

Dari pengertian tersebut diatas maka dapat di buat satu kesepakatan tentang

pengertian kehamilan 37 minggu adalah usia kehamilan yang dihitung sejak fertilisasi

mencapai 37 minggu atau trimester ketiga.

A.2.PERUBAHAN PADA KEHAMILAN 37 MINGGU.

A.2.1.Perubahan system kardiovaskuler

Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan

maternal, meliputi : 1). Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung 2).

Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative, hemoglobin turun sampai 10


%.3). Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun 4). Tekanan darah

sistolik maupun diastolik padaibu hamil trimester I turun 5 sampai 10 mm Hg, hal ini

kemungkinan disebabkan karena terjadinya vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal

pada kehamilan.Tekanan darah akan kembali normal pada trimester III kehamilan. 5). Curah

jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir kehamilan

6). Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50% 7). Trimester kedua denyut

jantung meningkat 10-15 kali permenit, dapat juga timbul palpitasi. 8). Volume plasma

bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai

akhir kehamilan.

A.2.2.perubahan system integument

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi hiperpigmentasi

atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka , leher,

payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka disebut kloasma

gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi. Hiperpigmentasi pada perut terjadi

pada garis tengah berwarna hitam kebiruan dari pusat kebawah sampai sympisis yang

disebut linea nigra. Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga

menimbulkan perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut maupun kuku.

Perubahan juga terjadi pada aktifitas kelenjar meningkat sehingga wanita hamil cenderung

lebih banyak mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering mengeluh kepanasan.

Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis kulit mudah pecah sehingga timbul
striae gravidarum yaitu garis–garis yang timbul pada perut ibu hamil. Garis–garis pada perut

ibu berwarna kebiruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide akan berubah

menjadi striae albikans. Pada ibu hamil multigravida biasanya terdapat striae livide dan

striae albikans.

A.2.3.Perubahan system metabolisme

Basal Metabolic Rate (BMR) meningkatsampai 15% sampai 20 % pada akhir

kehamilan,terjadi juga hiper trofitiroid sehingga kelenjar tyroid terlihat jelas pada ibu hamil.

BMR akan kembali seperti sebelum hamil pada hari ke 5 atau ke 6 setelah persalinan.

Peningkatan BMR menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan oksigen. Vasodilatasi

perifer dan percepatan aktivitas kelenjar keringat membantu melepaskan panas akibat

peningkatan metabolisme selama hamil. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300

kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui), apabila karbohidrat kurang maka mengambil

cadangan lemak ibu untuk memenuhi kebutuhan. Seorang ibu hamil sering merasa haus

terus, nafsu makan bertambah dan kecil (BAK) dan kadang–kadang mengalami glukosuria

(ada glukosa pada urine) sehingga menyerupai diabetes militus (DM). Hasil pemeriksaan

glukosa tolerence test pada kehamilan sebaiknya dilakukan dengan teliti agar jelas

diketahui ibu hamil tersebut mengalami DM atau hanya karena perubahan hormon dalam

kehamilannya. Pembatasan karbohidrat pada ibu hamil tidak dibenarkan karena

dikawatirkan akan mengakibatkan gangguan pada kehamilan,baik kesehatan ibu hamil

maupun perkembangan janin. Ibu hamil muslim yang menginginkan puasa pada bulan
Romadhon supaya konsultasi dengan tenaga kesehatan. Ibu hamil trimester III sebaiknya

tidak berpuasa karena dapat mengakibatkan dehidrasi atau malnutrisi pada janin.Ibu hamil

puasa selama 12 jam dapat mengakibatkan hipoglikemia dan produksi keton dalam tubuh

dengan gejala lemah, mual dan dehidrasi sampai dapat mengakibatkan gagal ginjal.

Kebutuhan protein 1 gram/kg BB/hari untuk menunjang pertumbuhan janin, diperlukan

juga untuk pertumbuhan badan,kandungan dan payudara. Protein juga diperlukan untuk

disimpan dan dikeluarkan pada saat laktasi. Hormon somatomammotropin mempunyai

peranan untuk pembentukan lemak dan payudara. Lemak disimpan juga pada paha, badan

dan lengan ibu hamil. Kadar kolesterol plasma meningkatsampai 300 g/100ml.

A.2.4.Perubahan system muskuloskeletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan penambahan berat

ibu hamil dan semakin besarnya janin, menyebabkan postur dan cara berjalan ibu hamil

berubah. postur ibu hamil hiperlordosis sehingga menyebabkan rasa cepat lelah dan sakit

pada punggung. Postur tubuh hiperlordosis dapat terjadi karena ibu hamil memakai alas

kaki terlalu tinggi sehingga memaksa tubuh untuk menyesuaikan maka sebaiknya ibu hamil

supaya memakai alas kaki yang tipis dan tidak licin, selain untuk kenyamanan juga

mencegah terjadi kecelakaan atau jatuh terpeleset. Peningkatan hormon seks steroid yang

bersirkulasi mengakibatkan terjadinya jaringan ikat dan jaringan kolagen mengalami

perlunakan dan elastisitas berlebihan sehingga mobiditas sendi panggul mengalami

peningkatan dan relaksasi. Derajat relaksasi bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm,
tulang pubik melunak seperti tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur

membuat tulang coccigis bergeser kebelakang untuk persiapan persalinan. Otot dinding

perut meregang menyebabkan tonus otot berkurang. Pada kehamilan trimester III otot

rektus abdominus memisah mengakibatkan isi perut menonjol di garis tengah

tubuh,umbilikalis menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara

bertahap kembali tetapi pemisahan otot rekti abdominalis tetap. Di bawah ini gambar

perubahan yang mungkin timbul pada otot rektus abdominalis selama kehamilan.

A.2.5.Perubahan darah dan pembekuan darah.

Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri dari 1000 ml plasma

dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah (SDM). Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke

10 sampai ke 12. Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan tubuh

untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus, hidrasi jaringan pada janin dan

ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang

hilang pada saat persalinan dan masa nifas. Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil

berguna untuk mempertahankan tekanan darah supaya tetap normal meskipun volume

darah pada ibu hamil meningkat. Produksi SDM meningkat selama hamil, peningkatan SDM

tergantung pada jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat tetapi

haemoglobin dan haematokritmenurun, hal ini disebut anemia fisiologis.Ibu hamil trimester

II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit yang cepat karena pada saat ini

terjadi ekspansi volume darah yang cepat.Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20

minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemi
apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III, Hb < 10,5 gram % pada trimeter II.

Kecenderungan koagulasi lebih besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya

faktor – faktor pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan fibrinogen sehingga

menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap trombosis.

A.2.6.Perubahan berat badan dan IMT

Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun demikian seringkali pada

trimester I berat badan (BB) ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual ,

muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi kebutuhan.

Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman biasanya mual

muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada trimester II ini

BB ibu hamil sudah mulai bertambah sampai akhir kehamilan. Peningkatan BB selama hamil

mempunyai kontribusi penting dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa

harus ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk lemak

untuk cadangan makanan janin pada trimester terakhir dan sebagai sumber energi pada

awal masa menyusui.Ibu hamil perlu disarankan untuk tidak makan berlebihan karena

penambahan BB berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan tetap gemuk setelah

melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu hamil.Peningkatan BB pada

trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan janin.Peningkatan

BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal (19,8 -26) yang direkomendasikan adalah 1

sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan penambahan BB
semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum

hamil.Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB dan

TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung IMT adalah BB sebelum hamil (dalam

kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2,

misalnya seorang ibu hamil BB sebelum hamil 50 kg dan TB 150 cm maka IMT

adalah 50/(1,5)2 = 22,22 termasuk normal.

A.2.7.Perubahan system persyarafan

Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala neurologis dan

neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah: Terjadi perubahan sensori tungkai

bawah disebabkan oleh kompresi saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran

uterus. 1). Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf

atau kompresi akar saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri. 2). Edema dapat melibatkan

saraf perifer, dapat juga menekan saraf median di bawah karpalis pergelangan tangan,

sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar kesiku,

paling sering terasa pada tangan yang dominan. 3). Posisi ibu hamil yang membungkuk

menyebabkan terjadinya tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul

akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan). 4). Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram

otot hal ini dapat disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia. 5). Nyeri kepala pada ibu

hamil dapat disebabkan oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau

hipoglikemia.
A.3.PENATALAKSANAAN DALAM KEHAMILAN 37 MINGGU

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric

untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,278).Kunjungan antenatal minimal 4x

selama kehamilan dapat meinimalkan angka kejadian kasus dan kematian ibu dan

bayi.Rincian pelayanan yang lazim diberikan kepada ibu hamil yakni pemeriksaan kehamilan

yang biasa di sebut pemeriksaan leopold dan juga pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan laboratorium .Enam standar asuhan kehamilan yang menjadi tanggungjawab

bidan adalah:standar 1)Identifikasi ibu hamil melalui kunjungan rumah dan interaksi

dengan msyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini

dan teratur.Standar 2)Pemeriksaan dan pemantauan antenatal sedikitnya 4 x yang meliputi

anamnesis dan pemantauan ibu dan janin,mengenal kehamilan resiko tinggi,iminisasi,

nasehat dan penyuluhan,mencatat data yang tepat setiap kunjungan,tindakan tepat untuk

merujuk.Standar 3)Palpasi abdominal.Standar 4)pengelolaan anemia pada

kehamilan.Standar 5)Pengelolaan dini hipertensi dalam kehamilan.Standar 6)Persiapan

persalinan.

Dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil bidan perlu memperhatikan standar

pelayanan minimal yang wajib untuk diberikan yang dikenal dengan 10 T

A.4.KEBUTUHAN DASAR IBU HAMIL 37 MINGGU

A.4.1.Kebutuhan oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang

meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan

meningkatnya aktifitas paru-paru oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu,

juga harus mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–kadang merasakan sakit

kepala, pusing ketika berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan karena

kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu hamil menghindari

tempat kerumunan banyak orang. Untuk memenuhi kecukupan O2 yang meningkat, supaya

melakukan jalan–jalan dipagi hari, duduk– duduk di bawah pohon yang rindang, berada di

ruang yang ventilasinya cukup.

A.4.2. Kebutuhan nutrisi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak

diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil

akan mengalami BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh)

/ BMI (Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam

kg dibagi (TB dlm m)2misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB 150

cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan triwulan kedua harus

menjadi perhatian, besar kemungkinan ada hal yang tidak wajar sehingga sangat penting

untuk segera memeriksakan ke dokter.


A.4.3. Personal hyigiene

Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor

banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena bertambahnya aktifitas metabolisme

tubuh maka ibu hamil cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu

menjaga kebersihan badan secara ekstra disamping itu menjaga kebersihan badan juga

dapat untuk mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.

a). Mandi.

Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi pancuran dengan shower atau

mandi berendam tidak dilarang. Pada umur kehamilan trimester III sebaiknya tidak mandi

rendam karena ibu hamil dengan perut besar akan kesulitan untuk keluar dari bak mandi

rendam. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah

genitalia) dengan cara dibersihkan dan dikeringkan. Pada saat mandi supaya berhati–hati

jangan sampai terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah dikunci, dapat digantungkan

tulisan”ISI” pada pintu. Air yang digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas dan tidak

terlalu dingin.

b). Perawatan vulva dan vagina

Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina setiap mandi, setelah BAB /

BAK, cara membersihkan dari depan ke belakang kemudian dikeringkan dengan handuk

kering. Pakaian dalam dari katun yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina selalu
dalam keadaan kering, hindari keadaan lembab pada vulva dan vagina Penyemprotan

vagina (douching) harus dihindari selama kehamilan karena akan mengganggu mekanisme

pertahanan vagina yang normal, dan penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai

alat semprot) ke dalam vagina dapat menyebabkan emboli udara atau emboli air.

Penyemprotan pada saat membersihkan alat kelamin ketika sehabis BAK/BAB

diperbolehkan tetapi hanya membersihkan vulva tidak boleh menyemprot sampai ke dalam

vagina.Deodorant vagina tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dermatitis

alergika.Apabila mengalami infeksi pada kulit supaya diobati dengan segera periksa ke

dokter.

c). Perawatan gigi

Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena konsumsi kalsium yang

kurang, dapat juga karena emesis-hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan

timbunan kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari

kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi, perawatan gigi juga perlu dalam

kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna. Untuk

menjaga supaya gigi tetap dalam keadaan sehat perlu dilakukan perawatan sebagai berikut:

Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil Makan makanan yang

mengandung cukup kalsium (susu, ikan) kalau perlu minum suplemen tablet kalsium.

Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang lembut.

d). Perawatan kuku.


Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong secara teratur,

untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu bantuan orang lain. Setelah memotong kuku

supaya dihaluskan sehingga tidak melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan luka dan

infeksi.

e). Perawatan rambut.

Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu sering mencuci rambut

untuk mmengurangi ketombe. Cuci rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam satu

minggu dengan cairan pencuci rambut yang lembut, dan menggunakan air hangat supaya

ibu hamil tidak kedinginan.

A.4.4. PAKAIAN

Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang longgar, nyaman

dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau pergelangan tangan karena

akan mengganggu sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering dikenakan sebagian wanita

tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH)

dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang

makin berkembang. Dalam memilih BH supaya yang mempunyai tali bahu yang lebar

sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada bahu.Sebaiknya memilih BH yang bahannya

dari katun karena selain mudah dicuci juga jarang menimbulkan iritasi.Celana dalam

sebaiknya terbuat dari katun yang mudah menyerap airsehingga untuk mencegah
kelembaban yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi apalagiibu hamil biasanya sering

BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran uterus.Korset dapat

membantu menahan perut bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung.

Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan tekanan pada perut yang membesar dan

dianjurkan korset yang dapat menahan perut secara lembut. Korset yang tidak didesain

untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus, korset

seperti ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil.

A.4.5. ELIMINASI (BAB DAN BAK)

a). Buang Air Besar(BAB) Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Obstipasi ini

kemungkinan terjadi disebabkan oleh : a) Kurang gerak badan b) Hamil muda sering terjadi

muntah dan kurang makan c) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon d) Tekanan

pada rektum oleh kepala Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi

dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat menimbulkan

bendungan di dalam panggul yang memudahkan timbulnya haemorrhoid. Hal tersebut

dapat dikurangi dengan minum banyak air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang

berserat seperti sayuran dan buah-buahan.

b). Buang Air Kecil (BAK) Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan

cukup lancar dan malahan justru lebih sering BAK karena ada penekanan kandung kemih

oleh pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah

kelamin menjadi lebih basah. Situasi ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur
sehingga ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga

sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan

terjadinya infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung

kemih yaitu dengan banyak minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.

A.4.6. SEKSUAL

Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.Hubungan

seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah : 1. Posisi diatur untuk menyesuaikan

dengan pembesaran perut . Posisi perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat

mengatur kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi perut dan payudara. Posisi

miring dapat mengurangi energi dan tekanan perut yang membesar terutama pada

kehamilan trimester III. 2. Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan

hati – hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga kemungkinan dapat terjadi

partus prematur, fetal bradicardia pada janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress

tetapi tidak berarti dilarang. 3. Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan

janin 4. Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena apabila meniupkan udara

ke vagina dapat menyebabkan emboli udara yang dapat menyebabkan kematian. 5. Pada

pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai kondom supaya dilanjutkan untuk

mencegah penularan penyakit menular seksual.

Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil bila: 1). Terdapat tanda

infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas. 2). Terjadi perdarahan

saat hubungan seksual. 3). Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak. 4). Terdapat
perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar. 5). Serviks telah membuka 6). Plasenta letak

rendah 7). Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm, mengalami

kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu menjelang persalinan.

Hubungan Seks Pada Trimester I

Pada trimester pertama biasanya gairah seks menurun. Karena ibu biasanya didera

morning sickness, muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak belakang dengan

semangat dan libido. Fluktuasi hormon, kelelahan, dan rasa mual dapat menghilangkan

semua keinginan untuk melakukan hubungan seks. Pada trimester pertama, saat kehamilan

masih lemah, kalau ada riwayat perdarahan berupa bercak sebelum atau setelah

melakukan hubungan intim, apabila terjadi kontraksi yang hebat lebih baik tidak

melakukan, hubungan intim selama trimester pertama. Apabila ada infeksi di saluran

vagina, infeksinya harus diatasi dulu, sebab hubungan intim membuat infeksi bisa

terdorong masuk ke dalam rahim yang bisa membahayakan janin. http.www.kaskus.us

Hubungan Seks Pada Trimester II

Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat

menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati

aktivitas dengan lebih leluasa daripada di trimester pertama. Kehamilan juga belum terlalu

besar dan memberatkan seperti pada trimester ketiga. Mual, muntah, dan segala rasa tidak

enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Hubungan intim akan
lebih aman bila sudah memasuki trimester kedua, di mana janin sudah mulai besar, sudah

keluar dari rongga panggul, dan ari-ari sudah melekat pada dinding rahim, sehingga

umumnya tidak mengganggu saat hubungan intim. Hubungan seks selama kehamilan dapat

meningkatkan perasaan cinta, keintiman dan kepedulian antara suami istri. Sebagian besar

wanita merasa bahwa gairah seks mereka meningkat selama masa kehamilan terutama

triwulan kedua. Hal ini disebabkan oleh adanya peninggian hormon seks yang amat besar

yang mulai bersirkulasi sepanjang tubuh ibu hamil sejak masa konsepsi (pembuahan).

Hormonhormon ini juga menyebabkan rambut lebih bercahaya, kulit berkilat dan

menimbulkan perasaan sensual. Aliran darah akan meningkat terutama sekitar daerah

panggul dan menyebabkan alat kelaminnya lebih sensitive sehingga meningkatkan gairah

seksual.

Hubungan Seks Pada Trimester III

Memasuki trimester ketiga, janin sudah semakin besar dan bobot janin semakin

berat, membuat tidak nyaman untuk melakukan hubungan intim. Di sini diperlukan

pengertian suami untuk memahami keengganan istri berintim-intim. Banyak suami yang

tidak mau tahu kesulitan sang istri. Jadi, suami pun perlu diberikan penjelasan tentang

kondisi istrinya. Kalau pasangan itu bisa mengatur, pasti tidak akan ada masalah. Hubungan

intim tetap bisa dilakukan tetapi dengan posisi tertentu dan lebih hati-hati.

(http://www.wikimu.com). Pada trimester ketiga, minat dan libido menurun kembali ketika

kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di
punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena

besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah beberapa

penyebab menurunnya minat seksual. Tapi jika ibu termasuk yang tidak mengalami

penurunan libido di trimester ketiga, itu adalah hal yang normal, apalagi jika termasuk yang

menikmati masa kehamilan. Hubungan seks selama kehamilan juga mempersiapkan ibu

untuk proses persalinan nantinya melalui latihan otot panggul yang akan membuat otot

tersebut menjadi kuat dan fleksibel (MacDougall, 2003). Memang pada masa kehamilan

trimester pertama, ibu dan pasangan masih punya banyak pilihan posisi bercinta. Namun,

setelah beberapa bulan kemudian pilihan posisi itu semakin terbatas.

Posisi Hubungan Seks Yang Aman Dalam Kehamilan Berikut panduan gaya bercinta

yang bisa ibu dan pasangan lakukan : 1). Posisi menyendok (spooning). Akan menjadi posisi

yang paling nyaman, karena tidak ada tekanan di perut dan Anda bisa bergerak dengan

lebih leluasa. Pasangan pria dapat memposisikan diri di belakang istri dan mencoba

berbagai sudut yang memungkinkan adanya penetrasi. Coba hindari untuk bertumpu di sisi

kanan badan pada saat berhubungan dengan posisi ini. 2). Posisi saling menyampingi (side

by side). Memungkinkan lebih banyak lagi kontak secara fisik daripada posisi menyendok,

tapi penetrasi akan sedikit lebih sulit dilakukan. Mungkin cara terbaik untuk membantu

penetrasi adalah Anda saling mengaitkan kaki ke pantat pasangan. Posisi ini cukup nyaman

selama tidak ada beban yang timbul dari badan pasangan. 3). Posisi Woman-on-Top.

Memberikan kemungkinan di mana istri akan lebih bisa mengendalikan kedalaman dan

sudut penetrasi. Dalam usia kehamilan yang lebih tua, Anda akan lebih mudah merasa

capek jika berhubungan dengan posisi ini. Dan jika keseimbangan adalah faktor yang jadi
pengganggu, mungkin lebih baik istri berada dalam posisi berbaring. Banyak pasangan yang

merasakan bahwa posisi Woman-on-Top ini adalah posisi ideal. 4). Posisi rear entry.

Dianggap sebagai posisi terbaik untuk perangsangan G-Spot dan adalah sebagai posisi

paling nyaman, karena posisi ini tidak membutuhkan banyak berubah. Posisi ini dapat

dilakukan di atas tempat tidur, atau dapat juga dilakukan seperti pada ide seperti di bawah

ini. 5). Posisi Duduk. Perempuan duduk di pangkuan pasangan, ketika hamil belum terlalu

besar, posisi berhadapan dapat dilakukan. Tapi ketika perut semakin membesar, posisi tidak

berhadapan dapat dipilih. Posisi ini dapat menjadi pilihan pada masa kehamilan akhir

trimester ke-2 atau pada awal trimester ke-3. Posisi ini cukup nyaman, baik untuk istri

maupun Anda sendiri, sekalipun tidak memberikan kesempatan bagi Anda berdua untuk

banyak melakukan gerakan aktif saat pemanasan (foreplay). Sayangnya, posisi duduk ini

hanya nyaman dilakukan bagi berat tubuh istri tergolong normal. Sebab, pada posisi ini

Anda harus menopang berat tubuh istri pada pangkuan Anda. 6). Posisi di tepi tempat

tidur.Menawarkan berbagai kemungkinan untuk kenyamanan hubungan seksual selama

kehamilan. Istri dapat berbaring di tempat tidur (dengan bertumpu pada punggung atau

samping badan) di tepian tempat tidur dan suami berada di samping tempat tidur baik

dalam posisi berdiri maupun tegak. Posisi ini dapat dikombinasikan dengan posisi rear

entry, atau istri dapat berada di luar kasur dengan berlutut dan disangga bantal, dan badan

atas dapat diletakkan di kasur, dengan bagian perut bawah berada di luar kasur. 7). Doggie

Style. Agar perut tidak mendapat tekanan, istri bisa bersangga pada lutut dan tangannya,

sepeerti hendak merangkak. Hanya saja, jika perut istri sudah sangat besar, bisa saja perut

tetap menyentuh alas. Posisi ini juga tidak bisa dilakukan dalam tempo lama, karena cukup
melatihkan bagi istri, walau ia tidak melakukan gerakan aktif. Keuntungannya, pembuluh

darah di punggung tidak tertekan oleh berat perut. 8). Seks Non-Penetratif Di luar

alternatif-alternatif posisi tersebut, Anda bisa juga melakukan seks non-penetratif. Artinya,

alat kelamin suami tidak perlu memasuki vagina istri. Suami istri bisa saling memberikan

seks oral atau masturbasi.

A.4.7. MOBILISASI DAN BODY MEKANIK

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan

teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Manfaat

mobilisasi adalah: sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih

baik dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan,gerak bagdan yang

menghentak atau tiba-tiba dilarang untuk dilakukan. Dianjurkan berjalan-jalan pagi hari

dalam udara yang bersih, masih segar, gerak badan ditempat : berdiri-jongkok, terlentang

kaki diangkat, terlentang perut diangkat, melatih pernafasan. Latihan : normal tidak

berlebihan, istirahat bila lelah.

Gerak tubuh yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah :1). Postur tubuh. Posisi

tubuh supaya dengan tulang belakang tetap tegak 2). Mengangkat beban dan mengambil

barang. Mengangkat beban dan mengambil barang tidak boleh sambil membungkuk,

tulang belakang harus selalu tegak, kaki sebelah kanan maju satu langkah, ambil barang
kemudian berdiri dengan punggung tetap tegak. Ketika mengangkat beban hendaknya

dibawa dengan kedua tangan, jangan membawa beban dengan satu tangan sehingga posisi

berdiri tidak seimbang, menyebabkan posisi tulang belakang bengkok dan tidak tegak. 3).

Bangun dari posisi berbaring. Ibu hamil sebaiknya tidak bangun tidur dengan langsung dan

cepat, tapi dengan pelan – pelan karena ibu hamil tidak boleh ada gerakan yang

menghentak sehingga mengagetkan janin. Kalau akan bangun dari posisi baring, geser

terlebih dahulu ketepi tempat tidur, tekuk lutut kemudian miring (kalau memungkinkan

miring ke kiri), kemudian dengan perlahan bangun dengan menahan tubuh dengan kedua

tangan sambil menurunkan kedua kaki secara perlahan. Jaga posisi duduk beberapa saat

sebelum berdiri. 4). Berjalan. Pada saat berjalan ibu hamil sebaiknya memakai sepatu /

sandal harus terasa pas, enak dan nyaman. Sepatu yang bertumit tinggi dan berujung lancip

tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat hamil ketika stabilitas tubuh terganggu dan

edema kaki sering terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku bukan sepatu yang aman

untuk ibu hamil.

5). Berbaring. Dengan semakin membesarnya perut maka posisi berbaring terlentang

semakin tidak nyaman. Posisi berbaring terlentang tidak dianjurkan pada ibu hamil karena

dapat menekan pembuluh darah yang sangat penting yaitu vena cava inferior sehingga

mengganggu oksigenasi dari ibu ke janin. Sebaiknya ibu hamil membiasakan berbaring

dengan posisi miring ke kiri sehingga sampai hamil besar sudah terbiasa. Untuk
memberikan kenyamanan maka letakkan guling diantara kedua kaki sambil kaki atas

ditekuk dan kaki bawah lurus.

A.4.8. EXERCISE/SENAM HAMIL

Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat. Selama masa

kehamilan olah raga dapat membantu tubuhnya siap untuk menghadapi kelahiran. Wanita

dapat berolah raga sambil mengangkat air, bekerja di ladang, menggiling padi, mengejar

anakanaknya dan naik turun bukit. Bagi wanita yang bekerja sambil duduk atau bekerja di

rumah biasanya membutuhkan olah raga lagi. Mereka dapat berjalan kaki, melakukan

kegiatankegiatan fisik atau melakukan bentuk-bentuk olah raga lainnya. Olah raga mutlak

dikurangi bila dijumpai : 1). Sering mengalami keguguran 2). Persalinan belum cukup bulan

3). Mempunyai sejarah persalinan sulit 4). Pada kasus infertilitas 5). Umur saat hamil relatif

tua 6). Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan

Yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan, relaksasi,

latihan otot ringan dan mendapatkan udara segar.Sekalipun senam paling populer dan

banyak dilakukan ibu hamil, jenis olahraga ini tidak dapat dilakukan secara sembarangan.

Hindari melakukan gerakan peregangan yang berlebihan, khususnya pada otot perut,

punggung serta rahim. Misalnya, gerakan sit-up. Bila ingin melakukan senam aerobik,

pilihlah gerakan yang benturan ringan atau tanpa benturan. Misalnya, senam low-impact

contohnya cha-cha-cha. Hindari gerakan lompat, melempar, juga gerakan memutar atau

mengubah arah tubuh dengan cepat. Sebaiknya ikuti senam khusus untuk ibu hamil, karena
gerakan-gerakan yang dilakukan memang dikonsentrasikan pada organ-organ kehamilan

yang diperlukan untuk memperlancar proses kehamilan dan persalinan.

Langkah-langkah senam hamil adalah sebagai berikut:

Mendidik sikap baik

1) Duduk bersila dengan sikap yang baik

2) Duduk bersila dengan kedua telapak tangan di ujung lutut atau paha, melakukan

penekanan kedua lutut ke arah samping hingga bokong terangkat dari kasur sebanyak 15

kali

3) Tidur terlentang, kedua telapak kaki pada dinding dan lutut lurus dengan

mengerutka otot perut dan bokong, meletakkan bahu pada kasur dan menjulurkan ke leher

4) Melakukan gerakan peningkatan (gerakan 3)ditambah gerakan bahu rotasi keluar,

ekstensi siku, ekstensi pergelangan tangan, ekstensi jari menekan pada kasur dengan nafas

dada bertahan sampai 20 detik, dilakukan 5 – 6 kali

Melakukan latihan dasar pernafasan

1) Latihan dasar pernafasan perut

2) Latihan dasar pernafasan iga

3) Latihan dasar pernafasan dada

Peningkatan latihan pernafasan


1) Latihan penting dengan pernafasan pendek (seperti nafas anjing yang kecapaian)

2) Latihan tarik pernafasan dengan tiup nafas dari mulut kemudian menarik

pernafasan dari hidung diperpanjang dengan hitungan 3 – 10 kali hitungan

3) Latihan keluar nafas dengan mengeluarkan nafas dari mulut diperpanjang 1 menit

Melakukan latihan dasar otot perut .

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang, kedua lutut dibengkokkan, kedua tangan

diletakkan di atas perut kemudian mengempiskan dinding perut ke dalam sehingga dinding

perut melepas dari telapak tangan. Dilakukan 6 kali

Melakukan latihan dasar otot bokong

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang kedua kaki diluruskan kemudian

merapatkan kedua belah bokong ke dalam sehingga kedua bokong bebas dari kasur.

Dilakukan 15 – 30 kali

Latihan dasar panggul yang jatuh ke depan

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang kedua lutut dibengkokkan kemudian

mengerutkan otot bokong dan perut bagian bawah, sehingga punggung menekan rapat

pada lantai/matras. Kemudian melepaskan dan membuat cekungan di punggung.

Melakukan 15-30 x. Atau dengan posisi merangkak, mengangkat pangul dengan

mengerutkan perut bagian bawah dan otot bokong sehingga punggung membungkuk,

kemudian melepaskan kerutan sampai punggung lurus. Melakukan 5-6 x.


Melakukan latihan dasar panggul jatuh ke samping

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang satu kaki lurus dan satu kaki dibengkokkan.

Menarik/menggeser kaki lurus sampai panggul mendekati iga-iga, kemudian

mendorong ke depan. Mengulangi gerakan yang sama pada kaki lainnya. Melakukan 6 x

setiap sisi.

Melakukan peningkatan latihan panggul jatuh ke samping

Dilakukan dengan posisi merangkak, kepala menoleh ke panggul kiri atau kanan iga-

iga. Interval perlakuan 6 x setiap sisi.

Melakukan rotasi panggul

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang satu kaki lurus satu kaki dibengkokkan,

kedua lengan disamping atas di bawah bantal. Menggerakkan lutut yang ditekuk sejauh

mungkin ke samping berlawanan sampai tumit terangkat.

Melakukan peningkatan rotasi panggul


Dilakuakan dengan posisi merangkak, melingkari dada dengan satu lengan sampai

ujung jari menunjuk ke atas kemudian mengayunkan ke atas ke belakang serta pandangan

mata mengikuti gerakan.

Melakukan latihan dasar otot-otot dasar panggul

Dilakukan dengan posisi tidur terlentang kedua lutut dibengkokkan, berturut-turut

mengerutkan otot bokong, segala yang ada di antara kedua paha dan perut bagian bawah,

menahan kerutan sampai 6 detik kemudian dilepaskan.

Melakukan latihan otot-otot tungkai

1. Dilakukan dengan posisi duduk kedua kaki lurus ke depan, bersandar di atas kedua

tangan di samping belakang, melakukan dosrsofleksi-plantar fleksi, inversi-eversi,

circumduksi ke dalam/ke luar. Melakukannya dengan interval enam kali.

2. Dilakukan dengan posisi duduk di kursi/tempat tidur, telapak kaki menempel


lantai, mengangkat telapak kaki bagian tengah dengan ujung jari kaki tetap menempel
lantai. Melakukannya dengan interval 30 x.

Melakukan latihan belajar mengejan dengan posisi duduk bersandar pada tembok
kedua kaki dibengkokkan

a).Melakukan latihan istirahat sempurna (relaksasi total)


Dilakukan dengan posisi tidur ke samping kepala diletakkan di bantal bagian atas

tangan (kanan) merangkul bagian bawah (kiri) posisi fleksi di belakang punggung. Lutut atas

(kanan) fleksi ke depan lutut bawah (kiri) fleksi ke belakang, punggung dibengkokkan,

kepala ditundukkan. Mengerutkan otot jari kaki, otot perut, otot pantat, jari tangan, otot

lengan, otot bahu, otot muka kemudian melepaskan kerutan. Memejamkan mata, nafas

dengan irama lambat, melepas beban pikiran sampai istirahat sempurna/tertidur 5-10

menit. keadaan umum dan vital sign ibu hamil. Anda dapat mempelajari dan

mempraktikkan senam hamil ini dengan panduan video senam hamil yang banyak dijual di

toko buku.

Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan olah raga. Olahraga yang amandilakukan pada

kehamilan diantaranya:

a. Berenang .

Berenang merupakan olahraga yang paling baik dilakukan selama hamil. Hal ini

disebabkan saat tubuh berada di dalam air hampir tanpa beban. Selain itu, jarang terjadi

peregangan pada rahim dan otot-otot dinding perut pada saat anda berada dalam air.

Berenang tidak saja memperkuat jantung dan system peredaran darah, tetapi juga melatih

otot serta menjaga bentuk tubuh agar tetap padat dan kuat. Berenang pada ibu hamil tidak

boleh dilakukan di laut atau di tempat yang aliran airnya terlalu deras.

b.Berjalan kaki
Berjalan kaki merupakan latihan olah tubuh yang paling sederhana dan aman bagi

hamil, dapat dilakukan dengan mudah, tanpa dibatasi waktu, dapat dilakukan setiap hari.

Sebaiknya, berjalan dimulai dengan langkah yang lambat, secara perlahan-lahan lalu

dipercepat, lalu kembali diperlambat lagi sebelum akhirnya berhenti.Bila ibu merasakan

ayunan kaki terlalu cepat dan napas terasa sesak, maka sebaiknya langkah kaki

diperlambat. Berjalan kaki baik dilakukan pada pagi hari di tempat yang udaranya segar,

misalnya di sekitar persawahan, taman, atau kebun.

c. Yoga Bagi kebanyakan ibu hamil, yoga adalah bentuk latihan olah tubuh yang

paling baik karena yoga tidak hanya melatih otot tubuh, tapi juga membantu memahami

cara kerja tubuh. Latihan pernapasan adalah unsur yang terpenting dalam melakukan yoga.

Kemampuan untuk melakukan pernapasan dengan baik sangat menguntungkan bagi

ibu.Ketika ibu sedang berusaha mengendalikan kontraksi rahim dan rasa sakit yang timbul

maka kombinasi pernapasan dalam yang terkontrol dan napas pendek dengan cepat yang

biasa ibu lakukan saat beryoga akan sangat membantu.Ada dua prinsip dasar dalam

berolahraga ini, yaitu meditasi dan asana (sikap dasar tubuh). Asana dirancang untuk

melatih berbagai daerah tubuh dengan gerakan yang lambat dan terkendali. Jika dilakukan

secara teratur, maka tubuh akan lentur.Dengan berlatih dan menguasai asana tersebut, ibu

akan memperoleh pengendalian dan kesadaran tubuh yang lebih baik da juga perasaan hati

yang damai. Dengan bermeditasi, ibu bisa menyelaraskan jiwa dan raga, sehingga menjadi

sempurna. Ketenangan pikiran dan hati ibu secara langsung akan menular pada bayi dalam

kandungan.
A.4.9. ISTIRAHAT/TIDUR

Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan menyusui. Jadwal

ini harus diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur secara teratur dapat

meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan

janin dan juga membantu wanita tetap kuat dan mencegah penyakit, juga dapat mencegah

keguguran, tekanan darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lain. Sebagai bidan harus

dapat meyakinkan bahwa mengambil waktu 1 atau 2 jam sekali untuk duduk, istirahat dan

menaikkan kakinya adalah baik untuk kondisi mereka. Juga bantulah keluarga untuk

mengerti mengapa penting bagi calon ibu untuk istirahat dan tidur dengan baik. Istirahat

yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, walaupun tidak dapat tidur

baiknya berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang terangkat, mengurangi

duduk atau berdiri terlalu lama.

A.4.10. IMMUNISASI

Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat

menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus

dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya diberika pada ibu hamil dengan
umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak

minimal empat minggu.

Pemberian vaksin TT :

TT 1 Padakunjunganpertama (sedini mungkin pada kehamilan) - -

TT 2 4 minggu setelah TT 1 masa perlindungan 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 masa perlindungan 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 masa peril ndungan 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 masa perlindungan 25 tahun -seumur hidup

Catatan: ibu yang belum pernah immunisasi DPT/TT/Td atau tidak tahu status

immunisasinya. ibu hamil harus untuk melengkapi immunisasinya sampai TT 5, tidak harus

menunggu kehamilan berikutnya.

A.4.11. TRAVELING

Wanita hamil supaya berhati – hati dalam membuat rencana perjalanan yang

cenderung lama dan melelahkan. Jika mungkin perjalanan jauh dilakukan dengan naik

pesawat udara. Pesawat udara yang modern sudah dilengkapi alat pengatur tekanan udara

sehingga ketinggian tidak akan mempengaruhi kehamilan. Sebagian perusahaan

penerbangan mengijinkan wanita hamil terbang pada usia kehamilan sebelum 35 minggu.
Sebagian yang lain mengharuskan ada surat pernyataan dari dokter, sebagian yang lain

tidak mengijinkan sama sekali wanita hamil untuk terbang. Apabila wanita hamil

menempuh perjalanan jauh, supaya menggerakkan – gerakkan kaki dengan memutar –

mutar pergelangan kaki karena duduk dalam waktu lama menyebabkan gangguan sirkulasi

darah sehingga menyebabkan oedem pada kaki. Gerakan memutar bahu, gerakan pada

leher, tarik nafas panjang sambil mengembangkan dada, dengan tujuan melancarkan

sirkulasi darah dan melemaskan otot- otot. Pada saat menggunakan sabuk pengaman

hendaknya tidak menekan perut. Pil ihlah tempat hiburan yang tidak terlalu ramai karena

dengan banyak kerumunan orang maka udara terasa panas, O2 menjadi kurang sehingga

dapat menyebabkan sesak nafas dan pingsan.

A.5 . TANDA BAHAYA KEHAMILAN 37 MINGGU

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,

seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat

juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-

tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan

jiwa/nyawa (Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi

kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah

persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan

yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer,

1999). Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama

kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama

kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau

bedah yang timbul secara bersamaan.

Beberapa tanda yang mesti di waspadai oleh ibu hamil trimester III :

1.pergerakan janin berkurang.

2.Nyerikepala berlebihan disertai penglihatan kabur

3.Hipertensi yang di sertai pembengkakan daerah wajah,tungkai/ektremitas

4.Keluiar cairan atau darah dari jalan lahir sebelum masa persalinan

A.6. PENGERTIAN PERSALINAN.

Secara umum persalinan dapat diartikan serangkaian kejadian pengeluaran

bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lain berlangsung dengan bantuan atau tanpa

dengan bantuan.

Persalinan adalah sutu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian

perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan bayinya melalui jalan

lahir(Moore,2001)
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi

yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat

pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana

proses ini akan berlangsung selama 12-14 jam(Mayles,1996).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus kedunia luar(Prawirohardjo,2002)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan(37-42 minggu),lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam ,tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin(Prawirohardjo,2002).

A.7 .BENTUK PERSALINAN.

Bentuk persalinan dapat di lihat dari cara persalinannya yaitu persalinan

spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui

jalan lahir ibu,persalinan buatan adalah bila persalinan dibantu dengan tenaga dari

luar misalnya ekstraksi forsep atau dilakukannya operasi SC,persalinan anjuran

adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung

setelah pemecahan ketuban pemberian Pitocin atau prostaglandin


A.8. TANDA PERSALINAN

Beberapa minggu sebelunm persalinan calon ibu merasa bahwa

keadaannya menjadi lebih ringan tidak lagi merasakan sesak tetapi merasakan sakit

atau nyeri pada anggota bagian bawah saat berjalan juga ibu lebih sering kencing

dikarenakan kan bagian terendah dari janin menekan kandung kemih.Tiga atau

empat minggu sebelum persalinan ibu sedikit terganggu dengan adanya his

pendahuluan merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton hicks yang bersifat

nyeri hanya terasa di perut bagian bawah tidak teratur ,tidak lama,tidak bertambah

kuat dan bila di bawa berjalan nyeri akan berkurang.Serviks yang tadinya menutup

panjang dan kaku menjadi lebih lembut dan terjadi pembukaan dan penipisan yang

berbeda-beda untuk setiap ibu tergantung pada paritas dan psikologis ibu.

Peningkatan energy akan dirasakan ibu 24-28 jam sebelum persalian

adalah merupakan tanda yang juga menjadi pertanda akan kasih sayang Allah

kepada umat-Nya bahwa ibu akan membutuhkan tenaga yang luarbiasa untuk

dapat melahirkan buah hatinya ke dunia luar.tak jarang ibu juga merasakan

diare,obstipasi,mual bahkan muntah karena efek penurunan hormone terhadap

system pencernaan.

A.9.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

A.Panggul ibu/Jalan lahir


Panggul ibu merupakan factor yang menentukan proses persalinan yang

terbagi menjadi 2 yaitu bagian keras dan bagian lunak.

1 .Bagian yang keras atau tulang panggul di bentuk oleh 4 tulang yaitu 2

tulang pangkal paha(os coxae) 1 tulang kelangkang(os sacrum) 1 tulang tungging(os

cocygis)

a).Os ilium/tulang usus;

Ukurannya terbesar dibanding tulang lainnya. sebagai batas dinding atas dan

belakang panggul/pelvis. Pinggir atas os ilium yang tumpul dan menebal disebut crista

iliaka. Bagian terdepan Crista iliaka spina iliaka anterior posterior (SIAS) dan beberapa

sentimeter dibawahnya menonjol spina iliaka anterior inferior (SIAI). Bagian paling belakang

dari crista iliaka anterior os ischium terletak di bawah os ilium, pada bagian posterior

superior (SIPI). Lengkungan di bawah SIPI dinamakan incisura ischiadika mayor. Pada sisi

dalam os ilium merupakan batas antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan

incisura ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium merupakan batas antara panggul mayor

dan panggul minor dinamakan linia innominata/linia terminalis.

b. Os Ischium/tulang duduk;

Posisi os ischium di bawah os ilium, pada bagian belakang terdapat cuat duri

dinamakan spina ischiadika. Lengkung dibawah spina ischiadika dinamakan incisura

ischiadika minor, pada bagian bawah menebal, sebagai penopang tubuh saat duduk

dinamakan tuber ischiadikum.

c. Os Pubis/tulang kemaluan:
Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen obturatorium, fungsi di

dalam persalinan belum diketahui secara pasti. Di atas foramen obturatorium dibatasi oleh

sebuah tangkai dari os pubis yang menghubungkan dengan os ischium disebut ramus

superior osis pubis. Pada ramus superior osis pubis kanan dan kiri terdapat tulang yang

bersisir, dinamakan pectin ossis pubis. Kedua ramus inferior ossis pubis membentuk sudut

yang disebut arkus pubis. Pada panggul wanita normal sudutnya tidak kurang dari 90o .

Pada bagian atas os pubis terdapat tonjolan yang dinamakan tuberkulum pubic.

d. Os Sacrum/tulang kelangkang

Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak segitiga pada ujung di

bawah: terdiri lima ruas yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan dinding

belakang panggul. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan

crista skralia. Permukaan depan membentuk cekungan disebut arcus sakralia yang melebar

luas panggul kecil/pelvis minor. Dengan lumbal ke – 5 terdapat artikulasio lumbo cakralis.

Bagian depan paling atas dari tulang sacrum dinamakan promontorium, dimana bagian ini

bila dapat teraba pada waktu periksa dalam, berarti ada kesempitan panggul.

e. Os Cocsygis/tulang ekor

Dibentuk oleh 3 – 5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan

bentuk segitiga. Pada kehamilan tahap akhir koksigeum dapat bergerak (kecuali jika

struktur tersebut patah)

Bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan

persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina

toucher (VT).

Adapun bidang hodge sebagai berikut:

1) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh

promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os

pubis, dan tepi atas symfisis pubis.

2) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

3) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (Hodge I)

4)Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

2. Bagian lunak panggul

a.) Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan

ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul:

1. Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os sacrum

dan ilium dinamakan ligamentum sacroiliaca posterior, bagian depan dinamakan

ligamentum sacro iliaca anterior.

2. Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os sacrum dan spina ischium

dinamakan ligamentum sacro spinosum.

3. Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum dinamakan ligamentum

sacro tuberosum
4. Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma pelvis terdiri dari bagian

otot disebut muskulus levator ani.

5. Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.

6. Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas muskulus pubo coccygeus,

7. Musculus iliococcygeus dan muskulus ishio coccygeus.

8. Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenetalis

yang merupakan celah berbentuk segitiga. Pada wanita sekat ini dibatasi sekat yang

menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan dan merupakan tempat keluarnya

urettra dan vagina.

9. Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genetalia interna tetap pada

tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya

alat genetalia interna.

b) Perineum Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari: 1.

Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi

anus. 2. Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus, ischiocavernosus dan

transversus perinei superficialis.

B.Power /kekuatan ibu

1. Kontraksi Uterus
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot otot

perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamens

a. Pengkajian his

1) Frekuensi: jumlah his dalam waktu tertentu

2) Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi

3) Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg dibedakan menjadi;

kuat, sedang dan lemah

4) Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi)

5) Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadang-kadang, sering, teratur.

b. Cara mengukur kontraksi

1) Selama 10 menit

2) Contoh hasil pengukuran: 3x/10’/40-50”/kuat dan

c. Pengaruh his

1) Cerviks menipis (effacement)

2) Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin turun.

2. Tenaga mengejan
a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong

anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang

mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.

b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh

lebih kuat lagi.

c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan

ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya

kebawah.

d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan

paling efektif sewaktu ada his.

e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita

yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forcep

f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding

rahim.

C. PASSENGER/BUAH KEHAMILAN, PSIKOLOGIS, PENOLONG

1. Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban

. Presentasi Janin

1) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP dan terus

melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.


2) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari

pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam

3) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,

presentasi muka, dll.

c. Letak Janin

1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap

sumbu panjang (punggung) ibu.

2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring

3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.

4) Sikap Janin

5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain, hal ini

sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin

terhadap bentuk rongga rahim.

6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah sendi

lutut, tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan

tungkai.

d. Posisi Janin
Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum, mentum,

sinsiput/puncak kepala menengadah) yang merupakan indikator untuk menetapkan arah

bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap empat

kuadran panggul ibu, missal pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri

depan, UUK kanan belakang

. e. Variasi Posisi Kepala

Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan Indikator: ubun-ubun kecil (UUK)

Variasi posisi:

1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)

2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)

3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)

4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)

5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)

6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)

f. Presentasi Dahi Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-
ubun besar (UUB)

1) Variasi posisi:

2) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)

3) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)


4) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)

5) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)

6) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)

7) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)

g. Presentasi Muka Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento).


Variasi posisi:

1) Dagu kiri depan (da ki-dep)

2) Dagu kiri belakang (da ki-bel)

3) Dagu melintang kiri (da mel-ki)

4) Dagu kanan depan (da ka-dep)

5) Dagu kanan belakang (da ka-bel)

6) Dagu melintang kanan (da mel-ka)

h. Presentasi Bokong Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi


posisi:

1) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)

2) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)

3) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)

4) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)

i. Presentasi Vertex (Oksipito Anterior) Oksipito Anterior Kanan Oksipito Anterior


Kiri

j. Presentasi Muka Mento anterior kanan Mento posterior kanan

k. Plasenta (Uri) Plasenta: adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi
kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm,
berat plasenta 500 - 600 gram. Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri bagian depan
atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta: permukaan maternal,
permukaan fetal, selaput ketuban, tali pusat.
Variasi anatomi plasenta : 1) Plasenta suksenturiata 2) Plasenta sirkumvalata 
insersi lateralis 3) Insersi battledore tali pusat  insersi marginalis 4) Insersi velamentosa 5)
Plasenta bipartite 6) Plasenta tripartite

l. Air ketuban

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Ciri-ciri air
ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis, reaksinya agak alkalis dan
netral, dengan berat jenis 1,008. Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea,
asam uric, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organic.
Kadar protein kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin.

m. Fungsi air ketuban Pada persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan
amnion/air ketuban melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus.
Cairan ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi cerviks

2. Psikologis

Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita)
dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan
menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress
yang akan mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak
ada catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga
tidak ada catatan mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh lingkungan,
hormone stress dan komplikasi persalinan. Namun demikian seseorang penolong
persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis ibu yang akan melahirkan
karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh terhadap persalinan dan kelahiran.

3. Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan
pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin, et
al, 2000).

A.10.SEBAB YANG MENIMBULKAN PERSALINAN


A.11.KEBUTUHAN DASAR PERSALINAN.

1). KEBUTUHAN OKSIGEN

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan

oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat

penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak

adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu

kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan

sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan,

apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam

ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan pakaian yang

ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya.

Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ)

baik dan stabil.

2). KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang

harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada

setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan

dan minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun

makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber

utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan

mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan


mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan

meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko

perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin,

sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia. Dehidrasi pada

ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan

kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari

bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit. Dalam

memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi

ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung

kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi,

karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses

mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan

cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka

bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya,

untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama

kelahiran bayi (pada kala II).

3).KEBUTUHAN ELIMINASI

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan,

untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien.


Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2

jam sekali selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul,

terutama apabila berada di atas spina isciadika

2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama dengan

munculnya kontraksi uterus

4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

5. Memperlambat kelahiran plasenta

6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh

menghambat kontraksi uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, namun

apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk berkemih

dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi

kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan placenta.

Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak

mampu untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi

dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu. Sebelum memasuki proses

persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat

mengganggu dalam proses kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu

mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala
kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu

masih berada pada kala I fase latent.

4).KEBUTUHAN HYGIENE (KEBERSIHAN PERSONAL)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan

dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat

membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah

gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara

kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat

dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan

memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada saat

persalinan tidak dilarang.

Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu

hal yang harus dilakukan untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi

merupakan suatu proses yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara

ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan

sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa

sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di kamar

mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak

mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan

kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan

melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun

lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila

diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah

spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin,

maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh

(lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan

faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang

seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun

melipat undarpad. Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam

observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan

di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan

penampung darah (pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot

kala, karena hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk

memudahkan bidan dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak

digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad dapat dilipat disela-sela paha.

5).KEBUTUHAN ISTIRAHAT
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin

tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang

dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa

adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela

his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum,

atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila

memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk

tidak mengantuk. Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan

observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun

sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan.

Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan

fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalina

6)KEBUTUHAN PENGURANGAN RASA NYERI

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik

yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan

janin selama persalinan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi: peningkatan

tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan

otot. Rasa nyeri ini apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan rasa

khawatir, tegang, takut dan stres, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

persalinan lama. Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda antara satu dengan

lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri, diantaranya: jumlah

kelahiran sebelumnya (pengalaman persalinan), budaya melahirkan, emosi,

dukungan keluarga, persiapan persalinan, posisi saat melahirkan, presentasi janin,

tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang intens selama persalinan dan ambang

nyeri alami.

Beberapa ibu melaporkan sensasi nyeri sebagai sesuatu yang menyakitkan.

Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi setiap ibu bersalin, diperlukan teknik yang

dapat membuat ibu merasa nyaman saat melahirkan. Tubuh memiliki metode

mengontrol rasa nyeri persalinan dalam bentuk betaendorphin. Sebagai opiat alami,

beta-endorphin memiliki sifat mirip petidin, morfin dan heroin serta telah terbukti

bekerja pada reseptor yang sama di otak. Seperti oksitosin, betaendorphin

dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan kadarnya tinggi saat berhubungan seks,

kehamilan dan kelahiran serta menyusui. Hormon ini dapat menimbulkan perasaan

senang dan euphoria pada saat melahirkan.

Berbagai cara menghilangkan nyeri diantaranya: teknik self-help, hidroterapi,

pemberian entonox (gas dan udara) melalui masker, stimulasi menggunakan TENS

(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation), pemberian analgesik sistemik atau

regional. Menurut Peny Simpkin, beberapa cara untuk mengurangi nyeri persalinan

adalah: mengurangi rasa sakit dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif

yang kuat, serta mengurangi reaksi mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik

ibu terhadap rasa sakit.


Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan bidan untuk mengurangi rasa

sakit pada persalinan menurut Hellen Varney adalah: pendamping persalinan,

pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan

tentang kemajuan persalinan, asuhan diri, dan sentuhan. Bidan dapat membantu ibu

bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan dengan teknik self-help. Teknik ini

merupakan teknik pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh

ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi yang dilakukan oleh

bidan. Teknik self-help dapat dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan,

yaitu dimulai dengan mempelajari tentang proses persalinan, dilanjutkan dengan

mempelajari cara bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik nafas

dalam. Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam mengurangi nyeri persalinan

dapat berupa kontak fisik maupun pijatan. Pijatan dapat berupa pijatan/massage di

daerah lombosacral, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, dan

counterpressure. Cara lain yang dapat dilakukan bidan diantaranya adalah:

memberikan kompres hangat dan dingin, mempersilahkan ibu untuk mandi atau

berada di air (berendam). Pada saat ibu memasuki tahapan persalinan, bidan dapat

membimbing ibu untuk melakukan teknik self-help, terutama saat terjadi

his/kontraksi. Untuk mendukung teknik ini, dapat juga dilakukan perubahan posisi:

berjalan, berlutut, goyang ke depan/belakang dengan bersandar pada suami atau

balon besar. Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan dapat dibantu dan

didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun sahabat ibu.


Usaha yang dilakukan bidan agar ibu tetap tenang dan santai selama proses

persalinan berlangsung adalah dengan membiarkan ibu untuk mendengarkan musik,

membimbing ibu untuk mengeluarkan suara saat merasakan kontraksi, serta

visualisasi dan pemusatan perhatian. Kontak fisik yang dilakukan pemberi

asuhan/bidan dan pendamping persalinan memberi pengaruh besar bagi ibu. Kontak

fisik berupa sentuhan, belaian maupun pijatan dapat memberikan rasa nyaman,

yang pada akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Bidan mengajak

pendamping persalinan untuk terus memegang tangan ibu, terutama saat kontraksi,

menggosok punggung dan pinggang, menyeka wajahnya, mengelus rambutnya atau

mungkin dengan mendekapnya.

7). PENJAHITAN PERINEUM (JIKA DIPERLUKAN)

Proses kelahiran bayi dan placenta dapat menyebabkan berubahnya

bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum. Pada ibu yang memiliki perineum yang

tidak elastis, maka robekan perineum seringkali terjadi. Robekan perineum yang

tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh karena itu, penjahitan

perineum merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan

penjahitan perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan

sayang ibu. Berikanlah selalu anastesi sebelum dilakukan penjahitan. Perhatikan juga

posisi bidan saat melakukan penjahitan perineum. Posisikan badan ibu dengan posisi

litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan bidan. Hindari posisi bidan yang
berada di sisi ibu saat menjahit, karena hal ini dapat mengganggu kelancaran dan

kenyamanan tindakan

8). KEBUTUHAN AKAN PROSES PERSALINAN YANG TERSTANDAR

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan yang terstandar

merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu

bersalin, karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat meningkatkan

proses persalinan yang alami/normal. Hal yang perlu disiapkan bidan dalam

memberikan pertolongan persalinan terstandar dimulai dari penerapan upaya

pencegahan infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan

menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi risiko penularan infeksi

pada ibu maupun bayi. Dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat perlindungan diri)

yang telah disepakati. Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai

standar, dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan Kemenkes

dan IBI. Ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang cukup dan

sirkulasi udara yang baik. Dalam melakukan pertolongan persalinan, bidan sebaiknya

tetap menerapkan APN (asuhan persalinan normal) pada setiap kasus yang dihadapi

ibu. Lakukan penapisan awal sebelum melakukan APN agar asuhan yang diberikan

sesuai. Segera lakukan rujukan apabila ditemukan ketidaknormalan.

9).PEMBERIAN SUGESTI

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu dengan

pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti
positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan

sebagaimana mestinya. Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai

keadaan psikis labil akan lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian

juga pada wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil,

mudah sekali menerima sugesti/pengaruh. Sugesti positif yang dapat diberikan bidan

pada ibu bersalin diantaranya adalah dengan mengatakan pada ibu bahwa proses

persalinan yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal tersebut

berulang kali untuk memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya akan baik-baik

saja. Contoh yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi, bidan membimbing ibu untuk

melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan menarik dan

menghembuskan nafas, seiring dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu akan

berkurang. Sebaiknya bidan selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat

memotivasi ibu untuk tetap semangat dalam menjalani proses persalinan. Inti dari

pemberian sugesti ini adalah pada komunikasi efektif yang baik. Bidan juga dituntut

untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan menyenangkan hati ibu dan

suami/keluarga. Sikap ini akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.

10). MENGALIHKAN PERHATIAN

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses persalinan

berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Secara psikologis, apabila

ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu dengan menaruh rasa

empati/belas kasihan yang berlebihan, maka rasa sakit justru akan bertambah. Upaya
yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk mengalihkan

perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya adalah dengan mengajaknya

berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau

menonton televisi/film. Saat kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap merasakan

nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal

dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau pijatan harus tetap dilakukan.

11).EMBANGUN KEPERCAYAAN

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun citra diri

positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki

kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara normal, dan dia

percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka

secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu untuk bersikap dan

berperilaku positif selama proses persalinan berlangsung sehingga hasil akhir persalinan

sesuai dengan harapan ibu. Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai

kepercayaan pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu melakukan

pertolongan persalinan dengan baik sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan

keterampilan yang baik serta mempunyai pengalaman yang cukup. Dengan

kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan

nyaman selama proses persalinan berlangsung.


A.12.TAHAPAN PERSALINAN

Kala I/KALA PEMBUKAAN

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan

servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung

18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten persalinan  Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan servix secara bertahap  Pembukaan servix kurang

dari 4 cm  Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

b. Fase aktif persalinan Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,

dilatasi maximal, dan deselerasi  Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih  Servix

membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam

hingga permbukaan lengkap (10 cm)  Terjadi penurunan bagian terendah janin

Kala II/KALA PENGELUARAN

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1

jam pada multi


b. Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:

1). Ibu ingin meneran

2). Perineum menonjol

3). Vulva vagina dan sphincter anus membuka

4). Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

5). His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.

6). Pembukaan lengkap (10 cm )

7). Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5

Kala III /KALA URI

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban  Berlangsung tidak lebih dari 30 menit  Disebut

dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta  Peregangan Tali pusat Terkendali

(PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi

perdarahan  Tanda-tanda pelepasan plasenta : 1) Perubahan ukuran dan bentuk

uterus 2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta

sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim 3) Tali pusat memanjang 4) Semburan

darah tiba tiba

Kala IV /KALA PENGAWASAN

 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu

 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung


 Masa 1 jam setelah plasenta lahir

 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit

pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih

sering

 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini

 Observasi yang dilakukan : 1). Tingkat kesadaran penderita. 2). Pemeriksaan tanda

vital. 3). Kontraksi uterus. 4). Perdarahan, dianggap masih normal bila jumahnya

tidak melebihi 400- 500c

A.14. PIMPINAN PERSALINAN.

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.

1. Masuknya kepala janin dalam PAP

a). Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada

bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada

permulaan persalinan.

b). Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang

menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi

didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/

posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi

ringan

.C). Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka

masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil

dari PAP

d). Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di

antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi

”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama

tingginya.

e). Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke

belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi

”asynclitismus”

f). Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis

dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.

g).Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale

belakang

h). Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior

ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan

engagement.
2. Majunya Kepala janin

a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam

rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II

b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga

panggul terjadi bersamaan.

c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,

putaran paksi dalam, dan ekstensi

d. Majunya kepala disebabkan karena:

1) Tekanan cairan intrauterin

2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong

3) Kekuatan mengejan

4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

3. Fleksi

a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling

kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan

suboccipito frontalis (11 cm)

b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat

tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena

momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang

menimbulkan defleksi

d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.

Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke

bawah depan

e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang

disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang

disebut sebagai putaran paksi dalam

4. Putaran paksi dalam

a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphisis

b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun

kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis

c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah

panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak

terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah

kepala sampai di dasar panggul

e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam: 1) Pada letak fleksi, bagian

kepala merupakan bagian terendah dari kepala 2) Bagian terendah dari kepala

mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana

terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan 3) Ukuran

terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

5. Ekstensi

a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga

kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah

panggul.

b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul

UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala

mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.

Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak

bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut

putaran paksi luar

6. Ekstensi

a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga

kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul

b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan

menembusnya

c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan

satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul

d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat

maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput .

7.Putaran paksi luar

a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam

terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.

b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.


c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan

bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu

belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.


A.15.PARTOGRAF.

a.Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,

mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat dipakai untuk memberikan

peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin,

serta perlunya rujukan.

b. Waktu pengisian partograf. Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah

saat proses persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks

dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV29 .

c. Isi partograf Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh

informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi

ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan

atau tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan partograf

. Isi partograf antara lain:

1) Informasi tentang ibu a) Nama dan umur; b) Gravida, para, abortus.; c) Nomor

catatan medik/nomor puskesmas; d) Tanggal dan waktu mulai dirawat; e) Waktu pecahnya

selaput ketuban.
2) Kondisi janin: a) Denyut jantung janin; b) Warna dan adanya air ketuban; c)

Penyusupan(molase) kepala janin.

3) Kemajuan persalinan a) Pembukaan serviks; b) Penurunan bagian terbawah

atau presentasi janin; c) Garis waspada dan garis bertindak.

4) Waktu dan jam a) Waktu mulainya fase aktif persalinan. b) Waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian.

5) Kontraksi uterus a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit. b) Lama

kontraksi (dalam detik).

6) Obat-obatan yang diberikan a) Oksitosin. b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV

yang diberikan.

7) Kondisi ibu a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh. b) Urin (volume,

aseton atau protein). d. Cara pengisian partograf. Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu

pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan

lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama

fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.

Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara: 1) Denyut jantung janin :

setiap 30 menit. 2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit. 3) Nadi :

setiap 30 menit. 4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam. 5) Penurunan bagian terbawah janin :

setiap 4 jam. 6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam30 . 7) Produksi urin (2 –

4 Jam), aseton dan protein : sekali


Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:

1) Lembar depan partograf.

a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai jam.

Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules .

b) Kondisi janin. (1) Denyut Jantung Janin. Nilai dan catat denyut jantung janin

(DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak

menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180

dan 100. Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit (bradicardi) atau

diatas 160 permenit (tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan

100. Hubungkan satu titik dengan titik yang lainnya30 . 17 (2) Warna dan adanya air

ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina, menggunakan

lambang-lambang berikut: U : Selaput ketuban Utuh. J : Selaput ketuban pecah, dan air

ketuban Jernih. M : Air ketuban bercampur Mekonium. D : Air ketuban bernoda Darah. K :

Tidak ada cairan ketuban/Kering. (3) Penyusupan/molase tulang kepala janin. Setiap kali

melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat

temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-

lambang berikut: 0 : Sutura terpisah. 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan. 2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki. 3 : Sutura tumpang

tindih dan tidak dapat diperbaiki. Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan

kemungkinan adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).


c) Kemajuan persalinan. Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi

serviks. (1) Pembukaan serviks. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada

partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap

4 jam. Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya

pembukaan serviks. (2) Penurunan bagian terbawah janin. Untuk menentukan penurunan

kepala janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan. Menuliskan

turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis

waktu yang sesuai. (3) Garis waspada dan garis bertindak. (a) Garis waspada, dimulai pada

pembukaan serviks 4 cm (jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6

jam). Pencatatan dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah

kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. (b) Garis bertindak,

tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika pembukaan

serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan

perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus berada di

tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

d) Jam dan waktu. (1) Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak

menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. (2) Waktu aktual saat

pemeriksaan atau persalinan. Menyantumkan tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk

dalam fase aktif persalinan.

e) Kontraksi uterus. Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama

kontraksi dengan: (1) :titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya < 20 detik. (2) : garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20-40 detik. (3) :Arsir penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya > 40 detik. ░ / / /

f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan. (1) Oksitosin. Jika tetesan drip sudah

dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume

cairan dan dalam satuan tetes per menit. (2) Obat lain dan caira IV. Mencatat semua dalam

kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

g) Kondisi ibu. (1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh. (a) Nadi, dicatat setiap 30

menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai. (b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam

atau lebih sering jika diduga ada penyulit. Memberi tanda panah pada partograf pada

kolom waktu yang sesuai. (c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering

jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Mencatat suhu tubuh pada

kotak yang sesuai. (2) Volume urine, protein dan aseton. Mengukur dan mencatat jumlah

produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika memungkinkan, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.

2) Lembar belakang partograf.

Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk

mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir.
a) Data dasar. Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,

alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat

merujuk dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.

b) Kala I. Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati

garis waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.

c) Kala II. Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.

d) Kala III. Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,

pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan

plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah

lain, penatalaksanaan dan hasilnya.

e) Kala IV. Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.

f) Bayi baru lahir. Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis

kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya
BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis

B. Laporan Kasus

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah metode studi kasus dengan

pendekatan observasional untuk memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil

trimester III yang meliputi pengkajian, perumusan masalah atau diagnosa

kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian dalam

bentuk SOAP.

C. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi pengambilan kasus di Puskesmas Pancamakmur.

D. Subjek penelitian
Subjek laporan tugas akhir ini adalah satu orang ibu hamil trimester III

dengan umur kehamilan 37 minggu- persalinan

E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah pengertian variable-variabel yang diteliti

untuk mengarahkan kepada pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan.

Asuhan kebidanan kehamilan adalah asuhan yang diberikan oleh peneliti kepada

ibu hamil trimester III dengan usia kehamilan mulai 37 minggu minggu yang

dengan kunjungan 4 (empat) kali sampai dengan saat persalinan di Puskesmas

Pancamakmur.

F. Instrument Laporan Kasus

Secara umum pengertian instrument penelitian adalah alat ukur yang

digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Menurut Arikunto (2000),

instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya (Wahyuni, 2016:125)

G. Teknik pengumumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti mengumpulkan data

yang akan dilakukan dalam penelitian. Ada 2 metode untuk memperoleh data

yaitu:

1. Data primer

Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari objek penelitian. Data
utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh

dari hasil pemerikasaan Ny X di Puskesmas Pancamakmur.. Melakukan

wawancara kepada klien yang meliputi identitas klien dan suami, keluhan

yang di rasakan, riwayat penyakit, riwayat mnstruasi, riwayat perkawinan,

riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat kontrasepsi , riwayat

kebiasaan dan riwayat psikososial.

Selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

(head to toe) dan melakukan observasi untuk mengetahui secara langsung

keadaan klien. Observasi yang dilakukan meliputi keadaan umum, tanda-

tanda vital, peningkatan berat badan dan palpasi leopold serta melakukan

pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan Hemoglobin,HbsAg

dan HIV.

2. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari buku register dan buku kesehatan ibu

dan anak (KIA) serta artikel jurnal penelitian.

H. Teknik Keabsahan Data

Bermacam-macam cara pengujian keabsahan data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian, antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi,

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchek. Dibawah ini akan

dijelaskan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian


dan triangulasi, dimana hal tersebut mungkin dan sering digunakan dalam

penyusunan Laporan Tugas Akhir.

1. Perpanjangan Data

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjngan pengamatan ini

berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk

rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan

ketekunan itu ibarat kita mengecek soal-soal atau makalah yang telah

dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu,

maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan

ketekunan itu, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang sudah

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk

meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi

buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait

dengan temuan yang diteliti.


Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam,

sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu

benar/dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian keabsahan ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan sebagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, tringulasi teknik

pengumpulan data dan waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kreadibilitas data tentang

gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang

telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, keatasan yang

menguasai dan keteman kerja yang merupakan kelompok kerja sama.

I. Teknik Analisa Data

Analisa data menggunakan metode pendekatan manajemen asuhan

kebidanan, untuk membantu pemecahan masalah klien melalui manajemen

Ashan Kebidanan KEPMENKES 938 tahun 2007 yang didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

J. Alat dan bahan

secara umum bahan penelitian adalah Zat, obat, alat dan suplai yang yang

dibutuhkan dalam penelitian. Contoh alat dan bahan yang digunakan dalam

Laporan Tugas Akhir antara lain:


1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik: tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat badan,

thermometer, jam dan handscoon.

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara: format

Asuhan Kebidanan pda Ibu Hamil. Dan format Asuhan Kebidanan ibu

bersalin.

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi:

catatan medic atau status spasien, buku KIA.

4. Dopler

Dopler merupakan alat yang digunakan untuk mendengarkan detak

jantung janin selama masih ada didalam kandungan.

5. Sentimeter

Sentimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi

fundus uterus ibu.

6. Tensimeter

Tensimeter merupakan alat untuk mengukur tekanan darah ibu.

7. Format Askeb Dalam Bentuk SOAP.

8. Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan


seorangbidanagardiketahuiperkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai