Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERANCANGAN

WADUK TENAGA AIR

Nama: Reyno Marlyano


Kelas : 3TA04
NPM : 16316246

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
Tugas Perancangan Waduk Tenaga Air

KEGAGALAN KONSTRUKSI STRUKTUR WADUK


GAJAH MUNGKUR

PENDAHULUAN
Saat ini telah begitu banyak bendungan yang dibangun di Indonesia, dan seiring
dengan berjalannya waktu permasalahan muncul dan harus segera ditangani karena
mengakibatkan turunnya manfaat dari pengoperasian waduk.Permasalahan itu
diantaranya adalah sedimentasi, yang mengancam usia gunanya. Salah satu waduk
yang mengalami penurunan usia guna akibat adanya sedimentasi adalah Waduk
Serbaguna Wonogiri. Fungsinya sebagai waduk serbaguna membuat Waduk
Wonogiri telah mengalami berbagai permasalahan selama beroperasi.
permasalahan yang paling utama adalah terjadinya pendangkalan waduk yang
diakibatkan oleh sedimentasi. Oleh karena begitu besarnya sedimentasi waduk yang
terjadi maka dibuat berbagai rencana penanganan sedimen baik secara teknis maupun
non teknis, salah satu upaya teknis yang dilakukan adalah dengan pengerukan
sedimen setiap tahunnya, oleh karena itu perlu adanya kajian dalam perencanaan
pengerukan sedimen yang dilakukan, agar dapat memberikan hasil penanganan
sedimen yang efektif, mampu meningkatkan usia guna, dan memiliki nilai ekonomis
yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sedimentasi Waduk
Wonogiri, dan mengetahui simulasi alternatif terbaik serta efektifitas kegiatan
pengerukan sedimen di Waduk Serbaguna Wonogiri ditinjau dari usia guna waduk
dan nilai ekonominya.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
gambaran kepada stakeholder terkait mengenai beberapa simulasi alternatif waktu
pengerukan sedimen dan penambahan kapal keruk (dredger) yang paling efektif,
sehingga diharapkan dalam penerapannya dapat menggunakan alternatif yang
terbaik.

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Tugas Perancangan Waduk Tenaga Air

PEMBAHASAN
Waduk Gajah Mungkur terletak 6 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung
sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Dinamakan Gajah
Mungkur, karena lokasinya yang tak jauh dari Pegunungan Gajah Mungkur
disebelah barat waduk. Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) waduk ini mencapai
1.350 Km dengan pintu masuk melalui beberapa sungai besar yaitu Bengawan Solo,
Sungai Kaduang, Sungai Tirtomoyo, Sungai Parangjoho, Sungai Temon, dan
Sungai Posong. Luas genangan maksimum Waduk Gajah Mungkur adalah 8.800
Hektar mencangkup 7 kecamatan yaitu Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo,
Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, Kecamatan Wuryantoro.
Sedangkan bangunan bendungan berada di Desa Pokohkidul, Kecamatan
Wonogiri.
Pembangunan Waduk Gajah Mungkur direncanakan sejak tahun 1964
dengan fungsi utama sebagai pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo.
Kemudian rencana induk pembangunanya dirumuskan pada tahun 1972-1974
dengan bantuan Overseas Technical Cooperation of Jepang. Lalu mulai dibangun
pada akhir tahun 1976-1981 dan mulai beroperasi pada tahun 1982. Pengerjaan
pembangunan Waduk Gajah Mungkur dilakukan secara swakelola oleh 2.500
pekerja bersama dengan 35 konsultan Nippon Koei Co Ltd Jepang. Untuk
membangun waduk ini harus menenggelamkan 51 desa di 6 kecamatan. Sehingga
pemerintah memindahkan 67.515 Jiwa penduduk yang tergusur perairan waduk
dengan transmigrasi bedol desa pada tahun 1976 ke Provinsi Sumatera Barat,
Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Waduk ini direncanakan bisa berumur
sampai 100 tahun. Namun, sedimentasi yang terjadi menyebabkan umur waduk ini
diperkirakan tidak akan lama. Perum Jasa Tirta Bengawan Solo memaksimalkan
perawatan terhadap Waduk Gajah Mungkur yang menjadi tugasnya. Kerusakan
daerah aliran sungai (DAS) yang parah menyebabkan sedimentasi waduk sangat
tinggi.
Waduk Gajah Mungkur dibangun sebagai pengendalian banjir (flood
control) sungai Bengawan Solo, dari 4000 m3/detik menjadi 400 m3/detik, sesuai
kapasitas maksimum alur sungai di hilir bendungan. Selain itu Waduk Gajah
Mungkur bisa mengairi sawah seluas 23.600 ha di daerah Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Selain untuk
memasok air minum Kota Wonogiri dan sekitarnya juga menghasilkan listrik dari
PLTA sebesar 12,4 MegaWatt. Pada saat ini pembangkit listrik PLTA ini dikelola
oleh anak perusahaan PLN, yaitu PT. Indonesia Power Unit Mrica. Waduk Gajah
Mungkur juga merupakan tempat rekreasi yang sangat indah. Di sini tersedia kapal
boat untuk mengelilingi perairan, juga sebagai tempat memancing. Selain itu dapat
pula menikmati olahraga layang gantung (Gantole). Terdapat juga taman rekreasi
"Sendang" yang terletak 6 km arah selatan Kota Wonogiri. Pada musim kemarau,
debit air waduk akan kecil dan sebagian dari dasar waduk kelihatan. Dasar waduk
yang di pinggiran dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanami tanaman
semusim, seperti jagung.

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Tugas Perancangan Waduk Tenaga Air

PERMASALAHAN DAN PENANGANAN


Sedimentasi yang masuk ke Waduk Gajahmungkur berasal dari erosi sungai sungai
yang bermuara ke waduk yang meliputi Sungai Keduang, Wiroko, Solo Hulu, Alang
dan Sungai Wuryantoro. Dari ke lima sungai tersebut sungai Keduang penyumbang
sedimen terbesar yaitu 1.218.580 m3 per tahun, disusul Sungai Solo Hulu mencapai
604.990 m3 per tahun. Tingginya sedimentasi yang berasal dari Sungai Keduang
bahkan sampai membentuk permukaan tanah yang memanjang dan membelah
Waduk Gajahmungkur dengan panjang lebih dari satu kilometer. Seluruh sedimen
dari sungai-sungai yang bermuara ke waduk bergerak perlahan lahan menuju pusat
waduk, bahkan yang lebih memprihatinkan sedimen tersebut bergerak menuju intake
yang mengganggu aliran air yang masuk ke Turbin sebagai penggerak PLTA.
Sumber sedimentasi dan erosi yang masuk ke Waduk Gajahmungkur berasal dari
erosi tanah permukaan lahan, erosi jurang, longsoran lereng, erosi tebing sungai, dan
erosi sisi badan jalan.
Penebangan pohon di daerah tangkapan air (chatment area) baik hutan rakyar,
perhutani, sabuk hijau (Green belt), lahan pertanian, ladang, akan menyebabkan erosi
permukaan lahan semakin tinggi sehingga aliran air membawa lumpur masuk ke
dalam sungai – sungai yang bermuara ke waduk, hal ini diperparah lagi dengan
kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan lahan pertanian pasang
surut yang kuasai oleh masyarakat untuk tanam padi dan palawijo pada musim
kemarau. Daerah Aliran Sungai seharusnya merupakan daerah hijau untuk mencegah
erosi tanah pada saat terjadi banjir. Laju sedimentasi ke pusat waduk semakin tinggi
jika di areal waduk dibuat lahan pasang surut untuk bercocok tanam, penggemburan
tanah selama penanaman akan mudah sekali terjadi erosi saat hujan turun. 92%
sedimen yang masuk ke waduk berasal dari erosi permukaan lahan.
Banyaknya lokasi jurang dan longsoran di daerah tangkapan air, lereng lereng
(tebing) kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) saat musim hujan erosi menuju
waduk. Pembuatan jalan baru dengan pengerukan tebing dan penambangan batu oleh
masyarakat di sekitar lokasi waduk dan sungai juga mempermudah terjadinya erosi.

PENANGANAN SEDIMENTASI
Penanganan sedimentasi Waduk Gajahmungkur harus dilihat dari sumber
permasalahan secara umum dan sumber penyebab sedimentasi itu sendiri. Tanpa
adanya kajian permasalahan untuk duduk bersama-sama dari berbagai lembaga dan
instansi terkait lepas dari kepentingan tertentu maka penyelamatan waduk tak akan
membuahkan hasil yang optimal.

Undang-undang ataupun peraturan pemerintah sebagai payung hukum kewenangan


pengelolaan waduk Gajahmungkur harus mampu mengakomodasi seluruh
permasalahan sedimentasi, kerusakan sabuk hijau, DAS, dan yang lebih utama lagi
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu peran Pemkab Wonogiri sebagai pemilik
wilayah sangat dominan dalam penyelamatan waduk. Keppres No 129/2000 yang
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Perancangan Waduk Tenaga Air
memberikan kewenangan pengelolaan Waduk Gajahmungkur kepada Perum Jasa
Tirta I Solo perlu ditinjau ulang.
Secara teknis pembangunan fasilitas pengendali erosi seperti cek dam, gerakan
rehabilitasi lahan, perbaikan DAS diatas waduk menghabiskan dana yang sangat
besar. Apakah langkah ini efektif untuk penyelamatan waduk dari sedimentasi ?
Peran masyarakat di seluruh daerah Chatment area untuk tidak melakukan
penebangan pohon, perusakan Green belt, pemanfaatan DAS sebagai lahan pertanian
perlu mendapatkan perhatian yang serius karena wilayah inilah penyangga utama
pelestarian Waduk Gajah Mungkur. Berapapun besarnya dana dan apapun jenis
proyek penanganan sedimentasi tanpa pemahaman, keterlibatan, pengertian,
partisipasi masyarakat secara terus menerus tak akan membuahkan hasil. Mengubah
pola perilaku masyarakat peduli waduk dengan memberikan penyuluhan secara terus
menerus akan menghasilkan sikap rasa memiliki terhadap waduk Gajahmungkur.

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Tugas Perancangan Waduk Tenaga Air

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai